Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan yang saling berhubungan ,
sangat khusus dan kompleks. Sistem saraf ini mengkoordinasikan, mengatur dan
mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem
tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagian besar sistem tubuh lainnya.
Tubuh mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan
hubungan saraf diantara berbagai sistem. Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir,
bahasa, sensasi dan gerakan semuanya berasal dari sistem ini. Oleh karena itu,
kemampuan untuk memahami, belajar dan berespon terhadap rangsangan merupakan
hasil dari integrasi fungsi sistem saraf, yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku
seseorang.
Secara umum, sistem saraf bertanggung jawab untuk mengkoordinasi respon
yang cepat san cermat. Sinyal - sinyal saraf dalam bentuk potensial aksi secara cepat
merambat di sepanjang serat-serat sel saraf, menyebabkan pelepasan suatu
neurotransmitter di ujung saraf yang akan berdifusi hanya dalam jarak yang sangat dekat
ke sel sasarannya sebelum respon timbul. Respon yang diperantarai oleh sel saraf bukan
hanya cepat, tetapi juga singkat, kerjanya dengan cepat terhenti karena neurotransmitter
dengan cepat disingkirkan dari sasarannya. Hal ini memungkinkan penghentian respon,
pengulangan respon yang berlangsung hampir dengan segera atau muncul respon
alternatif dengan segera, bergantung pada keadaan (sebagai contoh, perubahan cepat
perintah ke kelompok-kelompok otot yang diperlukan untuk mengkoordinasikan
gerakan berjalan). Cara kerja ini menyebabkan komunikasi saraf berlangsung cepat dan
cermat. Jaringan sasaran saraf bagi system saraf adalah otot-otot dan kelenjar, terutama
kelenjar eksokrin.
Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf. Neurulasi adalah proses
penempatan jaringan yang akan tumbuh menjadi saraf, jaringan ini berasal dari
diferensiasi ectoderm, sehingga disebut ectoderm neural. Sebagai inducer pada proses
neurulasi adalah mesodem notochord yang terletak di bawah ectoderm neural.
Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang

1
melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan
keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan
berdesiferensiasi menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya
bumbung neural. Diduga bahwa perubahan morfologi yang terjadi selama neurulasi
sejalan dengan perubahan kromosom dan pola proteinnya. Penelitian ini dilakukan
untuk membandingkan morfologi kromosom dan pola protein.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah dalam topik Neurulasi pada makalah ini meliputi :
a. Mengetahui bagaimana proses neurulasi ?
b. Mengetahui bentuk turunan ektoderm ?
c. Mengetahui bentuk turunan endoderm ?
d. Mengetahui bentuk turunan mesoderm ?

1.3 Tujuan Penulisan


Maklah ini disusun demi keperluan pembelajaran mata kuliah Perkembangan
Hewan dalam pembelajaran tentang fertilisasi sehingga lebih jauh lagi mengerti dan
memahami tentang topik pembelajarai tersebut. Makalah ini juga bermanfaat sebagai
sarana kita untuk mempermudah dalam mempelajari topik pembahasan materi
Neurulasi meliputi bagaimana proses neurulasi, bentuk turuna dari ektoderm, endoderm
dan mesoderm. Selain itu, makalah ini disusun atas tugas yang telah di berikan oleh
dosen pembimbing mata kuliah Perkembangan Hewan Bapak Drs.Bejo Basuki,M.Si.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 NEURULASI
Pembentukan yang mengiringi pembentukan gastrula ialah neurulasi atau
tubulasi (pembumbungan). Neurulasi berasal dari kata neuro yang berarti saraf.
Neurulasi adalah proses awal pembentukan sistem saraf, jaringan ini berasal dari
diferensiasi ektoderm, sehingga disebut ektoderm neural. Sebagai induktor pada proses
neurulasi adalah mesoderm notochord yang terletak di bawah ektoderm neural.
Neurulasi dapat juga diartikan dengan proses awal pembentukan sistem saraf yang
melibatkan perubahan sel-sel ektoderm bakal neural, dimulai dengan pembentukan
keping neural (neural plate), lipatan neural (neural folds) serta penutupan lipatan ini
untuk membentuk neural tube, yang terbenam dalam dinding tubuh dan berdiferensiasi
menjadi otak dan korda spinalis dan berakhir dengan terbentuknya bumbung neural.

Gambar 1. Neurulasi

3
2.2. PROSES NEURULASI

Proses neurulasi merupakan suatu proses yang kompleks sehingga apabila


mengalami kelainan biasanya disebabkan oleh multifaktor. Proses neurulasi diawali
dengan adanya induksi yaitu bakal notocorda, sebagai inductor, terhadap ectoderm yang
terletak tepat di atasnya yaitu ectoderm neural, yang berperan sebagai jaringan. induksi
memperlihatkan adanya hierarki. Induksi paling awal oleh induksi dan disebut sebagai
induksi primer, innduksi berikutnya ( induksi-induksi sekunder ) didahului oleh induksi
sebelumnya. Tanpa adanya induksi neural, innduksi-induksi selanjutnya, terutama yang
terjadi pada tahap organogenesis, tidak dapat berlangsung dan embrio tidak akan
berkembang lanjut secara sempurna. Kebanyakan proses induksi bersifat instruktif dan
sisanya bersifat permisif. Misalnya, induksi matriks ekstraselular fibronektin terhadap
pial neural untuk berdifferensiasi membelah bermigrasi lewat matriks, adalah induksi
permisif. Pada induksi instruktif inductor melakukan aksi (instruksi) terhadap jaringan
kompeten untuk berubah atau berdifferensiasi. Pada induksi permisif, inductor tidak
melakukan suatu terhadap sel yang mengalami differensiasi, melainkan hanya
menyediakan saja, misalnya jalur untuk bermigrasi.

Setelah mengalami induksi primer, selanjutnya ectoderm neural akan


memperlihatkan perubahan, antara lain sel-selnya meninggi menjadi silindris dan
berbeda dari sel-sel ectoderm bakal epidermis yang berbentuk kubus. Perubahan sel-sel
melibatkan pemanjangan mikrotobul yaitu salah satu komponen sitoskelet. Meningginya
sel-sel keping neural menyebabkan keping neural menjadi sedikit terangkat dari
ectoderm di sampingnya. Sebagai respon terhadap induksi, sel-sel keping neural
mensintesis RNA baru dan terdeterminasi untuk berdifferensiasi menjadi bakal sistem
saraf pusat. Kedua bagian tepi keping neural melipat menjadi lipatan neural, mengapit
keping yang melekuk yaitu lekuk neural. Kedua lipatan neural akan bertemu berfusi di
bagian mediodorsal embrio sehingga terbentuk bumbung neural seperti tampak pada
tahap-tahap pembentukan bumbung neural.

Dan puncak( aspeks) sel. Konstriksi tersebut mengakbatkan sel-sel alas menjadi baji
(wedge saped) yang disebut “ median binge” (MH) atau engsel. sehingga terjadi
pelekukan di bagian atas tersebut. Pada sisi dorsolateral terdapat dorsolateral hinge
(DLH) atau engsel dorsolateral juga menyebabkan pelekukan dan membantu

4
bersatunya kedua lipatan hingga terbentuk bumbung neural. Rongga didalam bumbung
neural dinamakan neural atau neurosoel. Saluran ini untuk sementara berhubungan denga
melalui satu saluran pendek yang yang disebut kanalis neurenterikus paling jelas
ditemuakan pada amfioksus. Saluran ini kemudian akan menutup rongga saluran neural
dan rongga arkenteron terpisah satu sama lain.

a. Neuralasi terbagi menjadi dua jenis beradasarkan bagaimana neural tube terbentuk:
1. Neurulasi primer, dimana neural tube terbentuk akibat adanya proses pelekukan
atau invaginasi dari lapisan ectoderm neural yang diinisiasi oleh nothocord. Cara
ini paling umum ditemukan diantara berbagai kelompok hewan, yaitu amfibia,
reptilia, aves dan mamalia termasuk manusia.
2. Neurulasi sekunder, Proses neurulasi ini terjadi dengan ditandainya pembentukan
neural tube tanpa adanya pelipatan ectoderm neural, melainkan pemisahan
ectoderm neural dari lapisan ectoderm epidermis, baru kemudian membentuk
neural tube. misalnya pada pisces. Selain pada hewan yang khusus, kedua
neurulasi ini dapat juga ditemui dalam satu embrio. Neurulasi primer
berlangsung di bagian anterior (kepala dan tubuh) sedangkan neurulasi sekunder
terdapat di bagian posterior tubuh dan ekor.

Gambar 2. Neural Tube

b. Berdasarkan perkembangangannya, proses Neurulasi dibagi menjadi beberapa


tahapan:

5
Gambar 3. Proses perkembangan neurulasi
1. Pembentukan neural plate
Setelah fase gastrulasi selesai maka berlanjutlah pada fase neurulasi. Pada tahap
awal Notochord ( Sumbu primitif embrio dan bakal tempat vertebral column )
menginduksi ektoderm di atasnya. Sel – sel ektoderm berubah menjadi panjang dan
tebal daripada sel disekitarnya atau disebut juga dengan poliferasi menjadi lempeng
saraf (neural plate). Pembentukan ini terleak pada bagian dorsal embrio tepatnya di
daerah kutub animal.

Gambar 4. Neural Plate


2. Pembentukan neural fold
Setelah neural plate terbentuk, maka akan diikuti dengan penebalan bagian neural
plate itu sendiri. Karena pertumbuhan dan perbanyakan sel ectoderm epidermis lebih

6
cepat dibandingkan dengan pertumbuhan ectoedrm neural, mengakibatkan lapisan
neural plate menjadi tertekan dan mangalami pelekukan ke bagian dalam
(invaginasi). Bagian Pelekukan inilah yang disebut sebagai neural fold.

Gambar 5. Pembentukan Neural Fold


3. Pembentukan neural groove
Terbentunya neural fold atau lebih sederhananya adalah pematang neural yang
merupakan lipatan dari kedua sisi lempeng neural secara bersamaa akan didiringi
dengan terbentuknya neural groove, atau parit neural. Yaitu bagian paling dasar dari
lipatan ectoderm neural itu sendiri

Gambar 6. Tabung neural

7
4. Pembentukan neural tube
Karena pertumbuhan ectoderm epidermis lebih cepat, maka akan semakin
mendorong lipatan neural yang telah terbentuk, mengakibatkan fusi anatara neural
fold bagian kanan serta neural fold pada bagian kiri. Pada akhirnya terbentuk
tabung/bumbung saraf (neural tube) dengan lubangnya yang disebut neural canal
atau neurocoel.

Gambar 7. Pembentukan neural tube

Pada perkembngan selanjutnya, neural tube akan menjadi organ beirkut ini:
a) Otak dan sumsum tulang belakang.
b) Saraf tepi otak dan tulang belakang.
c) Bagian persarafan indra seperti mata, hidung dan kulit.
d) Chromatophore kulit dan alat-alat tubuh yang berpigmen.
e) Saat awal terbentunya, neural tube akan memiliki dua ujung yang belum
menutup, yang dinamakan neurophore.
1. Neurophore anterior, yang akan membentuk otak dan bagian-
bagiannya.

8
2. Neurophore posterior, yang akan membentuk fleksura atau lipatan
yang terdapat dalam otak, dan berperan dalam menentukan daerah-
daerah otak.

Gambar 8. Proses Menutupnya Bumbung Neural


5. Terbentuknya Neural crest
Pada awal terbentuknya terbentuknya neural tube, bagain dorsal tube yang dekat
dengan kutub animal, masih menempel pada sel sel ectoderm epidermis. Pada bagian
yang menempel tersebut terdapat sel-sel ectoderm neural yang tidak ikut serta
membentuk neural tube, sel inilah yang dimaksud dengan neural crest. Saat
pembentukan tabung saraf (neural tube), sel-sel neural crest akan terpisah dan akan
bermigrasi jauh dari ectoderm neural. Neural crest akan menjadi lokasi yang dituju
kemudian berdiferensiasi menjadi sel-sel ganglia spinalis dan otot otonom,dan
sebagainya. Mesensim yang berasal dari neural crest disebut ektomesensim.

Gambar 9. Bumbung Neural

9
Selama minggu kelima, tingkat pertumbuhan yang berbeda menimbulkan
banyak lekukan pada tabung neural, sehingga dihasilkan tiga daerah otak : otak
depan, otak tengah dan otak belakang. Otak depan berkembang menjadi mata (saraf
kranial II) dan hemisfer otak. Perkembangan semua daerah korteks serebri terus
berlanjut sepanjang masa kehidupan janin dan masa kanak-kanak. Sistem olfaktorius
dan thalamus juga berkembang dari otak depan. Saraf kranial III dan IV
(occulomotorius dan trochlearis) terbentuk dari otak tengah. Otak belakang
membentuk medula, spons, serebelum dan saraf kranial lain. Gelombang otak dapat
dicatat melalui elektroensefalogram (EGG) pada minggu ke-8. ü Medula spinalis
terbentuk dari ujung panjang tabung neural. Pada mudigah, korda spinalis berjalan
sepanjang kolumna vertebralis, tetapi setelah itu korda spinalis tumbuh lebih lambat.
Pada minggu ke-24, korda sinalis memanjang hanya sampai S1, saat lahir sampai L3
dan pada orang dewasa sampai L1. Mielinisasi korda spinalis mulai pada pertengahan
gestasi dan berlanjut sepajang tahun pertama kehidupan. Fungsi sinaps sudah cukup
berkembang pada minggu ke delapan sehingga terjadi fleksi leher dan badan.
Struktur ektodermal lainnya, yaitu neural crest, berkembang menjadi sistem saraf
perifer.

Gambar 10. Pembagian Daerah Bumbung Neural

Sel neural crest yang terlepas dari tepi lateral lipatan neural, menghasilkan
ganglion spinal dan ganglion sistem autonom serta sejumlah sel jenis lain. Mesoderm
paraksial, yang paling dekat dengan notokord dan neural tube yang sedang

10
berkembang, berdiferensiasi untuk membentuk pasangan blok jaringan atau somit.
Somit pertama muncul pada hari ke-20. Terdapat sekitar 30 pasagan somit pada hari
ke-30 yang meningkat menjadi total 44 pasangan. Somit berdiferensiasi menjadi
sklerotom, miotom, dan dermatom yang masing-masing menghasilkan tulang rangka
sumbu, otot rangka dan dermis kulit,

2.3. BENTUK TURUNAN EKTODERM


Hasil neurulasi sebagai awal terbentuknya organ-organ sebagai berikut:

1. Bumbung neural berkembang menjadi sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum
tulang belakang.
2. Neural crest akan berkembang menjadi:
a. Neuron dan sel glial sebagai penyokong untuk sistem saraf sensori, simpatik
dan parasimpatik.
b. Sel penghasil hormon epinefrin pada kelenjar adrenal.
c. Pigmen yang terkandung pada epidermis.
d. Otot dan jaringan ikat pada kepala
3. Epidermis berkembang menjadi lapisan epidermis kulit. Ektoderm bersama-sama
dengan mesoderm membentuk kulit yaitu ektoderm permukaan sebagai lapisan
epidermis dan mesoderm membentuk lapisan dermis kulit.

Neurulasi bagian sepalik (kepala) lebih cepat terjadi, sedangkan bagian kaudal
masih mengalami gastrulasi. Secara morfologi, proses penyatuan kedua sisi neural
fold secara membujur mengasilkan sisi anterior dan posterior bumbung neural yang
masih membuka pada awalnya. Kedua bagian ini disebut anterior neuropore dan
posterior neuropore. Pada manusia bisa terjadi kelainan apabila pada hari ke-27 dari
embrio tidak terjadi penutupan terutama pada posterior neuropore. Kelainan ini
disebut spina bifida (sumbing tulang belakang) serta anencephaly yaitu kegagalan
pembentukan tengkorak dan otak bayi. Anencephaly menyebabkan kematian bayi
saat lahir.

Diferensiasi bumbung neural menjadi bagian-bagian sistem saraf terjadi secara


bersama-sama melalui tiga cara yang berbeda.

11
1. Pada level anatomi, bumbung neural dan tonjolan lumennya berkontraksi
untuk membentuk otak dan jaringan saraf tulang belakang (spinal cord).
2. Pada level jaringan, populasi sel pada dinding bumbung neural mengatur diri
dengan berbagai macam cara untuk membentuk daerah fungsional otak dan
spinal cord.
3. Pada level selular, sel neuroepitel mendiferensiasi diri menjadi beberapa tipe
neuron dan glial di dalam tubuh. Glial merupakan sel-sel jaringan ikat saraf.
Berfungsi untuk melindungi dan menunjang sel saraf, menyelubungi akson
dan memberi nutrisi kepada neuron lewat pembuluh darah.
Sistem saraf Homo sapien merupakan sisitem saraf yang paling maju dalam
perkembangannya. Sehingga kajian sistem saraf pada manusia lebih banyak
dilakukan. Setiap impuls saraf akan saling terhubung dengan sistem saraf.
Sistem saraf terbagi atas sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf
pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang. Adapun sistem saraf tepi
mneghubungkan bagian tubuh dengan sistem saraf pusat. Sistem saraf tepi
dibedakan menjadi sistem saraf sadar dan sistem saraf tidak sadar (sistem
saraf otonom).

Mekanisme Pembentukan Neural Tube (Bumbung Neural). Terdapat dua model


pembentukan neural tube yaitu:

Model 1.
Mikrotubula dan mikrofilamen terbentang secara longitudinal sepanjang neural
plate. Perubahan bentuk sel karena aktivitas mikrotubula dan mikrofilamen. Sel
ektodermal memanjang secara acak mengatur mikrotubula secara paralel menurut
sumbu/poros pemanjangannya. Perubahan bentuk sel selanjutnya melibatkn
penyepitan bagian apikal pada sel silindris untuk membentuk ganjalan. Pada sisi
lateral neural tube, perubahan ini secara langsung dilakukan oleh sebuah cincin
filamen kontraktil yang mengelilingi tepi apikal dari sel. Kontraksi mikrofilamen
menghasilakn efek “purse-string”, yaitu penarikan ujung apikal dari sel. Sebab itu
terjadi invaginasi dan membentuk bumbung neural.

Model 2.
Proses yang mungkin terjadi adalah “cortical tractoring” epitelium dari neural plate.
Proses ini terjadi di dalam sel epitelium ektoderm. Pergerakan molekul adhesif saling
12
mendekat dan terhubung satu sama lain. Molekul tersebut mengalir dari basal dan
berakhir di apical. Tumpukan molekul adhesif pada puncak membentuk “apical seal”
(segel apikal) yang secara kontinu beregenerasi.Apabila tingkat alirannya sama pada
semua sel, tidak akan terjadi pergerakan pada sel epitelium. Apabila tingkat alirannya
berbeda maka sel-sel yang yang lebih cepat akan bergerak/merayap/menyusup ke
dalam di bawah sel yang kecepatan geraknya rendah.

2.4. BENTUK TURUNAN ENDODERM


Perkembangan Sistem Pencernaan

Sistem pencernaan berkembang dari bumbung endoderm atau bakal saluran


percernaan yang terbentuk pada saat neurulasi. Bumbung endoderm ini akan
terbagi menjadi tiga wilayah, yaitu usus depan, usus tengah dan usus belakang.
Usus depan yang berada di daerah posterior dan farinks akan berkembang
membentuk oesofagus, ventriculus (lambung), duodenum (usus 12 jari), hati,
kantung empedu, dan pancreas. Lapisan permukaan dalam dari saluran percernaan
ini serta kelenjar-kelenjarnya berasal dari endoderm, tetapi otot pada dinding
saluran, jaringan ikat, pembuluh darah, mesenterium, dan epitel yang menutupi
permukaan luar usus yang berbatasan dengan coelom berasal dari mesoderm
splanknik.

Pada embrio awal, saluran pencernaan merupakan suatu saluran sederhana,


lebih ke kaudal terbentuk usus, dan bagian tengah saluran pencernaan ini
berhubungan dengan kantung yolk. Pada ujung kaudal dari usus terbentuk suatu
lekukan tempat pertemuan endoderm dengan ektoderm yang disebut proctodeum.
Kedua lapisan ini dibatasi oleh membrane kloaka yang kemudian akan pecah untuk
membentuk anus.

Di bagian kaudal lambung (masih wilayah usus depan) terbentuk tiga organ
yang merupakan turunan saluran pencernaan, yaitu hati, pancreas, dan duodenum.
Perkembangan awal hati di wilayah usus depan adalah berupa penggembungan
atau disebut divertikulum hati. Divertikulum hati (corda hepatic) merupakan
tonjolan yang keluar dari usus depan, masuk ke mesenkim (mesoderm hepatic)
yang ada di sekeliling lambung. Mesenkim menginduksi endoderm diverticulum
hati untuk berproliferasi, bercabang, dan membentuk sel-sel hati. Sebagian dari
diverticulum hati (bagian yang terdekat dengan saluran pencernaan) akan berfungsi
sebagai saluran hati dan cabangnya akan membentuk kantung empedu.

Awalnya, pancreas berkembang juga berupa diverticulum yang muncul pada


bagian dorsal dan vebtral usus depan. Kemudian, diverticulum yang berasal dari
sebelah dorsal dan vebtral saluran pencernaan tepat di sebelah kaudal kantung

13
empedu berfusi membentuk pancreas. Saluran pencernaan yang berasal dari usus
depan adalah : farinks, oesofagus, ventriculus, dan duodenum.

Dalam perkembangannya, usus tengah akan menjadi usus halus lanjutan


duodenum, yaitu jejunum dan ileum dan sebagian dari usus besar, yaitu colon
ascenden.

Selanjutnya, usus belakang akan berkembang menjadi sebagian besar usus


besar, yaitu colon transversum dan colon descenden serta kantung alantois.
Sebagian dari kantung alantois yaitu pangkalnya kelak akan berkembang menjadi
vesica urinaria (kantung kemih).

2.5. BENTUK TURUNAN MESODERM

Gambar 7.4. Pembentukan lanjut mesoderm

A. Amphioxus

Pembentukan mesoderm diawali dengan gerakan evaginasi lateral dari bagian


dorsolateral. Selanjutnya mengalami evaginasi mediodorsal dan delaminasi
membentuk notokorda.

Mesoderm di bagian dorso-lateral → somit/epimer (segmental). Somit terdiri dari :


dermatom (luar), miotom, dan sklerotom.

Mesoderm di bagian latero-ventral/hipomer terdiri dari mesoderm lateral dan


ventral yang tidak mengalami segmentasi. Mesoderm ini terbelah dua: mesoderm
somatik (parietal) dan mesoderm splanknik (viseral)

14
Gambar 7.5. Diferensiasi sekunder mesoderm pada Amphioxus

B. Amphibia

Pembagian mesoderm :

notokord terbentuk dari mesoderm dorsal yang berkondensasi persis di atas


arkenteron. Tabung neuron berawal sebagai lempengan ektoderm dorsal, persis
diatas notokord yang berkembang.

Setelah notokord terbentuk, lempeng neuron melipat ke arah dalam dan


menggulung menjadi Tabung neuron (neural tube) yang akan menjadi sistem
saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang).

15
Gambar 7.6. Diferensiasi sekunder mesoderm pada Amphibia

Perbedaan Amphioxus dengan Amphibia :

Dermatom dan sklerotom Amphibia tidak hanya berupa lapisan tipis, melainkan sel-sel
mesenkim yang awalnya epithelial (dari sel-sel somit). Dermatom menjadi dermis dan
sklerotom mengalami kondensasi di sekeliling notokorda dan bumbung neura membentuk
columna vertebra dan menjadi rusuk

Gambar 7.7. Urutan tingkatan perkembangan somit

C. Unggas

Agregasi mesoderm di bagian kepala disebut somitomer

Somit 1, dibentuk posterior somiter 7

Pemadatan somit disokong oleh molekul fibronektin dan N-kadherin.

Somiter 1 → anterior kepala embrio

16
Somiter 7 → posterior nodus Hensen

Peran somiter : bakal otot skelet kepala

Somit :

 Muncul di bagian posterior somit terdahulu, sepasang/ jam


 Spesies spesifik jumlahnya (unggas = 50 pasang)
 Terdiri atas : dermatom, miotom, dan sklerotom

Somit epitelial bersifat mesenkimal

(karena induksi notokorda dan bumbung neural)

Gambar 7.8. Sayatan frontal embrio unggas melalui somitomer

Perbedaan Unggas dari Amphibia dan Amphioxus:

 Mesoderm lateral tidak hanya mementuk bagi intraembrio, bag distal akan
membentuk ekstraembrio
 Embrio unggas → diskus
 Notokorda sudah terpisah dg mesoderm paraksial sejak awal pembentukannya

17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Neurulasi adalah proses pembentukan bumbung neural (= bakal sistem saraf
pusat). Neurulasi juga dapat diartikan sebagai pembumbungan (proses pembentukan
bumbung atau saluran-saluran dari lapisan lembaga).

Proses neurulasi diawali dari pembentukan lamina neuralis kemudian mengalami


invaginasi menjadi sulkus neuralis dan tebentuk tubulus neuralis. Proses neurulasi
dapat dibedakan menjadi tiga elompok, yaitu dua kelompok utama dan satu kelompok
khusus yaitu Neurulasi primer, Neurulasi Sekunder, dan Neurulasi Pemisah.Sel-sel
pial neural terlepas dari perbatasan ektoderm neural dan ektoderm epidermal setelah
kedua lipatan neural bertemu membentuk bumbung neural, menghasilkan sel-sel
mesenkim wajah. Deferensiasi pial neural berdasarkan arah migrasi dan kedudukan
akhir sel-sel dibagi menjadi Pial cranial, Pial Tubuh (truck crest), Pial vagal dan pial
sacral, serta Pial kardiak.
Turunan dari ectoderm yaitu, Bumbung neural berkembang menjadi sistem saraf
pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Neural crest akan berkembang menjadi,
Neuron dan sel glial sebagai penyokong untuk sistem saraf sensori, simpatik dan
parasimpatik, Sel penghasil hormon epinefrin pada kelenjar adrenal, Pigmen yang
terkandung pada epidermis, Otot dan jaringan ikat pada kepala.
Turunan dari endoderm yaitu, Bumbung endoderm akan terbagi menjadi tiga
wilayah, yaitu usus depan, usus tengah dan usus belakang.

Turunan dari mesoderm yaitu, akan terbentuk, amphioxus yang akan menjadi,
dermatom (luar), miotom, dan sklerotom, mesoderm somatik (parietal) dan
mesoderm splanknik (viseral). Amphibian yang akan menjadi sistem saraf pusat
(otak dan sumsum tulang belakang) dan unggas.
3.1 Saran
Dengan ditulisnya makalah ini diharapkan agar penulis serta pembaca dapat
memahami dan mengerti lagi lebih lanjut mengenai neurulasi, guna menambah
wawasan dalam dunia pendidikan maupun dalam lingkup sehari-hari. Dan juga dapat
mengetahui lagi hal-hal yang belum dibahas dalam essai ini sehingga dapat lebih
menambah pengetahuan lagi.

18
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2000. Biologi, Edisi kelima – Jilid 3. Jakarta: Erlangga

Kimball, John, 1992. Biologi, Jilid 1 edisi kelima, Jakarta: Erlangga

Maryunani, Anik. 2010. Biologi Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media Jakarta

Nalbandov, A.V, 1990, Fisiologi Reproduksi pada Mamalia dan Unggas, Jakarta: UI Press.

Sudarwati, Sri dan Lien A. Sutasurya. 1990. Dasar-Dasar Perkembangan Hewan.


Bandung: FMIPA ITB

Tenzer, Amy, Nursasi Handayani, Umie Lestari, Dwi Listyorini, Titi Judani, Abdul Gofur.
2001. Petunjuk Praktikum Perkembngan Hewan. Malang: FMIPA UM

Yatim, Wildan. 1982. Reproduksi dan Embryologi. Bandung: Penerbit Tarsito

Yatim, Wildan. 1990. Biologi Modern Histologi. Bandung: Penerbit Tarsito

19

Anda mungkin juga menyukai