Disusun Oleh :
KELOMPOK 7
TADRIS BIOLOGI 4
SEMESTER V
Assalamualaikum Wr. Wb
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq,
serta hidayah dan inayah–Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Neurulasi”. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk memenuhi tugas mata kuliah “Reproduksi dan Embrio Hewan”. Di
samping itu penulis berharap semoga isi dari makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami penulis, khususnya para pembaca serta dapat menambah wawasan dan
pengetahuan dalam materi yang dikaji di dalamnya.
KELOMPOK VII
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Sistem saraf hewan saling berhubungan satu sama lain yang berfungsi
mengkoordinasikan, mengatur dan mengendalikan interaksi antara seorang
individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem tubuh yang penting ini juga
mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh lainnya. Tubuh mampu berfungsi
sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf diantara
berbagai sistem. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, bahasa, sensasi dan
gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Secara umum, sistem saraf bertanggung
jawab untuk mengkoordinasi respon yang cepat san cermat. Sinyal - sinyal saraf
dalam bentuk potensial aksi secara cepat merambat di sepanjang serat-serat sel
saraf, menyebabkan pelepasan suatu neurotransmitter di ujung saraf yang akan
berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat ke sel sasarannya sebelum respon
timbul.
Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan hanya cepat, tetapi juga
singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmitter dengan cepat
disingkirkan dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian respon,
pengulangan respon yang berlangsung hampir dengan segera atau muncul respon
alternatif dengan segera, bergantung pada keadaan (sebagai contoh, perubahan
cepat perintah ke kelompok-kelompok otot yang diperlukan untuk
mengkoordinasikan gerakan berjalan). Cara kerja ini menyebabkan komunikasi
saraf berlangsung cepat dan cermat. Jaringan sasaran saraf bagi system saraf
adalah otot-otot dan kelenjar, terutama kelenjar eksokrin.
Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah
proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal
dari diferensiasi ectoderm, sehingga disebut ectoderm neural. Sebagai inducer
pada proses neurulasi adalah mesodem notochord yang terletak dibawah ectoderm
neural. Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan
1
pembentukan keping neural (neural plate), lipatanneural (neural folds) serta
penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam
dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir
dengan terbentuknya bumbung neural. Diduga bahwa perubahan morfologi yang
terjadi selama neurulasi sejalan dengan perubahan kromosom dan pola proteinnya.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah
proses penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal
dari diferensiasi ektoderm, sehingga disebut neural ektoderm. Sebagai inducer
pada proses neurulasi adalah chorda mesoderm yang terletak di bawah neural
ectoderm. Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem
saraf yang melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan
pembentukan keping neural (neural plate). lipatan neural (neural folds) serta
penutupan lipatan ini untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam
dinding tubuh dan berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir
dengan terbentuknya bumbung neural. Diduga bahwa perubahan morfologi yang
terjadi selama neurulasi sejalan dengan perubahan kromosom dan pola proteinnya.
Neurulasi ditandai dengan terjadinya interaksi antara kelompok-kelompok sel-sel
korda mesoderm (mesendoderem) dengan sel-sel ektoderem di atasnya. Hasil
interaksi kedua lapisan sel tersebut menyebabkan sel-sel ektoderem di atasnya
terinduksi dan membentuk tabung saraf atau neural tube. Embrio yang berada
pada stadium tersebut disebut stadium neurula.
3
neuropor. Pada embrio manusia, anterior neuropor menutup pada stadium 18-20
somit sedangkan posteror neuropor menutup kira-kira dua hari kemudian.
4
yaitu lubang anus. Sejak tahap lipatan neural, bahkan mungkin sejak keping
neural, sudah tampak bahwa bagian neural anterior lebih melebar dan akan
membentuk otot, sedangkan bagian posterior lebih sempit yaitu bakal medulla
spinalis atau sumsum tulang belakang, atap arkenteron pada awalnya adalah
notocorda, tetapi kemudian menjadi endoderm sebagai hasil proliferasi endoderm
faring kearah posterior. Kemudian menjadi bumbung neural berlansung, mula-
mula sekali di perbatasan antara bakalotak dan baal sumsum tulang belakang,
kemudian beranja ke arah anterior dan posterior.
5
Pada tahap awal netochord (sumbu primitif embriodan bakal tempat
vertebral column) menginduksi ektoderm di atasnya. Sel – sel ectoderm berubah
menjadi panjang dan tebal dari pada sel disekitarnya atau disebut juga dengan
poliferasi menjadi lempeng saraf (Neural plate).
6
c) Pembetukan neural grovee
Terbentuk nya neural fold atau lebih sederhana nya adalah pematangan
neural yang merupakan lipatan dari kedua sisi lempeng neural secara bersama
anakan diiringi dengan terbentuknya neural groove. Neuralgroove atauparit neural
adalah bagian paling dasar dari lipatan ektoderm neural itu sendiri.
d) Pembentukan Neural Tube
Karena pertumbuhan ectoderm epidermis lebih cepat, maka akan semakin
mendorong lipatan neural yang telah terbentuk, mengakibatkan fusi antara neural
fold bagian kanan dengan neural fold bagian kiri. Pada akhirnya terbentuk tabung
atau bumbung saraf (neural tube) dengan lubangnya disebut neural canal atau
neurocoel. Pada perkembangan selanjutnya, neural tube akan berdiferensiasi
menjadi organ berikutini :
1) Otak dan sumsum tulang belakang
2) Saraf tepi otak dan tulang belakang
3) Bagian persarafan indra mata, hidung, dan kulit
4) Chromatophore kulit dan organ tubuh yang berpigmen
7
e) Terbentuknya Neural Crest
Pada awa terbentuknya neural tube, bagain dorsal tube yang dekat dengan
kutub animal, masih menempel pada sel-sel ectoderm epidermis.Pada bagian yang
menempel tersebut terdapat sel-sel ectoderm neural yang tidak ikut serta
membentuk neural tube, sel ini lah yang dimaksud dengan neural crest. Saat
pembentukan tabung saraf (neural tube), sel-sel neural crest akan terpisah dan
akan bermigrasi jauh dari ectoderm neural. Neural crest akan menjadi lokasi yang
dituju kemudian berdiferensiasi menjadi sel-sel ganglia spinalis dan otot
otonom,dan sebagainya. Mesensim yang berasal dari neural crest disebu
tektomesensim.
Menurut Lufridan Helendra (2002) bahwa pada saat embrio memasuki
tahap neurulasi terjadi penebalan ektoderm saraf pada sisi dorsal embrio.
Penebalan itu berbentuk keping sehingga disebut keping saraf (neural plate) dan
endoderm. Perkembangan lapisan ektoderm akan membentuk sistem saraf, otak
dan mata. dengan proses pembentukan jantung dan sistem sirkulasi. Setelah
proses Neurulasi selesai maka embrio katak akan memasuki tahap selanjutnya
yaitu tahap Organogenesis. Pada tahap organogenesis (pembentukan otak) ini
perlakuan yang menunjukkan proses perkembangan paling cepat masih pada
8
perlakuan D yaitu dengan waktu19 jam. Pada tahap organogenesis terjadi proses
perkembangan dari lapisan lembaga ektoderm, mesoderm dan endoderm.
Perkembangan lapisan ektoderm akan membentuk sistem saraf, otak dan mata.
dengan proses pembentukan jantung dan sistem sirkulasi .
1) Neurulasi ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bagaimana neural tube
terbentuk antara lain:
a) Neurulasi Primer
Pada neurulasi primer ini, dimana neural tube terbentuk akibat adanya
proses pelekukan atau invaginasi dari lapisan ektoderm neural yang diinisiasi oleh
nothocord. Cara ini paling umum ditemukan padakelompok hewan antara lain:
amphibi, reptile, aves dan mamalia termasuk manusia. Selama proses neurulasi
primer, ectoderm dibagi menjadi tiga area peruntukan sel yaitu:
Bagian ectoderm yang di tempat kan pada bagian internal neural tube,
yang akan membentuk otak dan sumsum tulang belakang.
Bagian ectoderm yang diposisikan eksternal untuk membentuk epidermis
kulit.
Dorsal Root Ganglia akan menghubungkan tabung saraf danepidermis,
dan bermigrasi untuk membentuk perifer neuron dan glia, sel–sel pigmen
kulit, dan beberapa jenis sel lain.
Proses nerulasi primer pada amfibi, reptil, burung, dan mamalia hampir
sama tidak lama setelah neural plate terbentuk bagian tepi menebal ( neural
fold ) dan bergerak keatas untuk membentuk lipatan saraf, sedangkan saraf
berbentuk U ( neural groove ) muncul di tengah neural plate, membagi masa
selektoderm depan sisi kanan dan kiri embrio. Lipatan saraf yang bermigrasi
kearah garis tengah embrio, akhir nya berfusi dan menyatu untuk membentuk
tabung saraf(bumbung neural atau neural tube) dan memisahkan diri dari
ektoderm di atasnya. Sebagian besar neural dorsal bumbung neural akan menjadi
Dorsal Root Ganglia.
b) Neurulasi Sekunder
9
Proses neurulasi ini terjadi dapat ditandainya pembentukan nural tube
tanpa adanya pelipatan ectoderm neural, melainkan pemisahan ectoderm neural
tube. Misalnya pada pisces atau ikan. Selain pada hewan yang khusus kedua
neural ini dapat juga ditemukan pada embrio. Neurulasi primer berlangsung
dibagian anterior ( kepala dan tubuh ) sedangkan neurulasi sekunder terdapat pada
bagian posterior (tubuh dan ekor ).
2) Neurulasi berdasarkan pemisahan/ khusus, dibagi menjadi beberapa tahapan
yakni sebagai berikut :
Pembentukan bumbung dengan adanya pemisahan (peninggian) epidermis
yang membatasi keping neural. Cara ini dilakukan oleh embrio amfioksus.
Peninggian epidermis juga disebut sebagai lipatan neural temporer yang akan
bertem di bagian mediodorsal dan menjadi atap di atas keping neural yang sudah
melipat dan melekuk, membentuk lipatan neural dan lekuk neural biasa yang sama
kejadiannya pada neurulasi primer. Kedua lipatan neural ini akan bertemu satu
sama lain membentuk bumbung neural. Selanjutnya atap epidermis akan terpisah
dari bumbung neural, contohnya Amphioxus.
3) Neurulasi berdasarkan perkembangannya dibagi menjadi beberapa tahapan
yakni sebagai berikut :
a) Pembentukan neural plate
b) Pembentukan neural fold
c) Pembentukan neural groove
d) Pembentukan neural tube
e) Terbentuknya neural crest
10
2. Neurulasi Pada Aves
Neurulasi aves, di tandai dengan terbentuknya arkenteron yang dibentuk
ketika lipatan lateral menekan dan memisahkan embrio menjauhi kuning telur.
Sekitar bagian pertengahan dari panjang embrio akan tetap bertaut ke kuning telur
melalui batang kuning telur yang sebagian besar terbentuk dari sel – sel hipoblas.
11
Proses neurulasi pada aves tidak terjadi secara simultan dari ujung anterior
keujung posterior. Bagian anterior lebih awal mengalami neurulasi. Akibatnya
neurulasi baru selesai pada bagian posterior, sedangkan ectoderm, mesoderm, dan
endoderm sudah mengalami perkembangan lebih lanjut. Oleh karena itu,
pembahasan pembentukan bumbung saraf sering dijalankan dengan difernsiasi
mesoderm dan endoderm atau proses – proses yang seiring dengan proses
neurulasi. Proses diferensiasi tersebut diantaranya adalah :
a) Proses pembentukan Kepala ( Formation of The Head Process )
Proses pembentukan kepala sejalan dengan pembentukan notokord.
Selama pembentukan mesoderm, sel – sel ectoderm disekitar nodus Hensen,
menyelusup ke dalam nodus, dan mendorong beberapa sel nodushensen kearah
anterior, kedalam celah atau ruang diantara depan nodushensen. Proses
pembentukan kepala, yang akhirnya membentuk notokord, oleh karena itu proses
kepala ini disebut juga dengan proses pembentukan notokord
b) Pembentukan Somit dan perluasan Mesoderm
Somit terbentuk berpasangan, satu sebelah kanan notokord dan satu lagi
sebelah kiri notokord. Pasangan pertama terbentukan adalah pada daerah kedua
sisi nodushensen. Kemudian suatu alur kedua memotong pasangan lain di
belakang pasangan pertama. Dengan cara ini, maka terbentuklah suatu seri somit.
c) Pembentukan Lipatan Kepala
Lipatan ectoderm dan endoderm di depan notokord kerah ventrikal ini
disebut dengan lipatan kepala. Lipatan kepala ini membatasi anterior bakal kepala
embrio. Sampai pembentukan lipatan kepala ini, mesoderm tidak terpencar
diantara ectoderm dan endoderm.
d) Pembentukan Sayap Mesoderm
Sel – sel longgar (mesenkim) yang ditirun kan melalui primitive streak
bergabung membentuk lapisan mesoderm pada kedua sisi notokord (kanan dan
kiri). Mulanya mesoderm ini menempati area yang kecil, kemudian sel ini
semakin banyak dan bergabung sesamanya, dan akhirnya mesoderm mulai
menyebar atau meluas kearah lateral dan anterior.
12
3. Neurulasi Pada Mamalia
13
BAB III
PENUTUP
3. 1. Kesimpulan
Neurulasi ini dibagi menjadi dua jenis berdasarkan bagaimana neural tube
terbentuk antara lain:
a. Neurulasi Primer
b. Neurulasi Sekunder
Neurulasi berdasarkan pemisahan/ khusus dibagi menjadi beberapa
tahapan yaitu: Pembentukan bumbung neural dengan adanya pemisahan
(peninggian) epidermis yang membatasi keping neural. Cara ini dilakukan oleh
embrio amfioksus. Peninggian epidermis juga disebut sebagai lipatan neural
temporer yang akan bertemu di bagian mediodorsal dan menjadi atap di atas
keping neural yang sudah melipat dan melekuk, membentuk lipatan neural dan
lekuk neural biasa yang sama kejadiannya pada neurulasi primer.
Neurulasi berdasarkan perkembangannya dibagi menjadi beberapa tahapan
yaitu:
14
a. Pembentukan neural plate
b. Pembentukan neural fold
c. Pembentukan neural groove
d. Pembentukan neural tube
e. Terbentuknya neural crest
Adapun neurulasi pada berbagai hewan, sebagai berikut :
1. Neurulasi Amfibia
Pada amfibia, neurulasi diawali dengan terbentuknya notokord dari
mesoderm bagian dorsal yang terkondensi diatas arkenteron. Setelah notokord
terbentuk lempeng neuron melipat kearah dalam dan menggulung menjadi
dibumbung neural (neural tube).
2. Neurulasi Aves
Neurulasi aves, di tandai dengan terbentuknya arkenteron yang dibentuk
ketika lipatan lateral menekan dan memisahkan embrio menjauhi kuning telur.
3. Neurulasi Mamalia
Pada mamalia, neurulasi sekunder diawali pada vertebrata sakral ekor,
setelah ektoderm neural diinduksi oleh notokord, neurulasi berlangsunv di sebelah
anterior nodus hensen.
3.2 Saran
15
DAFTAR PUSTAKA
Kasmeri Ria, Safitri Elza. 2014. Induksi Kejutan Suhu 36° Terhadap
Perkembangan Embrio dan keberhasilan Poluploidisasi Katak.
JurnalPelangi. Vol 6(2).
Maryunani, Anik. 2010. BiologiReproduksi. Jakarta: Trans Info Media Jakarta
Pratiwi, Herlina, dkk. 2019. Embriologi Hewan. Malang : UB Press
Putra, Ramadhani E. 2002. Anatomi dan Fisiologi Hewan. Jakarta : Erlangga
Sumarmin, Ramadhan. 2016. Perkembangan Hewan. Jakarta : Kencana
16