Dosen pembimbing :
Keadaan seimbang fisiologis dan psikologis itulah yang akan kita capai dalam
membantu memenuhi kebutuhan klien yang kita asuh. Untuk itu teman-teman
kami ajak untuk bersama-sama belajar tentang konsep kebutuhan dasar manusia.
Pada bab ini dibahas tentang Kebutuhan Dasar Manusia 1 menjelaskan tentang 1)
konsep manusia, pengertian kebutuhan dasar manusia, macam kebutuhan dasar
manusia menurut beberapa ahli, 2) menuliskan konsep asuhan keperawatan pada
lingkup kebutuhan dasar manusia mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi,
3) mengidentifikasi konsep pengukuran tanda-tanda vital, sehingga pada akhirnya
nanti dapat melakukan pemeriksaan fisik secara keseluruhan (head to too), dan
seterusnya tentang kebutuhan-kebutuhan kita sebagai manusia seperti: kebutuhan
personal hygiene, kebutuhan eliminasi urine, kebutuhan eliminasi bowel,
kebutuhan istirahat/tidur, kebutuhan aktivitas, sampai dengan kebutuhan rasa
aman dan nyaman serta dapat melakukan tindakan prosedur keperawatan yang
diperlukan dalam asuhan dengan mempelajari panduan praktikum.
Dalam memberikan asuhan keperawatan kita sebagai seorang perawat harus bisa
melakukannya dengan mengikuti langkah-langkah proses keperawatan, mulai dari
pengkajian sampai dengan langkah evaluasi yang penerapannya harus
dilaksanakan secara berurutan yaitu: pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana
keperawatan, implementasi keperawatan dan evaluasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. Diagnosa Keperawatan
Penegakan diagnosa keperawatan yang akurat untuk klien yang
mengalami nyeri dilakukan berdasarkan pengumpulan dan analisis data yang
cermat. Seorang perawat jangan mendiagnosa klien mengalami nyeri dengan
sederhana hanya karena menyangka klien mengalami ketidaknyamanan.
Diagnosa yang akurat dibuat hanya setelah pengkajian lengkap semua variabel.
Dalam contoh diagnosa nyeri, perawat dapat mengkaji perilaku klien yang
menarik diri dari komunikasi, postur tubuh kaku, klien mengeluh, ungkapan
verbal ketidaknyamanan klien. Diagnosa keperawatan harus berfokus pada sifat
khusus nyeri untuk membantu perawat mengidentifikasi jenis intervensi yang
paling berguna untuk menghilangkan nyeri dan meminimalkan efek intervensi
itu pada gaya hidup dan fungsi klien.
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 diagnosis yang muncul pada
kasus nyeri akut antara lain
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisiologis (mis., inflamasi,
iskemia, neoplasma);
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera kimiawi (mis., terbakar,
bahan kimia iritan); dan
c. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (mis., abses, amputasi,
terbakar, terpotong, mengangkat berat, prosedur operasi, trauma, latihan
fisik berlebihan.
Menurut Potter dan Perry, 2006 diagnosa keperawatan NANDA untuk
klien pasca operatif antara lain:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan (hilangnya batuk,
penumpukan sekresi, sedasi yang berkepanjangan);
b. Ketidakefektifan pola pernafasan berhubungan dengan (nyeri insisi, efek
analgesik pada ventilasi);
c. Nyeri berhubungan dengan (insisi bedah, iritasi nasal akibat pemasangan
selang NG);
d. Ketidakefektifan koping individu berhubungan dengan (paksaan menjalani
pembedahan, terapi pascaoperatif);
e. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan (drainase luka,
asupan cairan yang tidak adekuat)
f. Risiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan (drainase luka,
gangguan mobilitas);
g. Berduka adaptif berhubungan dengan kondisi kritis klien;
h. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan (nyeri, pembatasan aktivitas
pasca operatif);
i. Perubahan membran mukosa oral berhubungan dengan (iritasi selang NG atau
ET, puasa);
j. Defisit perawatan diri: makan, mandi/membersihkan diri, memakai
baju/berhias, berkemih dan defekasi berhubungan dengan pembatasan
aktivitas pascaoperatif;
k. Risiko perubahan suhu tubuh berhubungan dengan penurunan metabolisme;
l. Risiko infeksi berhubungan dengan insisi luka bedah; dan
m. Gangguan komunikasi verbal berhubungan dengan pemasangan selang
endotrakea atau selang pada jalan nafas.
3. Intervensi Keperawatan
Tabel 2.3 Intervensi keperawatan menurut Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Sumber: Tim Pokja SIKI DPP PPNI (2018), Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2017), Nurafif & Kusuma (2015)
5. Implementasi
Lakukan, informasikan, dan tuliskan, adalah frase tindakan implementasi.
Melakukan asuhan keperawatan dengan dan untuk klien. Menginformasikan hasil
dengan cara berkomunikasi dengan klien dan anggota tim layanan kesehatan lain,
secara individual atau dalam konferensi perencanaan. Menuliskan informasi dengan
cara mendokumentasikannya sehingga penyedia layanan kesehatan selanjutnya dapat
melakukan tindakan dengan tujuan dan pemahaman. Selalu ingat bahwa komunikasi
dan dokumentasi yang adekuat akan memfasilitasi kontinuitas asuhan (Rosdahl dan
Kowalski, 2017)
6. Evaluasi
Evaluasi adalah pengukuran keefektifan pengkajian, diagnosis, perencanaan, dan
implementasi. Klien adalah fokus evaluasi. Langkah-langkah dalam mengevaluasi
asuhan keperawatan adalah, menganalisis respon klien, mengidentifikasi faktor yang
berkontribusi terhadap keberhasilan atau kegagalan, dan perencanaan untuk asuhan di
masa depan.
Menurut Dinarti, dkk, (2013). Evaluasi asuhan keperawatan didokumentasikan
dalam bentuk SOAP (subyektif, obyektif, assesment, planning). Komponen SOAP
yaitu S (subyektif) dimana perawat menemukan keluhan klien yang masih dirasakan
setelah dilakukan tindakan. O (obyektif) adalah data yang berdasarkan hasil
pengukuran atau observasi klien secara langsung dan dirasakan setelah selesai
tindakan keperawatan. A (assesment) adalah kesimpulan dari data subyektyif dan
obyektif (biasanya ditulis dalam bentuk masalah keperawatan), P (planning) adalah
perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi atau
ditambah dengan rencana kegiatan yang sudah ditentukan sebelumnya.
C. Tinjauan Asuha kepewatan
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI
JURUSAN KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI
NERS
IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.S No. Reg. : 10161093
Umur : 50 tahun Tgl. MRS : 8 Mei 2002
Jenis Kelamin : ♂ Diagnosa : Batu Ginjal/Urosepsis
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia Post Nephrostomy (S)
Agama : Islam Post Ureterolitotomy (D)
Pekerjaan : Buruh Tani
Pendidikan : SD
Alamat : Jambi
Penanggung : JPS/Sendiri
PSIKOSOSIAL
Sosial/Interaksi:
Dukungan keluarga : aktif
Dukungan kelompok/teman/masyarakat : aktif
Reaksi saat interaksi : kurang antusias, kesan kelemahan (+)
Spiritual:
Konsep tentang penguasa kehidupan : Allah
Sumber kekuatan/harapan saat sakit : Allah
Ritual agama yang bermakna/berarti/diharapkan saat ini : Sholat
Sarana/peralatan/orang yang diperlukan untuk melaksanakan ritual agama yang
diharapkan saat ini: ibadah
Upaya kesehatan yang bertentangan dengan keyakinan agama: tidak ada
Keyakinan/kepercayaan bahwa Tuhan akan menolong dalam menghadapi situasi sakit
saat ini: Ya
Keyakinan/kepercayaan bahwa penyakit dapat disembuhkan: Ya
Persepsi terhadap penyebab penyakit: Cobaan/peringatan
Kebutuhan Pembelajaran:
- Klien menanyakan mengapa masih sering keluar batu walaupun sudah dioperasi 2
kali?
- Klien menanyakan makanan apa yang harus dihindari untuk mencegah peningkatan
asam urat?
- Klien menyatakan ada saudaranya yang juga menderita kencing batu dan sudah
meninggal.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium : (9/5-2002)
Kreatinin serum 1.95 mg/dl (<1,5), Asam urat serum 9.61 mg/dl (3.6-7.0), Hb 11,6 g/dl
(13,4-17.7)
Foto abdomen : Tampak batu pada ginjal dan ureter kanan.
TERAPI
Tgl 13/5-2002:
- Cefoxim 2 x 100 mg
Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1. DO: Pembentuka batu akibat Nyeri kronik
pengendapan asam
1. Tampak meringis oksalat pada saluran
2. Gelisah kemih mulai dari kalix
3. Tidak mampu minor sampai ke
menuntaskan kandung kemih
aktivitas
DS: Menyebabkan
pembentukan batu
1. klien mengeluh nyeri dalam saluran kemih
saat BAK
2. nyeri betambah
Struktur batu yang tidak
ketika BAK keluar
beraturan menekan dan
batu bergesekan dengan
3. nyeri pinggang saluran kemih
menyebar ke perut
dan nyeri dirasakan
saat BAK disekitar Merangsang reseptor
nyeri
penis dan menyebar
ke pinggang
4. nyeri dirasakan Nyeri kronik
seperti ditusuk2
5. nyeri dipingggang
dirasakan secara
terus menerus
No Data Outcomes Intervensi Evaluasi
1. DO: Setelah dilakukan tindakan A. MANAJEMEN NYERI (I. 08238) S
1x24 jam tingkat nyeri
1. Tampak meringis berkurang dengan kriteria 1. Observasi
2. Gelisah 1. kemampuan lokasi, karakteristik, durasi, O
3. Tidak mampu menuntaskan aktivitas frekuensi, kualitas, intensitas
menuntaskan meningkat nyeri
aktivitas 2. keluhan nyeri menurun Identifikasi skala nyeri A
3. meringis menurun Identifikasi respon nyeri
DS: 4. sikap protektif non verbal
menurun Identifikasi faktor yang P
1. klien mengeluh nyeri 5. gelisah menurun memperberat dan memperingan
saat BAK nyeri
2. nyeri betambah Identifikasi pengetahuan
ketika BAK keluar dan keyakinan tentang nyeri
batu Identifikasi pengaruh
3. nyeri pinggang budaya terhadap respon nyeri
menyebar ke perut Identifikasi pengaruh nyeri
dan nyeri dirasakan pada kualitas hidup
saat BAK disekitar Monitor keberhasilan terapi
penis dan menyebar komplementer yang sudah
ke pinggang diberikan
4. nyeri dirasakan Monitor efek samping
seperti ditusuk2 penggunaan analgetik
5. nyeri dipingggang 2. Terapeutik
dirasakan secara terus Berikan teknik
menerus nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback, terapi
pijat, aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing, kompres
hangat/dingin, terapi bermain)
Control lingkungan yang
memperberat rasa nyeri (mis.
Suhu ruangan, pencahayaan,
kebisingan)
Fasilitasi istirahat dan tidur
Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam pemilihan
strategi meredakan nyeri
3. Edukasi
Jelaskan penyebab, periode,
dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan
nyeri
Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
4. Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Kesimpulan
Asuhan keperawatan sangat holistik melingkupi biopsiko sosial dan spiritual, dalam
praktek pelayananya perwat memiliki tujuh peran dan fungsi perawat dan yang paling
utama adalah pemberi asuhan keperawatan terutama untuk kebutuhan dasar pasien,
kebutuhan fisiologis mmerupakan kebutuhan paling dasar, terganggunya kebutuhan
fisiologis ini berpotensi mendatangkan kematian.
Nyeri merupakan respon fisiologis terhadap cedera, nyeri merupakan sebuah
pengalam persepsi yang tidak menyenangkan yang disebebkan oleh potensial terjadinya
kerusakan jaringan, proses terjadinya kerusakan jaringan atau bahkan sudah terjadi
kerusakan jaringan, onset terjadinya nyeri bisa dalam waktu yang cepat yang disebut
dengan nyeri akut atau memiliki onset yang lama atau sering disebut dengan nyeri
kronik, setiap individu memiliki rentang nyeri yang berbeda-beda, skala nyeri sering
digunakan untuk mengukur tingkat nyeri, pada umumnya Numeric Raing
Scale digunakan untuk mendiagnostik kualitas nyeri yang dialami pasien. Respons
terhadap nyeri pada umumnya adalah menhindari nyeri.
Pada umumnya tata laksana dalam menurunkan skala nyaris dengan cepat adalah
menggunakan obat-obatan, namun dalam praktek keperawatan pemberian mediasi
merupakan intervensi kolaborasi yang terakhir dilakukan setelah tindakan keperawatan
utama, banyak sekali tindakan keperawatan yang dapat dilakukan untuk menurunkan
sekala nyeri sesuai dengan yang telah dibuat dalam standar intervensi kelewatan, selain
itu banyak intervensi ajuvan dalam usaha menurunkan rentang nyeri, banyak hasil
penelitian berbasis RCT yang telah dipublikasikan diantaranya adalah teknik difraksi
nyeri atau relaksasi dengan heraing musik, selain itu teknik relaksasi nafas dalam
terbukti dapat menuurunkan rentang nyaris, namun pada nyeri hebat tidak teknik ajuvan
tidak dapat digunakan untuk menurunkan skala nyeri, perlu tindakan kolaborasi dalam
pelaksanaanya.
Daftar Pustaka
1. TIMBY, Barbara Kuhn. Fundamental nursing skills and concepts. Lippincott
Williams & Wilkins, 2009.
2. BERMAN, Audrey, et al. Kozier and Erb's fundamentals of nursing. Pearson
Australia, 2010.
3. Potter and Perry, 2006, Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses
dan Praktek, Volume 2, Edisi 4, EGC, Jakarta
4. ARIF, Muhammad; SARI, Yuli Permata. Efektifitas terapi musik mozart
terhadap penurunan intensitas nyeri pasien post operasi fraktur. Jurnal Kesehatan
Medika Saintika, 2019, 10.1: 69-76.
5. ASTARI, Rizqi Yulida; MALIYA, Arina. Pengaruh Hipnoterapi Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Post Operasi Fraktur Femur di Ruang Rawat Inap
Bedah Rumah Sakit Ortopedi Surakarta. 2010.
6. AGUNG, Satriyo; ANDRIYANI, Annisa; SARI, Dewi Kartika. Terdapat
Pengaruh Pemberian Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Tingkat Nyeri
pada Pasien Post Operasi dengan Anestesi Umum di RSUD Dr. Moewardi
Surakarta. Jurnal INFOKES Universitas Duta Bangsa Surakarta, 2016, 3.1