Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PENDAHULUAN

KONSEP KEBUTUHAN DASAR MANUSIA

Oleh:
Muh. Rasman Azwari
D2210017

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
PANRITA HUSADA BULUKUMBA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia adalah adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa
setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga
diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015).
Menurut Abraham Maslow (2015) (dalam buku Mubarak, 2017) manusia mempunyai
kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis,
baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau
hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi
(aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa
manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis),
safety and security needs (kebutuhan akan rasa nyaman), love and belonging needs
(kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan
harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri) (Potter & Perry, 2010).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mampu mengetahui, memahami serta mengaplikasikan 9 kebutuhan
dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui pengertian konsep kebutuhan dasar manusia
b. Mengetahui konsep dasar dari 9 kebutuhan dasar manusia
C. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan dalam
pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia
2. Manfaat aplikatif
Dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan serta
pemberian asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia
1. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam
mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk
mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa
bahwa setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan,
cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015). Kebutuhan dasar manusia
berfokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang mengalami masalah pada
keseahatan, maka kemungkinan ada salah satau atau beberapa kebutuhan dasar
manusia yang terganggu (Tarwoto, 2010).
Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus
dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun
psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau
diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat,
psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnyabdari
berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah
Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika
mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan
istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima
kategori kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut:
a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs)
Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik
(kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh
kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang bersangkutan. Kebutuhan ini
dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam
keadaan yang sangat ekstrem (misalnya kelaparan) manusia yang bersangkutan
kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia
tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya
itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah tercukupi, muncullah
kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs).
Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow.
Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi
akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnyadibandingkan kebutuhan yang
lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta
biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi
kebutuhan akan cinta.
Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk
bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu sebagai
berikut:
1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas
2) Kebutuhan cairan dan elektrolit
3) Kebutuhan makanan
4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi
5) Kebutuhan istirahat dan tidur
6) Kebutuhan aktivitas; g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh
7) Kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga
kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan
kelangsungan umat manusia.
b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs)
Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan,
stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas
dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh karena adanya kebutuhan inilah
maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan
kepercayaan, membuat system, asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya
dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak
terpenuhi, maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan
pada gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kea rah yang makin negative.
Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari
berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan ini meliputi sebagai
berikut:
1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi
2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan
3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing.
c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs)
Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul
kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap
orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin
mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam masyarakat. Setiap
orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampong, suatu
marga, dan lain-lain. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa
sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa
dirinya oengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan
harga diri orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut:
1) Memberi dan menerima kasih sayang
2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain
3) Kehangatan
4) Persahabatan
5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan
sosial.
d. Kebutuhan Harga Diri (self-Esteem Needs)
Disisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relative sudah terpenuhi, maka timbul
kebutuhan akan harga diri (self-Esteem Needs). Ada dua macam kebutuhan akan
harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan,
kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sementara yang kedua adalah
kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi,
kebanggan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang lain. Orang0orang yang
terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya
diri, tidak bergantung pada orang lain, dan selalu siap untuk berkembang terus
untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self
actualization). Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut:
1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain
2) Kompeten
3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain.
e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak
tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan
tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan,
putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri,
kehilangan selera, dan sebagainya. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut:
1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi
diri)
2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri
3) Tidak emosional
4) Mempunyai dedikasi yang tinggi
5) Kreatif
6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, dkk,
2015).
Kebutuhan dasar manusia menurut Virginnia Henderson yaitu, manusia
mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam rentang
kehidupan (life spend). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya
dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses
yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan
sekitar, dan status kesehatan individu. Saat melakukan aktivitas sehari-hari, individu
dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu:
a. Terhambat dalam melakukan aktivitas
b. Belum mampu melakukan aktivitas
c. Tidak dapat melakukan aktivitas.
Virginnia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen
tersebut adalah sebagai berikut:
a. Bernafas secara normal
b. Makan dan minum yang cukup
c. Eliminasi (buang air besar dan kecil)
d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan
e. Tidur dan istirahat
f. Memilih pakaian yang tepat
g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan
pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan
h. Menjaga kebersihan diri dan penempilan
i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain
j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi
k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan
l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup
m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi
n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tau yang mengarah pada
perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang
tersedia (Saputra, 2013).
Rasa nyaman adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Menurut Donahue,
1989 dalam Potter & Perry, 2006 meringkaskan melalui rasa nyaman dan tindakan
untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan,
dukungan, dorongan dan bantuan. Berbagai teori keperawatan menyatakan
kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan
keperawatan.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia
Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor
(Walyani, 2015). Sebagai berikut :
a. Penyakit, adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai perubahan
kebutuhan, dari fisiologis dan psikologis, karena fungsi dari tubuh memerlukan
pemenuhan kebutuhan yang lebih besar.
b. Hubungan yang berarti atau keluarga, dimana hubungan keluarga yang baik dapat
meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia karena saling percaya,
merasakan kesenangan hidup, dan tidak ada rasa curiga.
c. Konsep diri, konsep diri ini dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk
memenuhi kebutuhannya. Konsep diri yang positif memberikan makna dan
keutuhan bagi individu. Konsep diri dapat menghasilkan perasaan dan kekuatan
positif dalam diri individu.orang yang beranggapan positif terhadap dirinya mudah
berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang
sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar.
d. Tahap perkembangan, bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh
yang lebih kompleks, di dalam suatu pola yang teratur sebagai hasil dari proses
pematangan.
e. Struktur keluarga, dapat mempengaruhi cara pasien memuaskan kebutuhannya.
Sebagai contoh seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya dari
pada kebutuhannya sendiri.
3. Ciri - Ciri Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan dasar manusia bertujuan untuk mempertahankan suatu kehidupan dan
kesehatan manusia. Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisiologis,
keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Ciri-ciri kebutuhan dasar manusia
antara lain (Wahit et al , 2015).
a. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena
budaya, maka kebutuhan itu akan berubah kultur.
b. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang
sesuai.
c. Setiap manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan merespon dengan
berbagai cara.
d. Jika manusia gagal dalam memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih
keras untuk berusaha mendapatkannya.
e. Kebutuhan saling berkaitan dengan beberapa kebutuhan yang tidak dipenuhi akan
mempengaruhi kebutuhan yang lainnya.
4. Penerapan Kebutuhan Dasar Manusia dalam Praktik Keperawatan
Pengetahuan kebutuhan dasar manusia dapat membantu perawat dalam bebagai
hal yaitu , membantu perawat dalam memahami dirinya sendiri untuk mencapai
kebutuhan personal diluar sistem pasien, memahami kebutuhan dasar manusia
perawat dapat memahami perilaku orang lain dengan lebih baik,pengetahuan tentang
kebutuhan dasar manusia dapat memberi kerangka kerja untuk diaplikasikan dalam
proses keperawatan, dan perawat dapat menggunakan pengetahuan kebutuhan
manusia untuk membantu seseorang untuk tumbuh dan kembang (Mahyar et al,
2010).
B. Konsep Dasar 9 Kebutuhan Dasar Manusia
1. Konsep Kebutuhan Oksigenasi
a. Anatomi Sistem Pernapasan
Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran gas. Udara
masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran pernapasan atas terdiri
dari mulut, hidung, dan pharing. Ketiganya dihubungkan dengan nasopharing,
yang membawa udara melalui mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran
pernapasan bawah terdiri dari trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan
paru. Bronkhus berlanjut ke bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas
dengan parenkhim paru. Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel
berdinding tipis dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk alveoli menembus
epitel, masuk darah menuju jantung dan dari jantung ke jaringan tubuh.
b. Fungsi Sistem Pernapasan
Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke sel tubuh dan pengeluaran
CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh. Proses pernafasan mencakup ventilasi, difusi,
transportasi dan perfusi.
1) Ventilasi
Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru sehingga
pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas atau inspirasi
dan ekspirasi.
Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal berkontraksi,
sehingga memperbesar volume thorak dan menurunkan tekanan intrathorak.
Pelebaran dinding dada mendorong paru ekspansi, menyebabkan tekanan jalan
napas turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara masuk paru.
Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot intrcostal relaksasi, menyebabkan
thorak kembali bergerak ke atas ke ukuran lebih kecil. Tekanan dada
meningkat menyebabkan udara mengalir keluar dari paru
2) Difusi Gas
Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak dari
daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Oksigen dan
karbon dioksida berdifusi diantara alveoli dan darah.
Bernapas secara kontinyu menambah supply oksigen paru, sehingga
tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya bernapas
mengeluarkan karbon dioksida dari paru, sehingga tekanan partial karbon
dioksida (PCO2) di alveoli rendah. Oksigen berdifusi dari alveoli ke darah
karena PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di darah kapiler. Karbon dioksida
berdifusi dari darah ke alveoli.
3) Transportasi dan Perfusi Gas
Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke darah
kemudian ke jaringan dan karbondioksida ditransportasikan dari jaringan ke
paru kembali. Oksigen diangkut dalam darah melalui hemoglobin.
Metabolisme meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan
oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke sel disebut perfusi gas.
c. Pola Pernapasan Normal
1) Bayi : 30-60 x per menit
2) 1-5 tahun : 20-30 x per menit
3) 6-10 tahun : 18-26 x per menit
4) Dewasa : 12-20 x per menit
5) Dewasa Tua ( >60 tahun) : 16-25 x per menit
d. Jenis Pernapasan
1) Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal, tenang dan teratur.
2) Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-kadang cepat dan kadang-kadang
lambat sehingga frekuensi tidak teratur.
3) Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan kadang-kadang apnoe (berhenti),
frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit
4) Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanya dan kadang-kadang
diikuti apnoe
e. Pengertian Oksigenasi
Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia,
dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh.
Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh, salah
satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya perlu dilakukan untuk
menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik.
Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan
dan sistem kardiovaskuler secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu
organ sistem respirasi dan kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan
mengalami gangguan (Haswita, Sulistyowati, 2017). Oksigenasi merupakan
proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia dan fisika). Oksigen berupa gas
tidak berwarna dan tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses
metabolisme sel. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu
tertentu membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor-
faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain
lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan ( Sutanto, Fitriana,
2017)
f. Proses Oksigenasi
Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Prosesnya
terdiri dari 3 tahapan yaitu:
1) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli.
Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi
(inspirasi-ekspirasi)
2) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida
antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar paru.
3) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari
jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Haswita, Sulistyowati,
2017).
g. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi
1) Faktor fisiologi
a) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia.
b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran
napas bagian atas, penyakit asma.
c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2
terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan dehidrasi
d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil,
luka, dan penyakit hipertiroid.
e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada
kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis
seperti TB paru.
2) Faktor perkembangan
a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan.
b) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut.
c) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan
merokok
d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan
stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paruparu.
e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun.
3) Faktor perilaku
a) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang.
b) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena meningkatnya
metabolisme.
c) Merokok
d) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan)
e) Kecemasaan
4) Faktor lingkungan
a) Tempat kerja
b) Temperatur lingkungan
c) Ketinggian tempat dari permukaan laut.
h. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh
Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan masalah
kebutuhan oksigen terdiri dari:
1) Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi
oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia tubuh, akan melakukan
kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke
volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi.
2) Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak
adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen
yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler.
Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Hipoksia
tejadi diakibatkan oleh menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi
oksigen, ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi
oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, kerusakan
atau gangguan ventilasi.
3) Perubahan pola nafas
Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 12-
20X/menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi.
Pernapasan normal disebut eupnea.
2. Kebutuhan Nutrisi
Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses
tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan,
pemeliharaan dan penggantian sel tubuh.
Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh
agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah
defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh,
kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk
kekebalan.
Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori
(kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari
1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1
C dari 1 kg air.
a. Struktur dan Fungsi Nutrient
Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu karbohidrat, protein, lemak,
vitamin, mineral, dan air.
1) Karbohidrat
Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan
gula kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan
oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah sumber karbohidrat
sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat
kompleks.
Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram karbohidrat
mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak,
meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang
membantu sintesis vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam
sintesis asam amino esensial
2) Protein
Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang
dihubungkan dengan rantai peptida. Protein terdiri dari karbon, hidrogen,
oksigen, dan nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain membentuk
hemoglobin untuk membawa oksigen ke jaringan, insulin untuk regulasi
glukosa darah, dan albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah.
Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh,
pembentukan kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas
tubuh, sel, cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum.
Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari protein
pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan katabolisme.
3) Lemak
Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak, kolesterol,
dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang terdiri dari karbon,
hidrogen, dan oksigen.
Lemak secara ideal membentuk sekitar 20% berat badan pada orang yang
tidak gemuk. Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital,
energi, simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan transport
vitamin larut lemak.
Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak memberikan
rasa kenyang karena menetap di lambung lebih lama daripada karbohidrat atau
protein.
Lemak diklasifikasikan sebagai lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Daging sapi, daging domba, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak
biji kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh lebih tinggi dan lebih keras.
Daging ayam, ikan dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan
lebih lunak.
4) Vitamin
Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan,
perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam
penggunaan energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai vitamin larut
lemak dan vitamin larut air.
3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
a. Definisi Istirahat dan Tidur
Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun berakibat
badan menjadi lebih segar.
Tidur merupakan suatu keadaan yang relative tanpa sadar yang penuh
ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan
masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
b. Fisiologi Tidur
Rormasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik
menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu
ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat
syaraf .Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls-
impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang.Formasi retikular itu
memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan
mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan
waspada.
Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari
korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh.Keadaan bangun terjadi
apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks
serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja,
jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita
menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan
yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat
orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka
keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang
dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal.
c. Kegunaan Atau Fungsi Dari Tidur Yang Cukup
1) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru.
2) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh.
3) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian.
4) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit.
5) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik
d. Tahapan Tidur
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat
elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram
(EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement(NREM)
dan rapid eye movement (REM).
1) Tidur NREM.
Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena
gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada
gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur
NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping
itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja
otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II
disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur
dalam (deep sleep atau delta sleep).
2) Tidur REM.
Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30
menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi
terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan
metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit
untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot
terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan
sering kali tidak teratur.
Siklus tidur
Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur
yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang
biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus
tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap
NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV
selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II
selama 20 menit.Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10
menit.
e. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur
Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, diantaranya
adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan
alcohol,diet, merokok,dan motivasi.
1) Penyakit.
Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan
gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih
banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga
dapat mengalami gangguan.
2) Lingkungan.
Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak
adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat
upaya tidur.Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang
buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Akan tetapi, seiring waktu individu
bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut.
3) Kelelahan.
Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin
lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah
beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang.
4) Gaya hidup.
Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa
tidur pada waktu yang tepat.
5) Stress emosional.
Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.kondisi ansietas
dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf
simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV
dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur.
6) Stimulant dan alcohol.
Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP
sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi alcohol yang
berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah
hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk.
7) Diet.
Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan
seringnyaterjaga di malam hari.Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan
dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari.
8) Merokok.
Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada
tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah
terbangun di malam hari.
9) Medikasi.
Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.hipnotik
dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat
menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin
hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan
seringnya terjaga di malam hari.
10) Motivasi.
Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah
seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga
sering kali dapat mendatangkan kantuk.
f. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi
1) Insomnia
Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara
kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu
dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor mental
seperti perasaan gundah atau gelisah.Ada tiga jenis insomnia:
a) Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur.
b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya
terjaga.
c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali.
Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin
dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin,
menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur
(mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk.
2) Parasomnia
Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat
seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan
parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror),
gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait
dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme).
3) Hipersomnia
Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan
terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu,
seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena
gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu,
hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari
tanggung jawab pada siang hari.
4) Narkolepsi
Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara
tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur”
atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.Diduga karena
kerusakan genetic.
4. Kebutuhan Cairan dan Eletrolit
a. Distribusi cairan tubuh
Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu:
1) Cairan ekstra sel (CES)
a) Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh.
b) Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah,
menyusun 5% berat tubuh.
2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat
tubuh.
b. Komposisi cairan tubuh
1) Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan
mampu membawa muatan listrik.
a) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif
b) Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negatif
Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam
basa. Elektrolit diukur dalam mEq/L.
2) Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam: (
a) empertahankan proses fisiologis
b) sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat
gizi;
c) mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon, menguatkan
struktur tulang.
3) Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan leukosit.
c. Pergerakan cairan tubuh
1) Difusi yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi
tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam
cairan merata atau melewati membran sel yang permeabel. Contoh: gerakan
oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner
2) Osmosis yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari
larutan dengan zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut
konsentrasi tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi solut, suhu
larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang
dikeluarkan larutan. Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan
untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam
larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh protein, khususnya albumin yang
menghasilkan osmotik koloid atau tekanan onkotik. Konsentrasi larutan
(osmolalitas) diukur dalam osmol yang mencerminkan jumlah substansi dalam
larutan yang berbentuk molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang
osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik, akan mencegah
perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah
larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan
membuat air berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang memiliki
konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari sel.
3) Filtrasi yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan
hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan
hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting
dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler.
4) Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk
menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari daerah
konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih besar.
Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa keluar dari sel dan kalium
dipompa masuk ke dalam sel
d. Pengaturan cairan tubuh
1) Asupan cairan
Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di
hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan
daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220
ml air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein, dan
lemak berlangsung.
2) Haluaran cairan
Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada
orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk
disaring dan memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal
dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan aldosteron. Kehilangan air
melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat.
3) Hormon
Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah
ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan cara
meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan ke
dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium
dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan
mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan dikembalikan ke
volume darah. Glukokortikoid memengaruhi keseimbangan cairan dan
elektrolit.
e. Gangguan Keseimbangan Cairan
1) Ketidakseimbangan cairan
a) Ketidakseimbangan isotonik
(1) Kekurangan volume cairan Kekurangan cairan, tetapi kadar elektrolit
serum tidak berubah, terjadi melalui gastrointestinal (muntah, diare),
perdarahan, pemberian obat diuretik, banyak keringat, demam, dan
penurunan asupan per oral.
(2) Kelebihan volume cairan Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan
elektrolit serum, terjadi pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan
sirosis.
(3) Sindrome ruang ketiga Sindrome terjadi ketika cairan ekstrasel
berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut
terperangkap di dalamnya. Obstruksi usus, luka bakar dapat
menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter, keluar dari
ruang ekstrasel.
2) Ketidakseimbangan elektrolit
a) Ketidakseimbangan natrium Hiponatremia adalah konsentrasi natrium
dalam darah lebih rendah, terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan
air. Hiponatremia menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok.
Hipernatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih tinggi, dapat
disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium.
b) Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi
tidak adekuat, dapat disebabkan oleh penggunaan diuretik. Hipokalemia
dapat menyebabkan aritmia jantung. Hiperkalemia adalah jumlah kalium
dalam darah lebih besar, disebabkan oleh gagal ginjal.
c) Ketidakseimbangan kalsium Hipokalsemia mencerminkan penurunan
kadar kalsium serum. Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi
kalsium serum.
d) Ketidakseimbangan magnesium Hipomagnesemia terjadi ketika kadar
konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5 mEq/L, menyebabkan
peningkatan iritabilitas neuromuskular. Hipermagnesemia terjadi ketika
konsentrasi magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L,
menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel otot.
e) Ketidakseimbangan klrorida Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum
turun sampai di bawah 100 mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage
nasogastrik/fistula, diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum
meningkat sampai di atas 106 mEq/L.
5. Kebutuhan Eliminasi
a) Eliminasi Urine
1) Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih).
Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan
urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu
uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria.
a) Ginjal (Ren)
Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut
atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di
bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar
adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal kanan biasanya terletak
sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati.
Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan
duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal
dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan.
Fungsi ginjal, adalah sebagai berikut :
(1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau
racun,
(2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
(3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh
(4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin
dan amoniak.
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa,
terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla
renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan
cortex.Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis,
puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil
disebut papilla renalis.
Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu
masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus..Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi
dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang
menjadi dua atau tiga calices renalis minores.
Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit
fungsional ginjal.Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron
terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan
tubulus urinarius
2) Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika
urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian
terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga
pelvis.Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan
fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang
mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga
panggul.Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon
karet.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritoneum),
tunika muskularis (lapisan berotot), tunika submukosa dan lapisan mukosa
(lapisan bagian dalam).
4) Uretra
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira
13,7-16,2 cm, terdiri dari urethra pars prostatica, urethra pars membranosa
( terdapat spinchter urethra externa), urethra pars spongiosa.
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
(Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria.
Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar
uretra tetap tertutup.
b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan
saraf.
c) Lapisan mukosa.
5) Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya.
b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.
c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
e) Berat jenis 1,015-1,020.
f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet
(sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam).
Komposisi air kemih, terdiri dari:
a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air.
b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak
dan kreatinin.
c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
d) Pagmen (bilirubin dan urobilin).
e) Toksin.
f) Hormon.
6) Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya
meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah
tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2).
b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan
kandung kemih.Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang
belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan
dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika
Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan
spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls
menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi
terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal :
a) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah
cairan yang masuk.
b) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
c) Baunya tajam.
d) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata
b). Proses Berkemih
1) Proses Filtrasi ,di glomerulus
Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali
protein.Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri
dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke
tubulus ginjal.Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus.
2) Proses Reabsorbsi
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke
papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
3) Proses sekresi.
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa,
sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi
secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal.
Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion
bikarbonat bila diperlukan tubuh.Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi
fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis.
b. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine
1) Diet dan Asupan (intake)
Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output
urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang
dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine.
2) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih
Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan
urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika
urinaria dan jumlah urine.
3) Gaya Hidup
Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi
dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet.
4) Stres Psikologis
Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan
berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih
dan jumlah urine yang diproduksi.
5) Tingkat Aktivitas
Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi
sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan
pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan
beraktivitas.
6) Tingkat Perkembangan
Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola
berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki
mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia
kemampuan dalam mengontrol buang air kecil.
7) Kondisi Penyakit
Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus.
8) Sosiokultural
Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti
adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di
tempat tertentu.
9) Kebiasaan Seseorang
Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk
berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit.
10) Tonus Otot
Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih
adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat
berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine.
11) Pengobatan
Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan
atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat
meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan
antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine.
12) Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine,
khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan
saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi
jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan
sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu
pengeluaran urine.
c) Masalah Eliminasi Urin
Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum.
Salah satu yang tersering ialah gangguan urine.
Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain:
1) Retensi
Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan
ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri.
Kemungkinan penyebabnya :
a) Operasi pada daerah abdomen bawah.
b) Kerusakan ateren
c) Penyumbatan spinkter.
Tanda-tanda retensi urine :
a) Ketidak nyamanan daerah pubis.
b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
d) Meningkatnya keinginan berkemih.
2) Enuresis
Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam
hari. Kemungkinan peyebabnya :
a) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal.
b) Kandung kemih yang irritable
c) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan
d) ISK atau perubahan fisik atau revolusi.
3) Inkontinensia
Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol.
Jenis inkotinensia
a) Inkontinensia Fungsional/urgensi
Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami
inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk
mencapai toilet sebelum berkemih.
Faktor Penyebab:
1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih.
2) Penurunan tonur kandung kemih
3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas
4) Lingkungan
5) Lanjut usia.
b) Inkontinensia Stress
Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran
urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen.
Faktor Penyebab:
1) Inkomplet outlet kandung kemih
2) Tingginya tekanan infra abdomen
3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga
4) Lanjut usia.
c) Inkontinensia Total
Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan
urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan.
Faktor Penyebab:
1) Penurunan Kapasitas kandung kemih.
2) Penurunan isyarat kandung kemih
3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih
4) Penurunan tonus kandung kemih
5) Kelemahan otot dasar panggul.
6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih
7) Perubahan pola
8) Frekuensi
9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan.
10) Urgency
11) Perasaan seseorang harus berkemih
1. Eliminasi  Fekal
a. Eliminasi Digestif
Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya adalah
kolon atau usia besar kolon (usus besar ) dari saluran pencernaan yang di mulai
dari katup ileum-sekum keanus yang meliputi sekum,kolon asenden, kolon
tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan anus.Panjang kolon pada orang
dewasa + 1,5 meter (andra 2007). 
b. Proses pembentukan feses   
Setiap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium. Di kolon cyme
tersebut mengalami proses absorbsi air,nutrium,dan klorida.Absorbsi ini dibantu
dengan adanya gerakan peristaltik anus. Dari 750 cc chyme tersebut,sekitar 150-
200 cc mengalami proses reabsorpasi.Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi
bentuk semisolid yang disebut feses.
Selain itu dalam saluran,cerna banyak terdapat bakteri.Bakteri
mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan
menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus setiap harinyayang kita kenal
sebagai flatus.Misalnya,karbohidrat saat difermentasikan akan menjadi hydrogen,
karbondioksida, dan gas metana.apabila terjadi ganguan pencernaan
karbohidrat,maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat
berfermentasi.akibatnya, seseorang akan merasa kembung.
c. Pola Defekasi
Waktu Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual.Orang
dalam keadaan normal,frekuensi buang air besar 1 kali sehari, tetapi ada pula
yang  buang air besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan
pagi,ada pula yang malam hari.Pola defekasi individu juga bergantung pada
bowel training yang di lakukan pada masa kanak-kanak.Sebagianbesarorang
memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karena adanya refleks
gastrotolik yang menyebabkan “mass movement” pada usus besar.
Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun secara
khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada
makanan.Pola defekasi akan berubah karena adanya kontifikasi,fekal
inflation,diare,dan inkontinensia.Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi
dan frekuensi buang air besar.
d. Karakteristik feses
1. Karakteristik feses normal
a) Konsitensi
Secara normal feses memiliki bentuk,tetapi lembek karena
mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas
b) Permukaan feses
Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan
rectum,Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya adanya
kelainan pada rectum
c) Bau
Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau cenderung
bervariasi tergantung pada makanan yang di konsumsinya
d) Lemak dan protein
Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah sedikit
dalam feses.Jumlah ini bergantung pada kandungan zat tersebut
dalm makanan yang dikonsumsinya.
2. Karakteristik feses abnormal
a) Konsistensi
Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau keras.feses yang
encer mengandung air lebih dari +75 %  yang disebab kan karena
air dan zat makanan yang di absorbs sepanjang kolom oleh karena
chimeterlalu cepat bergerak dikolom .feses yang keras
mengandung sedikit air dan biasanya sulit untuk di keluarkan
sehingga menimbulkan nyeri saat defekasi
b) Warna
Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya
gangguan pada sistem pencernaan.Feses yang warna nya
sangat pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ
empedu.Feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh adanya 
pendarahan pada rectum dan anus. feses berwarna kehitaman
menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran pencernakan.
Perubahan warna feses dsapat pulah disebab kan oleh pengaruh
makanan ataupan obat-obatan tertentu.
c) Kandungan
Feses mengandung mucus atau lemak yang berlebihan,darah
feses, organism potongan,dan/ atau parasif.
d. Proses Defekasi
Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme
berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui
anus dalam proses defekasiterjadi dua yaitu :
1) Refleks defekasi intrinsic
Berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga trjadi
distensi rectum kemudian menyebabkan rangsangan pada flatus
mensentrikus yang terjadi gerakan feristaltik.
2) Refleks defekasi parasimpatis
Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum
yang kemudian diteruskan ke jarak spinal .
e. Masalah – masalah umum pada eliminasi fekal
1. Konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses
yang kurang dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya
disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur
2. Infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang
diakibatkan retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan
3. Diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB
akibat cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar
tidak punya waktu untuk menyerap air
4. Inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol
pengeluaran feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat
kerusakan fungsi
5. Kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga
menyebabkan ntense interna
6. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman
a) Pengertian Nyeri
Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual
yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier dan Erb, 2009).
Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan
sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan
rangsangan nyeri (Hidayat, 2009).
Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari
upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk
menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat
atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua
individu yang mengalami nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang
identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2010).
b) Fisiologi Nyeri
Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang
nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas
dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial
merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri
(nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf
perifer.
Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa
bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada
daerah visceral.Oleh karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul
juga memiliki sensasi yang berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan
subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan
didefinisikan (Smeltzer dan Bare, 2002).
c) Sifat-sifat Nyeri
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa sifat, antara lain
(Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2010):
1) Subjektif, sangat individual.
2) Tidak menyenangkan.
3) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi.
4) Melelahkan dan menuntut energi seseorang.
5) Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan.
6) Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X atau
pemeriksaan darah.
7) Mengarah pada penyebab ketidakmampuan.
d) Teori Nyeri.
Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya :
1) Teori pemisahan (specificity theory).
Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui kornu
dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan
menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris
tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan.
2) Teori pola (pattern theory).
Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan
merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang
merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi
menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri,
persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T.
3) Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory).
Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang
keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf
besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga aktivitas sel T
terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan
serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan
dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan reaksinya
mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat
aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga
merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan
nyeri.
4) Teori transmisi dan inhibisi.
Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf,
sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang
spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls
pada serabut-serabut besar yang memblok impuls pada serabut lamban dan
endogen opiate system supresif.
e) Klasifikasi Nyeri
Menurut Smeltzer (2002), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1) Nyeri akut
Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan
cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah
terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi
dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara
potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada
penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi
penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya
kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan
sebagai nyeri yang berlangsung.
2) Nyeri kronik
Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang
suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang
diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera
spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan
tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan
respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri
akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan
sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan
sendirinya.
f) Mekanisme Neurofisiologik nyeri
Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi
sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut
sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari komponen sistem noniseptik dapat
dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang
yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama.
Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang
lain. Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu
tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri
pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari (Doengoes, 2009).
g) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri
Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri
adalah:
1) Pengalaman masa lalu
Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan
dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri
dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan
orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih
berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu
tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan.
2) Ansietas
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali
meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu
perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas.
Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri
mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang,
khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap
nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri.
3) Budaya
Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri.
Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh
kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada
perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok
budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan
membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk
klien yang mengalami nyeri (Potter, 2010).
4) Usia
Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada
anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia
ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap
nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan
mengekspresikan nyeri.
5) Efek Plasebo
Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet,
kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas
gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek
farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah
(endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek
penurunan nyeri.
7. Kebutuhan Mobilisasi
a. Definisi
Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan
dengan bebas (kosier, 1989).
Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas,
mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna
mempertahankan kesehatannya. 
Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat
berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang
bersifat fisik atau mental.
b. Tujuan Mobilisasi
1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia
2) Mencegah terjadinya trauma
3) Mempertahankan tingkat kesehatan
4) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari
5) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi
1) Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat
pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti
oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya
dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa
melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI
akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang
pemambuk.
2) Proses penyakit dan injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita
seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah
tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang
yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk
bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat
tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat
kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler.
3) Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam
melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki
setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai
mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda
mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya.
4) Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau
energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan
dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari.
5) Usia dan status perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat
kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang
selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat
kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
6) Tipe persendian dan pergerakan sendi : Dalam sistim muskuloskeletal
dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses)
dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis).
d. Tipe Persendian Dan Pergerakan Sendi
Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi
yang dapat digerakkan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakkan
(siartrosis).
e. Toleransi Aktifitas
Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan
gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada
klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya
dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah
mobilisasi.
Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain
(Gordon, 1976) :
1) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur
2) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi
orthostatic.
3) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal.
4) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan.
5) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan
ketidak stabilan posisi tubuh.
6) Status emosi labil.
f. Masalah Fisik
Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati
pada berbagai sistim antara lain :
1) Masalah musculoskeletal
Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan
mineral, tulang dan kerusakan kulit.
2) Masalah urinary
Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan
inkontinentia urine.
3) Masalah gastrointestinal
Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi.
4) Masalah respirasi
Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak
seimbangan asam basa (CO2 O2).
5) Masalah kardiofaskuler
Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus.
g. Upaya Mencegahkan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya Mobilisasi
Antara Lain :
1) Perbaikan status gisi
2) Memperbaiki kemampuan monilisasi
3) Melaksanakan latihan pasif dan aktif
4) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen
(Struktur tubuh).
5) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk
menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang
menetap pada bagian tubuh.
h. Macam – Macam Posisi Klien Di Tempat Tidur
1) Posisi fowler (setengah duduk)
2) Posisi litotomi
3) Posisi dorsal recumbent
4) Posisi supinasi (terlentang)
5) Posisi pronasi (tengkurap)
6) Posisi lateral (miring)
7) Posisi sim
8) Posisi trendelenburg (kepala lebih rendah dari kaki)
i. Tujuan Imobilisasi
1) Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan
tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan.
2) Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
keterbatasan pikir seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak
akibat suatu penyakit.
3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami
pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba
dalam menyesuaikan diri seperti keadaan stress berat dapat disebabkan
karena bedah amputasi .
4) Imobilitas social, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan
dalam melakukan interaksi social karena keadaan penyakitnya sehingga
dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan social.
j. Dampak Imobilisasi Terhadap Tubuh
1) Perubahan metabolisme
2) Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit
3) Gangguan pengubahan zat gizi
4) Gangguan fungsi gastro intestinal imobilitas (system pencernaan)
5) Perubahan system pernapasan
6) Perubahan kardiovaskular
7) Perubahan system musculoskeletal
8) Perubahan system integumen
9) Perubahan eliminasi
10) Perubahan perilaku
8. Kebutuhan Seksual
Seksualitas merupakan salah satu komponen kebutuhan dasar manusia.
Seksualitas merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang berpengaruh
terhadap kesehatan secara menyeluruh. Menurut World Health Organization
(2015), kesehatan seksual adalah “suatu keadaan kesejahteraan fisik, emosional,
mental dan sosial yang berhubungan dengan seksualitas, tidak hanya sekadar
bebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan.
9. Kebutuhan Personal Hygiene
a. Pengertian Personal Hygiene
Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat
penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan
dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dipengaruhi oleh nilai individu dan
kebiasaan.Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang
diperhatikan. Hal ini terjadi karena ita menganggap masalah kebersihan adalah
masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dapat
memengaruhi kesehatan secara umum (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya
perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan adalah suatu
tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk
kesejahteraan fisik dan psikologis (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Secara teoritis, higiene perorangan adalah usaha dari setiap orang yang
terlibat dalam pengolahan makanan untuk menghindari makanan supaya tidak
terkontaminasi yang dapat dicapai dengan mencuci tangan, kesehatan dan
kebersihan diri, kondisi sakit dan harus tertanam pengertian tentang pentingnya
menjaga kesehatan dan kebersihan diri karena pada dasarnya yang dimaksud
hygiene adalah mengembangkan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan.
Orang yang melakukan pengolahan makanan dan penyiapan makanan harus
memenuhi persyaratan seperti kesehatan individu yang tidak memiliki penyakit
infeksi dan harus memenuhi syarat-syarat seperti kebersihan diri dan kerapian
(Mubarok 2009, dikutif dalam Maharani & Yusiana, 2013).
b. Macam-macam personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), yang termasuk personal higiene
antara lain sebagai berikut:
1) Perawatan kulit kepala dan rambut
2) Perawatan mata
3) Perawatan hidung
4) Perawatan telinga
5) Perawatan kuku kaki dan tangan
6) Perawatan genitalia
7) Perawatan kulit seluruh tubuh
8) Perawatan tubuh secara keseluruhan
c. Tujuan perawatan personal hygiene
Adapun tujuan dari personal hygiene menurut Tawoto & Wartonah (2011),
antara lain sebagai berikut:
1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang
2) Memelihara kebersihan diri seseorang
3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang
4) Mencegah penyakit
5) Meningkatkan percaya diri seseorang
6) Menciptakan keindahan
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), faktor-faktor yang memengaruhi personal
hygiene, antara lain:
1) Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi kebersihan
diri.Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
terhadap kebersihannya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat
gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya, pada pasien penderita diabetes
mellitus yang harus selalu menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Disebagian masyarakat, jika individu memiliki penyakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri,
seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain.
7) Kondisi fisik
Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya.
e. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene
Menurut Tawoto & Wartonah (2011), dampak yang biasa timbul pada masalah
personal hygiene, antara lain:
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya
kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang sering terjadi adalah
gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata
dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku.
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan
kebutuhan rassa nyaman, kebuuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia dan
kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup.
2. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan
fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri.
3. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigenasi,
kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan
mobilisasi, kebutuhan personal hygiene, kebutuhan seksual, kebutuhan isterahat tidur.
DAFTAR PUSTAKA
American Psychological Association. (2004). The Effects of Trauma Do Not Have to Last a
Lifetime.US: APA. Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2012).
Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Canada: Addison
Publishing Co. Carpenito, L.J. 2007.
Handbook of Nursing Diagnosis. Toronto: Lippincot. Craven,R.F., Hirnle,C.J., 2000.,
Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third Edition.,
Philadelphia : JB. Lippincott Company. Culligan K : Spirituality and healing in
medicine, American Journal, August 31, 1996.
Elvira D. 2006. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Emblen
J.D, Religion and spirituality defined according to current use in nursing literature,
Journal Professional Nursing 8(1) :41, 1992.
Gaskin S : The meaning of hope: implications for nursing practice and research, Journal of
Gerontology Nursing , March 17, 1995. Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas
dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kübler-Ross, E. (1969) On Death and
Dying, Routledge, ISBN 0-415-04015-9
Miller J.F and Power MJ: Development of an instrument to measure hope, Nurs Res 37(1):6,
1988. O’neill DP and Kenny EK: Spirituality and chronic illness , Image Journal
Nursing Sch 30(3):275, 1998. Pangkahila, W. 2005. Disfungsi Seksual Pria. Pusat
Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.

Anda mungkin juga menyukai