Segala puji bagi Allah SWT. Tuhan yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang atas Rahmat dan Hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan referat
yang berjudul “Striktur Uretra”.
Tujuan penyusunan referat ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk
menyelesaikan kepaniteraan klinik bagian Radiologi Rumah Sakit Umum Daerah
Cilegon. Selama penyusunan referat ini tentu tidak terlepas dari bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih
kepada dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad atas bimbingan, saran, kritik dan masukannya
dalam penyusunan referat ini. Penulis juga ingin mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman sejawat kepaniteraan Ilmu Penyakit Saraf di Rumah Sakit
Umum Daerah Cilegon yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian
referat ini.
Wassalamualaikum wr.wb.
1
Indah Pratiwi
2
LEMBAR PENGESAHAN
Referat
STRIKTUR URETRA
Indah Pratiwi
NPM 1102015097
Telah diajukan dan disahkan oleh dr. Kesuma Mulya, Sp. Rad di RSUD
Cilegon pada bulan Januari 2020.
Mengetahui,
3
BAB I
PENDAHULUAN
Uretra merupakan salah satu bagian penting dari sistem urogenital. Uretra
mempunyai fungsi utama untuk mengalirkan urin keluar dari tubuh. Saluran uretra
juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria. Pada pria,
uretra memiliki bentuk seperti pipa yang menyerupai alat penyiram bunga.
Dalam beberapa kasus, saluran uretra dapat mengalami gangguan seperti
terjadinya striktur uretra. Pada striktur uretra terjadi penyempitan dan penurunan
elastisitas lumen uretra akibat terbentuknya jaringan fibrotik pada dinding uretra.
Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam berkemih, mulai dari aliran
berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat mengalirkan urin keluar
dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat menyebabkan banyak
komplikasi, dengan komplikasi terberat adalah gagal ginjal.
Striktur uretra dapat berasal dari berbagai sebab, dan dapat tanpa gejala
atau muncul dengan ketidaknyamanan yang berat sebagai efek sekunder dari
retensi urin1. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dibandingkan pada
wanita, karena uretra pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Adanya
trauma yang melukai uretra dapat menyebabkan striktur. Seseorang juga dapat
terlahir dengan striktur uretra, meskipun presentasi kejadiannya sangat sedikit.
4
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................3
DAFTAR ISI............................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
A. SRIKTURA URETRA..............................................................................5
1. DEFINISI...............................................................................................5
2. ANATOMI DAN FISIOLOGI URETRA.............................................5
3. ETIOLOGI.............................................................................................8
4. EPIDEMIOLOGI.................................................................................10
5. PATOFISIOLOGI...............................................................................11
7. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA.............................................13
8. DIAGNOSIS........................................................................................13
9. GEJALA KLINIK...............................................................................14
10. DIAGNOSIS BANDING....................................................................21
11. STRIKTURA URETHRA PADA WANITA......................................25
12. KOMPLIKASI.....................................................................................25
13. PENCEGAHAN..................................................................................26
14. PROGNOSIS.......................................................................................26
15. KONTROL BERKALA......................................................................26
BAB III..................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................27
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. SRIKTURA URETRA
1. DEFINISI
Sriktura uretra adalah penyempitan lumen uretra karena fibrosis pada
dinding uretra dan pada tingkat lanjut terjadi fibrosis korpus spongiosum. 1
Penyempitan patologi pada lumen uretra juga dapat di sebabkan oleh kelainan
anatomi atau obstruksi fungsional.2 Sriktura uretra yang disebabkan karena
obstruksi banyak terjadi pada Ureteropelvic Junction (UJP), yang mana
merupakan kelainan congenital atau penyempitan yang di dapat.3 Striktura uretra
merupakan penyakit yang dapat disebabkan oleh inflamasi dan merupakan
lanjutan perkembangan dari uretritis.4 Striktur uretra juga merupakan kelainan
yang diakibatkan oleh suatu komplikasi lama dari kerusakan uretra.5 Selain itu
terdapat juga striktur uretra yang multipel,dan terdapat pada derah perineal.6
6
Uretra anterior adalah bagian uretra yang dibungkus oleh korpus
spongiosum penis. Uretra anterior terdiri atas: pars bulbosa,pars pendularis,fossa
navicularis,dan meatus uretra eksterna. Didalam lumen uretra anterior terdapat
beberapa muara kelenjar yang berfungsi dalam proses reproduksi,yaitu kelenjar
cowperi berada didalam diafragma urogenitalis dan bermuara di uretra pars
bulbosa,serta kelenjar Littre yaitu kelenjar para uretralis yang bermuara di uretra
pars pendularis.1
Uretra posterior pada pria terdiri atas uretra pars prostatika,yaitu bagian
uretra yang dilingkupi oleh kelenjar prostat,dan uretra pars membranasea.
Dibagian posterior lumen uretra pars prostatika terdapat suatu tonjolan
verumontanum,dan dan di sebelah proksimal dan distal dari verumontanum ini
terdapat Krista uretralis. Bagian terakhir dari vas deferens yaitu kedua duktus
ejakulatorius yang terdapat di bagian kiri dan kanan verumonntanum,sedangkan
sekresi kelenjar prostat bermuara di dalam duktus prostatikus yang tersebar di
uretra prostatika. Didalam uretra bermuara kelenjar periuretra,diantaranya adalah
kelenjar Skene. Kurang lebih sepertiga medial uretra,terdapat sfingter uretra
eksterna yang terdiri atas otot bergaris. Tonus otot sfinter uretra external dan
tonus otot levator ani berfunsi mempertahankan agar urin tetap berada dalam buli-
buli pada saat perasaan ingin miksi. Miksi terjadi jika tekanan intravesika
melebihi tekanan intra uretra akibat kontraksi otot detrusor dan relaksasi sfingter
uretra.1
7
Gambar 2.1. Anatomi Uretra.
8
p) corpus cavernosus penis
3. ETIOLOGI
Sriktura uretra dapat disebabkan oleh:
1. Trauma
9
Segmen yang terkena lebih pendek dan lebih terlokalisasi dibandingkan
dengan akibat peradangan, sedangkan bagian lainnya tampak normal.
2. Kongenital
3. Idiopatik
4. Peradangan
5. Latrogenic
6. Neoplasma
10
Gambar 3.2. Striktur uretra akibat peradangan11
4. EPIDEMIOLOGI
Berdasarkan presentasinya maka penyebab terjadinya striktura uretra
adalah12:
2. Congenital 22%
3. Idiopatik 19%
4. Inflammatory 16 %
5. Latrogenic 14%
Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria dari pada wanita, karena uretra
pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai
uretra dapat menyebabkan striktur uretra. Frekuensi kerusakan uretra berdasarkan
lokasi yaitu:uretra posterior lebih dari 95% berhubungan dengan fraktur pelvic,5-
10% pasien yang mengalami fraktur pelvik juga menderita laserasi uretra, 2-3
orang pria yang menderita fraktur diastatik pubik juga mengalami kerusakan
uretra. Sedangkan pada uretra anterior terjadi kerusakan pada selangkangan
sampai bulbus uretra,yang disebabkan oleh latrogenic seperti instrument medis,
dan dapat juga disebabkan oleh benda asing.13
11
Pada fraktur panggul 5%-10% mengalami cedera uretra posterior.
Striktura uretra bulbosa banyak terjadi pada pria,karena disebabkan oleh cedera
perineum dalam posisi mengangkang.
5. PATOFISIOLOGI
1. Trauma
Cedera uretra anterior paling sering terjadi akibat pukulan benda tumpul
ke perineum, dan menyebabkan kerusakan pada jaringan uretra. Kejadian ini
merupakan cedera awal yang sering diabaikan oleh pasien. Jaringan uretra yang
megalami kerusakan tidak mendapat suplai darah sehingga mengalami iskemik
dan berkembang menjadi jaringan parut. Selain itu upaya tubuh untuk
memperbaiki kerusakan yang disebabkan oleh cedera mengakibatkan
penumpukan jaringan parut di saluran uretra dan akan menimbulkan penyempitan
yang signifikan atau bahkan penutupan bagian itu. 10 Sedangkan cedera uretra
posterior terjadi karena trauma tumpul pada panggul, yang menyebabkan
kerusakan dan pergeseran pada pars membranosa dan pars prostatika tidak
mengalami kerusakan karena adanya ligamentum puboprostatik. Pergeseran dari
tulang panggul dapat merobek atau merenggangkan membrane uretra. Selanjutnya
bagian uretra yang robek akan berkembang menjadi jaringan parut,yang
menumpuk pada saluran uretra yang dapat menimbulkan penyempitan uretra. 9
Biasanya berkembang lebih cepat dari pada striktur karena inflamasi dan soliter.
12
2. Kongenital
3. Idiopatik
Tidak memiliki mekanisme yang jelas. Dapat terjadi karena trauma atau
infeksi pada waktu bayi yang tidak diketahui oleh penderita.
5. Latrogenic
6. Neoplasma
13
7. DERAJAT PENYEMPITAN URETRA
Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktura uretra
dibagi menjadi 3 tingkatan,seperti terlihat pada gambar 10-5, yaitu derajat:
1. Ringan: jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2. Sedang: jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra
3. Berat: jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.
Pada penyempitan derajat berat kadang kala teraba jaringan keras
di korpus spongiosumyang dikenal dengan spongiofibrosis.1
Dikutip dari: Classification of urethral strictures dari Klosterman PW, Laing FC, dan
McAninch JW.Sonographi in the evaluation of Urethral Stricture Disease. Urol Clin
North Am 1989; 16:793.
8. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Anamnesis bertujuan untuk mencari gejala dan tanda dari striktur urethra
juga untuk mencari penyebab striktur urethra.
14
6. Tidak dapat menahan keinginan untuk berkemih
9. Retensi urin
9. GEJALA KLINIK
1. Pancaran air seni lemah
2. Pancaran air seni bercabang
Pada pemeriksaan sangat penting untuk ditanyakan bagaimana
pancaran urinnya. Normalnya, pancaran urin jauh dan diameternya
besar. Tapi kalau terjadi penyempitan karena striktur, maka
pancarannya akan jadi turbulen.
3. Frekuensi
Disebut frekuensi apabila buang air kecil lebih sering dari normal,
yaitu lebih dari tujuh kali / hari. Apabila sering buang air kecil di
malam hari disebut nocturia. Dikatakan nocturia apabila di malam hari,
buang air kecil lebih dari satu kali, dan keinginan buang air kecil itu
sampai membangunkannya dari tidur sehingga mengganggu tidurnya
4. Urgensi
5. Dysuria dan hematuria
6. Terkadang dengan infiltrat dan abses
7. Gejala lanjut adalah retensio urin
2. Pemeriksaan Fisik
15
2. Pembesaran kandung kemih
4. Pembesaran prostat
3. Patologi
4. Pemeriksaan laboratorium
1. Urinalisis
5. Gambaran Histologi
16
Gambar 8.1. Gambaran histologi uretra
6. Radiologi
1. Uretrografi
Untuk melihat letak penyempitan dan besarnya penyempitan uretra
dibuat foto uretrografi. Diagnosa pasti dapat dibuat dengan uretrografi.
a. Retrograde uretrografi, untuk melihat urethra anterior.
b. Antegrade uretrografi, untuk melihat urethra posterior.
c. Bipoler uretrografi adalah kombinasi dari pemeriksaan antegrade
dan retrograde uretrografi.
Dengan pemeriksaan ini diharapkan disamping dapat dibuat
diagnosis striktura urethra, juga dapat ditentukan panjang striktura.
Hal ini penting untuk perencanaan terapi/operasi.14
17
Gambaran 8.3. Striktur uretra multifocal
18
Gambar 8.4. Oblique - post retrograde contrast injection
2. Urethrocystography 16
a. Pemeriksaan radiografi uretra dan kandung kemih yang
memanfaatkan zat radiopak.
b. Diindikasikan untuk pasien yang mengalami trauma, darah dalam
urin, dan dicurigai fraktur pelvic.
c. Pemeriksaan uretrosistografi bertujuan untuk melihat kelainan pada
uretra pars cavernosa, pars membranacea, dan pars prostatica serta
Vesica Urinaria.
d. Caranya:
Memasukkan kontras melalui kateter atau dapat juga melalui
pungsi (menusuk) suprapubik.
Bahan kontras dimasukkan dengan semprit yang ujungnya
sesuai dengan meatus uretra eksterna, diisi sampai kontras
masuk ke vesica urinaria.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan cara menggunakan
klem atau dengan cara memasukkan kateter kecil ke distal
penis,tetapi didahulukan dengan anastesi local.
Foto diambil pada waktu pengisian kontras dengan posisi
antero-posterior, oblik kanan dan kiri.
19
Gambar 6.2. Gambar sriktur multipel pada uretra anterior dan penyempitan pada
uretra bagian posterior dan uretra pars prostatika normal.5
Gambar 8.3. Urethrogram yang menunjukan striktur pendek post inflamasi yang
terjadi di persimpangan urethra bulbar dan penis
Gambar 8.4. Striktur pendek yang terjadi di persimpangan membrane urethra dan
uretra bulbar setelah urethroscopy traumatis
3. Ultrasonografi
20
striktur uretra. Untuk striktur anterior dengan panjang 3-5 cm, SU telah terbukti
memiliki sensitivitas dan spesifisitas 66-100% dan 97-98%.
4. MRI
21
Pencitraan MRI dianggap sebagai salah satu pemeriksaan tambahan
terbaik untuk menilai anatomi panggul pasca-trauma.
Film polos
Sistography
Caranya:
c. Pengambilan foto
22
d. Pembesaran prostat dapat dinilai dengan adanya lesi profusion prostat
dan kontras pada dasar kandung kemih.
2. Kanker prostat
3. Kanker uretra
4. Infeksi saluran kemih yang sering kambuh atau tidak tertangani.
5. Infeksi menular seksual, seperti gonore atau chlamydia.
23
11. PENATALAKSANAAN
24
2) Uretromi interna, yaitu memotong jaringan sikatriks uretra dengan
pisau Otis atau pisau Sachse.Otis dikerjakan jika belum terjadi
striktura total,sedangkan pada striktura yang lebih berat,
pemotongan striktura dikerjakan secara visual dengan memakai
pisai Sachse.
25
Laparscopy.11
12. KOMPLIKASI
Obstruksi uretra yang lama menimbulkan stasis urine yang dapat
menimbulkan berbagai penyulit diantaranya adalah:
26
c. Batu uretra
d. Fistel Uretro-kutan
e. Karsinoma uretra.1
13. PENCEGAHAN
14. PROGNOSIS
Striktur Uretra sering kambuh,sehingga pasien harus sering menjalani
pemeriksaan yang teratur dari dokter. Penyakit ini dikatakan sembuh jika setelah
dilakukan observasi selama 1 tahun dan tidak menunjukan tanda-tanda
kekambuhan.1
27
BAB III
DAFTAR PUSTAKA
4. Kabala Julian E. The Kidneys and Ureters,The Male Genitalia and Urethra.
David Sutton. Text Book of Radiology and Imaging, 7 th Ed. Vol: 2. London
: Elsevier Sciense Ltd;2003. Chapter 32 ,p. 1004-1018.
10. Center For Reconstructive Urethral Surgery. 2011. Available from URL:
http://www.uretra.it/stenosi-uretra-eziologia-medici/?lang=en
11. Siswanto Abeng Tenri. Ureter dan Uretra. Rasad Sjahriar. Radiologi
Diagnostik, 2th Ed. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2005.Chapter XI, p.315-
317.
28
12. Andrich Daniela E,Anthony R Mundy. Urethral Stricture Surgery:the state
of the art. Kirby Roger S,Michael P O’Learly. Hot Topics in Urology.
London : Elsevier Limited; 2004. Chapter 19, p. 239-252.
13. Vakili B, Chesson RR, Kyle BL, Shobeiri SA, Echols KT, Gist R, et al. The
incidence of urinary tract injury during hysterectomy: a prospective
analysis based on universal cystoscopy. Am J Obstet Gynecol. May 2005.
Available from URL:
http://www.medscape.com/medline/abstract/15902164
14. Rochani. Striktur Urethra, dalam: Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Bagian
Bedah Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Binarupa
Aksara, Jakarta, 1995. Hal; 152-156.
18. Updated by: Neil K. Kaneshiro, MD, MHA, Clinical Assistant Professor of
Pediatrics, University of Washington School of Medicine. Also reviewed
by David Zieve, MD, MHA, Medical Director, A.D.A.M., Inc. Available
from URL :
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/imagepages/1123.htm
29