Anda di halaman 1dari 29

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Striktur Uretra”.

Tujuan penyusunan referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Cilegon. Selama penyusunan referat ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya
dalam penyusunan referat ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman sejawat kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit
Umum Daerah Cilegon yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
referat ini.

Penulis menyadari bahwa referat ini jauh dari kesempurnaan, sehingga


penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
menyempurnakan referat ini. Semoga referat ini dapat bermanfaat untuk semua
pihak. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih atas kesediaannya untuk
membaca referat ini.

Wassalamualaikum wr.wb.

Cilegon, 06 Januari 2020


Penulis,

1
Indah Pratiwi

2
LEMBAR PENGESAHAN

Referat

STRIKTUR URETRA

Indah Pratiwi

NPM 1102015097

Telah diajukan dan disahkan oleh dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad di RSUD
Cilegon pada bulan Januari 2020.

Mengetahui,

Kepala SMF Radiologi RSUD Cilegon

dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad

3
BAB I

PENDAHULUAN

Uretra merupakan salah satu bagian penting dari sistem urogenital. Uretra
mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra
juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Pada pria,
uretra memiliki bentuk seperti pipa yang menyerupai alat penyiram bunga.
Dalam beberapa kasus, saluran uretra dapat mengalami gangguan seperti
terjadinya striktur uretra. Pada striktur uretra terjadi penyempitan dan penurunan
elastisitas lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra.
Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar
dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.

Striktur uretra dapat berasal dari berbagai sebab, dan dapat tanpa gejala
atau muncul dengan ketidaknyamanan yang berat sebagai efek sekunder dari
retensi urin1. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Adanya
trauma yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Seseorang juga dapat
terlahir dengan striktur uretra, meskipun presentasi kejadiannya sangat sedikit.

Diagnosis dan pemeriksaan yang akurat merupakan salah satu elemen


kunci keberhasilan dalam mengevaluasi striktur uretra. Berbagai pemeriksaan
tersedia untuk mengevaluasi striktur uretra secara menyeluruh serta diharapkan
dapat memungkinkan pemilihan yang optimal untuk mengembalikan fungsi
berkemih yang normal.

4
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
A. SRIKTURA URETRA..............................................................................5
1. DEFINISI...............................................................................................5
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI URETRA.............................................5
3. ETIOLOGI.............................................................................................8
4. EPIDEMIOLOGI.................................................................................10
5. PATOFISIOLOGI...............................................................................11
7. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA.............................................13
8. DIAGNOSIS........................................................................................13
9. GEJALA KLINIK...............................................................................14
10. DIAGNOSIS BANDING....................................................................21
11. STRIKTURA URETHRA PADA WANITA......................................25
12. KOMPLIKASI.....................................................................................25
13. PENCEGAHAN..................................................................................26
14. PROGNOSIS.......................................................................................26
15. KONTROL BERKALA......................................................................26
BAB III..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. SRIKTURA URETRA

1. DEFINISI
Sriktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dinding uretra dan pada tingkat lanjut terjadi fibrosis korpus spongiosum. 1
Penyempitan patologi pada lumen uretra juga dapat di sebabkan oleh kelainan
anatomi atau obstruksi fungsional.2 Sriktura uretra yang disebabkan karena
obstruksi banyak terjadi pada Ureteropelvic Junction (UJP), yang mana
merupakan kelainan congenital atau penyempitan yang di dapat.3 Striktura uretra
merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh inflamasi dan merupakan
lanjutan perkembangan dari uretritis.4 Striktur uretra juga merupakan kelainan
yang diakibatkan oleh suatu komplikasi lama dari kerusakan uretra.5 Selain itu
terdapat juga striktur uretra yang multipel,dan terdapat pada derah perineal.6

2. ANATOMI DAN FISIOLOGI URETRA


Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine keluar dari buli-buli
melalui proses miksi. Secara anatomi uretra dibagi menjadi 2 bagian yaitu uretra
posterior dan uretra anterior. Pada pria organ ini berfungsi juga dalam
menyalurkan cairan mani. Uretra di lengkapi dengan sfingter uretra interna yang
terletak pada perbatasan buli-buli dan uretra,serta sfingter uretra eksterna yang
terletak pada perbatasan uretra anterior dan posterior. Sfingter uretra interna
terdiri atas otot polos yang di persarafi oleh sistem simpatik sehingga pada saat
buli-buli penuh sfingter ini terbuka. Sfingter uretra eksterna terdiri atas otot
bergaris di persarafi oleh sistem somatik yang dapat di perintah sesuai dengan
keinginan seseorang. Pada saat miksi sfinter ini terbuka dan tetap tertutup pada
saat menahan kencing. Panjang uretra wanita kurang lebih 3-5 cm,sedangkan
uretra pria dewasa kurang lebih 23-25 cm.1

6
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas: pars bulbosa,pars pendularis,fossa
navicularis,dan meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat
beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi,yaitu kelenjar
cowperi berada didalam diafragma urogenitalis dan bermuara di uretra pars
bulbosa,serta kelenjar Littre yaitu kelenjar para uretralis yang bermuara di uretra
pars pendularis.1

Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika,yaitu bagian
uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat,dan uretra pars membranasea.
Dibagian posterior lumen uretra pars prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum,dan dan di sebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini
terdapat Krista uretralis. Bagian terakhir dari vas deferens yaitu kedua duktus
ejakulatorius yang terdapat di bagian kiri dan kanan verumonntanum,sedangkan
sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di
uretra prostatika. Didalam uretra bermuara kelenjar periuretra,diantaranya adalah
kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra,terdapat sfingter uretra
eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfinter uretra external dan
tonus otot levator ani berfunsi mempertahankan agar urin tetap berada dalam buli-
buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intravesika
melebihi tekanan intra uretra akibat kontraksi otot detrusor dan relaksasi sfingter
uretra.1

7
Gambar 2.1. Anatomi Uretra.

Gambar 2.2. A. Pembagian Uretra Pria, B. Uretra Prostatika

a) puncak kandung kemih


b) badan kandung kemih
c) fundus kandung kemih
d) ureter
e) mulut ureter
f) lipatan uterik
g) segitiga vesika
h) leher kandung kemih
i) prostat
k) uretra prostatika dengan kolikulus
l) uretra membranous
m) glandula bulbouretralis
n) portio cavernosus uretra
o) copus cavernosus uretra

8
p) corpus cavernosus penis

Gambar 2.3. Gambar uretra pada traktus urinarius pria7

Gambar 2.4. Gambar uretra pada traktus urinarius wanita7

3. ETIOLOGI
Sriktura uretra dapat disebabkan oleh:

1. Trauma

Trauma yang dapat menyebabkan sriktura uretra adalah trauma


tumpul pada selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis yang
berhubungan dengan kerusakan uretra posterior(membranous).2,5 Trauma
tumpul pada perineum (jatuh yang mengangkang) berhubungan dengan
kerusakan uretra pars bulbosa,dan trauma langsung pada penis.8

9
Segmen yang terkena lebih pendek dan lebih terlokalisasi dibandingkan
dengan akibat peradangan, sedangkan bagian lainnya tampak normal.

2. Kongenital

Bayi yang lahir dengan striktura uretra. 9 Kejadiannya langkah dan


terdapat ”Cobb’s Collar dan cincin putih (penyempitan) pada bagian
proksimal dari uretra bulbosa.7

3. Idiopatik

4. Peradangan

Biasa terjadi pada uretra anterior, sering disebabkan oleh infeksi


gonore,tuberkolosis,atau uretritis non spesifik. Striktur uretra karena
peradangan saat ini jarang di jumpai karena banyak pemakaian antibiotic
untuk pemberantasan uretritis.1

5. Latrogenic

Instrument atau kateterisasi. Instrument Endoscopy yang dapat


menyebabkan striktura uretra yaitu: TURP,TUIP,HOLEP.10

6. Neoplasma

Terjadi karena infiltarasi keganasan,namun jarang. Setiap jenis


tumor primer uretra dapat menyebabkan striktur uretra. Kanker penis
primer dapat menyebabkan striktur uretra.10

Gambar 3.1. Letak striktur uretra memberikan petunjuk penyebab


terjadinya striktur uretra

10
Gambar 3.2. Striktur uretra akibat peradangan11

4. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan presentasinya maka penyebab terjadinya striktura uretra
adalah12:

1. Trauma External 29%

2. Congenital 22%

3. Idiopatik 19%

4. Inflammatory 16 %

5. Latrogenic 14%

Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra
pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai
uretra dapat menyebabkan striktur uretra. Frekuensi kerusakan uretra berdasarkan
lokasi yaitu:uretra posterior lebih dari 95% berhubungan dengan fraktur pelvic,5-
10% pasien yang mengalami fraktur pelvik juga menderita laserasi uretra, 2-3
orang pria yang menderita fraktur diastatik pubik juga mengalami kerusakan
uretra. Sedangkan pada uretra anterior terjadi kerusakan pada selangkangan
sampai bulbus uretra,yang disebabkan oleh latrogenic seperti instrument medis,
dan dapat juga disebabkan oleh benda asing.13

11
Pada fraktur panggul 5%-10% mengalami cedera uretra posterior.
Striktura uretra bulbosa banyak terjadi pada pria,karena disebabkan oleh cedera
perineum dalam posisi mengangkang.

5. PATOFISIOLOGI
1. Trauma

Cedera uretra anterior paling sering terjadi akibat pukulan benda tumpul
ke perineum, dan menyebabkan kerusakan pada jaringan uretra. Kejadian ini
merupakan cedera awal yang sering diabaikan oleh pasien. Jaringan uretra yang
megalami kerusakan tidak mendapat suplai darah sehingga mengalami iskemik
dan berkembang menjadi jaringan parut. Selain itu upaya tubuh untuk
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh cedera mengakibatkan
penumpukan jaringan parut di saluran uretra dan akan menimbulkan penyempitan
yang signifikan atau bahkan penutupan bagian itu. 10 Sedangkan cedera uretra
posterior terjadi karena trauma tumpul pada panggul, yang menyebabkan
kerusakan dan pergeseran pada pars membranosa dan pars prostatika tidak
mengalami kerusakan karena adanya ligamentum puboprostatik. Pergeseran dari
tulang panggul dapat merobek atau merenggangkan membrane uretra. Selanjutnya
bagian uretra yang robek akan berkembang menjadi jaringan parut,yang
menumpuk pada saluran uretra yang dapat menimbulkan penyempitan uretra. 9
Biasanya berkembang lebih cepat dari pada striktur karena inflamasi dan soliter.

Gambar 5.1. Striktur Uretra

12
2. Kongenital

Tidak memiliki mekanisme yang pasti,dan merupakan kelainan anatomis


yang sudah terbentuk sejak lahir.

3. Idiopatik

Tidak memiliki mekanisme yang jelas. Dapat terjadi karena trauma atau
infeksi pada waktu bayi yang tidak diketahui oleh penderita.

4. Inflamasi atau peradangan

Biasanya didahului oleh penyakit radang seperti uretritis gonokokal.


Sebagian besar striktur karena peradangan terjadi didalam bola uretra yang
mengandung sebagian besar kelenjar parauretral. Penyempitan karena inflamasi
sering meluas k corpus spongiosum. Proses radang akibat trauma atau infeksi
pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra.
Jaringan sikatrik pada lumen uretra menimbulkan hambatan aliran urin hingga
retensi urin. Aliran urin yang terhambat mencari jalan keluar ke tempat
lain(disebelah proksimal striktura) dan akhirnya mengumpul dirongga peri uretra.
Jika terinfeksi akan menimbulkan abses periuretra yang kemudia pecah
,membentuk fistula uterokutan. Pada keadaan tertentu dijumpai banyak sekali
fistula sehingga disebut sebagai fistula seruling. Jaringan sikatriks dan fistula ini
akan menumpuk dan menyempitkan saluran uretra.

5. Latrogenic

Operasi terbuka atau robekan selama kateterisasi atau instrumentasi.


Pemasangangan kateter atau instrument yang tidak tepat dan
berkepanjangan,dapat menimbulkan lesi pada uretra,dan merobek mukosa dan
submukosa uretra. Lesi tersebut akan menjadi jaringan sikatriks dan akan
mempersempit segmen uretra.

6. Neoplasma

Neoplasma pada uretra akan mempersempit lumen uretra dan menghambat


pengeluaran urin.

13
7. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra
dibagi menjadi 3 tingkatan,seperti terlihat pada gambar 10-5, yaitu derajat:
1. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras
di korpus spongiosumyang dikenal dengan spongiofibrosis.1

Gambar 6.1. Derajat penyempitan lumen (striktur uretra)

Dikutip dari: Classification of urethral strictures dari Klosterman PW, Laing FC, dan
McAninch JW.Sonographi in the evaluation of Urethral Stricture Disease. Urol Clin
North Am 1989; 16:793.

8. DIAGNOSIS
1. Anamnesis

Anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra
juga untuk mencari penyebab striktur urethra.

1. Berkurangnya aliran urin

2. Ketegangan saat berkemih

3. Pancaran air kencing kecil dan bercabang

4. Perasaan tidak puas setelah berkemih

5. Frekuensi berkemih lebih dari normal

14
6. Tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih

7. Terkadang sakit dan nyeri saat berkemih

8. Kadang dijumpai infiltrate,abses,dan fistel

9. Retensi urin

10. Nyeri pada daerah pelvic

9. GEJALA KLINIK
1. Pancaran air seni lemah
2. Pancaran air seni bercabang
Pada pemeriksaan sangat penting untuk ditanyakan bagaimana
pancaran urinnya. Normalnya, pancaran urin jauh dan diameternya
besar. Tapi kalau terjadi penyempitan karena striktur, maka
pancarannya akan jadi turbulen.
3. Frekuensi
Disebut frekuensi apabila buang air kecil lebih sering dari normal,
yaitu lebih dari tujuh kali / hari. Apabila sering buang air kecil di
malam hari disebut nocturia. Dikatakan nocturia apabila di malam hari,
buang air kecil lebih dari satu kali, dan keinginan buang air kecil itu
sampai membangunkannya dari tidur sehingga mengganggu tidurnya
4. Urgensi
5. Dysuria dan hematuria
6. Terkadang dengan infiltrat dan abses
7. Gejala lanjut adalah retensio urin

2. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, bertujuan untuk mengecek keadaan penderita juga


untuk meraba fibrosis di urethra, infiltrat, abses atau fistula. Pada pemeriksaan
fisisk dapat ditemukan:

1. Penurunan aliran urin

15
2. Pembesaran kandung kemih

3. Pembesaran limphonodus pada daerah inguinal

4. Pembesaran prostat

5. Permukaan bawah penis menjadi keras. 8

3. Patologi

Analisis patologi dari striktura menunjukan adanya deposit kolagen


yang tidak teratur, fibrosis. Patologi dari striktura uretra non-trauma,
terdapat 2 pembagian striktura uretra yang di nilai dari perubahan epitel.
Perubahan dari epithelium uretra dari epithelium kolumnar
pseudostratified yang mana relative fleksibel dan tahan air menjadi
epithelium squamous yang kurang fleksibel dan kurang tahan air. Karakter
epithelium ini mendukung pada lamina propria atau lembaran otot yang
kokoh atau kuat. Epithelium uretra berada langsung pada jaringan spong
pada corpus spongiosum.4

4. Pemeriksaan laboratorium

1. Urinalisis

2. Kultur urin dan sensitivitas

3. Serum elektrolit dengan urea darah dan kreatinin serum nitrogen.13

5. Gambaran Histologi

Pada striktur uretra yang bukan keganasan di temukan


pembentukan scar atau jaringan parut dengan deposite kolagen dan
infiltrate inflamasi yang menonjol. Radiasi striktur dapat ditunjukan
dengan kekurangan celuler,dan hipertropi vascular dengan matrix
aseluler. Sedangkan striktur uretra yang merupakan keganasan mempunyai
karakteristik karsinoma patologi yang spesifik.

16
Gambar 8.1. Gambaran histologi uretra

6. Radiologi

1. Uretrografi
Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra
dibuat foto uretrografi. Diagnosa pasti dapat dibuat dengan uretrografi.
a. Retrograde uretrografi, untuk melihat urethra anterior.
b. Antegrade uretrografi, untuk melihat urethra posterior.
c. Bipoler uretrografi adalah kombinasi dari pemeriksaan antegrade
dan retrograde uretrografi.
Dengan pemeriksaan ini diharapkan disamping dapat dibuat
diagnosis striktura urethra, juga dapat ditentukan panjang striktura.
Hal ini penting untuk perencanaan terapi/operasi.14

Gambar 8.2. Gambaran uretrografi uretra normal dan striktur uretra

17
Gambaran 8.3. Striktur uretra multifocal

18
Gambar 8.4. Oblique - post retrograde contrast injection

2. Urethrocystography 16
a. Pemeriksaan radiografi uretra dan kandung kemih yang
memanfaatkan zat radiopak.
b. Diindikasikan untuk pasien yang mengalami trauma, darah dalam
urin, dan dicurigai fraktur pelvic.
c. Pemeriksaan uretrosistografi bertujuan untuk melihat kelainan pada
uretra pars cavernosa, pars membranacea, dan pars prostatica serta
Vesica Urinaria.
d. Caranya:
 Memasukkan kontras melalui kateter atau dapat juga melalui
pungsi (menusuk) suprapubik.
 Bahan kontras dimasukkan dengan semprit yang ujungnya
sesuai dengan meatus uretra eksterna, diisi sampai kontras
masuk ke vesica urinaria.
 Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan
klem atau dengan cara memasukkan kateter kecil ke distal
penis,tetapi didahulukan dengan anastesi local.
 Foto diambil pada waktu pengisian kontras dengan posisi
antero-posterior, oblik kanan dan kiri.

e. Tampak penyempitan pada urethra pars cavernosa

19
Gambar 6.2. Gambar sriktur multipel pada uretra anterior dan penyempitan pada
uretra bagian posterior dan uretra pars prostatika normal.5

Gambar 8.3. Urethrogram yang menunjukan striktur pendek post inflamasi yang
terjadi di persimpangan urethra bulbar dan penis

Gambar 8.4. Striktur pendek yang terjadi di persimpangan membrane urethra dan
uretra bulbar setelah urethroscopy traumatis

Gambar 8.5. Striktur uretra post-trauma: tampak trabekula kandung kemih,


dilatasi uretra posterior dan striktur uretra.

3. Ultrasonografi

Sonourethrography (SU) paling baik digunakan sebagai tambahan untuk


perawatan pada pasien dengan striktur uretra dan telah dilaporkan lebih akurat
dibandingkan dengan urethrografi retrograde untuk memperkirakan panjang

20
striktur uretra. Untuk striktur anterior dengan panjang 3-5 cm, SU telah terbukti
memiliki sensitivitas dan spesifisitas 66-100% dan 97-98%.

SU jauh lebih sensitif dalam mengidentifikasi penyempitan pada uretra


penis dibandingkan dengan uretra bulbar. Kelemahan lain termasuk
ketergantungan operator dan sifat semi-invasif, dan kebutuhan anestesi lokal atau
umum untuk distensi uretra penuh untuk memaksimalkan visualisasi.

Dalam kasus pediatrik, ada baiknya menggunakan USG dibandingkan


penggunaan sinar-X dan CT Scan untuk mengurangi radiasi kepada pasien.

Gambar 8.6. Sonourethrography pada kasus striktur uretra

Gambar 8.7. Sonourethrography pada kasus striktur uretra

4. MRI

21
Pencitraan MRI dianggap sebagai salah satu pemeriksaan tambahan
terbaik untuk menilai anatomi panggul pasca-trauma.

10. DIAGNOSIS BANDING


1. Benign Prostatic Hyperplasia (BPH)
Pemeriksaan radiologi untuk BPH, lebih mengarah ke penanganan
terhadap efek penyakit pada traktus urinarius. Ultrasound akan memberikan
gambaran mengenai kandung kemih, khususnya peningkatan ketebalan diding
kandung kemih dan perkembangan trabekula,saculasi,dan divertikula,batu
kandung kemih juga mungkin dapat terlihat. Foto IVU,tidak merupakan foto yang
diindikasikan untuk investigasi BPH, tetapi merupakan tanda dari suatu kondisi
setelah dilakukan investigasi.18

 Film polos

Kalsifikasi dan batu pada prostat sering terjadi,terlihat sebagai densitas


kecil dan multipel yang tersebar diatas simpisis pubis. Deposit sekunder
sklerotik dari karsinoma prostat dapat terlihat pada film polos abdomen.

 Sistography

1. Prosedur untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan uretra.

2. Pemeriksaan x-ray dari kandung kemih, dan media kontras


dimasukan melalui uretra.

3. Tujuannya: memeriksa integritas dari kandung kemih, menentukan


penyebab infeksi, dan memeriksa tumor atau batu

Caranya:

a. Penderita berbaring dan dilakukan anastesi

b. Masukan kateter melalui uretra dan masukan kontras,sampai kandung


kemih benar-benar terisi penuh.

c. Pengambilan foto

22
d. Pembesaran prostat dapat dinilai dengan adanya lesi profusion prostat
dan kontras pada dasar kandung kemih.

e. Selain itu ditemukan peninggian dasar buli-buli yang menandakan


pembesaran atau abses prostat[18]

f. Indentasi caudal dan fish hook deformity pada ureter distal

Gambar 9.1. Foto IVU


kandung kemih,yang menunjukan pembesaran prostat.

Gambar 9.3. USG memperlihatkan kelenjar prostat

2. Kanker prostat
3. Kanker uretra
4. Infeksi saluran kemih yang sering kambuh atau tidak tertangani.
5. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau chlamydia.

23
11. PENATALAKSANAAN

 Antibiotic dapat digunakan untuk mengatasi infeksi urin sehingga tidak


berkembang menjadi striktur uretra.9

 Jika pasien datang karena retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi


suprapubik untuk mengeluarkan urin. Jika dijumpai abses periuretra
dilakukan insisi dan pemberian antibiotik.

 Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktura uretra adalah:

1) Businasi (dilatasi) dengan busi logam yang dilakukan secara hati-


hati. Tindakan yang kasar akan tambah nerusak uretra, sehingga
menimbulkan luka baru yang pada akhirnya menimbulkan striktura
lagi yang lebih berat.

24
2) Uretromi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan
pisau Otis atau pisau Sachse.Otis dikerjakan jika belum terjadi
striktura total,sedangkan pada striktura yang lebih berat,
pemotongan striktura dikerjakan secara visual dengan memakai
pisai Sachse.

3) Uretrotomi eksterna, yaitu tindakan operasi terbuka berupa


pemotongan jaringan fibrosis, kemudian dilakukan anastomosis
diantara jaringan uretra yang masih sehat.1

 Tidak ada terapi medical untuk striktur uretra

 Ureteral Metal Stents, menggunakan terapi end-stage pada penyakit


keganasan.

 Open Surgical Management, meliputi berbagai macam pembedahan


seperti: Psoashitch, Baori Flap, Ureteroneosystostomi,
Transureteroureterostomi.

25
 Laparscopy.11

11. STRIKTURA URETHRA PADA WANITA


 Etiologi striktura pada wanita berbeda dengan laki-laki. Etiologi striktura
urethra pada wanita radang kronis. Biasanya diderita oleh wanita diatas 40
tahun dengan sindrom sistitis berulang, yaitu dysuria, frequency, dan
urgency.
 Diagnose striktura uretra dibuat dengan bougie aboul’e, tanda khas dari
pemeriksaan tersebut adalah pada waktu dilepas terdapat flik/hambatan.
 Pengobatan pada wanita dengan dilatasi, apabila gagal dengan Otis
urethomi.1

12. KOMPLIKASI
Obstruksi uretra yang lama menimbulkan stasis urine yang dapat
menimbulkan berbagai penyulit diantaranya adalah:

1. Infeksi Saluran Kencing:


a. Divertikel Uretra atau Buli-buli
b. Abses Periuretra

26
c. Batu uretra
d. Fistel Uretro-kutan
e. Karsinoma uretra.1

2. Balon dilatasi: Infeksi, kegagalan untuk mengembang maksimal,


kehilangan saluran atau jalan masuk ke ginjal.

13. PENCEGAHAN

a. Menghindari terjadinya trauma pada uretra dan pelvis

b. Tindakan transuretra dengan hati-hati, seperti pada pemasangan kateter

c. Menghindari kontak langsung dengan penderita yang terinfeksi


penyakit menular seksual seperti gonorrhea, dengan jalan setia pada
satu pasangan dan memakai kondom

d. Pengobatan dini striktur uretra dapat menghindari komplikasi seperti


infeksi dan gagal ginjal

14. PROGNOSIS
Striktur Uretra sering kambuh,sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur dari dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan observasi selama 1 tahun dan tidak menunjukan tanda-tanda
kekambuhan.1

15. KONTROL BERKALA


Setiap kontrol dilakukan pemeriksaan pancaran urine yang langsung
dilihat oleh dokter atau dengan rekaman uroflometri. Untuk mencegah timbulnya
kekambuhan, seringkali pasien harus menjalani beberapa tindakan, antara lain:
1. Dilatasi berkala dengan busi
2. Kateterisasi bersih mandiri berkala (KBMB) atau CIC (Clean Intermitten
Catheterization) yaitu pasien dianjurkna utuk melakukan katetetrisasi
secara periodic pada waktu tertentu dengan kateter yang bersih (tidak
perlu steril) guna mencegah timbulnya kekambuhan striktura.1

27
BAB III

DAFTAR PUSTAKA

1. Purnomo Basuki B. Dasar-dasar Urolog, 2th Ed. Malang : CV Sagung Seto.


2009.

2. Gardiner R. Genitourinary Tract. Text Book Surgery, 3th Ed.


Melbuorne:Blackwell Publishing Ltd;2006. Chapter 513,p.518-519.

3. Stern Eric J.Trauma Radiologi Companion.Philadelphia; 1997.

4. Kabala Julian E. The Kidneys and Ureters,The Male Genitalia and Urethra.
David Sutton. Text Book of Radiology and Imaging, 7 th Ed. Vol: 2. London
: Elsevier Sciense Ltd;2003. Chapter 32 ,p. 1004-1018.

5. Patel Pradip R.Lecture Notes Radiologi, 2 th Ed. Jakarta: Penerbit


Erlangga; 2005. Hal 185-186.

6. Palmer P.E.S,Cockshott W.P, Hedegus V, Samuel E. Petunjuk Membaca


Foto untuk Dokter Umum. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran. 1990.

7. U.S.National Library of Medicine. Male and Female urinary Tract. Update


Date: 1/29/2010. Available from URL: U.S.NationalLibraryofMedicine .

8. Bergman Ronald A Ph.D. A Digital Library of Anatomy Information.


Anatomy Atlases. Available from URL: www.anatomyatlases.org

9. Kulkarni's Sanjay. Urethroplasty Centre. 2011. Available from URL:


http://www.strictureurethra.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=89&Itemid=75

10. Center For Reconstructive Urethral Surgery. 2011. Available from URL:
http://www.uretra.it/stenosi-uretra-eziologia-medici/?lang=en

11. Siswanto Abeng Tenri. Ureter dan Uretra. Rasad Sjahriar. Radiologi
Diagnostik, 2th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.Chapter XI, p.315-
317.

28
12. Andrich Daniela E,Anthony R Mundy. Urethral Stricture Surgery:the state
of the art. Kirby Roger S,Michael P O’Learly. Hot Topics in Urology.
London : Elsevier Limited; 2004. Chapter 19, p. 239-252.

13. Vakili B, Chesson RR, Kyle BL, Shobeiri SA, Echols KT, Gist R, et al. The
incidence of urinary tract injury during hysterectomy: a prospective
analysis based on universal cystoscopy. Am J Obstet Gynecol. May 2005.
Available from URL:
http://www.medscape.com/medline/abstract/15902164

14. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian
Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa
Aksara, Jakarta, 1995. Hal; 152-156.

15. Urethral urothelial cell carcinoma.jpg. Available from URL :


http://en.wikipedia.org/wiki/File:Urethral_urothelial_cell_carcinoma.jpg

16. Lumen N, Hoebeke P, Willemsen P, et al; Etiology of Urethral Stricture


Disease in the 21st Century. JUrol. 2009. Available from URL:
http://www.patient.co.uk/health/Urethral-Stricture.htm

17. Maciejewski C, Rourke K. Imaging of urethral stricture disease. 2015.


Available from URL:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC4708283/

18. Updated by: Neil K. Kaneshiro, MD, MHA, Clinical Assistant Professor of
Pediatrics, University of Washington School of Medicine. Also reviewed
by David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc. Available
from URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1123.htm

19. Nicknejad, Radswiki. Urethral Stricture. 2018. . Available from URL:


https://radiopaedia.org/articles/urethral-stricture?lang=us

29

Anda mungkin juga menyukai