SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PANRITA HUSADA BULUKUMBA BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebutuhan dasar manusia adalah adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015). Menurut Abraham Maslow (2015) (dalam buku Mubarak, 2017) manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memiliki tingkatan atau hirarki, mulai dari yang paling rendah (bersifat dasar/fisiologis) sampai yang paling tinggi (aktualisasi diri). Hierarchy of needs (hirarki kebutuhan) dari Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki 5 macam kebutuhan yaitu physiological needs (kebutuhan fisiologis), safety and security needs (kebutuhan akan rasa nyaman), love and belonging needs (kebutuhan akan rasa kasih sayang dan rasa memiliki), esteem needs (kebutuhan akan harga diri), dan self-actualization (kebutuhan akan aktualisasi diri) (Potter & Perry, 2010). B. Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mampu mengetahui, memahami serta mengaplikasikan 9 kebutuhan dasar manusia pada individu yang mengalami gangguan kesehatan 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui pengertian konsep kebutuhan dasar manusia b. Mengetahui konsep dasar dari 9 kebutuhan dasar manusia C. Manfaat 1. Manfaat Teoritis Dapat menambah pengetahuan dan dijadikan sebagai bahan bacaan dalam pengembangan ilmu keperawatan dasar manusia 2. Manfaat aplikatif Dapat diterapkan sebagai acuan dalam pembuatan asuhan keperawatan serta pemberian asuhan keperawatan dalam kegiatan perawatan sehari-hari. BAB II TINJAUAN TEORI A. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia 1. Pengertian Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia adalah unsur-unsur yang dibutuhkan manusia dalam mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis, yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan maupun kesehatan. Kebutuhan menyatakan bahwa bahwa setiap manuasia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisisologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri (Wahit et al, 2015). Kebutuhan dasar manusia berfokus dalam asuhan keperawatan. Bagi pasien yang mengalami masalah pada keseahatan, maka kemungkinan ada salah satau atau beberapa kebutuhan dasar manusia yang terganggu (Tarwoto, 2010). Menurut Abraham Maslow, manusia mempunyai kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi secara memuaskan melalui proses homeostatis, baik fisiologis maupun psikologis. Adapun kebutuhan merupakan suatu hal yang penting, bermanfaat, atau diperlukan untuk menjaga homeostatis dan kehidupan itu sendiri. Banyak ahli filsafat, psikologis, dan fisiologis menguraikan kebutuhan manusia dan membahasnyabdari berbagai segi. Orang pertama yang menguraikan kebutuhan manusia adalah Aristoteles. Sekitar tahun 1950, Abraham maslow seorang psikolog dari Amerika mengembangkan teori tentang kebutuhan dasar manusia yang lebih dikenal dengan istilah Hierarki Kebutuhan Dasar Manusia Maslow. Hierarki tersebut meliputi lima kategori kebutuhan dasar yaitu sebagai berikut: a. Kebutuhan Fisiologis (Physiologic Needs) Pada tingkat yang paling bawah, terdapat kebutuhan yang bersifat fisiologik (kebutuhan akan udara, makanan, minuman dan sebagainya) yang ditandai oleh kekurangan (defisit) sesuatu dalam tubuh yang bersangkutan. Kebutuhan ini dinamakan juga kebutuhan dasar (basic needs) yang jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat ekstrem (misalnya kelaparan) manusia yang bersangkutan kehilangan kendali atas perilakunya sendiri karena seluruh kapasitas manusia tersebut dikerahkan dan dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya itu. Sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relative sudah tercukupi, muncullah kebutuhan yang lebih tinggi yaitu kebutuhan akan rasa aman (safety needs). Kebutuhan fisiologis memiliki prioritas tertinggi dalam hierarki Maslow. Umumnya, seseorang yang memiliki beberapa kebutuhan yang belum terpenuhi akan lebih dulu memenuhi kebutuhan fisiologisnyadibandingkan kebutuhan yang lain. Sebagai contoh, seseorang yang kekurangan makanan, keselamatan, dan cinta biasanya akan berusaha memenuhi kebutuhan akan makanan sebelum memenuhi kebutuhan akan cinta. Kebutuhan fisiologis merupakan hal yang mutlak dipenuhi manusia untuk bertahan hidup. Manusia memiliki delapan macam kebutuhan, yaitu sebagai berikut: 1) Kebutuhan oksigen dan pertukaran gas 2) Kebutuhan cairan dan elektrolit 3) Kebutuhan makanan 4) Kebutuhan eliminasi urine dan alvi 5) Kebutuhan istirahat dan tidur 6) Kebutuhan aktivitas; g) Kebutuhan kesehatan temperatur tubuh 7) Kebutuhan seksual. Kebutuhan seksual tidak diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup seseorang, tetapi penting untuk mempertahankan kelangsungan umat manusia. b. Kebutuhan Keselamatan dan Rasa Aman (Safety and Security Needs) Jenis kebutuhan yang kedua ini berhubungan dengan jaminan keamanan, stabilitas, perlindungan, struktur, keteraturan, situasi yang bisa diperkirakan, bebas dari rasa takut dan cemas, dan sebagainya. Oleh karena adanya kebutuhan inilah maka manusia membuat peraturan, undang-undang, mengembangkan kepercayaan, membuat system, asuransi, pension, dan sebagainya. Sama halnya dengan basic needs, kalau safety needs ini terlalu lama dan terlalu banyak tidak terpenuhi, maka pandangan sesorang tentang dunianya dapat terpengaruh dan pada gilirannya pun perilakuknya akan cenderung kea rah yang makin negative. Kebutuhan keselamatan dan rasa aman yang dimaksud adalah aman dari berbagai aspek, baik fisiologis maupun psikologis, kebutuhan ini meliputi sebagai berikut: 1) Kebutuhan perlindungan diri dari udara dingin, panas, kecelakaan, dan infeksi 2) Bebas dari rasa takut dan kecemasan 3) Bebas dari perasaan terancam karena pengalaman yang baru dan asing. c. Kebutuhan Rasa Cinta, Memiliki, dan Dimiliki (Love and Belonging Needs) Setelah kebutuhan dasar dan rasa aman relative dipenuhi, maka timbul kebutuhan untuk dimiliki dan dicintai (belongingness and love needs). Setiap orang ingin setia kawan dan butuh kesetiakawanan. Setiap orang pun ingin mempunyai kelompoknya sendiri, ingin punya “akar” dalam masyarakat. Setiap orang butuh menjadi bagian dalam sebuah keluarga, sebuah kampong, suatu marga, dan lain-lain. Setiap orang yang tidak mempunyai keluarga akan merasa sebatang kara, sedangkan orang yang tidak sekolah dan tidak bekerja merasa dirinya oengangguran yang tidak berharga. Kondisi seperti ini akan menurunkan harga diri orang yang bersangkutan. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut: 1) Memberi dan menerima kasih sayang 2) Perasaan dimiliki dan hubungan yang berarti dengan orang lain 3) Kehangatan 4) Persahabatan 5) Mendapat tempat atau diakui dalam keluarga, kelompok, serta lingkungan sosial. d. Kebutuhan Harga Diri (self-Esteem Needs) Disisi lain, jika kebutuhan tingkat tiga relative sudah terpenuhi, maka timbul kebutuhan akan harga diri (self-Esteem Needs). Ada dua macam kebutuhan akan harga diri. Pertama, adalah kebutuhan-kebutuhan akan kekuatan, penguasaan, kompetensi, percaya diri, dan kemandirian. Sementara yang kedua adalah kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, ketenaran, dominasi, kebanggan, dianggap penting, dan apresiasi dari orang lain. Orang0orang yang terpenuhi kebutuhannya akan harga diri akan tampil sebagai orang yang percaya diri, tidak bergantung pada orang lain, dan selalu siap untuk berkembang terus untuk selanjutnya meraih kebutuhan yang tertinggi yaitu aktualisasi diri (self actualization). Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut: 1) Perasaan tidak bergantung pada orang lain 2) Kompeten 3) Penghargaan terhadap diri sendiri dan orang lain. e. Kebutuhan Aktualisasi Diri (Need for Self Actualization) Kebutuhan ini merupakan kebutuhan yang terdapat 17 meta kebutuhan yang tidak tersusun secara hierarki, melainkan saling mengisi. Jika berbagai meta kebutuhan tidak terpenuhi maka akan terjadi meta patologi seperti apatisme, kebosanan, putus asa, tidak punya rasa humor lagi, keterasingan, mementingkan diri sendiri, kehilangan selera, dan sebagainya. Kebutuhan ini meliputi sebagai berikut: 1) Dapat mengenal diri sendiri dengan baik (mengenal dan memahami potensi diri) 2) Belajar memenuhi kebutuhan diri sendiri 3) Tidak emosional 4) Mempunyai dedikasi yang tinggi 5) Kreatif 6) Mempunyai kepercayaan diri yang tinggi dan sebagainya (Mubarak, dkk, 2015). Kebutuhan dasar manusia menurut Virginnia Henderson yaitu, manusia mengalami perkembangan yang dimulai dari proses tumbuh-kembang dalam rentang kehidupan (life spend). Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, individu memulainya dengan bergantung pada orang lain dan belajar untuk mandiri melalui sebuah proses yang disebut pendewasaan. Proses tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, lingkungan sekitar, dan status kesehatan individu. Saat melakukan aktivitas sehari-hari, individu dapat dikelompokkan kedalam tiga kategori yaitu: a. Terhambat dalam melakukan aktivitas b. Belum mampu melakukan aktivitas c. Tidak dapat melakukan aktivitas. Virginnia Henderson membagi kebutuhan dasar manusia kedalam 14 komponen tersebut adalah sebagai berikut: a. Bernafas secara normal b. Makan dan minum yang cukup c. Eliminasi (buang air besar dan kecil) d. Bergerak dan mempertahankan postur yang diinginkan e. Tidur dan istirahat f. Memilih pakaian yang tepat g. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran yang normal dengan menyesuaikan pakaian yang digunakan dan memodifikasi lingkungan h. Menjaga kebersihan diri dan penempilan i. Menghindari bahaya dari lingkungan dan menghindari membahayakan orang lain j. Berkomunikasi dengan orang lain dalam mengekspresikan emosi k. Beribadah sesuai agama dan kepercayaan l. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk membiayai kebutuhan hidup m. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk rekreasi n. Belajar menemukan atau memuaskan rasa ingin tau yang mengarah pada perkembangan yang normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas kesehatan yang tersedia (Saputra, 2013). Rasa nyaman adalah konsep sentral tentang kiat keperawatan. Menurut Donahue, 1989 dalam Potter & Perry, 2006 meringkaskan melalui rasa nyaman dan tindakan untuk mengupayakan kenyamanan perawat memberikan kekuatan, harapan, hiburan, dukungan, dorongan dan bantuan. Berbagai teori keperawatan menyatakan kenyamanan sebagai kebutuhan dasar klien yang merupakan tujuan pemberian asuhan keperawatan. 2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia Pemenuhan kebutuhan dasar pada manusia dipengaruhi oleh berbagai faktor (Walyani, 2015). Sebagai berikut : a. Penyakit, adanya penyakit dalam tubuh dapat menyebabkan berbagai perubahan kebutuhan, dari fisiologis dan psikologis, karena fungsi dari tubuh memerlukan pemenuhan kebutuhan yang lebih besar. b. Hubungan yang berarti atau keluarga, dimana hubungan keluarga yang baik dapat meningkatkan pemenuhan kebutuhan dasar manusia karena saling percaya, merasakan kesenangan hidup, dan tidak ada rasa curiga. c. Konsep diri, konsep diri ini dapat mempengaruhi kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhannya. Konsep diri yang positif memberikan makna dan keutuhan bagi individu. Konsep diri dapat menghasilkan perasaan dan kekuatan positif dalam diri individu.orang yang beranggapan positif terhadap dirinya mudah berubah, mudah mengenali kebutuhan, dan mengembangkan cara hidup yang sehat sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar. d. Tahap perkembangan, bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks, di dalam suatu pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan. e. Struktur keluarga, dapat mempengaruhi cara pasien memuaskan kebutuhannya. Sebagai contoh seorang ibu mungkin akan mendahulukan kebutuhan bayinya dari pada kebutuhannya sendiri. 3. Ciri - Ciri Kebutuhan Dasar Manusia Kebutuhan dasar manusia bertujuan untuk mempertahankan suatu kehidupan dan kesehatan manusia. Setiap manusia memiliki lima kebutuhan dasar yaitu fisiologis, keamanan, cinta, harga diri, dan aktualisasi diri. Ciri-ciri kebutuhan dasar manusia antara lain (Wahit et al , 2015). a. Setiap manusia pada dasarnya memiliki kebutuhan yang sama, akan tetapi karena budaya, maka kebutuhan itu akan berubah kultur. b. Dalam memenuhi kebutuhan manusia menyesuaikan diri dengan prioritas yang sesuai. c. Setiap manusia dapat merasakan adanya kebutuhan dan merespon dengan berbagai cara. d. Jika manusia gagal dalam memenuhi kebutuhannya, manusia akan berpikir lebih keras untuk berusaha mendapatkannya. e. Kebutuhan saling berkaitan dengan beberapa kebutuhan yang tidak dipenuhi akan mempengaruhi kebutuhan yang lainnya. 4. Penerapan Kebutuhan Dasar Manusia dalam Praktik Keperawatan Pengetahuan kebutuhan dasar manusia dapat membantu perawat dalam bebagai hal yaitu , membantu perawat dalam memahami dirinya sendiri untuk mencapai kebutuhan personal diluar sistem pasien, memahami kebutuhan dasar manusia perawat dapat memahami perilaku orang lain dengan lebih baik,pengetahuan tentang kebutuhan dasar manusia dapat memberi kerangka kerja untuk diaplikasikan dalam proses keperawatan, dan perawat dapat menggunakan pengetahuan kebutuhan manusia untuk membantu seseorang untuk tumbuh dan kembang (Mahyar et al, 2010). B. Konsep Dasar 9 Kebutuhan Dasar Manusia 1. Konsep Kebutuhan Oksigenasi a. Anatomi Sistem Pernapasan Bernapas membawa udara ke paru, dimana terjadi pertukaran gas. Udara masuk ke paru melalui saluran pernapasan. Organ saluran pernapasan atas terdiri dari mulut, hidung, dan pharing. Ketiganya dihubungkan dengan nasopharing, yang membawa udara melalui mulut dan hidung ke pharing. Organ saluran pernapasan bawah terdiri dari trakhea, lobus bronkhus, segmen bronkhus, dan paru. Bronkhus berlanjut ke bronkhiolus, yang menghubungkan jalan napas dengan parenkhim paru. Pertukaran gas di paru terjadi di alveoli. Struktur epitel berdinding tipis dihubungkan dengan kapiler. Oksigen masuk alveoli menembus epitel, masuk darah menuju jantung dan dari jantung ke jaringan tubuh. b. Fungsi Sistem Pernapasan Bernafas adalah pergerakan udara dari atmosfir ke sel tubuh dan pengeluaran CO2 dari sel tubuh ke luar tubuh. Proses pernafasan mencakup ventilasi, difusi, transportasi dan perfusi. 1) Ventilasi Ventilasi adalah proses masuk dan ke luarnya udara di paru sehingga pertukaran gas terjadi. Ventilasi mencakup kegiatan bernafas atau inspirasi dan ekspirasi. Selama inspirasi, diafragma dan otot intercostal eksternal berkontraksi, sehingga memperbesar volume thorak dan menurunkan tekanan intrathorak. Pelebaran dinding dada mendorong paru ekspansi, menyebabkan tekanan jalan napas turun di bawah tekanan atmosfir, dan udara masuk paru. Pada saat ekspirasi, diafragma dan otot intrcostal relaksasi, menyebabkan thorak kembali bergerak ke atas ke ukuran lebih kecil. Tekanan dada meningkat menyebabkan udara mengalir keluar dari paru 2) Difusi Gas Difusi adalah proses dimana molekul (gas/partikel lain) bergerak dari daerah yang bertekanan tinggi ke daerah yang bertekanan rendah. Oksigen dan karbon dioksida berdifusi diantara alveoli dan darah. Bernapas secara kontinyu menambah supply oksigen paru, sehingga tekanan partial oksigen (PO2) di alveoli relatif tinggi. Sebaliknya bernapas mengeluarkan karbon dioksida dari paru, sehingga tekanan partial karbon dioksida (PCO2) di alveoli rendah. Oksigen berdifusi dari alveoli ke darah karena PO2 lebih tinggi di alveoli daripada di darah kapiler. Karbon dioksida berdifusi dari darah ke alveoli. 3) Transportasi dan Perfusi Gas Oksigen ditransportasikan dari membrane kapiler alveoli paru ke darah kemudian ke jaringan dan karbondioksida ditransportasikan dari jaringan ke paru kembali. Oksigen diangkut dalam darah melalui hemoglobin. Metabolisme meningkat maka akan mengakibatkan peningkatan kebutuhan oksigen. Jumlah oksigen yang disampaikan ke sel disebut perfusi gas. c. Pola Pernapasan Normal 1) Bayi : 30-60 x per menit 2) 1-5 tahun : 20-30 x per menit 3) 6-10 tahun : 18-26 x per menit 4) Dewasa : 12-20 x per menit 5) Dewasa Tua ( >60 tahun) : 16-25 x per menit d. Jenis Pernapasan 1) Pernafasan Eupnoe: pernafasan normal, tenang dan teratur. 2) Pernafasan Kussmaul: Pernafasan kadang-kadang cepat dan kadang-kadang lambat sehingga frekuensi tidak teratur. 3) Pernafasan Cheyene stokes: Pernafasan kadang-kadang apnoe (berhenti), frekuensi pernafasan di bawah 20x/menit 4) Pernafasan Biot: Pernafasan yang tidak teratur iramanya dan kadang-kadang diikuti apnoe e. Pengertian Oksigenasi Oksigen merupakan kebutuhan dasar paling vital dalam kehidupan manusia, dalam tubuh, oksigen berperan penting dalam proses metabolisme sel tubuh. Kekurangan oksigen bisa menyebabkan hal yang sangat berarti bagi tubuh, salah satunya adalah kematian. Karena nya berbagai upaya perlu dilakukan untuk menjamin pemenuhan kebutuhan oksigen tersebut, agar terpenuhi dengan baik. Pemenuhan kebutuhan oksigen ini tidak terlepas dari kondisi sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler secara fungsional. Bila ada gangguan pada salah satu organ sistem respirasi dan kardiovaskuler, maka kebutuhan oksigen akan mengalami gangguan (Haswita, Sulistyowati, 2017). Oksigenasi merupakan proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia dan fisika). Oksigen berupa gas tidak berwarna dan tidak berbau, yang mutlak dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Kebutuhan tubuh terhadap oksigen tidak tetap, dalam waktu tertentu membutuhkan oksigen dalam jumlah banyak karena suatu sebab. Faktor- faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigen dalam tubuh antara lain lingkungan, latihan, emosi, gaya hidup, dan status kesehatan ( Sutanto, Fitriana, 2017) f. Proses Oksigenasi Proses oksigenasi melibatkan sistem pernafasan dan kardiovaskuler. Prosesnya terdiri dari 3 tahapan yaitu: 1) Ventilasi merupakan proses pertukaran udara antara atmosfer dan alveoli. Masuknya O2 atmosfir ke dalam alveoli ke atmosfer yang terjadi saat respirasi (inspirasi-ekspirasi) 2) Difusi merupakan proses pertukaran gas oksigen dengan karbon dioksida antara alveoli dengan darah pada membran kepiler alveolar paru. 3) Transportasi gas merupakan perpindahan gas dari paru ke jaringan dan dari jaringan ke paru dengan bantuan darah (aliran darah) (Haswita, Sulistyowati, 2017). g. Faktor yang mempengaruhi oksigenasi 1) Faktor fisiologi a) Menurunnya kapasitas O2 seperti pada anemia. b) Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas, penyakit asma. c) Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu seperti pada hipertensi, syok, dan dehidrasi d) Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka, dan penyakit hipertiroid. e) Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskuloskeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seperti TB paru. 2) Faktor perkembangan a) Bayi prematur: yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan. b) Bayi dan toddler: adanya risiko infeksi saluran pernapasan akut. c) Anak usia sekolah dan remaja: risiko infeksi saluran pernapasan dan merokok d) Dewasa muda dan pertengahan: diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, dan stres yang mengakibatkan penyakit jantung dan paruparu. e) Dewasa tua: adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis, elastisitas menurun, dan ekspansi paru menurun. 3) Faktor perilaku a) Nutrisi: seperti gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang. b) Latihan dapat meningkatkan kebutuhan oksigen karena meningkatnya metabolisme. c) Merokok d) Penyalahgunaan substansi (alkohol dan obat-obatan) e) Kecemasaan 4) Faktor lingkungan a) Tempat kerja b) Temperatur lingkungan c) Ketinggian tempat dari permukaan laut. h. Tipe kekurangan oksigen dalam tubuh Menurut Tarwoto & Wartonah (2015), masalah keperawatan masalah kebutuhan oksigen terdiri dari: 1) Hipoksemia merupakan keadaan dimana terjadi penurunan konsentrasi oksigen dalam darah arteri. Pada keadaan hipoksemia tubuh, akan melakukan kompensasi dengan cara meningkatkan pernapasan, meningkatkan stroke volume, vasodilatasi pembuluh darah, dan peningkatan nadi. 2) Hipoksia merupakan keadaan kekurangan oksigen di jaringan atau tidak adekuatnya pemenuhan kebutuhan oksigen seluler akibat defisiensi oksigen yang diinspirasi atau meningkatnya penggunaan oksigen pada tingkat seluler. Hipoksia dapat terjadi setelah 4-6 menit ventilasi berhenti spontan. Hipoksia tejadi diakibatkan oleh menurunnya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi oksigen, ketidakmampuan jaringan mengikat oksigen, menurunnya difusi oksigen dari alveoli ke dalam darah, menurunnya perfusi jaringan, kerusakan atau gangguan ventilasi. 3) Perubahan pola nafas Pada keadaan normal, frekuensi pernapasan pada orang dewasa sekitar 12- 20X/menit, dengan irama teratur serta inspirasi lebih panjang dari ekspirasi. Pernapasan normal disebut eupnea. 2. Kebutuhan Nutrisi Nutrisi berasal dari kata nutrients artinya bahan gizi. Nutrisi adalah proses tersedianya energi dan bahan kimia dari makanan yang penting untuk pembentukan, pemeliharaan dan penggantian sel tubuh. Nutrient adalah zat organik dan anorganik dalam makanan yang diperlukan tubuh agar dapat berfungsi untuk pertumbuhan dan perkembangan, aktivitas, mencegah defisiensi, memeliharan kesehatan dan mencegah penyakit, memelihara fungsi tubuh, kesehatan jaringan, dan suhu tubuh, meningkatkan kesembuhan, dan membentuk kekebalan. Energi yang didapat dari makanan diukur dalam bentuk kalori (cal) atau kilokalori (kcal). Kalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 gr air. Kilokalori adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1 C dari 1 kg air. a. Struktur dan Fungsi Nutrient Nutrient digolongkan ke dalam 6 kategori, yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. 1) Karbohidrat Karbohidrat adalah gula sederhana (monosakarida dan disakarida) dan gula kompleks (polisakarida). Karbohidrat terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Gula, sirup, madu, buah, dan susu adalah sumber karbohidrat sederhana. Roti, sereal, kentang, beras, pasta, dan gandum berisi karbohidrat kompleks. Fungsi karbohidrat adalah memberikan energi. Setiap gram karbohidrat mengandung 4 kcal. Karbohidrat juga penting dalam oksidasi lemak, meningkatkan pertumbuhan bakteri dalam saluran pencernaan, yang membantu sintesis vitamin K dan B12, memproduksi komponen karbon dalam sintesis asam amino esensial 2) Protein Protein adalah zat kimia organik yang berisi asam amino, yang dihubungkan dengan rantai peptida. Protein terdiri dari karbon, hidrogen, oksigen, dan nitrogen. Tubuh mensintesis protein antara lain membentuk hemoglobin untuk membawa oksigen ke jaringan, insulin untuk regulasi glukosa darah, dan albumin untuk regulasi tekanan osmotik darah. Fungsi protein untuk pertumbuhan, regulasi fungsi dan proses tubuh, pembentukan kembali protein sel, dan energi, memelihara sistem imunitas tubuh, sel, cairan tubuh, tulang, kulit, gigi, otot, rambut, darah, dan serum. Katabolisme protein memberi 4 kcal/g. Katalis enzim dibentuk dari protein pada regulasi pencernaan, absorbsi, metabolisme, dan katabolisme. 3) Lemak Lemak atau lipid, termasuk lemak netral, minyak, asam lemak, kolesterol, dan phospholopid. Lemak adalah zat organik yang terdiri dari karbon, hidrogen, dan oksigen. Lemak secara ideal membentuk sekitar 20% berat badan pada orang yang tidak gemuk. Lemak berfungsi sebagai transport sel, proteksi organ vital, energi, simpanan energi pada jaringan adiposa, absorbsi vitamin, dan transport vitamin larut lemak. Lemak yang dioksidasi menghasilkan energi 9 kcal/g. Lemak memberikan rasa kenyang karena menetap di lambung lebih lama daripada karbohidrat atau protein. Lemak diklasifikasikan sebagai lemak jenuh dan lemak tidak jenuh. Daging sapi, daging domba, minyak kelapa, minyak kelapa sawit, dan minyak biji kelapa sawit mengandung asam lemak jenuh lebih tinggi dan lebih keras. Daging ayam, ikan dan sayuran berisi asam lemak tidak jenuh lebih tinggi dan lebih lunak. 4) Vitamin Vitamin adalah zat organik yang penting bagi tubuh untuk pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan reproduksi, serta membantu dalam penggunaan energi nutrient. Vitamin diklasifikasikan sebagai vitamin larut lemak dan vitamin larut air. 3. Kebutuhan Istirahat dan Tidur a. Definisi Istirahat dan Tidur Istirahat adalah suatu keadaan dimana kegiatan jasmaniah menurun berakibat badan menjadi lebih segar. Tidur merupakan suatu keadaan yang relative tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda. b. Fisiologi Tidur Rormasi retikuler terdapat dalam pangkal otak. Formasi itu menjulang naik menembus medulla, pons, otak bagian tengah, dan lalu ke hipotalamus. Formasinya tersusun dari banyak sel syaraf dan serat syaraf .Serat-seratnya mempunyai hubungan-hubungan yang meneruskan impuls- impuls ke kulit otak dan ke tali sumsum tulang belakang.Formasi retikular itu memungkinkan terjadinya gerakan-gerakan refleks serta yang disengaja dengan mudah, maupun kegiatan-kegiatan kortikal yang bertalian dengan keadaan waspada. Di waktu tidur, sistem retikular mendapat hanya sedikit rangsangan dari korteks serebral (kulit otak) serta permukaan luar tubuh.Keadaan bangun terjadi apabila sistem retikular dirangsang dengan rangsangan-rangsangan dari korteks serebral dan dari organ-organ serta sel-sel pengindraan di kulit. Umpamanya saja, jam wekker membangunkan kita dari tidur menjadi keadaan sadar apabila kita menyadari bahwa kita harus bersiap-siap untuk pergi bekerja. Perasaan-perasaan yang diakibatkan oleh kenyerian, kebisingan dan sebagainya, akan membuat orang tidak dapat tidur lewat organ-organ serta sel-sel di kulit badan. Maka keadaan tidak dapat tidur di timbulkan oleh kegiatan kulit otak serta apa yang dirasakan oleh badan; di waktu tidur, rangsangan-rangsangan menjadi minimal. c. Kegunaan Atau Fungsi Dari Tidur Yang Cukup 1) Regenerasi sel-sel tubuh yang rusak menjadi baru. 2) Memperlancar produksi hormon pertumbuhan tubuh. 3) Mengistirahatkan tubuh yang letih akibat aktivitas seharian. 4) Meningkatkan kekebalan tubuh kita dari serangan penyakit. 5) Menambah konsentrasi dan kemampuan fisik d. Tahapan Tidur Berdasarkan penelitian yang dilakukan dengan bantuan alat elektroensefalogram (EEG), elektro-okulogram (EOG), dan elektrokiogram (EMG), diketahui ada dua tahapan tidur, yaitu non-rapid eye movement(NREM) dan rapid eye movement (REM). 1) Tidur NREM. Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang-pendek karena gelombang otak yang ditunjukkan oleh orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Pada tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Di samping itu,semua proses metabolic termasuk tanda-tanda vital, metabolism, dan kerja otot melambat. Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV).Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut sebagai tidur dalam (deep sleep atau delta sleep). 2) Tidur REM. Tidur REM biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5-30 menit.Tidur REM tidak senyenyak tidur NREM, dan sebagian besar mimpi terjadi pada tahap ini. Selama tidur REM,otak cenderung aktif dan metabolismenya meninggkat hingga 20%. Pada tahap individu menjadi sulit untuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi,sekresi lambung meningkat,dan frekuensi jantung dan pernapasan sering kali tidak teratur. Siklus tidur Selama tidur , individu melewati tahap tidur NREM dan REM. Siklus tidur yang komplet normalnya berlangsung selama 1,5 jam, dan setiap orang biasanya melalui emapt hingga lima siklus selama 7-8 jam tidur. Siklus tersebut dimulai dari tahap NREM yang berlanjut ke tahap REM. Tahap NREM I-III berlangsung selama 30 menit, kemudian diteruskan ke tahap IV selama ± 20 menit. Setelah itu, individu kembali melalui tahap III dan II selama 20 menit.Tahap I REM muncul sesudahnya dan berlangsung selama 10 menit. e. Faktor Yang Mempengaruhi Kuantitas Dan Kualitas Tidur Banyak factor yang mempengaruhi kualitas maupun kuantitas tidur, diantaranya adalah penyakit, lingkungan,kelelahan,gaya hidup,stress emosional,stimulan dan alcohol,diet, merokok,dan motivasi. 1) Penyakit. Penyakit dapat menyebabkan nyeri atau distress fisik yang dapat menyebabkan gangguan tidur.Individu yang sakit membutuhkan waktu tidur yang lebih banyak daripada biasanya.di samping itu, siklus bangun-tidur selama sakit juga dapat mengalami gangguan. 2) Lingkungan. Faktor lingkungan dapat membantu sekaligus menghambat proses tidur. Tidak adanya stimulus tertentu atau adanya stimulus yang asing dapat menghambat upaya tidur.Sebagai contoh, temperatur yang tidak nyaman atau ventilasi yang buruk dapat mempengaruhi tidur seseorang.Akan tetapi, seiring waktu individu bisa beradaptasi dan tidak lagi terpengaruh dengan kondisi trsebut. 3) Kelelahan. Kondisi tubuh yang lelah dapat mempengaruhi pola tidur seseorang. Semakin lelah seseorang,semakin pendek siklus tidur REM yang dilaluinya. Setelah beristirahat biasanya siklus REM akan kembali memanjang. 4) Gaya hidup. Individu yang sering berganti jam kerja harus mengatur aktivitasnya agar bisa tidur pada waktu yang tepat. 5) Stress emosional. Ansietas dan depresi sering kali mengganggu tidur seseorang.kondisi ansietas dapat meningkatkan kadar norepinfrin darah melalui stimulasi system saraf simapatis. Kondisi ini menyebabkan berkurangnya siklus tidur NREM tahap IV dan tidur REM serta seringnya terjaga saat tidur. 6) Stimulant dan alcohol. Kafein yang terkandung dalam beberapa minuman dapat merangsang SSP sehingga dapat mengganggu pola tidur.Sedangkan konsumsi alcohol yang berlebihan dapat mengganggu siklus tidur REM. Ketika pengaruh alcohol telah hilang, individu sering kali mengalami mimpi buruk. 7) Diet. Penurunan berat badan dikaitkan dengan penurunan waktu tidur dan seringnyaterjaga di malam hari.Sebaliknya, penambahan berat badan dikaitkan dengan peningkatan ttal tidur dan sedikitnya periode terjaga di malam hari. 8) Merokok. Nikotin yang terkandung dalam rokok memiliki efek stimulasi pada tubuh.Akibatnya, perokok sering kali kesulitan untuk tidur dan mudah terbangun di malam hari. 9) Medikasi. Obat-obatan tertentu dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang.hipnotik dapat mengganggu tahap III dan IV tidur NREM,metabloker dapat menyebabkan insomnia dan mimpi buruk, sedangkan narkotik (mis; meperidin hidroklorida dan morfin) diketahui dapat menekan tidur REM dan menyebabkan seringnya terjaga di malam hari. 10) Motivasi. Keinginan untuk tetap terjaga terkadang dapat menutupi perasaan lelah seseorang.Sebaliknya, perasaan bosan atau tidak adanya motivasi untuk terjaga sering kali dapat mendatangkan kantuk. f. Gangguan Tidur Yang Umum Terjadi 1) Insomnia Insomnia adalah ketidakmampuan memenuhi kebutuhan tidur, baik secara kualitas maupun kuantitas.Gangguan tidur ini umumnya ditemui pada individu dewasa.Penyebabnya bisa karena gangguan fisik atau karena factor mental seperti perasaan gundah atau gelisah.Ada tiga jenis insomnia: a) Insomnia inisial. Kesulitan untukmemulai tidur. b) Insomnia intermiten. Kesulitan untuk tetap tertidur karena seringnya terjaga. c) Insomnia terminal. Bangun terlalu dini dan sulit untuk tidur kembali. Beberapa langkah yang bisa dilakukan untuk mengatasi insomnia antara lin dengan mengembangkan pola tidur-istirahat yang efektif melalui olahraga rutin, menghindari ransangan tidur di sore hari, melakukan relaksasi sebelum tidur (mis; membaca, mendengarkan music),dan tidur jika benar-benar mengantuk. 2) Parasomnia Parasomnia adalah perilaku yang dapat mengganggu tidur atau muncul saat seseorang tidur.Gangguan ini umum terjadi pada anak-anak. Beberapa turunan parasomnia antara lain sering terjaga (mis; tidur berjalan, night terror), gangguan transisi bangun-tidur (mis; mengigau), parasomnia yang terkait dengan tidur REM (mis; mimpi buruk),dan lainnya (mis; bruksisme). 3) Hipersomnia Hipersomnia adalah kebalikan dari insomnia, yaitu tidur yang berkelebihan terutama pada siang hari.Gangguan ini dapat disebabkan oleh kondisi tertentu, seperti kerusakan system saraf, gangguan pada hati atau ginjal, atau karena gangguan metabolisme (mis; hipertiroidisme).Pada kondisi tertentu, hipersomnia dapat digunakan sebagai mekanisme koping untuk menghindari tanggung jawab pada siang hari. 4) Narkolepsi Narkolepsi adalah gelombang kantuk yang tak tertahankan yang muncul secara tiba-tiba pada siang hari. Gangguan ini disebut juga sebagai “serangan tidur” atau sleep attack. Penyebab pastinya belum diketahui.Diduga karena kerusakan genetic. 4. Kebutuhan Cairan dan Eletrolit a. Distribusi cairan tubuh Cairan tubuh di distribusi dalam dua kompartemen, yaitu: 1) Cairan ekstra sel (CES) a) Cairan interstitial (CI): cairan diantara sel, sekitar 15% berat tubuh. b) Cairan intra vaskular (CIV): terdiri dari plasma (cairan limfe) dan darah, menyusun 5% berat tubuh. 2) Cairan intra sel (CIS): cairan dalam membran sel, membentuk 40% berat tubuh. b. Komposisi cairan tubuh 1) Elektrolit: senyawa yang jika larut dalam air akan pecah menjadi ion dan mampu membawa muatan listrik. a) Kation : elektrolit yang mempunyai muatan positif b) Anion: elektrolit yang mempunyai muatan negatif Elektrolit penting untuk fungsi neuromuskular dan keseimbangan asam basa. Elektrolit diukur dalam mEq/L. 2) Mineral: senyawa jaringan dan cairan tubuh, berfungsi dalam: ( a) empertahankan proses fisiologis b) sebagai katalis dalam respons saraf, kontraksi otot, dan metabolisme zat gizi; c) mengatur keseimbangan elektrolit dan produksi hormon, menguatkan struktur tulang. 3) Sel: unit fungsional dasar dari jaringan tubuh, contohnya eritrosit dan leukosit. c. Pergerakan cairan tubuh 1) Difusi yaitu proses dimana partikel berpindah dari daerah berkonsentrasi tinggi ke daerah berkonsentrasi rendah, sehingga distribusi partikel dalam cairan merata atau melewati membran sel yang permeabel. Contoh: gerakan oksigen dari alveoli paru ke darah kapiler pulmoner 2) Osmosis yaitu perpindahan pelarut melalui membran semipermeabel dari larutan dengan zat pelarut (solut) konsentrasi rendah ke larutan dengan solut konsentrasi tinggi. Kecepatan osmosis bergantung pada konsentrasi solut, suhu larutan, muatan listrik solut, dan perbedaan antara tekanan osmosis yang dikeluarkan larutan. Tekanan osmotik merupakan tekanan dengan kekuatan untuk menarik air dan tekanan ini bergantung pada jumlah molekul di dalam larutan. Tekanan osmotik dipengaruhi oleh protein, khususnya albumin yang menghasilkan osmotik koloid atau tekanan onkotik. Konsentrasi larutan (osmolalitas) diukur dalam osmol yang mencerminkan jumlah substansi dalam larutan yang berbentuk molekul, ion, atau keduanya. Larutan yang osmolalitasnya sama dengan plasma darah disebut isotonik, akan mencegah perpindahan cairan dan elektrolit dari kompartemen intrasel. Hipotonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih rendah dari plasma, akan membuat air berpindah ke dalam sel. Hipertonik adalah larutan yang memiliki konsentrasi solut lebih tinggi dari plasma, akan membuat air keluar dari sel. 3) Filtrasi yaitu proses gerakan air dan zat terlarut dari area dengan tekanan hidrostatik tinggi ke area dengan tekanan hidrostatik rendah. Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang dibuat oleh berat cairan. Filtrasi penting dalam mengatur cairan keluar dari arteri ujung kapiler. 4) Transpor aktif memerlukan aktivitas metabolik dan pengeluaran energi untuk menggerakkan berbagai materi guna menembus membran sel dari daerah konsentrasi rendah atau sama ke daerah konsentrasi sama atau lebih besar. Contoh: pompa natrium kalium, natrium dipompa keluar dari sel dan kalium dipompa masuk ke dalam sel d. Pengaturan cairan tubuh 1) Asupan cairan Asupan cairan diatur melalui mekanisme rasa haus, yang berpusat di hipotalamus. Air dapat diperoleh dari asupan makanan (buah, sayuran, dan daging, serta oksidasi bahan makanan selama proses pencernaan). Sekitar 220 ml air diproduksi setiap hari selama metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak berlangsung. 2) Haluaran cairan Cairan terutama dikeluarkan melalui ginjal dan saluran gastrointestinal. Pada orang dewasa, ginjal setiap menit menerima sekitar 125 ml plasma untuk disaring dan memproduksi urine. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dipengaruhi oleh hormon antideuretik (ADH) dan aldosteron. Kehilangan air melalui kulit diatur oleh saraf simpatis, yang mengaktifkan kelenjar keringat. 3) Hormon Hormon utama yang memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit adalah ADH dan aldosteron. ADH menurunkan produksi urine dengan cara meningkatkan reabsosrbsi air oleh tubulus ginjal dan air akan dikembalikan ke dalam volume darah sirkulasi. Aldosteron mengatur keseimbangan natrium dan kalium, menyebabkan tubulus ginjal mengekskresi kalium dan mengabsorbsi natrium, akibatnya air akan direabsorbsi dan dikembalikan ke volume darah. Glukokortikoid memengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit. e. Gangguan Keseimbangan Cairan 1) Ketidakseimbangan cairan a) Ketidakseimbangan isotonik (1) Kekurangan volume cairan Kekurangan cairan, tetapi kadar elektrolit serum tidak berubah, terjadi melalui gastrointestinal (muntah, diare), perdarahan, pemberian obat diuretik, banyak keringat, demam, dan penurunan asupan per oral. (2) Kelebihan volume cairan Kelebihan cairan tanpa disertai perubahan elektrolit serum, terjadi pada gagal jantung kongestif, gagal ginjal, dan sirosis. (3) Sindrome ruang ketiga Sindrome terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh sehingga cairan tersebut terperangkap di dalamnya. Obstruksi usus, luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan sebanyak 5-10 liter, keluar dari ruang ekstrasel. 2) Ketidakseimbangan elektrolit a) Ketidakseimbangan natrium Hiponatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih rendah, terjadi saat kehilangan natrium atau kelebihan air. Hiponatremia menyebabkan kolaps pembuluh darah dan syok. Hipernatremia adalah konsentrasi natrium dalam darah lebih tinggi, dapat disebabkan oleh kehilangan air yang ekstrim atau kelebihan natrium. b) Ketidakseimbangan kalium Hipokalemia adalah kalium yang bersikulasi tidak adekuat, dapat disebabkan oleh penggunaan diuretik. Hipokalemia dapat menyebabkan aritmia jantung. Hiperkalemia adalah jumlah kalium dalam darah lebih besar, disebabkan oleh gagal ginjal. c) Ketidakseimbangan kalsium Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium serum. Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi kalsium serum. d) Ketidakseimbangan magnesium Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai di bawah 1,5 mEq/L, menyebabkan peningkatan iritabilitas neuromuskular. Hipermagnesemia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai di atas 2,5 mEq/L, menyebabkan penurunan eksitabilitas sel-sel otot. e) Ketidakseimbangan klrorida Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai di bawah 100 mEq/L, disebabkan oleh muntah atau drainage nasogastrik/fistula, diuretik. Hiperkloremia terjadi jika kadar serum meningkat sampai di atas 106 mEq/L. 5. Kebutuhan Eliminasi a) Eliminasi Urine 1) Anatomi fisiologi Sistem Perkemihan Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem perkemihan terdiri dari: a) dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin, b) dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung kemih), c) satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan, dan d) satu uretra, urin dikeluarkan dari vesika urinaria. a) Ginjal (Ren) Manusia memiliki sepasang ginjal yang terletak di belakang perut atau abdomen.Ginjal ini terletak di kanan dan kiri tulang belakang, di bawah hati dan limpa.Di bagian atas (superior) ginjal terdapat kelenjar adrenal (juga disebut kelenjar suprarenal).Ginjal kanan biasanya terletak sedikit di bawah ginjal kiri untuk memberi tempat untuk hati. Sebagian dari bagian atas ginjal terlindungi oleh iga ke sebelas dan duabelas.Kedua ginjal dibungkus oleh dua lapisan lemak (lemak perirenal dan lemak pararenal) yang membantu meredam goncangan. Fungsi ginjal, adalah sebagai berikut : (1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis atau racun, (2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan, (3) Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari cairan tubuh (4) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum, kreatinin dan amoniak. Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat lebih terang dibandingkan cortex.Bagian medulla berbentuk kerucut yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus..Pelvis renalis berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional ginjal.Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal. Nefron terdiri dari : Glomerulus, tubulus proximal, angsa henle, tubulus distal dan tubulus urinarius 2) Ureter Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi terletak pada rongga pelvis.Lapisan dinding ureter terdiri dari dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa), lapisan tengah lapisan otot polos, dan lapisan sebelah dalam lapisan mukosa.Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan peristaltik yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih. 3) Vesika Urinaria (Kandung Kemih) Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin.Organ ini berbentuk seperti buah pir (kendi).Letaknya di belakang simfisis pubis di dalam rongga panggul.Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet.Dinding kandung kemih terdiri dari lapisan sebelah luar (peritoneum), tunika muskularis (lapisan berotot), tunika submukosa dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam). 4) Uretra Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang berfungsi menyalurkan air kemih ke luar. Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari urethra pars prostatica, urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa), urethra pars spongiosa. Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm (Lewis). Sphincter uretra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan vagina) dan uretra disini hanya sebagai saluran ekskresi. Dinding uretra terdiri dari 3 lapisan, yaitu: a) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos. Sphincter uretra menjaga agar uretra tetap tertutup. b) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh darah dan saraf. c) Lapisan mukosa. 5) Urin (Air Kemih) Sifat fisis air kemih, terdiri dari: a) Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan (intake) cairan dan faktor lainnya. b) Warna, bening kuning muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh. c) Warna, kuning tergantung dari kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya. d) Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak. e) Berat jenis 1,015-1,020. f) Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam). Komposisi air kemih, terdiri dari: a) Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. b) Zat-zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin. c) Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat. d) Pagmen (bilirubin dan urobilin). e) Toksin. f) Hormon. 6) Mikturisi Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu: a) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan mencetuskan tahap ke 2). b) Adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan mengosongkan kandung kemih.Pusat saraf miksi berada pada otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari “latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis: impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri). Ciri-Ciri Urin Normal : a) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai dengan jumlah cairan yang masuk. b) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan. c) Baunya tajam. d) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata b). Proses Berkemih 1) Proses Filtrasi ,di glomerulus Terjadi penyerapan darah, yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein.Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.Cairan yang disaring disebut filtrate glomerulus. 2) Proses Reabsorbsi Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar. 3) Proses sekresi. Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat. Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus proximal. Sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh.Penyerapan terjadi secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. b. Faktor yang Mempengaruhi Eliminasi Urine 1) Diet dan Asupan (intake) Jumlah dan tipe makanan merupakan faktor utama yang memengaruhi output urine (jumlah urine). Protein dapat menentukan jumlah urine yang dibentuk.Selain itu, juga dapat meningkatkan pembentukan urine. 2) Respons Keinginan Awal untuk Berkemih Kebiasaan mengabaikan keinginan awal untuk berkemih dapat menyebabkan urine banyak tertahan di dalam urinaria sehingga memengaruhi ukuran vesika urinaria dan jumlah urine. 3) Gaya Hidup Perubahan gaya hidup dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi dalam kaitannya terhadap tersedianva fasilitas toilet. 4) Stres Psikologis Meningkatnya stres dapat mengakibatkan meningkatnya frekuensi keinginan berkemih.Hal ini karena meningkatnya sensitivitas untuk keinginan berkemih dan jumlah urine yang diproduksi. 5) Tingkat Aktivitas Eliminasi urine membutuhkan tonus otot vesika urinaria yang baik untuk fungsi sfingter.Hilangnya tonus otot vesika urinaria menyebabkan kemampuan pengontrolan berkemih menurun dan kemampuan tonus otot didapatkan dengan beraktivitas. 6) Tingkat Perkembangan Tingkat pertumbuhan dan perkembangan juga dapat memengaruhi pola berkemih.Hal tersebut dapat ditemukan pada anak, yang lebih memiliki mengalami kesulitan untuk mengontrol buang air kecil. Namun dengan usia kemampuan dalam mengontrol buang air kecil. 7) Kondisi Penyakit Kondisi penyakit dapat memengaruhi produksi urine, seperti diabetes melitus. 8) Sosiokultural Budaya dapat memengaruhi pemenuhan kebutuhan eliminasi urine, seperti adanya kultur pada masyarakat tertentu yang melarang untuk buang air kecil di tempat tertentu. 9) Kebiasaan Seseorang Seseorang yang memiliki kebiasaan berkemih di mengalamikesulitan untuk berkemih dengan melalui urineal/pot urine bila dalam keadaan sakit. 10) Tonus Otot Tonus otot yang memiliki peran penting dalam membantu proses berkemih adalah otot kandung kemih, otot abdomen dan pelvis. Ketiganya sangat berperan dalam kontraksi pengontirolan pengeluaran urine. 11) Pengobatan Pemberian tindakan pengobatan dapat berdampak pada terjadinya peningkatan atau penurunan -proses perkemihan. Misalnya pemberian diure;tik dapat meningkatkan jumlah urine, se;dangkan pemberian obat antikolinergik dan antihipertensi dapat menyebabkan retensi urine. 12) Pemeriksaan Diagnostik Pemeriksaan diagnostik ini juga dap'at memengaruhi kebutuhan eliminasi urine, khususnya prosedur-prosedur yang berhubungan dengan tindakan pemeriksaan saluran kemih seperti IVY (intra uenus pyelogram), yang dapat membatasi jumlah asupan sehingga mengurangi produksi urine. Se;lain itu tindakan sistoskopi dapat menimbulkan edema lokal pada uretra yang dapat mengganggu pengeluaran urine. c) Masalah Eliminasi Urin Penyakit ginjal utamanya akan berdampak pada sistem tubuh secara umum. Salah satu yang tersering ialah gangguan urine. Beberapa masalah eliminasi urine yang sering muncul, antara lain: 1) Retensi Retensi Urine ialah penumpukan urine acuan kandung kemih dan ketidaksanggupan kandung kemih untuk mengosongkan sendiri. Kemungkinan penyebabnya : a) Operasi pada daerah abdomen bawah. b) Kerusakan ateren c) Penyumbatan spinkter. Tanda-tanda retensi urine : a) Ketidak nyamanan daerah pubis. b) Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih. c) Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang. d) Meningkatnya keinginan berkemih. 2) Enuresis Ialah keluarnya kencing yang sering terjadi pada anak-anak umumnya malam hari. Kemungkinan peyebabnya : a) Kapasitas kandung kemih lebih kecil dari normal. b) Kandung kemih yang irritable c) Suasana emosiaonal yang tidak menyenangkan d) ISK atau perubahan fisik atau revolusi. 3) Inkontinensia Inkontinesia Urine ialah bak yang tidak terkontrol. Jenis inkotinensia a) Inkontinensia Fungsional/urgensi Inkotinensia Fungsional ialah keadaan dimana individu mengalami inkontine karena kesulitan dalam mencapai atau ketidak mampuan untuk mencapai toilet sebelum berkemih. Faktor Penyebab: 1) Kerusakan untuk mengenali isyarat kandung kemih. 2) Penurunan tonur kandung kemih 3) Kerusakan moviliasi, depresi, anietas 4) Lingkungan 5) Lanjut usia. b) Inkontinensia Stress Inkotinensia stress ialah keadaan dimana individu mengalami pengeluaran urine segera pada peningkatan dalam tekanan intra abdomen. Faktor Penyebab: 1) Inkomplet outlet kandung kemih 2) Tingginya tekanan infra abdomen 3) Kelemahan atas peluis dan struktur pengangga 4) Lanjut usia. c) Inkontinensia Total Inkotinensia total ialah keadaan dimana individu mengalami kehilangan urine terus menerus yang tidak dapat diperkirakan. Faktor Penyebab: 1) Penurunan Kapasitas kandung kemih. 2) Penurunan isyarat kandung kemih 3) Efek pembedahan spinkter kandung kemih 4) Penurunan tonus kandung kemih 5) Kelemahan otot dasar panggul. 6) Penurunan perhatian pada isyarat kandung kemih 7) Perubahan pola 8) Frekuensi 9) Meningkatnya frekuensi berkemih karena meningkatnya cairan. 10) Urgency 11) Perasaan seseorang harus berkemih 1. Eliminasi Fekal a. Eliminasi Digestif Eliminasi ini berkaitan dengan organ system pencernaan hususnya adalah kolon atau usia besar kolon (usus besar ) dari saluran pencernaan yang di mulai dari katup ileum-sekum keanus yang meliputi sekum,kolon asenden, kolon tranversum, kolon desenden, kolon sigmoid, dan anus.Panjang kolon pada orang dewasa + 1,5 meter (andra 2007). b. Proses pembentukan feses Setiap harinya ,sekitar 750cc chime kekolom dari ilium. Di kolon cyme tersebut mengalami proses absorbsi air,nutrium,dan klorida.Absorbsi ini dibantu dengan adanya gerakan peristaltik anus. Dari 750 cc chyme tersebut,sekitar 150- 200 cc mengalami proses reabsorpasi.Chyme yang tidak di reabsorpasi menjadi bentuk semisolid yang disebut feses. Selain itu dalam saluran,cerna banyak terdapat bakteri.Bakteri mengadakan fermentasi zat makanan yang tidak dicerna. Proses fermentasi akan menghasilkan gas yang di keluarkan melalui anus setiap harinyayang kita kenal sebagai flatus.Misalnya,karbohidrat saat difermentasikan akan menjadi hydrogen, karbondioksida, dan gas metana.apabila terjadi ganguan pencernaan karbohidrat,maka akan ada banyak gas yang terbentuk saat berfermentasi.akibatnya, seseorang akan merasa kembung. c. Pola Defekasi Waktu Defekasi dan jumlah feses sangatlah bersifat individual.Orang dalam keadaan normal,frekuensi buang air besar 1 kali sehari, tetapi ada pula yang buang air besar 3-4 kali seminggu.Ada yang buang air besar setelah sarapan pagi,ada pula yang malam hari.Pola defekasi individu juga bergantung pada bowel training yang di lakukan pada masa kanak-kanak.Sebagianbesarorang memiliki kebiasaan defekasi setelah sarapan pagi karena adanya refleks gastrotolik yang menyebabkan “mass movement” pada usus besar. Umumnya feses bergantung pada jumlah intake makanan.Namun secara khusus jumlah feses sangat bergantung pada kandungan serat dan cairan pada makanan.Pola defekasi akan berubah karena adanya kontifikasi,fekal inflation,diare,dan inkontinensia.Kondisi ini berpengaruh terhadap konsistensi dan frekuensi buang air besar. d. Karakteristik feses 1. Karakteristik feses normal a) Konsitensi Secara normal feses memiliki bentuk,tetapi lembek karena mengandung +75 air dan +25 sisanya berupa zat ampas b) Permukaan feses Permukaan feses yang normal sesuai dengan permukaan rectum,Abnormalis permukaan feses menunjukan adanya adanya kelainan pada rectum c) Bau Karakteristik feses bau tidak menyenangkan. Bau cenderung bervariasi tergantung pada makanan yang di konsumsinya d) Lemak dan protein Lemak dan protein secara normal terdapat dalam jumlah sedikit dalam feses.Jumlah ini bergantung pada kandungan zat tersebut dalm makanan yang dikonsumsinya. 2. Karakteristik feses abnormal a) Konsistensi Feses dikatakan abnosmal bila dikatakan cair atau keras.feses yang encer mengandung air lebih dari +75 % yang disebab kan karena air dan zat makanan yang di absorbs sepanjang kolom oleh karena chimeterlalu cepat bergerak dikolom .feses yang keras mengandung sedikit air dan biasanya sulit untuk di keluarkan sehingga menimbulkan nyeri saat defekasi b) Warna Warna feses yang tidak normal merupakan indikasi adanya gangguan pada sistem pencernaan.Feses yang warna nya sangat pucat mungkin karena adanya penyakit pada organ empedu.Feses yang warna merah dapat di akibat kan oleh adanya pendarahan pada rectum dan anus. feses berwarna kehitaman menunjukan terjadinya pendarahan pada saluran pencernakan. Perubahan warna feses dsapat pulah disebab kan oleh pengaruh makanan ataupan obat-obatan tertentu. c) Kandungan Feses mengandung mucus atau lemak yang berlebihan,darah feses, organism potongan,dan/ atau parasif. d. Proses Defekasi Adalah proses pembuangan atau pengeluaan sisa metabolisme berupa feses dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus dalam proses defekasiterjadi dua yaitu : 1) Refleks defekasi intrinsic Berawal dari feses yang masuk ke rectum sehingga trjadi distensi rectum kemudian menyebabkan rangsangan pada flatus mensentrikus yang terjadi gerakan feristaltik. 2) Refleks defekasi parasimpatis Feses yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang kemudian diteruskan ke jarak spinal . e. Masalah – masalah umum pada eliminasi fekal 1. Konstipasi : gangguan eliminasi yang di akibatkan adanya feses yang kurang dan keras melalui anus dan usus besar. Biasanya disebabkan oleh pola defekasi yang tidak teratur 2. Infeksi fekal : masa feses yang keras dilipatan rectum yang diakibatkan retensi akumulasi material desil yang berkepanjangan 3. Diare : keluar feses yang cair dan meningkatkan frekuensi BAB akibat cepatnya kimas melewati usus besar sehingga usus besar tidak punya waktu untuk menyerap air 4. Inkontinensi alvi :hilangnya kemampuan otot untuk mengontrol pengeluaran feses atau gas yang melalui spinggter anus akibat kerusakan fungsi 5. Kembung :flatus yang berlebihan di daerah internal sehingga menyebabkan ntense interna 6. Kebutuhan Rasa Aman Nyaman a) Pengertian Nyeri Nyeri adalah sensasi yang sangat tidak menyenangkan dan sangat individual yang tidak dapat dibagi dengan orang lain (Kozier dan Erb, 2009). Nyeri merupakan suatu mekanisme produksi bagi tubuh, timbul ketika jaringan sedang rusak, dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rangsangan nyeri (Hidayat, 2009). Individu yang merasakan nyeri merasa tertekan atau menderita dan mencari upaya untuk menghilangkan nyeri. Perawat menggunakan berbagai intervensi untuk menghilangkan nyeri atau mengembalikan kenyamanan. Perawat tidak dapat melihat atau merasakan nyeri yang klien rasakan. Nyeri bersifat subjektif, tidak ada dua individu yang mengalami nyeri yang sama menghasilkan respons atau perasaan yang identik pada seorang individu (Potter & Perry, 2010). b) Fisiologi Nyeri Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri.Organ tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak.Reseptor nyeri disebut juga nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga yang tidak bermielin dari syaraf perifer. Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah visceral.Oleh karena letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan subkutan, nyeri yang berasal dari daerah ini biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan (Smeltzer dan Bare, 2002). c) Sifat-sifat Nyeri Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri memiliki beberapa sifat, antara lain (Mahon,1994 dalam Potter dan Perry, 2010): 1) Subjektif, sangat individual. 2) Tidak menyenangkan. 3) Merupakan suatu kekuatan yang mendominasi. 4) Melelahkan dan menuntut energi seseorang. 5) Dapat mengganggu hubungan personal dan mempengaruhi makna kehidupan. 6) Tidak dapat diukur secara objektif, seperti dengan menggunakan sinar-X atau pemeriksaan darah. 7) Mengarah pada penyebab ketidakmampuan. d) Teori Nyeri. Terdapat beberapa teori tentang terjadinya rangsangan nyeri, diantaranya : 1) Teori pemisahan (specificity theory). Menurut teori ini, rangsangan sakit masuk ke medulla spinalis melalui kornu dorsalis yang bersinaps di daerah posterior, kemudian naik ke tractus lissur dan menyilang di garis median ke sisi lainnya, dan berakhir di korteks sensoris tempat rangsangan nyeri tersebut diteruskan. 2) Teori pola (pattern theory). Rangsangan nyeri masuk melalui akar ganglion dorsal ke medulla spinalis dan merangsang aktifitas sel T. Hal ini mengakibatkan suatu respons yang merangsang ke bagian yang lebih tinggi, yaitu korteks serebri, serta kontraksi menimbulkan persepsi dan otot berkontraksi sehingga menimbulkan nyeri, persepsi dipengaruhi oleh modalitas dari reaksi sel T. 3) Teori pengendalian gerbang (gate comtrol theory). Menurut teori ini, nyeri tergantung dari kerja saraf besar dan kecil yang keduanya berada dalam akar ganglion dorsalis. Rangsangan pada serat saraf besar akan meningkatkan tertutupnya pintu mekanisme sehimgga aktivitas sel T terhambat dan menyebabkan hantaran rangsangan ikut terhambat. Rangsangan serat besar dapat langsung merangsang korteks serebri. Hasil persepsi ini akan dikembalikan ke dalam medulla spinalis melalui serat efferent dan reaksinya mempengaruhi aktivitas sel T. Rangsangan pada serat kecil akan menghambat aktivitas subtansia gelatinosa dan membuka pintu mekanisme, sehingga merangsang aktivitas sel T yang selanjutnya akan menghantarkan rangsangan nyeri. 4) Teori transmisi dan inhibisi. Adanya stimulus pada nociceptor memulai transmisi impuls-impuls saraf, sehingga transmisi impuls nyeri menjadi efektif oleh neurotransmitter yang spesifik. Kemudian, inhibisi impuls nyeri menjadi efektif oleh impuls-impuls pada serabut-serabut besar yang memblok impuls pada serabut lamban dan endogen opiate system supresif. e) Klasifikasi Nyeri Menurut Smeltzer (2002), nyeri dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1) Nyeri akut Nyeri akut biasanya awitannya tiba-tiba dan umumnya berkaitan dengan cedera spesifik. Nyeri akut mengindikasikan bahwa kerusakan atau cedera telah terjadi. Hal ini menarik perhatian pada kenyataan bahwa nyeri ini benar terjadi dan mengajarkan kepada kita untuk menghindari situasi serupa yang secara potensial menimbulkan nyeri. Jika kerusakan tidak lama terjadi dan tidak ada penyakit sistematik, nyeri akut biasanya menurun sejalan dengan terjadi penyembuhan; nyeri ini umumnya terjadi kurang dari enam bulan dan biasanya kurang dari satu bulan. Untuk tujuan definisi, nyeri akut dapat dijelaskan sebagai nyeri yang berlangsung. 2) Nyeri kronik Nyeri kronik adalah nyeri konstan atau intermiten yang menetap sepanjang suatu periode waktu. Nyeri ini berlangsung di luar waktu penyembuhan yang diperkirakan dan sering tidak dapat dikaitkan dengan penyebab atau cedera spesifik. Nyeri kronis dapat tidak mempunyai awitan yang ditetapkan dengan tetap dan sering sulit untuk diobati karena biasanya nyeri ini tidak memberikan respons terhadap pengobatan yang diarahkan pada penyebabnya. Meski nyeri akut dapat menjadi signal yang sangat penting bahwa sesuatu tidak berjalan sebagaimana mestinya, nyeri kronis biasanya menjadi masalah dengan sendirinya. f) Mekanisme Neurofisiologik nyeri Struktur spesifik dalam sistem syaraf terlibat dalam mengubah stimulus menjadi sensasi nyeri. Sistem yang terlibat dalam transmisi dan persepsi nyeri disebut sebagai sistem noniseptik. Sensivitas dari komponen sistem noniseptik dapat dipengaruhi oleh sejumlah faktor dan berbeda diantara individu. Tidak semua orang yang terpajan terhadap stimulus yang sama mengalami intensitas nyeri yang sama. Sensasi yang sangat nyeri bagi seseorang mungkin hampir tidak terasa bagi orang lain. Lebih jauh lagi, suatu stimulus dapat mengakibatkan nyeri pada suatu waktu tetapi tidak pada waktu lain. Sebagai contoh, nyeri akibat artritis kronis dan nyeri pascaoperatif sering terasa lebih parah pada malam hari (Doengoes, 2009). g) Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri Menurut Fajarwati (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi respon nyeri adalah: 1) Pengalaman masa lalu Individu yang mempunyai pengalaman yang multiple dan berkepanjangan dengan nyeri akan lebih sedikit gelisah dan lebih toleran terhadap nyeri dibanding dengan orang yang hanya mengalami sedikit nyeri. Bagi kebanyakan orang, bagaimanapun, hal ini tidak selalu benar. Sering kali, lebih berpengalaman individu dengan nyeri yang dialami, makin takut individu tersebut terhadap peristiwa yang menyakitkan yang akan diakibatkan. 2) Ansietas Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks. Ansietas seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan suatu perasaan ansietas. Pola bangkitan otonom adalah sama dalam nyeri dan ansietas. Sulit untuk memisahkan suatu sensasi. Suatu bukti bahwa stimulus nyeri mengaktifkan bagian limbik yang diyanikini mengendalikan emosi seseorang, khususnya ansietas. Sistem limbik dapat memproses reaksi emosi terhadap nyeri, yakni memperburuk atau menghilangkan nyeri. 3) Budaya Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. Hal ini meliputi bagaimana bereaksi terhadap nyeri. Ada perbedaan makna dan sikap dikaitkan dengan nyeri diberbagai kelompok budaya. Suatu pemahaman tentang nyeri dari segi makna budaya akan membantu perawat dalam merancang asuhan keperawatan yang relevan untuk klien yang mengalami nyeri (Potter, 2010). 4) Usia Usia merupakan faktor penting yang mempengaruhi nyeri, khususnya pada anak-anak dan lansia. Perkembangan, yang ditemukan diantara kelompok usia ini dapat mempengaruhi bagaimana anak-nak dan lansia bereaksi terhadap nyeri. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan mengungkapkan dan mengekspresikan nyeri. 5) Efek Plasebo Plasebo merupakan zat tanpa kegiatan farmakologik dalam bentuk tablet, kapsul, cairan injeksi dan sebagainya. Plasebo umumnya terdiri atas gula,larutan salin normal, dan atau air biasa. Karena plasebo tidak memiliki efek farmakologis, obat ini hanya memberikan efek dikeluarkannya produk ilmiah (endogen) endorfin dalam sistem kontrol desenden, sehingga menimbulkan efek penurunan nyeri. 7. Kebutuhan Mobilisasi a. Definisi Mobilisasi adalah suatu kondisi dimana tubuh dapat melakukan kegiatan dengan bebas (kosier, 1989). Mobilisasi merupakan kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktivitas guna mempertahankan kesehatannya. Imobilisasi adalah ketidakmampuan untuk bergerak secara aktif akibat berbagai penyakit atau impairment (gangguan pada alat/ organ tubuh) yang bersifat fisik atau mental. b. Tujuan Mobilisasi 1) Memenuhi kebutuhan dasar manusia 2) Mencegah terjadinya trauma 3) Mempertahankan tingkat kesehatan 4) Mempertahankan interaksi sosial dan peran sehari – hari 5) Mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Mobilisasi 1) Gaya Hidup :Gaya hidup sesorang sangat tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tetang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat misalnya; seorang ABRI akan berjalan dengan gaya berbeda dengan seorang pramugari atau seorang pemambuk. 2) Proses penyakit dan injury : Adanya penyakit tertentu yang di derita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untukobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidurkarena mederita penyakit tertentu misallya; CVA yang berakibat kelumpuhan, typoid dan penyakit kardiovaskuler. 3) Kebudayaan : Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas misalnya; seorang anak desa yang biasa jalan kaki setiap hari akan berebda mobilitasnya dengan anak kota yang biasa pakai mobil dalam segala keperluannya. Wanita kraton akan berbeda mobilitasnya dibandingkan dengan seorang wanita madura dan sebagainya. 4) Tingkat Energy : Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat apalagi dengan seorang pelari. 5) Usia dan status perkembangan : Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasny dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit dalam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit. 6) Tipe persendian dan pergerakan sendi : Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digeragan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakan (siartrosis). d. Tipe Persendian Dan Pergerakan Sendi Dalam sistim muskuloskeletal dikenal 2 maca persendian yaitu sendi yang dapat digerakkan (diartroses) dan sendi yang tidak dapat digerakkan (siartrosis). e. Toleransi Aktifitas Penilaian tolerasi aktifitas sangat penting terutama pada klien dengan gangguan kardiovaskuler seperti Angina pektoris, Infark, Miocard atau pada klien dengan immobiliasi yang lama akibat kelumpuhan.Hal tersebut biasanya dikaji pada waktu sebelum melakukan mobilisai, saat mobilisasi dan setelah mobilisasi. Tanda – tanda yang dapat di kaji pada intoleransi aktifitas antara lain (Gordon, 1976) : 1) Denyut nadi frekuensinya mengalami peningkatan, irama tidak teratur 2) Tekanan darah biasanya terjadi penurunan tekanan sistol / hipotensi orthostatic. 3) Pernafasan terjadi peningkatan frekuensi, pernafasan cepat dangkal. 4) Warna kulit dan suhu tubuh terjadi penurunan. 5) Kecepatan dan posisi tubuh.disini akan mengalami kecepatan aktifitas dan ketidak stabilan posisi tubuh. 6) Status emosi labil. f. Masalah Fisik Masalah fisik yang dapt terjadi akibat immobilitasi dapat dikaji / di amati pada berbagai sistim antara lain : 1) Masalah musculoskeletal Menurunnya kekuatan dan kemampuan otot, atropi, kontraktur, penurunan mineral, tulang dan kerusakan kulit. 2) Masalah urinary Terjadi statis urine pada pelvis ginjal, pengapuran infeksi saluran kemih dan inkontinentia urine. 3) Masalah gastrointestinal Terjadinya anoreksia / penurunan nafsu makan diarrhoe dan konstipasi. 4) Masalah respirasi Penurunan ekspansi paru, tertumpuknya sekret dalam saluran nafas, ketidak seimbangan asam basa (CO2 O2). 5) Masalah kardiofaskuler Terjadinya hipotensi orthostatic, pembentukan trombus. g. Upaya Mencegahkan Terjadinya Masalah Akibat Kurangnya Mobilisasi Antara Lain : 1) Perbaikan status gisi 2) Memperbaiki kemampuan monilisasi 3) Melaksanakan latihan pasif dan aktif 4) Mempertahankan posisi tubuh dengan benar sesuai dengan bady aligmen (Struktur tubuh). 5) Melakukan perubahan posisi tubuh secara periodik (mobilisasi untuk menghindari terjadinya dekubitus / pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh. h. Macam – Macam Posisi Klien Di Tempat Tidur 1) Posisi fowler (setengah duduk) 2) Posisi litotomi 3) Posisi dorsal recumbent 4) Posisi supinasi (terlentang) 5) Posisi pronasi (tengkurap) 6) Posisi lateral (miring) 7) Posisi sim 8) Posisi trendelenburg (kepala lebih rendah dari kaki) i. Tujuan Imobilisasi 1) Imobilisasi fisik merupakan pembatasan untuk bergerak secara fisik dengan tujuan mencegah terjadinya gangguan komplikasi pergerakan. 2) Imobilisasi intelektual, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami keterbatasan pikir seperti pada pasien yang mengalami kerusakan otak akibat suatu penyakit. 3) Imobilitas emosional, merupakan keadaan ketika seseorang mengalami pembatasan secara emosional karena adanya perubahan secara tiba-tiba dalam menyesuaikan diri seperti keadaan stress berat dapat disebabkan karena bedah amputasi . 4) Imobilitas social, merupakan keadaan individu yang mengalami hambatan dalam melakukan interaksi social karena keadaan penyakitnya sehingga dapat mempengaruhi perannya dalam kehidupan social. j. Dampak Imobilisasi Terhadap Tubuh 1) Perubahan metabolisme 2) Ketidak seimbangan cairan dan elektrolit 3) Gangguan pengubahan zat gizi 4) Gangguan fungsi gastro intestinal imobilitas (system pencernaan) 5) Perubahan system pernapasan 6) Perubahan kardiovaskular 7) Perubahan system musculoskeletal 8) Perubahan system integumen 9) Perubahan eliminasi 10) Perubahan perilaku 8. Kebutuhan Seksual Seksualitas merupakan salah satu komponen kebutuhan dasar manusia. Seksualitas merupakan bagian dari kepribadian seseorang yang berpengaruh terhadap kesehatan secara menyeluruh. Menurut World Health Organization (2015), kesehatan seksual adalah “suatu keadaan kesejahteraan fisik, emosional, mental dan sosial yang berhubungan dengan seksualitas, tidak hanya sekadar bebas dari penyakit, disfungsi atau kelemahan. 9. Kebutuhan Personal Hygiene a. Pengertian Personal Hygiene Dalam kehidupan sehari-hari, kebersihan merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan karena kebersihan akan memengaruhi kesehatan dan psikis seseorang. Kebersihan itu sendiri dipengaruhi oleh nilai individu dan kebiasaan.Jika seseorang sakit, biasanya masalah kebersihan kurang diperhatikan. Hal ini terjadi karena ita menganggap masalah kebersihan adalah masalah sepele, padahal jika hal tersebut dibiarkan terus menerus dapat memengaruhi kesehatan secara umum (Tarwoto & Wartonah, 2011). Personal hygiene berasal dari bahasa yunani, yaitu personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat.Kebersihan perorangan adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikologis (Tarwoto & Wartonah, 2011). Secara teoritis, higiene perorangan adalah usaha dari setiap orang yang terlibat dalam pengolahan makanan untuk menghindari makanan supaya tidak terkontaminasi yang dapat dicapai dengan mencuci tangan, kesehatan dan kebersihan diri, kondisi sakit dan harus tertanam pengertian tentang pentingnya menjaga kesehatan dan kebersihan diri karena pada dasarnya yang dimaksud hygiene adalah mengembangkan kebiasaan yang baik untuk menjaga kesehatan. Orang yang melakukan pengolahan makanan dan penyiapan makanan harus memenuhi persyaratan seperti kesehatan individu yang tidak memiliki penyakit infeksi dan harus memenuhi syarat-syarat seperti kebersihan diri dan kerapian (Mubarok 2009, dikutif dalam Maharani & Yusiana, 2013). b. Macam-macam personal hygiene Menurut Tawoto & Wartonah (2011), yang termasuk personal higiene antara lain sebagai berikut: 1) Perawatan kulit kepala dan rambut 2) Perawatan mata 3) Perawatan hidung 4) Perawatan telinga 5) Perawatan kuku kaki dan tangan 6) Perawatan genitalia 7) Perawatan kulit seluruh tubuh 8) Perawatan tubuh secara keseluruhan c. Tujuan perawatan personal hygiene Adapun tujuan dari personal hygiene menurut Tawoto & Wartonah (2011), antara lain sebagai berikut: 1) Meningkatkan derajat kesehatan seseorang 2) Memelihara kebersihan diri seseorang 3) Memperbaiki personal hygiene yang kurang 4) Mencegah penyakit 5) Meningkatkan percaya diri seseorang 6) Menciptakan keindahan d. Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene Menurut Tawoto & Wartonah (2011), faktor-faktor yang memengaruhi personal hygiene, antara lain: 1) Citra tubuh Gambaran individu terhadap dirinya sangat memengaruhi kebersihan diri.Misalnya, karena adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli terhadap kebersihannya. 2) Praktik sosial Pada anak-anak yang selalu dimanja dalam hal kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene. 3) Status sosial ekonomi Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, sampo, dan alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya. 4) Pengetahuan Pengetahuan tentang personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.Misalnya, pada pasien penderita diabetes mellitus yang harus selalu menjaga kebersihan kakinya. 5) Budaya Disebagian masyarakat, jika individu memiliki penyakit tertentu tidak boleh dimandikan. 6) Kebiasaan seseorang Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri, seperti penggunaan sabun, sampo, dan lain-lain. 7) Kondisi fisik Pada keadaan sakit tentu kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya. e. Dampak yang sering timbul pada masalah personal hygiene Menurut Tawoto & Wartonah (2011), dampak yang biasa timbul pada masalah personal hygiene, antara lain: 1) Dampak fisik Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik.Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, serta gangguan fisik pada kuku. 2) Dampak psikososial Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah gangguan kebutuhan rassa nyaman, kebuuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri, dan gangguan interaksi social. BAB III PENUTUP A. Kesimpulan 1. Kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan yang dibutuhkan oleh semua manusia dan kebutuhan tersebut essensial agar seseorang itu dapat bertahan hidup. 2. Kebutuhan dasar manusia menurut hierarki maslow ada lima yaitu kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa aman dan nyaman, kebutuhan akan cinta, kebutuhan harga diri, aktualisasi diri. 3. Kebutuhan dasar manusia terdiri dari kebutuhan nutrisi, kebutuhan oksigenasi, kebutuhan cairan, kebutuhan eleminasi, kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan mobilisasi, kebutuhan personal hygiene, kebutuhan seksual, kebutuhan isterahat tidur. DAFTAR PUSTAKA American Psychological Association. (2004). The Effects of Trauma Do Not Have to Last a Lifetime.US: APA. Berman, A., Snyder, S., Kozier, B., & Erb, G. (2012). Kozier & Erb's Fundamentals of Nursing: Concepts, Process, and Practice. Canada: Addison Publishing Co. Carpenito, L.J. 2007. Handbook of Nursing Diagnosis. Toronto: Lippincot. Craven,R.F., Hirnle,C.J., 2000., Fundamentals of Nursing : Human Health and Function., Third Edition., Philadelphia : JB. Lippincott Company. Culligan K : Spirituality and healing in medicine, American Journal, August 31, 1996. Elvira D. 2006. Disfungsi Seksual pada Perempuan. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Emblen J.D, Religion and spirituality defined according to current use in nursing literature, Journal Professional Nursing 8(1) :41, 1992. Gaskin S : The meaning of hope: implications for nursing practice and research, Journal of Gerontology Nursing , March 17, 1995. Hawari, D. (2008). Manajemen Stres Cemas dan Depresi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Kübler-Ross, E. (1969) On Death and Dying, Routledge, ISBN 0-415-04015-9 Miller J.F and Power MJ: Development of an instrument to measure hope, Nurs Res 37(1):6, 1988. O’neill DP and Kenny EK: Spirituality and chronic illness , Image Journal Nursing Sch 30(3):275, 1998. Pangkahila, W. 2005. Disfungsi Seksual Pria. Pusat Studi Andrologi dan Seksologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Kepribadian: Pengantar ilmu kepribadian: apa itu kepribadian dan bagaimana menemukan melalui psikologi ilmiah bagaimana kepribadian mempengaruhi kehidupan kita