Anda di halaman 1dari 41

REFERAT

SISTEM LIMBIK DAN SEREBRUM

Disusun oleh:

NURWAHIDAH LAKAMING

202082021

Pembimbing:

dr. WINDI C. H. MARBUN, Sp.N

KEPANITERAAN KLINIK ILMU NEUROLOGI


RUMAH SAKIT SELE BE SOLU KOTA SORONG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PAPUA
2021
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan rahmat
serta karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul
sistem limbik dan serebrum. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam
Kepaniteraan Klinik Neurologi yang dilaksanakan di Bagian Neurologi Rumah
Sakit Umum Daerah Dr. John Piet Wanane Kabupaten Sorong dan Rumah Sakit
Umum Daerah Sele Be Solu Sorong.

Penulis sadar makalah ini masih banyak kekurangan dari isi, susunan
bahasa maupun sistematika penulisannya mengingat pengalaman dan pengetahuan
serta waktu yang digunakan untuk menyusun makalah ini sangat terbatas. Untuk
itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada


pembimbing kepaniteraan klinik Neurologi di Rumah Sakit Umum Daerah Sele Be
Solu Kota Sorong, dr. Windi C. H. Marbun, Sp.N yang telah memberikan masukan
dan saran selama proses penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula penulis ucapkan
terima kasih kepada rekan-rekan yang turut membantu dalam upaya menyelesaikan
makalah ini.

Akhirnya, penulis berharap semoga makalah ini dapat menjadi dasar


pengetahuan bagi tenaga medis dan profesi lain yang terkait dengan masalah
kesehatan pada umumnya dan khususnya mengenai sistem limbik dan serebrum.

Sorong, 3 September 2021

Penulis

ii
LEMBAR PENGESAHAN

Referat diajukan oleh :


Nama : Nurwahidah Lakaming
NIM : 202082021
Universitas : Universitas Papua
Fakultas : Kedokteran
Jurusan : Program Profesi Pendidikan Dokter
Bidang Kepaniteraan : Departemen Neurologi
Judul Referat : Sistem Limbik dan Serebrum

Diajukan kepada :
Pembimbing : dr. WINDI C. H. MARBUN, Sp.N

Telah dipresentasikan dan disahkan pada tanggal : …………………………

Mengetahui,

Pembimbing,

dr. WINDI C. H. MARBUN, Sp.N

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN ........................................................................ iii

DAFTAR ISI................................................................................................ iv

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................. 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Tujuan ...................................................................................... 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ......................................................... 3

2.1. SISTEM LIMBIK .................................................................... 3

2.1.1. Struktur Anatomi Sistem Limbik ............................................. 3

2.1.2. Fungsi Sistem Limbik .............................................................. 5

2.1.3. Gangguan Sistem Limbik ........................................................ 7

2.2. SEREBRUM ............................................................................ 8

2.2.1. Struktur Anatomi dan Fungsi Serebrum .................................. 8

2.2.2. Struktur dan Fungsi Korteks Serebri ........................................ 11

2.2.3. Gangguan Serebrum ................................................................. 27

2.3. SUPLAI DARAH OTAK ........................................................ 33

BAB 3 KESIMPULAN ...................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. vi

iv
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Otak terletak dalam rongga cranium dan terdiri dari empat bagian utama:
serebrum, diensefalon, serebelum, dan batang otak. Batang otak berlanjut dengan
sumsum tulang belakang dan terdiri dari medula oblongata, pons, dan midbrain. Di
belakang batang otak adalah serebelum. Superior ke batang otak adalah
diencephalon, yang terdiri dari thalamus, hipothalamus, dan epithalamus. Serebrum
disokong oleh diencephalon dan batang otak. Serebrum merupakan bagian terbesar
dari otak dan memiliki sepasang hemisfer (dekstra dan sinistra) yang terbagi
menjadi 4 lobus utama, yakni lobus frontal, lobus parietal, lobus temporal dan lobus
oksipital.(1,2)

Gambar 1. Potongan sagittal serebrum.


Sumber: Tortora(3)

Pada otak terdapat struktur bangunan-bangunan yang mengelilingi korpus


kalosum dan berperan dalam pengaturan perilaku, emosi dan dorongan. Struktur
bangunan-bangunan tersebut disebut sistem limbik. Sistem limbik sangat penting
untuk perilaku beradaptasi, termasuk untuk mempelajari respons baru berdasarkan
pengalaman sebelumnya (ingatan atau memori). Fungsi-fungsi yang berkaitan

1
dengan sistem limbik seperti perilaku sesuai insting, perilaku afektif, motivasi,
dorongan, pembelajaran dan memori bergantung dari kerja sama sistem limbik
yang baik dengan area otak lainnya. Dalam bahasa Latin, ‘limbik’ (limbus) berarti
batas atau pinggir. Secara anatomi, sistem limbik adalah struktur bangunan-
bangunan yang mengelilingi korpus kalosum. Secara fungsional, sistem limbik
berperan mengaitkan emosi dengan motivasi (amigdala), belajar san ingatan
(formasio hipokampus) serta perilaku seksual (hipotalamus).(3)

Otak merupakan organ yang sangat mudah beradaptasi meskipun neuron-


neuron di otak yang telah mati tidak mengalami regenerasi, kemampuan adaptif
atau plastisitas pada otak dalam situasi tertentu secara langsung bagian-bagian otak
yang masih normal akan mengambil alih fungsi dari bagian-bagian yang rusak.(2)

1.2. Tujuan

1.2.1. Mengenali, mempelajari dan memahami anatomi sistem limbik dan


serebrum.

1.2.2. Mengenali, mempelajari dan memahami fisiologi sistem limbik dan


serebrum.

1.2.3. Mengenali, mempelajari dan memahami jenis-jenis gangguan sistem


limbik dan serebrum.

2
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. SISTEM LIMBIK

Sistem limbik adalah suatu unit fungsional terpadu di dalam otak yang
berperan penting dalam mengatur emosi dan memori. Sistem limbik merupakan
suatu cincin struktur-struktur otak depan yang mengelilingi batang otak yang terdiri
dari lobus-lobus korteks serebri (terutama korteks asosiasi limbik), nukleus basalis,
thalamus dan hipothalamus.(1,3,4)

Struktur-struktur yang termasuk dalam sistem limbik meliputi girus


cinguli, parahipokampus, hipokampus, girus dentatus, subiculum dan amigdala,
area septal dan beberapa nukleus thalamus dan hipothalamus. Struktur utama sistem
limbik adalah formasio hipokampus dan amigdala. Formasio hipokampus berperan
dalam konsolidasi memori jangka pendek ke memori jangka panjang. Amigdala
berperan mengatur ekspresi emosional melalui modulasi hipothalamus.(1,2)

2.1.1. Struktur Anatomi Sistem Limbik

Sistem limbik terletak di bagian dalam hemisfer serebri yang melekat


dengan korpus kalosum, penghubung kedua hemisfer serebri. Pada permukaan
medial hemisfer serebri, ada bagian-bagian dari lobus frontalis, parietalis dan
temporalis yang membentuk komponen sistem limbik. Sejajar dengan sistem
limbik, terdapat girus singuli yang melengkung di sekitar korpus kalosum dan
dipisahkan dari lobus-lobus di sekitarnya oleh sulkus singuli. Girus singuli
berlanjut ke bagian belakang dan turun ke bawah mengelilingi bagian posterior
korpus kalosum menjadi girus parahipokampus. Di bagian sebelah dalam girus
hipokampus, terletak hipokampus di dalam lobus temporalis. Girus singuli, girus
parahipokampus dan hipokampus kadang disebut sebagai lobus limbik hemisfer
serebri.(1–3)

3
Gambar 2. Struktur anatomi sistem limbik.
Sumber: Martini(1)

Formasio hipokampus terdiri dari 3 bagian hipokampus (cornu ammonis),


girus dentatus dan subiculum (korteks subikular). Struktur yang berhubungan
dengan formasio hipokampus melalui hubungan neuroanatomis meliputi korteks
entorhinal, girus suprakalosal (indusium griseum), fasiola sinerea (girus fasiolaris)
dan area septal (area prekomisural primitif). Formasio hipokampus dibatasi oleh
amigdala di bagian depan sampai splenium korpus kalosum di bagian
belakangnya.(1–3)

Hipokampus merupakan struktur korteks yang membentuk tonjolan


berbentuk koma pada lantai dan dinding medial kornu temporal ventrikel lateral.
Pada potongan koronal, hipokampus terlihat mirip seperti kuda laut karena
bentuknya yang melengkung seperti busur. Permukaan ventrikular hipokampus
dilapisi oleh sel ependim. Hipokampus dibatasi oleh amigdala pada bagian anterior
dan dibatasi oleh splenium korpus kalosum di bagian inferior.(1,2)

Girus dentatus merupakan bagian korteks yang terletak di antara bagian


atas girus parahipokampus dan fimbria. Pada bagian dorsal, girus dentatus berada

4
di sepanjang fimbria dekat splenium korpus kalosum dan meluas ke indusium
griseum. Girus dentatus meluas ke unkus girus parahipokampus pada bagian
anterior. Subikulum merupakan zona transisional yang terdiri dari 3 lapis
archikorteks dekat hipokampus, tetapi kemudian mengalami transisi menjadi 6 lapis
begitu mendekati girus parahipokampus.(1,2)

Gambar 3. Sirkuit Papez


Sumber: Crossman, et. al(5)

2.1.2. Fungsi Sistem Limbik

Secara sederhana, berbagai bentuk stimulus didapat dari luar dan


diperhalus di korteks asosiasi parietooksipitalis. Informasi ini kemudian dibawa
menuju ke korteks asosiasi frontalis yang berperan dalam perilaku perencanaan
(regulasi). Informasi tersebut juga dibawa menuju area asosiasi temporalis inferior
sehingga informasi dapat mencapai status supramodal dan memiliki arti (proses
semantik). Informasi masuk melalui amigdala atau formasio hipokampus, melalui
area entorhinal. Amigdala sangat penting untuk motivasi dan pengalaman emosi.
Informasi yang masuk ke dalam formasio hipokampus memungkinkan adanya
kaitan dengan pengalaman-pengalaman terdahulu karena formasio hipokampus
penting dalam proses ingatan dan pembelajaran (ingatan episodik).(3–5)

5
Gambar 4. Hubungan dasar antara area-are asosiasi pada neokorteks, sistem
limbik, hipotalamus dan jaras-jaras luaran utamanya
Sumber: Crossman, et. al(5)

Sistem limbik dapat mempengaruhi berbagai respons motorik yang sesuai


dengan analisis informasi terkait melalui proyeksi-proyeksi ke nukleus akumbens
yang merupakan bagian dari ganglia basalis serta respons-respons otonomik
melalui proyeksi-proyeksi ke hipotalamus.(4,5)

Sistem limbik sebagai pengaturan emosi dan motivasi pada manusia


berfungsi dalam memberikan respons cepat terhadap rangsangan lingkungan.
Emosi sosial merupakan suatu pengalaman dan diekspresikan berbeda di antara
individu, misalnya cinta dan benci, cemburu dan iri, kebanggaan diri dan rasa
bersalah, empati dan simpati. Suasana hati menggambarkan status afeksi yang
diperpanjang yang dapat merefleksikan respons-respons yang sesuai terhadap
lingkungan atau dapat bersifat patologis seperti depresi atau cemas.(4,5)

Terdapat 3 jenis proses ingatan, yaitu ingatan episodik, ingatan semantik


dan ingatan implisit. Ingatan episodik termasuk belajar dan mengingat kembali
kejadian-kejadian otobiografis dari kehidupan seseorang dan bergantung pada

6
formasio hipokampus beserta koneksi yang terkait. Ingatan semantik memerlukan
pengetahuan mengenai arti verbal dan konsep persepsi. Ingatan ini bergantung pada
fungsi neokorteks, girus temporalis media dan inferior. Ingatan implisit terdiri atas
proses belajar kemampuan sensorik dan motorik.(4,5)

2.1.3. Gangguan pada Sistem Limbik

2.1.3.1. Kelainan motivasi dan emosi

Pada demensia frontotemporalis, terdapat atrofi neokorteks prefrontalis


dan amigdala. Penderita mengalami defisit kognitif eksekutif yang menyebabkan
gangguan perencanaan dan organisasi serta perubahan kepribadian dengan
gangguan personal, okupasional dan sosial akibat kerusakan korteks prefrontalis.
Emosi-emosi utama dan sosial serta perasaan takut akan bahaya pada penderita
hilang karena kerusakan amigdala. Penderita akan menjadi apatis saat kelainan
menyebar melewati regio-regio dorsolateral frontalis. Pada beberapa penderita,
terdapat kelainan selektif pada neokorteks orbitalis frontalis. Fungsi kognitif
eksekutif penderita relatif utuh, namun perilakunya mengalami dishibisi, yakni
menjadi lebih aktif dan tidak terkontrol.(5–7)

2.1.3.2. Kelainan ingatan

Salah satu contoh penyakit kelainan ingatan adalah Alzheimer. Pada


kelainan ini, ditemukan adanya atrofi berat hipokampus yang menyebabkan
amnesia terhadap kejadian-kejadian yang relatif baru dan kemampuan mempelajari
informasi-informasi baru yang bersifat otobiografis, misalnya hilang ingatan secara
episodik.(4,6)

Pada demensia semantik, terdapat atrofi girus neokorteks temporalis media


dan inferior. Penderita secara progresif kehilangan makna kata-kata dan persepsi,
seperti pengetahuan tentang dunia (ingatan semantik), misalnya penderita tidak
tahu nama objekdan tidak dapat mengenali wajah (agnosia asosiasi). Tetapi
penderita relatif masih mempertahankan ingatan otobiografis dari pengalamannya
sendiri karena formasio hipokampus tidak terkena pada kelainan ini.(5,7)

7
2.2. SEREBRUM

Serebrum berasal dari telensefalon berdasarkan perkembangan embriologi


otak. Serebrum memiliki 2 bagian, yaitu hemisfer serebri dekstra dan sinistra.
Kedua hemisfer ini dipisahkan oleh fisura longitudinal sampai sedalam korpus
kalosum. Masing-masing hemisfer memiliki permukaan lateral, medial dan
basal.(1)

2.2.1. Struktur Anatomi dan Fungsi Serebrum

Hemisfer serebri terdiri atas permukaan korteks serebri yang melekuk-


lekuk membentuk girus (pola tonjolan) dan sulkus (alur atau celah di antara girus).
Sulkus yang lebih dalam lagi disebut fisura. Adanya girus dan sulkus berguna untuk
memaksimalkan wilayah permukaan korteks. Anatomi berbagai girus dan sulkus
pada satu individu dengan yang lainnya sangat bervariasi. Bahkan antar kedua
hemisfer serebri individu dapat berbeda.(1,5)

Gambar 5. Struktur girus, sulkus dan lobus hemisfer serebri


Sumber: Saladin, et. al(2)

8
Sulkus pada hemisfer serebri berperan sebagai pemisah antar lobus
hemisfer yang dapat digunakan sebagai tanda pembagian lobus. Tiga sulkus utama
pembagi lobus adalah sulkus lateralis, sulkus sentralis dan sulkus parietooksipitalis.
Hemisfer serebri memiliki 4 lobus utama yaitu lobus frontalis (warna ), lobus
parietalis (warna ), lobus temporalis (warna ) dan lobus oksipitalis (warna ).
Gambar 3 menampilkan gambaran girus, sulkus dan lobus hemisfer serebri.(2)

Pada penampang lateral, terlihat sulkus sentralis (central sulcus) yang


memisahkan lobus frontalis dengan lobus parietalis. Lobus frontalis merupakan
semua bagian otak yang berada di anterior sulkus sentralis. Sejajar dengan sulkus
sentralis, terletak girus presentralis yang merupakan area motorik primer korteks
serebri. Bagian permukaan lateral lobus frontalis yang terletak di anterior girus
presentralis terbagi menjadi girus frontalis superior, medial dan inferior. Di bagian
posterior sulkus sentralis terletak girus postsentralis yang berperan sebagai area
sensorik primer korteks serebri. Bagian anterior girus postsentralis terletak korteks
somatomotorik primer. Bagian postero-lateral girus postsentralis terdapat lobulus
parietal superior dan inferior, girus supramarginal dan angular.(2,5,6)

Gambar 6. Struktur pada penampang lateral hemisfer serebri


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

9
Sulkus yang paling jelas pada penampang lateral serebrum adalah sulkus
lateralis (lateral sulcus) yang memisahkan lobus temporalis dan lobus frontalis.
Lobus temporalis menyatu dengan lobus parietalis dan oksipitalis. Pada permukaan
lateral lobus temporalis, terdapat tiga girus utama yang sejajar dengan sulkus
lateralis, yaitu girus temporalis superior, media dan inferior. Korteks auditori
primer terletak pada girus temporalis superior.(2,5,6)

Di bagian postero-superior, terdapat sulkus parieto-oksipitalis yang


memisahkan lobus parietalis dengan lobus oksipitalis. Meskipun begitu, sulkus
parieto-oksipitalis hanya memisahkan bagian tengah kedua lobus tersebut karena
permukaan lobus oksipitalis tidak mempunyai batas yang jelas. Di permukaan
medial dari lobus oksipitalis terletak korteks visual primer yang ditunjukkan oleh
sulkus kalkarina.(2,5,6)

Pada penampang medial, tampak struktur korpus kalosum yang merupakan


penghubung hemisfer serebri dekstra dan sinistra. Di bagian superior dari korpus
kalosum terletak girus singuli yang kemudian bersambung menjadi girus
parahipokampus. Tiga struktur pada girus parahipokampus adalah girus
parahipokampus lingualis, serta girus oksipitotemporal medial dan lateral. Di
bagian superior girus parahipokampus lingualis terdapat uncus. Bagian medial
hemisfer serebri pada penampang medial ini juga memperlihatkan struktur sistem
limbik yang telah disebutkan pada pembahasan sebelumnya.(2,5,6)

10
Gambar 7. Struktur pada penampang medial hemisfer serebri
Sumber: Baehr & Frotscher(6)

Pada penampang inferior, terlihat dengan jelas adanya girus rectus pada
inferior dari lobus frontalis. Tampak pula girus orbital dan sulkus olfaktorius pada
area yang sama di bagian hemisfer dekstra dan sinistra. Di bagian posterior hemisfer
terletak girus fusiform pada lobus oksipitalis. Struktur lain dapat dilihat pada
gambar.(2,5,6)

Gambar 8 Struktur pada penampang lateral hemisfer serebri


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

11
2.2.2. Struktur dan Fungsi Korteks Serebri

Serebrum tersusun oleh substansia grisea, substansia alba dan ganglia


basalis. Substansia grisea atau disebut juga korteks serebri tersusun oleh badan sel
saraf, sedangkan substansia alba tersusun oleh axon. Secara makroskopis, struktur
laminar korteks serebri dapat terlihat dengan mata telanjang pada bagian tertentu.
Substansia grisea disebut juga sebagai gray matter (materi abu – abu) karena
tampak seperti berwarna abu – abu pada sediaan makroskopis serebrum karena
mengandung badan sel neuron. Sedangkan substansia alba yang sering disebut
white matter (materi putih) pada sediaan makroskopis serebrum karena hanya
mengandung akson sehingga terlihat lebih putih (ilustrasi dapat dilihat pada
Gambar 3).(2,5,6)

Gambar 9. Sitoarsitektur korteks serebri manusia


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

12
2.2.2.1. Substansia grisea

Sediaan mikroskopis sebagian besar area kortikal substansia grisea


menunjukkan struktur dasar berlapis enam. Pada potongan anatomis yang tegak
lurus dengan permukaan otak, dapat dikenali berbagai lapisan berikut dari luar ke
dalam.(5,6)
1. Lapisan molekuler, lapisan paling superfisial, mengandung sedikit badan
sel neuron namun mengandung banyak dendrit dan prosesus akson di
tempat interaksi sinapsis.
2. Lapisan granularis eksterna, mengandung banyak neuron kecil yang
membentuk koneksi intrakorteks.
3. Lapisan piramidalis eksterna, mengandung neuron sedang, membentuk
serabut-serabut aosiasi dan komisura.
4. Lapisan granularis interna, tempat terminasi serabut saraf aferen dari
nukleus spesifik thalamus.
5. Lapisan piramidalis interna, tempat asal serabut-serabut proyeksi ke
sasaran ekstrakorteks (ganglia basalis, thalamus, batang otak dan medulla
spinalis). Lapisan ini mengandung sel-sel raksasa Betz pada korteks
motorik primer lobus frontalis dan mengirimkan serabut-serabutnya ke
traktus piramidalis.
6. Lapisan multiformis, mengandung neuron asosiasi dan proyeksi.

Berdasarkan karakteristik histologis daerah korteks serebri, seorang ahli


anatomi bernama Brodmann membuat peta sitoarsitektur korteks serebri yang
kemudian disebut sebagai area-area Brodmann. Area sitoarsitektur tidak
bersesuaian dengan pola girus permukaan serebrum. Ada yang tumpang tindih
dengan satu sama lain dan bentuk serta luasnya bervariasi pada masing-masing
individu.(5,6)

13
Gambar 10. Area sitoarsitektural korteks serebri
Sumber: Baehr & Frotscher(6)

2.2.2.2. Organisasi Fungsional Korteks Serebri

Korteks serebri diperlukan untuk kesiagaan kesadaran, berpikir, ingatan


dan kecerdasan. Korteks serebri merupakan daerah masuknya semua modalitas
sensorik dan tempat masukan tersebut dipersepsikan dan diinterpretasikan serta
dikaitkan dengan pengalaman sebelumnya. Jenis tertentu dari sinyal sensorik,
motorik, dan integratif diproses di daerah tertentu di korteks serebri. Secara umum,
area sensorik menerima informasi sensorik dan terlibat dalam persepsi, kesadaran.
Area motorik mengontrol pelaksanaan gerakan sukarela, dan area asosiasi
menangani fungsi integratif yang lebih kompleks seperti memori, emosi, penalaran,
kemauan, penilaian, ciri-ciri kepribadian. dan kecerdasan.(4–6,8)

a. Area sensorik

Informasi sensorik sampai terutama ke regio belakang sulkus sentralis.


Pada korteks serebri, area sensorik primer menerima informasi sensorik
yang telah diteruskan dari reseptor sensorik perifer melalui regio terbawah
otak. Area asosiasi sensorik biasanya berdampingan dengan area
primernya. Area asosiasi sensorik mengintegrasikan pengalaman sensorik
untuk menghasilkan pola pengenalan dan kesadaran.(2,3,6)

 Area somatosensori primer (area 1, 2, dan 3 pada Gambar 9.) terletak tepat
di belakang sulkus sentralis setiap hemisfer serebri di girus postsentralis

14
setiap lobus parietal. Area ini memanjang dari sulkus serebral lateral,
sepanjang permukaan lateral lobus parietal ke fisura longitudinal, dan
kemudian sepanjang permukaan medial lobus parietal dalam fisura
longitudinal.(2,3,6)

Area somatosensori primer menerima impuls saraf untuk sentuhan,


tekanan, getaran, gatal, geli, suhu (dingin dan hangat), nyeri, dan
propriosepsi (posisi sendi dan otot) dan terlibat dalam persepsi sensasi
somatik. Ukuran area kortikal yang menerima impuls dari bagian tubuh
tertentu bergantung pada jumlah reseptor yang ada di bagian tubuh. Daerah
yang lebih besar dari daerah somatosensori menerima impuls dari bibir dan
ujung jari dari toraks atau pinggul. Area somatosensori utama
memungkinkan untuk menentukan dengan tepat dari mana sensasi somatik
berasal.(2,3,6)

Gambar 11. Peta area sensorik, motorik


Sumber: Saladin, et al(2)

• Area visual primer (area 17), terletak di ujung posterior lobus oksipitalis
terutama pada permukaan medial (di sebelah fisura longitudinal),
menerima informasi visual dan terlibat dalam persepsi visual.(2)

15
• Area pendengaran primer (area 41 dan 42), terletak di bagian superior
lobus temporal dekat sulkus serebri lateral, menerima informasi suara dan
terlibat dalam persepsi pendengaran.(2)

• Area pengecapan primer (area 43), terletak di dasar girus postsentralis


superior dari sulkus serebri lateral di korteks parietal. Area ini menerima
impuls pengecapan dan terlibat dalam persepsi pengecapan serta
diskriminasi pengecapan.(2)

• Area penciuman primer (area 28), terletak di lobus temporal pada aspek
medial dan menerima impuls untuk penciuman dan terlibat dalam persepsi
penciuman.(2)

Gambar 12. Homunkulus serebri


Sumber: Saladin, et al(2)

16
b. Area Motorik

Luaran motorik dari korteks serebral menjalar terutama dari bagian anterior
setiap hemisfer. Area motorik yang paling penting adalah sebagai berikut.

 Area motorik primer (area 4) terletak di girus presentralis lobus frontalis.


Setiap regio di area motorik primer mengontrol kontraksi volunter otot atau
kelompok otot tertentu (lihat Gambar 16.8b pada halaman 581). Stimulasi
listrik pada setiap titik di area motorik primer menyebabkan kontraksi serat
otot rangka tertentu pada sisi tubuh yang berlawanan. Seperti yang berlaku
untuk representasi sensorik somatik di area somatosensori primer, otot
yang berbeda direpresentasikan secara tidak sama di area motorik primer.
Lebih banyak area kortikal dikhususkan untuk otot-otot yang terlibat dalam
gerakan yang terampil, kompleks, atau halus.(2,3)

 Area bicara Broca (area 44 dan 45), yang terletak di lobus frontal dekat
dengan sulkus serebri lateral, terlibat dalam artikulasi bicara. Pada
kebanyakan orang, area bicara Broca terlokalisasi di belahan otak kiri.
Sirkuit saraf yang terbentuk antara area bicara Broca, area premotor, dan
area motorik primer mengaktifkan otot-otot laring, faring, dan mulut serta
otot-otot pernapasan. Kontraksi terkoordinasi dari otot-otot bicara dan
pernapasan Anda memungkinkan Anda untuk mengungkapkan pikiran
Anda. Orang yang mengalami kecelakaan serebrovaskular (CVA) atau
stroke di daerah ini masih dapat memiliki pikiran yang jernih, tetapi tidak
dapat membentuk kata-kata. (2,3)

c. Area Asosiasi

Area asosiasi terhubung satu sama lain dan dengan struktur otak lainnya,
sehingga bukan terutama sensorik atau motorik. Area ini berperan dalam
kegiatan menganalisis dan menafsirkan pengalaman sensorik serta
mengawasi memori, penalaran, verbalisasi, penilaian, dan emosi. Area
asosiasi menempati bagian anterior lobus frontal dan tersebar luas di
bagian lateral lobus parietal, temporal, dan oksipital.(2,3)

17
 Area asosiasi somatosensori (area 5 dan 7) berada tepat di belakang dan
menerima masukan dari area somatosensori primer, serta dari talamus dan
bagian lain dari otak. Area ini berperan dalam menentukan bentuk dan
tekstur yang tepat dari suatu objek dengan merasakannya, untuk
menentukan orientasi satu objek terhadap objek lain seperti yang
dirasakan, dan untuk merasakan hubungan satu bagian tubuh dengan
bagian tubuh lainnya. Peran lain dari area asosiasi somatosensori adalah
penyimpanan ingatan pengalaman sensorik somatik masa lalu, untuk
membandingkan sensasi saat ini dengan pengalaman sebelumnya.(2,5)

 Area asosiasi visual (area 18 dan 19), yang terletak di lobus oksipitalis,
menerima impuls sensorik dari area visual primer dan thalamus. Ini
menghubungkan pengalaman visual sekarang dan masa lalu dan sangat
penting untuk mengenali dan mengevaluasi apa yang dilihat.(2,5)

 Area pengenalan wajah, yang secara kasar berhubungan dengan area 20,
21, dan 37 di lobus temporal inferior, menerima impuls saraf dari area
asosiasi visual. Area ini menyimpan informasi tentang wajah, dan
berfungsi dalam mengenali orang dari wajahnya. Area pengenalan wajah
di belahan kanan biasanya lebih dominan daripada daerah yang sesuai di
belahan kiri.(2,5)

 Area asosiasi pendengaran (area 22), terletak di inferior dan posterior area
pendengaran primer di korteks temporal, berperan dalam mengenali suara
tertentu sebagai ucapan, musik, atau kebisingan.(2,5)

 Korteks orbitofrontal, yang secara kasar bersesuaian dengan area 11 di


sepanjang bagian lateral lobus frontalis, menerima impuls sensorik dari
area olfaktorius primer. Area ini memungkinkan untuk mengidentifikasi
bau dan membedakan bau yang berbeda. Selama pemrosesan penciuman,
korteks orbitofrontal belahan kanan menunjukkan aktivitas yang lebih
besar daripada wilayah yang sesuai di belahan kiri.(2,5)

18
 Area Wernicke (bahasa posterior) (area 22, area 39 dan 40), wilayah yang
luas di lobus temporal dan parietal kiri. Berperan dalam menafsirkan arti
ucapan dengan mengenali kata-kata yang diucapkan. Area ini aktif saat
proses menerjemahkan kata ke dalam pikiran. Daerah di belahan kanan
yang sesuai dengan daerah Broca dan Wernicke di belahan kiri juga
berkontribusi pada komunikasi verbal dengan menambahkan konten
emosional, seperti kemarahan atau kegembiraan, pada kata-kata yang
diucapkan. Pasien yang menderita stroke di area Wernicke masih dapat
berbicara, tetapi tidak dapat mengatur kata-kata secara koheren.(2,5,9)

 Area integratif umum (area 5, 7, 39, dan 40) dibatasi oleh area asosiasi
somatosensori, visual, dan auditori. Impuls saraf diterima dari area ini dan
dari area gustatori primer, area penciuman primer, talamus, dan bagian
batang otak. Area ini mengintegrasikan interpretasi sensori dari area
asosiasi dan impuls dari area lain, memungkinkan pembentukan pemikiran
berdasarkan berbagai masukan sensorik. Kemudian mengirimkan sinyal ke
bagian lain dari otak untuk respon yang tepat terhadap sinyal sensorik yang
telah ditafsirkan.(2,5)

 Korteks prefrontal (area asosiasi frontal) adalah area luas di bagian anterior
lobus frontal yang berkembang dengan baik pada manusia (area 9, 10, 11,
dan 12; area 12 tidak diilustrasikan karena hanya dapat terlihat dalam
tampilan medial). Area ini memiliki banyak koneksi dengan area lain dari
korteks serebral, talamus, hipotalamus, sistem limbik, dan otak kecil.
Korteks prefrontal berkaitan dengan susunan kepribadian seseorang,
kecerdasan, kemampuan belajar yang kompleks, mengingat informasi,
inisiatif, penilaian, pandangan ke depan, penalaran, hati nurani, intuisi,
suasana hati, perencanaan untuk masa depan, dan pengembangan ide-ide
abstrak. Seseorang dengan kerusakan bilateral pada korteks prefrontal
biasanya menjadi kasar, tidak pengertian, tidak mampu menerima nasihat,
murung, lalai, kurang kreatif, tidak dapat merencanakan masa depan, dan

19
tidak mampu mengantisipasi konsekuensi dari kata-kata atau perilaku yang
gegabah.(2,5)

 Area premotor (area 6) adalah area asosiasi motorik yang terletak tepat di
depan area motorik primer. Neuron di area ini berkomunikasi dengan
korteks motorik primer, area asosiasi sensorik di lobus parietal, ganglia
basal, dan thalamus. Area premotor berkaitan dengan aktivitas motorik
yang dipelajari yang bersifat kompleks dan berurutan.(2,5)

 Area bidang mata frontal (area 8) di korteks frontal kadang-kadang


termasuk dalam area premotor. Berpfungsi dalam mengontrol gerakan
pemindaian mata secara sukarela seperti gerakan mata saat membaca.(2,5)

2.2.2.3. Substansia Alba

Substansia alba terletak subkortikal pada masing-masing hemisfer


serebri, terdiri atas serabut saraf bermielin dan neuroglia. Substansia alba dikelilingi
oleh korteks serebri, ventrikel lateralis, dan striatum. Serabut saraf pada substansia
alba terdiri atas tiga tipe, yaitu serabut proyeksi, serabut asosiasi dan serabut
komisural.(5,6)

Serabut proyeksi berjalan di antara korteks serebri dan struktur


subkorteks seperti thalamus, striatum, batang otak dan medulla spinalis. Serabut
proyeksi berperan dalam menghubungkan berbagai bagian sistem saraf pusat satu
dengan yang lainnya dengan jarak yang jauh. Serabut eferen dari korteks serebri
melewati substansia alba subkortikal dan bergabung membentuk kapsula interna.
Serabut eferen terdiri atas serabut kortikonuklear, kortikospinal dan kortikopontis
serta serabut-serabut yang menghubungkan korteks serebri dengan thalamus,
striatum, formasio retikularis, substansia nigra, nukleus subtalami, tectum
mesensefali dan nukleus ruber. Serabut kortikospinal eferen yang panjang terutama
berasal dari area 4, 3, 1 dan 2 serta dari area 6. Sedangkan serabut yang berjalan ke
arah lain berasal dari area korteks asosiasi yang lebih besar serabut aferen berjalan
dari thalamus ke area korteks serebri yang luas.(2,5,6)

20
Serabut aferen terdiri dari serabut pada semua modalitas somatosensori
yang berjalan ke area 3, 1, 2 dan 4. Selain itu, termasuk juga serabut lain yang
membawa impuls dari serebelum, globus palidus dan korpus mamilare melalui
thalamus ke korteks serebri.(2)

Sebagian besar proyeksi talamokortikalis memiliki hubungan timbal balik


(berjalan dua arah). Dengan demikian, korteks serebri dianggap memodulasi
masukannya sendiri melalui lengkung umpan-balik antara korteks dan thalamus.
Proyeksi talamokortikal dan kortikotalamik yang masif membentuk suatu traktus
substansia alba yang besar dan dikenal sebagai pedunkulus thalamus anterior,
superior, posterior dan inferior. Seluruh bagian pedunkulus ini bersama-sama
disebut sebagai korona radiata.(2,5)

Serabut asosiasi membentuk sebagian besar substansia alba subkortikal.


Serabut-serabut ini menghubungkan area kortikal dan sekitarnya satu sama lain
pada hemisfer yang sama. Hubungan serabut yang luas antar area kortikal
merupakan substrat anatomi yang penting untuk pemulihan sebagian fungsi otak
yang lazim terjadi setelah cedera kortikal seperti pada kasus pascastroke atau
pascatrauma.(2,5,6)

Gambar 13. Serabut asosiasi substansia alba serebri (tampak lateral)


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

Fasikulus longitudinal superior berjalan di bagian dorsal insula dan


menghubungkan lobus frontal dengan sebagian besar lobus parietal, oksipital dan
temporal. Struktur ini selanjutnya akan meluas menjadi fasikulus arkuata yang

21
berjalan mengitari ujung posterior sulkus lateralis di bagian substansia alba
subkortikal. Berkas serabut ini menghubungkan area Bahasa frontal dan temporal
(Broca dan Wernicke). Lesi pada fasikulus arkuata menyebabkan afasia
konduksi.(2,5,6)

Gambar 14. Traktus utama serabut asosiasi substansia alba serebri


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

Fasikulus longitudinalis inferior menghubungkan lobus temporal dengan


lobus oksipital. Fasikulus unsinatus berjalan mengelilingi ujung anterior sulkus
lateralis seperti kait, penghubung girus frontalis orbitalis dengan bagian anterior
lobus temporal.(2,6)

Gambar 15 Serabut komisura substansia alba serebri


Sumber: Baehr & Frotscher(6)

22
Berkas serabut asosiasi penting lainnya adalah fasikuli oksipitofrontalis
superior dan inferior serta fasilukus oksipitalis vertikalis. Serabut U atau serabut
arkuata serebri menghubungkan girus yang berdekatan maupun yang berjauhan.
Berkas asosiasi sistem limbik disebut singulum. Serabut ini berjalan dari area
subkalosal ke girus parahipokampus atau disebut sebagai area entorhinal.(5,6,8)

Serabut komisural menghubungkan regio kortikal dengan struktur yang


sama di sisi hemisfer yang berlawanan. Serabut komisural ditemukan di korpus
kalosum dan komisura anterior. Serabut korpus kalosum berasal dari korteks serebri
yang sangat luas. Ketika serabut ini menyeberang ke hemirfer kontralateral, serabut
kalosal akan menyebar lebih luas lagi. Peristiwa tersebut disebut sebagai radiasio
kalosal.(5,6,8)

2.2.2.4. Ganglia basalis

Di dalam hemisfer serebri terletak sejumlah massa nuklear yang secara


kolektif disebut sebagai ganglia basalis, nukleus basalis atau korpus striatum.
Ganglia basalis terdiri dari nukleus kaudatus, putamen, globus palidus yang terletak
di sekitar kapsula interna. Ganglia basalis memiliki hubungan dengan korteks
serebri, thalamus dan nukleus subtalamik. Ganglia basalis utamanya berperan
dalam pengendalian gerak, sehingga manifestasi pada gangguan ganglia basalis
adalah kelainan pengendalian motorik, sikap atau postur dan tonus otot.(5,6,8)

Nukleus kaudatus terdiri atas kaput yang besar dan kauda berupa bangunan
melengkung yang kian menipis. Kaput nukleus kaudatus hampir seluruhnya
dipisahkan dari putamen oleh kapsula interna. Ujung rostral kaput nukleus kaudatus
berkesinambungan dengan putamen melalui dan berada di bawah krus anterior
kapsula interna.(2,3)

Putamen terletak di lateral kapsula interna dan globus palidus. Putamen


dipisahkan oleh lembaran tipis serabut saraf dari globus palidus yang disebut
lamina medularis lateralis. Di bagian lateral putamen terletak substansia alba yang
lebih tebal yang terdapat lapisan tipis substansia grisea di dalamnya yang disebut

23
sebagai klaustrum. Bangunan tersebut memisahkan substansia alba menjadi dua
lapisan yang disebut kapsula eksterna dan kapsula ekstrema.(2,3)

Gambar 16. Hubungan ganglia basalis (potongan horizontal)


Sumber: Crossman, et. al(5)

Globus palidus terletak di medial putamen dipisahkan oleh lamina


medularis lateral. Globus palidus terdiri atas dua bagian, masing-masing disebut
segmen eksterna dan segmen interna. Kedua segmen tersebu dipisahkan oleh
lamina medularis medialis, lembaran tipis serabut saraf.(1,5)

Nukleus kaudatus dan putamen biasanya secara kolektif disebut sebagai


striatum dan dianggap sebagai satu entitas tunggal karena memiliki organisasi saraf,
sistem neurotransmitter dan hubungan yang sama. Striatum sering dianggap sebagai
bagian masukan ganglia basalis karena sebagian besar serabut saraf aferen yang
berasal dari bagian lain dari otak berakhir di striatum. Serabut aferen yang menuju
striatum berasal dari tiga sumber utama, yaitu korteks serebri, thalamus dan
substansia nigra. Serabut aferen striatum di antaranya adalah serabut
kortikostriatum, proyeksi talamostriatum, dan proyeksi nigrostriatum.(1,2,5)

24
Serabut kortikostriatum berasal dari daerah korteks serebri yang tersebar
sebagian besar dari sisi ipsilateral. Serabut saraf tersebut didominasi oleh serabut-
serabut dari lobus frontralis dan lobus parietalis ipsilateral. Daerah motorik lobus
frontalis sebagian besar menuju ke putamen, sehingga secara somatotopik tubuh
direpresentasikan terbalik. Bagian depan lobus frontalis dan korteks asosiasi
sebagian besar menuju ke nukleus kaudatus. Putamen dianggap sebagai bagian
motorik striatum, sedangkan nukleus kaudatus lebih berperan untuk fungsi asosiasi.
Serabut kortikostriatum menggunakan asam glutamate sebagai transmitternya.
Proyeksi talamostriatum datang dari pars kompakta substansia nigra ipsilateral
tegmentum midbrain. Proyeksi nigrostriatum datang dari pars kompakta substansia
nigra tegmentum midbrain ipsilateral. Transmitter yang digunakan adalah
monoamin dopamin, yang mempunyai efek eksitasi maupun inhibisi terhadap
neuron-neuron striatum.(5,6)

Proyeksi eferen striatum menuju ke kedua segmen globus palidus dan ke


pars retikulata substansia nigra. Masing-masing proyeksi ini disebut sebagai serabut
striatopalidum dan striatonigra. Proyeksi ini bersifat inhibisi terhadap neuron-
neuron di palidum dan nigra. Neurotransmitter utama yang digunakan adalah
GABA dan terdapat sejumlah neuropeptida yang terdapat pada neuron yang sama
di dalam neuron-neuron eferen ini. Sel-sel yang berproyeksi ke segmen interna
globus palidus dan substansia nigra mengandung substansia P dan dinorfin.
Proyeksi ke segmen eksterna globus palidus mengandung metenkefalin.(5,6)

25
Gambar 17. Hubungan antara struktur pada ganglia basalis
Sumber: Crossman, et. al(5)

Palidum internum dan pars retikulata substansia nigra dianggap sebagai


bagian luaran ganglia basalis karena merupakan sumber sebagian besar serabut
eferen ganglia basalis yang menuju ke tingkat-tingkat lain neuraksis tersebut.
Serabut aferen palidum berasal dari striatum dan nukleus subtalamikus. Serabut-
serabut aferen palidum adalah proyeksi subtalamopalidum dan fasikulus
subtalamik. Transmitter utama yang digunakan kedua lintasan tersebut adalah
GABA. Serabut-serabut proyeksi subtalamopalidum berasal dari nukleus
subtalamik diensfesalon bagian kaudal dan terletak di bawah thalamus, menempel
di batas medial kapsula interna. Serabut subtalamopalidum berjalan ke lateral
kapsula interna dan membentuk sistem serabut yang disebut fasikulus subtalamik.
Serabut tersebut berakhir di kedua segmen globus palidum. Jaras ini bersifat
eksitatorik terhadap neuron-neuron palidum. Jaras subtalamopalidum dan
subtalamonigra berperan penting dalam fungsi normal ganglia basalis dan dalam
patofisiologi gangguan-gangguan ganglia basalis.(5,6)

Serabut eferen palidum terdiri dari 2 proyeksi pada kedua segmen palidum.
Serabut palidotalamik merupakan jaras utama aliran informasi dari ganglia basalis.
Serabut palidotalamik menggunakan satu dari 2 lintasan untuk mencapai
sasarannya. Sebagian serabut fasikulus tersebut berjalan mengelilingi tepi anterior

26
kapsula interna sebagai ansa lentikularis, sedangkan selebihnya berjalan melalui
kapsula interna sebagai fasikulus lentikularis. Fasikulus lentikularis kemudian
berlanjut ke medial dan membentuk jerat ke dorsal dan lateral sebagai fasikulus
talamik yang selanjutnya memasuki thalamus dari sisi ventralnya. Nukleus
sasarannya terletak di thalamus untuk selanjutnya diproyeksikan ke daerah-daerah
motorik lobus frontalis terutama ke korteks motorik primer dan korteks motorik
suplementer. Berkas kecil serabut-serabut eferen palidum menuju ke kaudal untuk
berakhir di tegmentum batang otak di nukleus tegmentum pedunkulopontinus
(nukleus pedunkulopontinus) yang terletak di perbatasan antara midbrain dan pons,
dekat tepi lateral pedunkulus serebralis superior.(5,6)

Ganglia basalis disebut sebagai komponen sistem motorik ekstrapiramidal


untuk membedakan antara gangguan ganglia basalis dengan gangguan traktus
piramidalis. Ganglia basalis memfasilitasi perilaku dan gerakan yang mempunyai
tujuan melalui jaras direk dan menghambat gerakan yang tidak diinginkan melalui
jaras indirek. Lesi ganglia basalis unilateral memberi efek pada sisi kontralateral
tubuh.(5,6)

2.2.3. Gangguan Serebrum

Terdapat berbagai gangguan pada serebrum yang terjadi berdasarkan letak


lesinya sebagai berikut.

2.2.3.1. Lesi fokal serebri

Lesi fokal yang terjadi pada serebrum seperti stroke atau tumor, dapat
menimbulkan tiga macam gejala, yaitu kejang epilepsi fokal, gangguan sensorik
atau motorik, dan gangguan psikologis.(5,6)

Kejang epilepsi fokal adalah suatu kondisi pelepasan muatan listrik


berulang-ulang oleh beberapa kelompok neuron di korteks serebri menimbulkan
kejang hebat yang berlangsung singkat dan mencerminkan sifat-sifat fungsional
neuron-neuron yang terlibat. Pasien dapat mengalami gerakan atau sensasi
abnormal mendadak (kejang fokal sederhana) atau gangguan persepsi, perasaan dan

27
perilaku yang singkat (kejang parsial kompleks). Kejang fokal dapat memicu
timbulnya kejang tonik-klonik menyeluruh (kejang umum).(5,7,8)

Gangguan sensorik/motorik ditunjukkan dengan hilangnya sensasi atau


gerakan dan terdeteksi saat pemeriksaan neurologis klinis. Gangguan psikologis
ditunjukkan dengan terjadinya gangguan bahasa, persepsi dan ingatan. Gangguan
psikologis terdeteksi saat melakukan evaluasi psikologis.(5,7,8)

Jika lesi fokal yang timbul cukup luas, maka dapat terjadi sindrom
peningkatan tekanan intrakranial. Lesi unilateral hemisfer serebri menyebabkan
gangguan mental (seperti afasia), menimbulkan respons hemiparesis spastik
kontralateral. Apabila terdapat gangguan vaskular yang mengenai kapsula interna,
maka sindrom tersebut akan semakin cepat berkembang. Gangguan ini disebut
serangan otak atau stroke.(5,7,8)

2.2.3.2. Gangguan lobus frontalis

Berdasarkan area pada lobus frontalis, gangguan pada lobus frontalis


dibagi menjadi gangguan pada girus presentralis (monoplegia atau hemiplegi),
gangguan area Broca (disfasia), gangguan lobulus parasentral (inkontinensia urin)
dan gangguan area prefrontal (gangguan tingkah laku atau kehilangan inhibisi).
Pada gangguan area prefrontal juga terdapat sindrom prefrontal, yaitu sindrom
orbitofrontal, sindrom frontal konveksitas dan sindrom frontal medial. Pada
sindrom orbitofrontal, jenis gangguan yang terjadi adalah disinhibisi, fungsi
menilai menurun, esmosi labil. Apati, indiferens, pikiran abstrak merupakan gejala
dan tanda pada sindrom frontal konveksitas. Sindrom frontal medial memiliki
manifestasi akineti dan inkontinensia.(10)

Lesi sisi kanan atau kiri yang melibatkan bagian posterior girus frontal
superior, girus cingulatum anterior, dan intervensi white matter mengakibatkan
hilangnya kontrol berkemih dan defekasi. Tidak ada peringatan mengenai kandung
kemih yang penuh atau akan segera buang air kecil atau buang air besar. Pasien
kebanyakan terkejut karena tiba-tiba celananya basah atau kotor. (8,10)

28
Pengaturan berkemih diatur oleh pusat berkemih di 3 lokasi, yaitu di nervus
medularis S2-4 (pusat mikturisi sakral) untuk kontraksi dan sensasi regangan
kandung kemih, di pons (pusat mikturisi pons) untuk koordinasi relaksasi sfingter
saat kandung kemih berkontraksi dan di korteks serebri lobus frontal untuk
pengaturan inhibisi pusat mikturisi sakral. Ketika vesika urinaria penuh, stimulasi
dikirimkan aferen menuju korteks serebri bahwa adanya keinginan untuk miksi
sehingga otot detrusor berkontraksi dan menyebabkan timbulnya aktivitas
parasimpatis agar sfingter internus menjadi lemas dan terbuka sehingga miksi
terjadi. Adanya lesi atau gangguan pada lobus frontalis menyebabkan perasaan
ingin kencing tidak timbul sehingga saat vesika urinaria penuh, terjadi pengosongan
dengan cepat dan sering.(10,11)

2.2.3.3. Lesi lobus frontalis

Lesi lobus frontalis terutama pada hemisfer sinistra dapat menimbulkan


kejang fokal yang disebut kejang motorik sederhana Jackson. Pada tipe kejang
tersebut, terjadi gerakan paroksismal tersentak-sentak pada ekstremitas yang
kontralateral.(5,7,8)

Gangguan sensorik/motorik pada lesi lobus frontalis kiri terjadi karena


kehilan hemisensorik kontralateral. Pada wajah timbul tanda-tanda kelemahan
wajah dan neuron motorik atas tungkai di sisi yang berlawanan dengan lesinya
(hemiplegia kontralateral). Gangguan psikologis pada lesi ini dapat menimbulan
afasia Broca, ditandai dengan pasien tampak kesulitan bicara (susah payah) dengan
artikulasi yang buruk. Ucapan singkat-singkat dan kacau dengan menggunakan
kata-kata yang salah (parafasia). Pengulangan kata-kata terganggu, namun
kekuatan pemahaman relatif tidak terganggu. Selain itu, gangguan membaca juga
terjadi gangguan membaca (aleksia) dan menulis (agrafia).(5,7,8)

2.2.3.4. Lesi lobus parietalis

29
Lesi lobus parietalis hemisfer sinistra akan menimbulkan kejang fokal
dengan serangan paroksismal sensasi abnormal dan meluas ke bawah di sisi
kontralateral tubuh. Pada lesi ini, gangguan sensorik/motorik yang terjadi adalah
kehilangan hemisensorik kontralateral dan kehilangan lapang pandang inferior.
Terjadi juga gangguan psikologis berupa ketidakmampuan menamai objek
(anomia), buta aksara, aleksia, agrafia dan akalkulia.(5,7,8)

Lesi lobus parietalis hemisfer dekstra akan menimbulkan kejang fokal


dengan serangan paroksismal gangguan sensorik yang mempengaruhi sisi
kontralateral tubuh (serangan sensorik sederhana). Gangguan sensorik/motorik
yang terjadi adalah kehilangan hemisensorik kontralateral dan hilang lapang
pandang visual inferior. Terjadi pula ketidakmampuan menyalin dan membangun
desain akibat disorientasi spasial (apraksia konstitusional).(5,7,8)

2.2.3.5. Lesi lobus temporalis

Lesi lobus temporalis kiri menyebabkan kejang parsial kompleks dengan


ditandai adanya serangan paroksismal tidak responsif (absans), perilaku tidak
bertujuan (otomatisme), halusinasi olfaktorik, visual, dan auditoris yang kompleks
serta gangguan perasaan dan memori (déjà vu). Gangguan sensorik/motorik
ditandai dengan adanya kelihangan lapang pandang superior atau kontraleteral.
Gangguan psikologis yang terjadi adalah parafasia, yakni berbicara cepat dan lancar
namun mengandung kesalahan kata serta tidak bisa dimengerti. Terjadi afasia
Wernicke ditunjukkan dengan kesulitan menemukan kata yang tepat, pengulangan
kata terganggu dan kehilangan pemahaman kata secara nyata.(5,7,8)

2.2.3.6. Lesi lobus oksipitalis

Lesi lobus oksipitalis menyebabkan kejang parsial sederhana ditandai


dengan adanya halusinasi visual paroksismal dengan sifat dasar sederhana dan tidak
terbentuk seperti cahaya dan warna. Terjadi hemianopia homonim kontralateral
pada gangguan sensorik/motorik. Lesi bilateral lobus oksipitalis menyebabkan
sindrom Atom, yakni kebutaan kortikal yang tidak disadari. Lesi bilateral lobus
oksipito-parietalis menyebabkan agnosia visualis apraseptif. Lesi ini tidak

30
mengganggu penglihatan elementer tetapi mencegah pengenalan dan
penghambatan objek.(5,7,8)

2.2.3.7. Agnosia asosiatif

Agnosia asosiatif adalah penyakit kerusakan otak yang dapat disebabkan


oleh keracunan karbon monoksida. Zat tersebut dapat merusak fasikulus
longitudinalis inferior secara bilateral. Pada kasus seperti ini, pasien mempunyai
penglihatan elementer yang masih intak namun pasien tidak bisa mengidentifikasi
sifat objek atau disebut sebagai agnosia objektif. Pasien dapat juga tidak bisa
mengidentifikasi wajah individu (prosopagnosia).(5,7,8)4

2.2.3.8. Afasia

Cedera pada area bahasa korteks serebral menghasilkan afasia. Afasia


merupakan ketidakmampuan untuk menggunakan atau memahami kata-kata.
Kerusakan pada area bicara Broca menyebabkan afasia tidak lancar,
ketidakmampuan untuk mengartikulasikan atau membentuk kata dengan benar;
orang dengan afasia tidak lancar tahu apa yang ingin mereka katakan tetapi tidak
dapat berbicara. Kerusakan pada area Wernicke, area integratif umum, atau area
asosiasi pendengaran menghasilkan afasia yang lancar, ditandai dengan
pemahaman yang salah tentang kata-kata lisan atau tertulis. Seseorang yang
mengalami afasia jenis ini dapat dengan lancar menghasilkan rangkaian kata yang
tidak memiliki arti ("word salad"). Defisit yang mendasari mungkin tuli kata
(ketidakmampuan untuk memahami kata-kata yang diucapkan), buta kata
(ketidakmampuan untuk memahami kata-kata tertulis), atau keduanya.(5,7,8)

2.2.3.9. Kerusakan korpus kalosum

Kerusakan korpus kalosum dapat terjadi pada pasien epilepsi kronik yang
menjalani pemotongan korpus kalosum. Tindakan tersebut bertujuan untuk
menghentikan renjatan. Dalam kondisi normal, biasanya tidak ada keluhan
mengalami kesulitan dalam kegiatan sehari-harinya, namun ketika pasien menjalani
tes psikologi, didapatkan kedua hemisfer serebri ternyata masing-masing
berperilaku secara otonom. Informasi visual yang diarahkan ke hemisfer kanan

31
nondominan tidak menimbulkan respon verbal. Pasien tidak dapat menamai objek
atau membaca kata-kata yang hanya dipresentasikan ke lapang pandang kiri.(7–9)

Apabila splenium korpus kalosum mengalami destruksi akibat stroke atau


tumor, akan terjadi sindrom diskoneksi posterior yaitu aleksia tanpa agrafia. Pada
kasus ini pasien dapat berbicara dan menulis tanpa kesulitan tetapi tidak mampu
memahami materi tertulis (aleksia). Hal ini terjadi karena putusnya hubungan
proses visual di hemisfer kanan dari proses verbal di hemisfer dominan kiri.(5,7,8)

2.2.3.10. Cedera otak

Cedera otak umumnya terkait dengan trauma kepala dan sebagian


diakibatkan oleh perpindahan dan distorsi jaringan saraf pada saat benturan.
Kerusakan jaringan tambahan dapat terjadi ketika aliran darah normal dipulihkan
setelah periode iskemia (berkurangnya aliran darah). Peningkatan kadar oksigen
yang tiba-tiba menghasilkan peningkatan radikal bebas oksigen (molekul oksigen
bermuatan dengan elektron yang tidak berpasangan). Sel-sel otak yang pulih dari
efek stroke atau serangan jantung juga melepaskan radikal bebas. Radikal bebas
menyebabkan kerusakan dengan mengganggu DNA sel dan enzim dan dengan
mengubah permeabilitas membran plasma. Cedera otak juga dapat terjadi akibat
hipoksia (kekurangan oksigen).(5–7)

Gegar otak adalah cedera yang ditandai dengan hilangnya kesadaran


secara tiba-tiba, tetapi sementara (dari detik hingga jam), gangguan penglihatan,
dan masalah keseimbangan. Kondisi ini disebabkan oleh pukulan ke kepala atau
penghentian tiba-tiba dari kepala yang bergerak (seperti dalam kecelakaan mobil)
dan merupakan cedera otak yang paling umum. Gegar otak tidak menghasilkan
memar otak yang jelas. Tanda-tanda gegar otak adalah sakit kepala, mengantuk,
mual dan/atau muntah, kurang konsentrasi, kebingungan, atau amnesia
pascatrauma (hilang ingatan).(5,6,10)

Memar otak adalah memar karena trauma dan termasuk kebocoran darah
dari pembuluh mikroskopis. Biasanya berhubungan dengan gegar otak. Pada
kontusio, piamater dapat robek, memungkinkan darah masuk ke ruang

32
subarachnoid. Daerah yang paling sering terkena adalah lobus frontal. Sebuah
memar biasanya mengakibatkan hilangnya kesadaran segera (umumnya
berlangsung tidak lebih dari 5 menit), hilangnya refleks, penghentian sementara
pernapasan, dan penurunan tekanan darah. Tanda-tanda vital biasanya stabil dalam
beberapa detik. Laserasi adalah robekan otak, biasanya dari patah tulang tengkorak
atau luka tembak. Laserasi menyebabkan pecahnya pembuluh darah besar, dengan
perdarahan ke dalam otak dan ruang subarachnoid. Konsekuensinya meliputi
hematoma serebral (kumpulan darah yang terlokalisasi, biasanya menggumpal,
yang membengkak melawan jaringan otak), edema, dan peningkatan tekanan
intrakranial. Jika bekuan darah cukup kecil, mungkin tidak menimbulkan ancaman
besar dan dapat diserap. Jika bekuan darah besar, mungkin memerlukan evakuasi
bedah. Pembengkakan melanggar ruang terbatas yang ditempati otak di rongga
tengkorak. Pembengkakan menyebabkan sakit kepala yang menyiksa. Jaringan otak
bisa menjadi nekrotik (mati) karena pembengkakan; jika pembengkakan cukup
parah, otak dapat mengalami herniasi melalui foramen magnum, yang
mengakibatkan kematian. (5,6)

2.2.3.11. Gangguan ganglia basalis

Gangguan ganglia basalis yang sering terjadi adalah penyakit Parkinson,


penyakit Huntington dan penyakit Wilson. Gangguan ganglia basalis lainnya adalah
diskinesia tardif yang merupakan komplikasi dari terapi jangka panjang agonis
reseptor dopamin pada pasien skizofrenia.(5,6)

Penyakit Parkinson merupakan penyakit neurodegeneratif kronik dan


paling banyak terjadi pada usia lanjut. Penyakit Parkinson biasanya tidak diketahui
penyebabnya, namun ada beberapa bentuk yang ditentukan secara genetik. Gejala
dan tanda Parkinson adalah akinesia, sikap tubuh fleksif, rigiditas dan tremor
istirahat. Kombinasi gejala pada masing-masing individu dapat bervariasi, tetapi
tanda kelainan yang paling dasar pada kasus ini adalah adanya ketidakmampuan
mengawali gerakan secara progresif. Tanda-tanda patologis penting penyakit
Parkinson adalah degenerasi neuron-neuron dopaminergik pars kompakta

33
substansia nigra serta akibat kehilangan kandungan dopamin oleh sel-sel striatum.
(5,6)

Pengobatan medikamentosa yang paling efektif untuk kondisi ini adalah


levodopa (L-DOPA) yakni prekursor metabolik intermediet dopamin. Levodopa
dapat melintasi sawar darah otak dan direuptake secara aktif oleh transporter
dopamin di terminal neuron-neuron yang masih hidup untuk diubah menjadi
dopamin. Proses ini akan memulihkan fungsi normal striatum untuk meminimalkan
gejala untuk jangka waktu beberapa tahun. Namun, penggunaan levodopa jangka
panjang sering menimbulkan efek samping seperti diskinesia yang diinduksi oleh
levodopa. Selain itu, dalam beberapa kondisi yang lebih jarang terjadi, levodopa
juga dikaitkan dengan gerakan involunter abnormal. (5,6,8)

Penyakit Huntington adalah penyakit degeneratif kronik yang diwariskan


secara autosomal dominan dan ditandai dengan adanya korea dan demensia
progresif. Secara patologis, pada kasus ini terjadi degenerasi striatum dan korteks
serebri secara progresif. Korea berasosiasi dengan degenerasi jaras indirek di
ganglia basalis dengan tetap mempertahankan jaras direk secara relatif pada awal
penyakit.(8)

Penyakit Wilson atau degenerasi hepatolentikuler merupakan gangguan


metabolisme tembaga yang diwariskan secara resesif autosomal. Kondisi tersebut
menyebabkan perubahan-perubahan pada ganglia basalis yang menimbulkan
koreatetosis dan demensia progresif pada kanak-kanak dan anak muda. (5,8)

2.3. SUPLAI DARAH OTAK

Otak disuplai oleh arteri karotis interna dan arteri vertebralis yang
berpasangan. Arteri karotis interna berakhir di lateral kiasma optikum, membentuk
arteri serebri anterior dan tengah. Arteri serebri anterior masuk ke fisura
longitudinalis yang besar dan menyuplai aspek medial hemisfer serebri. Arteri
serebri media masuk ke dalam fisura lateral dan mensuplai aspek lateral hemisfer
serebri. Arteri vertebralis berjalan pada aspek ventrolateral medula, bersatu
membentuk arteri basilaris garis tengah, yang memanjang sepanjang pons.

34
Sepanjang perjalanannya, arteri vertebralis dan basilaris memunculkan cabang-
cabang yang mensuplai otak kecil dan batang otak.(2,5,6)

Cabang terminal utama dari arteri basilar adalah arteri serebral posterior,
yang menyuplai lobus oksipital dari hemisfer serebral. Arteri komunikans anterior
menghubungkan kedua arteri serebri anterior. Arteri komunikan posterior melewati
antara arteri karotis interna dan arteri serebri posterior, di setiap sisi. Anastomosis
pembuluh darah ini membentuk sirkulus Willis. Arteri perforasi kecil muncul dari
sirkulus Willis untuk menyuplai daerah hipotalamus, ganglia basalis dan kapsula
interna. (2,5,6)

35
BAB 3

KESIMPULAN

Sistem limbik adalah suatu unit fungsional terpadu di dalam otak yang
berperan penting dalam mengatur emosi dan memori. Sistem limbik terletak di
bagian dalam hemisfer serebri yang melekat dengan korpus kalosum, penghubung
kedua hemisfer serebri. Sistem limbik berperan dalam proses ingatan dan emosi,
sehingga ketika terjadi lesi pada sistem limbik, maka dapat terjadi kelainan pada
ingatan dan emosi seseorang.

Serebrum terdiri atas hemisfer kanan dan kiri. Permukaan serebrum terdiri
atas tonjolan yang disebut girus, alur yang dangkal yang disebut sulkus dan alur
yang dalam disebut fisura. Hemisfer serebri kanan dan kiri dipisahkan oleh fisura
longitudinalis sampai sedalam korpus kalosum. Korpus kalosum menghubungkan
kedua hemisfer serebri. Terdapat empat lobus utama serebri yaitu lobus frontalis,
parietalis, temporalis dan oksipitalis. Masing-masing lobus ini memiliki area
sensorik dan motorik dengan fungsi berbeda-beda. Lesi pada serebri
mengakibatkan kelainan atau gangguan berdasarkan lokasi terjadinya lesi.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Martini F, Tallitsch RB, Nath JL. Human anatomy. Ninth edition. New York:
Pearson; 2018. 422–32 p.

2. Saladin KS, McFarland R, Gan CA, Cushman HN. Essentials of anatomy &
physiology. Second edition. New York, NY: McGraw-Hill Education; 2018.
297–375 p.

3. Tortora GJ, Derrickson B. Principles of anatomy and physiology. Fourteenth


Edition. Hoboken: Wiley; 2014.

4. Sherwood L. Human Physiology From Cells to Systems. Ninth Edition.


Boston: Cengage Learning; 2016. 144–163 p.

5. Crossman AR, Neary D, Crossman B. Neuroanatomy: an illustrated colour


text. Fifth edition. Edinburgh: Churchill Livingstone, Elsevier; 2015. 61–68,
131–54 p. (Student consult).

6. Baehr M, Frotscher M. Diagnosis Topik Neurologi Duus: Anatomi, Fisiologi,


tanda, gejala. Fifth Edition. Jakarta: EGC; 2016. 248–61, 282–322 p.

7. Anandhita T, Wiratman W, editors. Buku ajar neurologi. First Edition.


Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2018. 75–95 p. (Buku 1).

8. Mtui E, Gruener G, Dockery P. Fitzgerald’s Clinical Neuroanatomy and


Neuroscience. Seventh Edition. Philadelphia: Elsevier; 6–11 p.

9. Hall JE, Hall ME. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology.
Fourteenth Edition. Philadelphia: Elsevier; 2021. 727–751 p.

10. Ropper A, Samuels M, Klein J. Adams and Victor’s Principles of Neurology.


Tenth Edition. New York: McGraw-Hill Education; 2014.

11. Mills KR, editor. Oxford textbook of clinical neurophysiology. Oxford:


Oxford University Press; 2017. 459 p. (Oxford textbooks in clinical
neurology).

12. Anandhita T, Wiratman W, editors. Buku ajar neurologi. First Edition.


Jakarta: Penerbit Kedokteran Indonesia; 2018. 383–98 p. (Buku 2).

Anda mungkin juga menyukai