Diabetes mellitus (DM) memiliki tingkat prevalensi yang tinggi dan diduga terdapat
sekitar 16 juta kasus diabetes di Amerika Serikat dan setiap tahunnya didiagnosis 600.000
kasus baru. Di Amerika, diabetes merupakan penyebab kematian ketiga dan merupakan
penyebab utama kebutaan pada orang dewasa akibat dari retino diabetic. Penderita
diabetes paling sedikit 2 ½ kali lebih sering terkena serangan jantung dibandingkan
dengan mereka yang tidak menderita diabetes. Menurut data WHO, Indonesia menempati
urutan ke-4 terbesar dalam jumlah penderita diabetes mellitus di dunia. Pada tahun 2000,
terdapat sekitar 5,6 juta penduduk Indonesia yang menderita penyakit diabetes. Namun,
pada tahun 2006 diperkirakan jumlah penderita diabetes di Indonesia meningkat tajam
menjadi 14 juta orang, dimana baru 50 persen yang sadar mengidapnya dan di antara
mereka baru sekitar 30 persen yang datang berobat teratur.
Penyakit diabetes mellitus juga dikenal sebagai penyakit kencing manis atau penyakit
gula darah adalah golongan penyakit kronis yang ditandai dengan peningkatan kadar gula
dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme dalam tubuh, dimana
organ pankreas tidak mampu memproduksi hormon insulin sesuai kebutuhan tubuh.
(Wikipedia, 2009). Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah dan
dibentuk oleh sel-sel beta pulau Langerhans pankreas. Menurut Price & Wilson, diabetes
mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen
dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Oleh karena itu, secara umum
dapat disimpulkan bahwa penyebab dari diabetes mellitus adalah terjadinya insufisiensi
insulin.
Diabetes mellitus dapat diklasifikasikan menjadi beberapa golongan, di antaranya
penggolongan diabetes mellitus menurut American Diabetes Association (ADA), diabetes
diklasifikasikan menjadi :
a. Diabetes mellitus yang terdiri dari dua tipe yaitu :
1. Diabetes mellitus Tipe I atau Juvenile Onset atau Insulin Dependent Diabetes Mellitus
(IDDM), yang penyebabnya masih idiopatik dan kemungkinan juga dapat disebabkan
oleh penyakit autoimun,
2. Diabetes mellitus Tipe II atau Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM),
yang disebabkan karena terjadinya kombinasi dari kecacatan dalam produksi insulin dan
resistensi terhadap insulin atau berkurangnya sensitifitas terhadap insulin (adanya defek
respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor insulin di membran sel.
b. Diabetes mellitus kehamilan atau yang lebih dekal sebagai Gestational Diabetes
Mellitus (GDM), yang disebabkan karena terjadi peningkatan sekresi berbagai hormon
yang mempunyai efek metabolik terhadap toleransi glukosa sehingga kehamilan adalah
suatu keadaan diabetogenik.
c. Tipe spesifik lain yang menyebabkan intoleransi glukosa, yaitu cacat genetik fungsi sel
beta (MODY), cacat genetik kerja insulin: sindrom resistensi insulin berat, endokrinopati
dari Cushing Syndrome dan akromegali, penyakit endokrin pankreas, obat atau induksi
secara klinis dan infeksi.
d. Gangguan toleransi glukosa (IGT)
e. Gangguan glukosa puasa (IFG)
Manifestasi klinis secara umum telah dikenal oleh banyak orang sebagai trias diabetes
yaitu poliuria, polidipsia, polifagia. Gejala lainnya adalah pandangan kabur, pusing, mual
dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Penderita diabetes (diabetesi)
yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. Karena kekurangan insulin yang
berat, maka sebelum menjalani pengobatan penderita diabetes tipe I hampir selalu
mengalami penurunan berat badan, sedangkan sebagian besar penderita diabetes tipe II
tidak mengalami penurunan berat badan.
Penentuan dari terapi gizi ini juga terkait dengan bahan makanan yang dikonsumsi
penderita DM. Bahan makanan yang harus dibatasi oleh penderita DM yaitu sumber
hidrat arang kompleks seperti nasi, lontong, roti, ubi, singkong, mie, bihun, macaroni dan
makanan lain yang dibuat dari tepung-tepungan. Bahan makanan yang harus dihindari
terdiri dari gula murni dan makanan yang diolah dengan gula murni, seperti gula pasir,
gula jawa, gula-gula dodol, coklat, jam, madu, sirup, susu kental manis, es krim, kue-kue
manis, coke, tarcis, buah dalam kaleng, dendeng, abon, kecap, dan lain-lain.
(sumber???????????????????)
Sedangkan cara yang lebih mudah lagi adalah dengan pegangan kasar, yaitu untuk pasien
kurus 2300 – 2500 kalori, normal 1700 – 2100 kalori dan gemuk 1300 - 1500 kalori.
Perhitungan jumlah kalori ditentukan oleh status gizi, umur, ada tidaknya stress akut, dan
kegiatan jasmani. Penentuan status gizi dapat dipakai indeks masa tubuh (IMT), rumus
Brocca dan persentasi dari Relative Body Weight (RBW).
a. Penilaian Status Gizi Berdasarkan IMT
IMT dihitung berdasarkan pembagian berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan tinggi
badan (dalam meter kuadrat).
Klasifikasi status gizi berdasarkan IMT :
Klasifikasi IMT
Berat badan kurang < idaman =" 90%" ideal =" (TB" bbr =" BB" tb =" tinggi">120 % <>
110 %
Obesitas ringan BBR 120 – 130%
Obesitas sedang BBR 130 – 140%
Obesitas berat BBR > 100%
Obesitas morbid > 200%
Dalam praktek, pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari untuk penderita diabetes
mellitus yang beraktivitas biasa adalah :
Kurus: berat badan x 40 – 60 kalori sehari
Normal: berat badan x 30 kalori sehari
Gemuk: berat badan x 20 kalori sehari
Obesitas: berat badan x 10 – 15 kalori sehari
Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori.
1. Jenis kelamin
Kebutuhan kalori pada wanita lebih kecil daripada pria, untuk ini dapat dipakai angka 25
kal/kg BB untuk wanita dan angka 30 kal/kg BB untuk pria.
2. Umur
a. Pada bayi dan anak-anak kebutuhan kalori adalah jauh lebih tinggi daripada orang
dewasa, dalam tahun pertama bisa mencapai 112 kal/kg BB.
b. Umur 1 tahun membutuhkan ± 1000 kalori dan selanjutnya pada anak-anak lebih dari 1
tahun mendapat tambahan 100 kalori untuk tiap tahunnya.
c. Penurunan kebutuhan kalori di atas 40 tahun harus dikurangi 5% untuk tiap dekade
antara 40 dan 59 tahun, sedangkan antara 60 dan 69 tahun dikurangi 10%, di atas 70
tahun dikurangi 20%.
3. Aktivitas fisik atau pekerjaan.
Jenis aktivitas yang berbeda membutuhkan kalori yang berbeda pula. Jenis aktivitas
dikelompokkan sebagai berikut :
a. Keadaan istirahat : kebutuhan kalori basal ditambah 10%.
b. Ringan : pegawai kantor, pegawai toko, guru, ahli hukum, ibu rumah tangga, dan lain-
lain kebutuhan harus ditambah 20% dari kebutuhan basal.
c. Sedang : pegawai di industri ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang,
kebutuhan dinaikkan menjadi 30% dari basal.
d. Berat : petani, militer dalam keadaan latihan, penari, atlit, kebutuhan ditambah 40%.
e. Sangat berat : tukang becak, tukang gali, pandai besi, kebutuhan harus ditambah 50%
dari basal.
4. Kehamilan/Laktasi
Pada permulaan kehamilan diperlukan tambahan 150 kal/hari dan pada trimester II dan
III 350 kal/hari. Pada waktu laktasi diperlukan tambahan sebanyak 550 kal/hari.
5. Adanya komplikasi, infeksi
Trauma atau operasi yang menyebabkan kenaikan suhu memerlukan tambahan kalori
sebesar 13% untuk tiap kenaikkan 1 derajat celcius.
6. Berat badan
Bila kegemukan/terlalu kurus, dikurangi/ditambah sekitar 20-30% bergantung kepada
tingkat/kekurusannya.
d. Golongan 4 : sayuran.
Sayuran kelompok A, mengandung sedikit sekali kalori, protein, dan karbohidrat.
Sayuran ini boleh digunakan sekehendak tanpa diperhitungkan banyakya.
e. Golongan 5 : buah-buahan.
Satu satuan penukar mengandung: 40 kalori, 10 gram karbohidrat.
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Alpukat 50 o bh bsr
Apel 75 o bh sdg
Anggur 75 10 bj
Belimbing 125 1 bh bsr
Duku 75 15 bh
Durian 50 3 bj
Jambu air 100 2 bh sdg
Jambu biji 100 1 bh bsr
Jambu bol 75 1 bh sdg
Jeruk manis 100 2 bh sdg
Kedondong 100 1 bh bsr
Kemang 100 1 bh bsr
Bahan makanan Berat (g) Ukuran
Mangga 50 o bh bsr
Nanas 75 1/6 bh sdg
Nangka masak 50 3 bj
Pepaya 100 1 ptg sdg
Pir 100 o bh
Pisang ambon 75 1 bh sdg
Pisang raja sereh 50 2 bh kcl
Rambutan 75 8 bh
Salak 75 1 bh bsr
Sawo 50 1 bh sdg
Semangka 150 1 ptg bsr
Sirsak 50 o gls
f. Golongan 6 : Susu.
Satu satuan penukar mengandung: 110 kalori, 7 gram protein, 9 gram karbohidrat, 7 gram
lemak.
g. Golongan 7 : Minyak
Satu satuan penukar mengandung: 45 kalori, 5 gram lemak.