Anda di halaman 1dari 30

PROGRAM STUDI D.

III KEPERAWATAN

JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES MAKASSAR

LAPORAN & ASUHAN KEPERAWATAN

KEBUTUHAN ELIMINASI

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

DOSEN PEMBIMBING : Hj. Harliani, S.Kp, M.Kes.

NAMA : A. SYANTHIQAH TIRTA

NIM : PO713201201053

KELAS : 1B
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan

“ASUHAN KEPERAWATAN PADA “NY.A” DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN (VESIKOLITHIASIS)

DI MELATI RS LABUANG BAJI MAKASSAR pada tanggal 20 Juni 2021

Shalawat beriring salam

saya sampaikan kepada Rasulullah SAW yang telah membawa umat manusia

dari alam kebodohan kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti

sekarang ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terima kasih kepada

Dosen Pembimbing

Hj. Harliani, S.Kp, M.Kes., RSUD Labuang Baji MKS

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala

kebaikan semua pihak yang telah mambantu. Semoga nantinya dapat membawa

manfaat bagi pengembangan ilmu.


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................

1. Pengertian.............................................................................. ..................

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan........................... ........................

3. Etiologi.................................................................................. .................

4. Patofisiologi .......................................................................... .................

5. Manifestasi Klinis ................................................................. ..................

6. Pemeriksaan Penunjang ........................................................ ...................

7. Komplikasi............................................................................ .................

8. Penatalaksanaan .................................................................... ................

BAB II LAPORAN KASUS ASKEP GANGGUAN SISTEM PERKEMIHAN

1. PENGKAJIAN..............................................................................

A. Data...................................................................................................................

B. Diagnosa Keperawatan...............................................................................

C.Rencana Keperawatan................................................................................

D. Implementasi Keperawatan.........................................................................
BAB I

PENDAHULUAN
1. Pengertian

Batu saluran kemih adalah terbentuknya batu yang disebabkan oleh pengendapan substansi
yang terdapat dalam air kemih yang jumlahnya berlebihan atau karena faktor lain yang
mempengaruhi daya larut substansi (Nurlina, 2008). Batu Saluran Kemih adalah penyakit
dimana didapatkan material keras seperti batu yang terbentuk di sepanjang saluran kemih baik
saluran kemih atas (ginjal dan ureter) dan saluran kemih bawah yang dapat menyebabkan nyeri,
perdarahan, penyumbatan aliran kemih dan infeksi. Batu ini bisa terbentuk di dalam ginjal (batu
ginjal). Batu ini terbentuk dari pengendapan garam kalsium, magnesium, asam urat dan sistein
(Chang, 2009 dalam Wardani, 2014).Batu saluran kemih dapat diketemukan sepanjang saluran
kemih mulai dari sistem kaliks ginjal, pielum, ureter, buli-buli dan uretra. Batu ini mungkin
terbentuk di di ginjal kemudian turun ke saluran kemih bagian bawah atau memang terbentuk di
saluran kemih bagian bawah karena adanya stasis urine seperti pada batu buli-buli karena
hiperplasia prostat atau batu uretra yang terbentuk di dalam divertikel uretra. Batu ginjal adalah
batu yang terbentuk di tubuli ginjal kemudian berada di kaliks, infundibulum, pelvis ginjal .

2. Anatomi dan Fisiologi Sistem Perkemihan

Sistem perkemihan adalah suatu sistem yang didalamnya terjadi penyaringan darah sehingga
darah bebas dari zat yang tidak digunakan oleh tubuh. Zat ini akan larut dalam air dan akan
dikeluarkan berupa urine. Zat yang dibutuhkan tubuh akan beredar kembali dalam tubuh melalui
pembuluh darah kapiler ginjal, masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar keseluruh tubuh.
Sistem perkemihan merupakan sistem rangkaian organ yang terdiri atas ginjal, ureter, vesika
urinaria, dan uretra (Syaifuddin, 2009). Ginjal, ureter, kadung kemih dan uretra membentuk
sistem urinarius. Fungsi utama ginjal adalah mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dan
komposisi asam basa cairan tubuh, mengeluarkan produk aktif metabolik dari dalam darah dan
mengatur tekanan darah. Urin yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut dari ginjal
melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urin tersebut disimpan untuk sementara waktu.
Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan diekskresikan dari tubuh lewat
uretra (Brunner & Suddarth, 2002). Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur
lain dan ada organ lain yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa, namun organ
yang mengatur kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi ginjal
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Namun 9 demikian, berbeda dengan sistem
kardiovaskuler dan respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak menimbulkan kematian
dalam waktu yang singkat.Ginjal harus mampu untuk mengekskresikan berbagai produk limbah
makanan dan metabolisme dalam jumlah yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ
lain. Jika diukur tiap hari, jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6
hingga 8 gram garam (natrium klorida), 6 hingga 8 gram kalium klorida dan 70 mg ekuivalen
asam perhari. Di samping itu, ureum yang merupakan produk akhir metabolisme protein dan

berbagai produk limbah lainnya diekskresikan dalam urin (Brunner & Suddarth, 2002).

 Ginjal

Menurut Saputra (2014) ginjal merupakan suatu organ bervaskuler banyak yang berbentuk
seperti kacang. Ginjal terdiri dari tiga bagian

 Korteks renalis (bagian luar): mengandung mekanisme penyaringan darah dan dilindungi
oleh kapsul berfibrosa dan

lapisan lemak

 Medula renalis (bagian tengah): mengandung 8 sampai 12 piramida ginjal (biji berlurik
yang sebagian besar tersusun dari

struktur tubular)

 Pelvis renalis ( bagian dalam): menerima urine melalui kalises mayor10 Pada potongan
sagital ginjal terdapat 2 bagian yaitu bagian tepi luar ginjal yang disebut korteks dan
bagian dalam ginjal yang berbentuk segitiga disebut pyramid ginjal atau bagian medulla
ginjal. Didalam ginjal terdapat satuan fungsional ginjal yang paling kecil, yaitu nefron.
Tiap ginjal terdiri dari sekitar 1,2 juta nefron. Setiap nefron terdiri dari komponen
vaskuler yaitu glomerulus dan komponen tubulus, keduannya secara struktural dan
fungsional bekaitan erat (Sloane, 2003).Setiap nefron merupakan saluran yang tipis
(dengan diameter 20-50 ) dan memiliki bentuk yang memanjang/elongasi (dengan
panjang 50 mm). Nefron terdiri dari saluran berujung buntu (blind end) yang melebar.
Kapsul bowman yang diikuti oleh tubulus kontotus proksimal, ansa Henle serta tubulus
kontortus distal (Marya, 2013)Nefron terdiri dari beberapa bagian antara lain sebagai
berikut:11
 Glomerulus
Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang terdapat sepanjang arteriol,
fungsinya untuk filtrasi air danzat terlarut dalam darah. Glomerulus juga merupakan
gulungan gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul
bowman (Sloane, 2003).
 Kapsul bowman
Kapsul bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh epitel yang
menyelubungi glomeulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh
glomerulus
 Tubulus kontroktul proksimal
Tubulus kontroktul proksimal merupakan bagian utama nefron. Tubulus ini dilapisi oleh
lapisan tunggal sel epitel yang memperlihatkan suatu brush border yang menonjol pada
permukaan lumen dan sejumlah besar mitokondria dan sitoplasma. Karasteristik
histologik epitel tubulus kontroktus proksimal ini mungkin berkolerasi dengan aktivitas
reabsorpsinya yang luas. Cairan yang difiltrasi akan mengalir ketubulus kontrotus
proksimal. Letak tubulus ini didalam korteks ginjal, sepanjang 15 mm dengan diameter
50-60 mm. bentuknya 12berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus yang
berjalan kearah medulla, yaitu ansa henle (Marya, 2013).
 Ansa henle
Ansa henle terdiri dari segmen desenden yang tebal yang struktur serta fungsinya serupa
dengan tubulus kontroktus proksimal, lalu segmen tipis yang berjalan turun kedalam
medulla hingga kedalaman yang beragam untuk membentuk sebuah ansa
(gulungan/loop), dan segmen asenden yang tebal yang struktur serta fungsinnya serupa
dengan tubulus kontortus distal. Dengan menimbulkan hiperosmolalitas pada interstisium
medularis, ansa henle memainkan peranan yang penting dalam mekanisme pemekatan
urin pada ginjal (Marya, 2013).
 Tubulus kontortus distal
Tubulus kontortus distal merupakan segmen nefron diantara macula densa dan duktus
koligentes. Sel-sel ditandai dengan tidak adanya brush border dan memiliki banyak
mitokondria pada tepi basalis yang menunjukkan peranan sekresi pada sel-sel tersebut
(Marya, 2013).
 Duktus koligentes atau duktus pengumpul
Duktus koligentes merupakan saluran pengumpul yang akan menerima cairan dan zat
terlarut dari tubulus distal. Duktus koligers berjalan dari dalam berkas medulla menuju ke
medulla. 13 Setiap duktus pengumpul yang berjalan kearah medulla akan mengosongkan
urin yang telah terbentuk kedalam pelvis ginjal
 Pembuluh darah ginjal
 Setiap arteri renalis berasal langsung dari aorta. Arteri ini memasuki ginjal dan bercabang
secara progresif menjadi pembuluh arteri yang lebih kecil yaitu arteri interlobaris, arteri
arkuata dan arteri interlobularis. Setiap arteri interlobularis mempercabangkan suatu seri
arteriola aferen. Arteriola aferen terpecah menjadi 4-6 gelungan kapiler (glomerulus)
yang kemudian menyatu kembali menjadi arteriola eferen. Arteriola eferen bercabang-
cabang menjadi suatu jaringan kapiler, yaitu 14kapiler peritubularis untuk mengelilingi
bagian nefron yang berada dalam korteks renal (Marya, 2013).Arteriola eferen
glomerulus jukstamedularis membentuk suatu tipe kapiler peritubularis yang spesial dan
dinamakan vasa rekta. Vasa rekta relatif lurus dan merupakan gelungan kapiler panjang
yang berjalan turun kedalam medulla renal serta membentuk gelungan seperti penjepit
rambut disepanjang sisi ansa henle. Vasa rekta memiliki peranan yang penting dalam
memelihara hiperosmolalitas interstisium medularis (Marya, 2013).
 Pembentukan urin
Menurut Saputra (2014) urine dihasilkan dari tiga proses yang terjadi di nefron: filtrasi
oleh glomerulus, reabsorsi oleh tubulus dan sekresi oleh tubulus.
 Pada filtrasi oleh glomerulus: Transpor aktif dari tubulus kontortus proksimal
menyebabkan reabsorsi Na+ dan glukosa ke sirkulasi terdekat. Osmosis kemudian
menyebabkan reabsorsi H2O
 Pada reabsorsi tubulus: Suatu zat bergerak dari filtrat kembali dari tubulus kontortus
distal ke kapiler peritubuler. Transfor aktif menyebabkan reabsorsi Na+. Adanya ADH
menyebabkan reabsorsi H2O.15
 Pada sekresi oleh tubulus: suatu zat berpindah dari kapiler peritubuler ke dalam filtrat
tubulus. Kapiler peritubuler kemudian mensekresikan NH3 dan H+

 Ureter

Ureter merupakan tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal dengan kandung
kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan), dikelilingi oleh tiga lapis dinding.
Berperan sebagai saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung kemih. Mempunya
gelombang peristaltik satu sampai lima kali setiap menit untuk mengalirkan urine ke kandung
kemih. Ureter dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

 Pelvis renalis: pelvis renalis adalah bagian atas yang mengembang. Struktur ini bermula
sebagai alat berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai kaliks.
 Ureter: ureter memiliki panjang sekitar 25,4 cm. Bagian atas terletak di depan otot
belakang abdomen; bagian bawah masuk ke dalam rongga pelvis sejati dan berakhir di
permukaan belakang kandung kemih di mana ureter menembus dinding kandung kemih
tersebut. Setiap ureter tersusun atas:
 Jaringan fibrosa: lapisan paling luar
 Jaringan otot bebas: lapisan tengah; urine mengalir dari ginjal ke dalam kandung kemih
melalui gerak peristaltic16
 Jaringan epitel transisional: menyusun lapisan dalam ureter dan menjaganya dari
keasaman urine
 Vesika Urinarius (Kandung Kemih) Menurut Syaifuddin (2009), vesika urinaria
(kandung kemih) : terletak tepat dibelakang os pubis, merupakan tempat penyimpanan
urin yang berdinding otot yang kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urin
yang di kandung. Kandung kemih pada waktu kosong terletak dalam rongga pelvis,
sedangkan dalam keadaan penuh dinding atas terangkat masuk kedalam region
hipogastrika. Apeks kandung kemih terletak di belakang pinggir atas simpisis pubis dan
permukaan posteriornya berbentuk segi tiga. Bagian sudut superolateral merupakan
muara ureter dan sudut interior membentuk uretra.Bagian atas kandung kemih di tutupi
oleh peritoneum yang membentuk eksafasio retrovesikalis, sedangkan bagian bawah
permukaan posterior dipisahkan oleh rectum oleh duktus deferens, vesika seminalis, dan
vesiko retro vesikalis. Permukaan posterior seluruhnya di tutupi oleh peritoneum dan
berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon sugmoid. Sepanjang lateral permukaan
peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
 Pengisian kandung kemih

Dinding ureter mengandung otot polos yang tersusun dalam berkas spiral longitudinal dan sekitar
lapisan otot yang tidak terlihat. Kontraksi peristaltic ureter 1-5 kali per menit. Akan
17menggerakkan urin pada pelvis renalis kedalam andung kemih dan disemprotkan setiap
gelombang peristaltic. Ureter yang berjalan miring melalui dinding kandung kemih untuk
menjaga ureter tertutup kecuali selama gelombang peristaltic untuk mencegah urin tidak kembai
di uretra.Apabila kandung kemih terisi penuh permukaan superior membesar, menonjol ke atas
masuk ke dalam rongga abdomen. Peritenium akan menutupi bagian bawah dinding anterior
kolum kandung kemih yang terletak dibawah kandung kemih dan permuaan atas prostat. Serabut
otot polos dilanjutkan sebagai serabut otot polos prostat kolum kandung kemih yang
dipertahankan. Pada tempatnya oleh liga mentum puborostatika pada pria oleh ligamentum
pubovesikalis. Pada wanita yang merupaan penebalan fasia pubis.Membran mukosa kandung
kemih dalam keadaan kosong akan berlipat-lipat. Ipatan ini akan hilang apabila kandung kemih
berisi penuh. Daerah membrane mukosa meliputi permukaan dalam basis kandung kemih yang
dinamakan trigonum. Vesika ureter menembus dinding kandung kemih secara miring membuat
seperti katup yang mencegah aliran balik urin ke ginjal pada waktu kandung kemih terisi.18

 Pengosongan kandung kemihna

Kontraksi otot muskulus detrusor bertanggung jawab pada pengosongan kandung kemih selama
berkemih (miksturasi) berkas Otot tersebut berjalan pada sisi uretra, serabut ini dinamakan
sfingter uretra interna. Sepanjang uretra terdpat sfingter otot rangka yaitu sfingter uretra
membrannosa (sfingter uretra eksterna). Epitel kemih dibentuk dari lapisan superfisialis sel

kuboid.

 Uretra

Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu saluran sambungan yang
membawa urine dari kandung kemih ke arah luar. Uretra pada perempuan berukuran pendek
dengan panjang 3,8 cm. Lubang keluarnya membuka di antara bibir vagina, di atas lubang
vagina. Otot sfringter uretra perempuan terdapat di permulaan saluran tersebut. Pada Laki-laki
uretra memiliki panjang 15 hingga 20 cm dari kandung kemih ke lubang keluarnya di ujung
penis. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas: tugas pertama adalah menyalurkan urine dan yang
kedua adalah menyalurkan mani. Uretra laki-laki dibagi menjadi beberapa bagian:
 Bagian prostat: kelenjar prostat mengelilingi uretra di bagian ini;

otot sfringter uretra terdapat di bagian bawah

 Bagian membran: bagian uretra yang berlanjut dari bagian prostat


 Bagian penis: bagian yang terdapat di dalam penis19

3. Etiologi
Menurut Wijayaningsih (2013), faktor-faktor yang mempengaruhi batu

saluran kemih diantaranya sebagai berikut :

 Faktor intrinsik

Herediter (keturunan), umur 30-50 tahun, jenis kelamin lai-laki lebih besar

dari pada perempuan.

 Faktor ekstrinsik

Geografis, iklim dan temperature, asupan air, diet (banyak purin, oksalat

dan kalsium mempermudah terjadinya batu).

Menurut Purnomo (2011) dalam Wardani (2014), Terbentuknya batu

saluran kemih diduga ada hubungannya gangguan aliran urine, gangguan

metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan lain yang masih belum

terungkap (idiopatik).

4. Patofisiologi
Berdasaran tipe batu, proses pembentukan batu melalui kristalisasi. 3

faktor yang mendukung proses ini yaitu saturasi urin, difisiensi inhibitor dan

produksi matriks protein. Pada umumnya Kristal tumbuh melalui adanya

supersaturasi urin. Proses pembentukan dari agregasi menjadi partikel yang

lebih besar, di antaranya partikel ini ada yang bergerak kebawah melalui

saluran kencing hingga pada lumen yang sempit dan berkembang membentuk

batu. Renal kalkuli merupakan tipe Kristal dan dapat merupakan gabungan dari 20
beberapa tipe. Sekitar 80% batu salurn kemih mengandung kalsium fosfat dan

kalsium oksalat (Suharyanto dan Madjid, 2009).

Menurut Raharjo dan Tessy dalam Suharyanto dan Madjid, 2009

menyatakan bahwa sebagian batu saluran kemih adalah idiopatik dan dapat

bersifat simtomatik ataupun asimtomatik. Teori terbentuknya batu antara lain :

 Teori Inti matriks

Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan substansi organic

sebagai inti. Substansi organik ini terutama terdiri dari mukopolisakarida dan

mukoprotein yang akan mempermudah kristalisasi dan agresi substansi

pembentuk batu.

 Teori supersaturasi

Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti

sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah terbentuknya

batu.

 Teori presipitasi-kristalisasi

Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam

urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin,, santin, asam dan

garam urat. Sedangkan pada urin yang bersifat alkali akan mengendap

garam-garam fosfat. 21

 Teori kurangnya faktor penghambat.

Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,

polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan mempermudah

terbentuknya batu saluran kemih.

 Menifestasi Klinis

Menurut Putri dan Wijaya (2013), tanda dan gejala penyakit batu
saluran kemih sangat ditentukan oleh letaknya, besarnya, dan morfologinya.

Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda dan gejala umum yaitu

hematuria, dan bila disertai infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan

kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lainnya.

Batu pada pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala

berat, umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat obstruksi aliran

kemih dan infeksi. Tanda dan gejala yang ditemui antara lain :

 Nyeri didaerah pinggang (sisi atau sudut kostevertebral), dapat dalam

bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena

adanya pionefrosis.

 Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai

mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis.

 Nyeri dapat berubah nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus kosta pada

sisi ginjal yang terkena.

 Batu nampak pada pemeriksaan pencitraan.


 Gangguan fungsi ginjal22
 Pernah mengeluarkan batu kecil ketika kencing.
 Pemeriksaan Penunjang

Menurut Wijayaningsih (2013), pemeriksaan diagnostik untuk batu saluran kemih diantaranya
sebagai berikut :

 Urinalisa

Warna mungkin kuning, cokelat gelap, berdarah, secara umum menunjukkan Kristal (sistin,
asam urat, kalsium oksalat), pH asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali
(meningkatkan magnesium, fosfat ammonium, atau batu kalsium fosfat), urin 24 jam :(kreatinin,
asam urat kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat), kultur urin menunjukan
Infeksi saluran kemih (ISK), Bloodureum nitrogen (BUN /kreatinin serum dan urin) ; abnormal
(tinggi pada serum atau rendah pada urin).

 Darah lengkap

Hemoglobin, hematokrit ; abnormal bila pasien dehidrasi berat atau


polisitemia.

 Hormon paratiroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal


 Foto rontgen menunjukkan adanya kalkuli atau perubahan anatomi pada

area ginjal dan sepanjang ureter.

 Ultrasonografi ginjal untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi

batu. 23

 Komplikasi

Menurut Putri & Wijaya (2013), komplikasi untuk penyakit batu saluran kemih adalah :

 Obstruksi ; menyebabkan hidronefrosis


 Infeksi
 Gangguan fungsi ginjal.

 Penatalaksanaan

Menurut Putri & Wijaya (2013), tujuan penatalaksanaan batu saluran kemih adalah
menghilangkan obstruksi, mengobati infeksi, menghilangkan rasa nyeri, serta mencegah
terjadinya gagal ginjal dan mmengurangi kemungkinan terjadinya rekurensi. Adapun mencapai
tujuan tersebut, dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

 Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan besarnya batu
 Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih seperti : rasa nyeri, obstruksi
disertai perubahan-perubahan pada ginjal, infeksi dan adanya gangguan fungsi ginjal.
 Menghilangkan obstruksi, infeksi dan rasa nyeri.
 Mencari latar belakang terjadinya batu.
BAB II

LAPORAN KASUS ASKEP GANGGUAN KEBUTUHAN SISTEM PERKEMIHAN

 PENGKAJIAN

I. IDENTITAS KLIEN

Nama : NY. A

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : Perempuan

Pendidikan terakhir : S1

Agama : Islam

Pekerjaan : PNS

Alamat : Griya samata mulky residence

Tgl. Masuk RS : 20 Juni (pukul 14.16 WITA)

Diagnose medik : BSK

II. RIWAYAT KESEHATAN

1. Keluhan utama : Nyeri pada daerah perut bagian bawah tembus hingga belakang serta
menyebar kegenetalia. Nyeri dirasakan terutama saat buang air kecil seperti tertusuk-tusuk.

2. Riwayat keluhan utama :

a. Faktor pencetus : -

b. Sifat keluhan : nyeri yang dirasakan hilang timbul

c. Lokasi & penyebaranx : perut bagian bawah tembus kebelakang, sampai menyebar
kegenetalia.

d. Skala keluhan : skala nyeri yang dirasakan sedang 6 (sedang)

e. Mulai & lamax keluhan: mulai februari, lamanya keluhan sekitar 4 bulanan.
f. Hal- hal yang meringankan / memperberat : saat buang air kecil terasa sakit dan tertusuk-tusuk

3. Riwayat kesehatan masa lalu :

a. Pernahkah dirawat di RS : ya , penyakit / keluhan : keluhan yang sama

kapan : 1 tahun yang lalu , lamanya : 6 bulan

b. Pernah mengalami pembedahan : tidak, penyakit : -

Lamanya di RS : -

c. Riwayat alergi : tidak, terhadap zat/ obat/ makanan/ minuman : -

d. Kebiasaan / ketergantungan terhadap zat/ minuman / obat / kopi/ alcohol/ rokok.

Lainnya : -

4. Riwayat keluarga

a. Genogram

b. Riwayat kesehatan keluarga

III. TANDA- TANDA VITAL

1. Suhu : 36,7 ° c

2. Denyut : 89x/menit

3. Tekanan darah : 150/90 mmHg

4. Pernapasan : 23 x/menit
IV. TB (TINGGI BADAN) : 167 BB (BERAT BADAN) : 62

V. PENGKAJIAN KEBUTUHAN

A. PEMERIKASAAN FISIK PADA ORGAN TUBUH

1. Kepala

a. Bentuk kepala : Simetris antara kiri dan kanan tidak tampak ada lesi serta tidak ada deviasi trakea

b. Keadaan rambut : Tampak lebat

c. Keadaan kulit kepala : Kulit kepala bersih

d. Nyeri kepala/ pusing : -

e. Komentar : -

2. Mata / penglihatan

a. Ketajaman penglihatan: normal

b. Peradangan : -

c. Sclera : -

3. Hidung / penciuman

a. Struktur : -

b. Polip : -

c. Sinus : -

d. Perdarahan : -

e. Fungsi penciuman : normal

f. Komentar : -

4. Telinga / pendengaran

a. Stuktur : -

b. Nyeri : -

c. Cairan : -

d. Tanda- tanda peradangan : -

e. Fungsi pendengaran : normal


f. Alat bantu : -

g. Komentar : -

5. Mulut

a. Keadaan gigi : normal

b. Problem menelan : normal

c. Bicara : normal

d. Rongga mulut : normal

6. Leher

a. Vena jugularis : normal

b. Arteri karotis : normal

c. Pembesaran tiroid : -

d. Pembesaran kelenjar limfa : -

7. Pernapasan

a. Bentuk dada : simetris

b. Pergerakan / pengembangan thoraks : normal

c. Batuk : tidak ada batuk

d. Sputum : -

e. Vocal fremitas : -

f. Resonansi : -

g. Bunyi napas ; vesicular

h. Bunyi napas tambahan : tdk ada bunyi napas tambahan

8. Jantung

a. Ukuran jantung : normal

9. Abdomen

a. Warna kulit : coklat gelap

10. Musculoskeletal
a. Kekuatan otot : kekuatan otot 5

b. Nyeri : tidak ada nyeri

11. Endokrin

a. Penonjolan bola mata : tidak ada

b. Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada

FORMAT PENGKAJIAN PER-KEBUTUHAN

A. RIWAYAT KEBUTUHAN OXYGEN DAN KARBONDIOKSIDA

1. Apakah klien pernah mengalami masalah respirasi tentang perubahan bunyi napas : ya

Bila ya, bunyi yang bagaimana : tidak

2. Apakah klien pernah mengalami sakit pernapasan seperti : tidak

3. Apakah klien pernah mengalami batuk : ya / tidak

Tidak

4. Kapan frekuensi batuk yang paling sering : tidak

5. Apakah produksi dari batuk : sputum : -

6. Apakah warna sputum : -

7. Bagaimana konsistensi sputum : berbau -

8. Apakah klien biasa merokok : tidak

9. Apakah keluarga klien merokok : tidak

10. Saat kapan klien merasa nyeri : ketika buang air kecil

11. Seperti apa rasa nyeri yang klien rasakan : ditusuk –tusuk

12. Apakah dalam keluarga klien ada yang : tidak

13. Apakah klien pernah mendapatkan pengobatan untuk penyakit jantung hipertensi dan penyakit

pernapasan : pernah : tidak pernah

14. Berapa dosis obat yang klien dapatkan : -


15. Kapan waktu pemberiannya : -

16. Apakah ada side efeknya : tidak

TANDA- TANDA VITAL

1. Tekanan darah sistol : normal : 160/90 mmHg

2. Denyut nadi : 92 x/menit

3. Suhu tubuh : 36,6°c

4. Aspirasi : normal

PEMERIKSAAN FISIK

1. System pernapasan :

a. Rongga hidung : normal

b. Septum hidung : simetris

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

Gas darah :

2. Studi diagnostic

B. RIWAYAT KEBUTUHAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT

Riwayat kebiasaan masa lalu

1. Kebiasaan pemenuhan cairan yang dikonsumsi dalam 24 jam : normal

2. Kebiasaan / pola pengeluaran cairan : keringat yang berlebihan

3. Penyakit yang pernah diderita : tidak ada

4. Riwayat saat ini / sekarang

a. Perasaan haus meningkat : tidak

b. Pengeluaran urin menurun : -

c. Konsentrasi urin meningkat : -

d. Peningkatan berat badan : -

e. Kesulitan bernapas : -
PEMERIKASAAN FISIK

1. Inspeksi

Keadaan wajah : simetris ,

keadaan mata : normal

Keadaan ubun-ubun ( < usia 2 tahun) : -

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorim

2. Studi diagnostik

C. RIWAYAT KEBUTUHAN NUTRISI

1. Problem pemasuka nutrisi :

a. Nafsu makan : biasa

b. Apakah ada yang menyebabkan gangguan pencernaan : tidak

c. Jenis makanan yang menyebabkan gangguan : -

d. Apakah ada kesulitan dalam menjalankan / mengikuti diet yang dianjurkan :-

e. Adakah kesulitan mengunyah : -

f. Jumlah gigi :atas: 14 bawah : 11

Apakah mengalami kesuloitan menelan : tidak

2. Pola dan kebiasaan makan :

Konsumsi makan : iya

3. Jenis makanan yang paling di sukai :

Sayuran : kangkung, bayam, dan sup

4. Jenis makanan yang tidak di sukai : pedis

5. Apakah ada alergi terhadap makanan : tidak

6. Apakah ada makanan yang dibatasi : tidak

Riwayat penyakit : tidak ada

1. Kanker : -
2. Batu ginjal : -

3. Batu empedu: -

4. gastrointestinal : -

5. aktivitas fisik : -

PEMERIKASAAN FISIK :

1. Pemeriksaan fisik

Penampilan klien : sakit sedang

2. Tanda – tanda klinis status nutrisi : berkilau

b. Kulit : halus :

c. Mata : konjungtiva anemis : jernih

d. Lidah : merah muda

e. Pergerakan jari tangan / kaki : baik

f. Apakah ada edema perifer : tidak

g. Keadaan kulit : normal

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

2. Studi diagnostik

D. RIWAYAT KEBUTUHAN ELIMINASI BAB

1. Bagaimana pola eliminasi BAB klien: normal

2. Bagaimana kebiasaan klien dalam meningkatkan eliminasi BAB :-

3. Bagaimana perubahan pola eliminasi BAB yang terjadi : -

4. Bagaimana karakteristik dari feses cair : Warna spesifik kekuningkekuningan

E. RIWAYAT KEBUTUHAN KEBERSIHAN

1. Kebersihan kulit

a. Frekuensi mandi setiap hari : iya

b. Cara mandi : Mandi memakai timba


c. Bahan yang digunakan : plastik

2. Kebersihan rambut

a. Frekuensi mencuci rambut : shampo dengan vitamin

b. Cara mencuci rambut : cara biasa

c. Bahan yang digunakan : sabun dan shampo

3. Kebersihan mata

a. Frekuensi mencuci mata : air biasa

b. Cara mencuci mata : kapas basah

c. Bahan yang dipakai : air biasa

4. Kebersihan gigi dan mulut

a. Gigi : frekuensi menyikat gigi

-Cara menggosok gigi : pakai sikat gigi

-Bahan yang dipakai : pasta gigi

5. Kebersihan telinga dan hidung

a. Telinga : -

b. Hidung : -

6. Kebersihan kuku tangan / kaki : -

7. Genitalia

8. Kebersihan pakaian dan tempat tidur

a. Frekuensi mnegganti pakaian : setiap hari mengganti pakaian

b. Alat / bahan yang dipakai mencuci : baskom, sikat, dan air dan rinso

c. Apakah pakaian disetrika : iya

d. Frekuensi mengganti seprey dan sarung bantal : setiap sebulan sekali

e. Frekuensi menjemur kasur dan bantal : seminggu sekali

f. Frekuensi membersihkan tempat tidur : setiap hari

F. RIWAYAT KEBUTUHAN KESELAMATAN DAN KEAMANAN


1. Apakah klien mengalami gangguan penginderaan : tidak ada

2. Apaka klien menggunakan alat bantu sehubungan dengan adanya gangguan tersebut : tidak

3. reaksi klen terhadap penggunaan alat tersebut : -

4. Apakah klien menggunakan alat bantu tersebut sampai sekarang : -

A. Yang berhubungan dengan keluhan :

1) Apakah klien mendengar suara yang berasal dari suatu objek : iya

2) Apak klien dapat melihat dengan jelas dari suatu objek : iya

3) Apakah klien dapat membedakan bau : iya

4) Apakah klien dapat membedakan panas dengan dingin : iya

5) Apakah klien dapat menyadari tentang posisi tubuhnya : iya

B. Yang berhubungan dengan lingkungannya :

1) Ruang

a. Apakah penerapan cukup : ya

b. Apakah klien mengenal alat- alat yang ada di sekitarnya : ya

c. Apak lantai ruangan licin : ya

2) Alat bantu mobilisasi :

Apakah rumah sakit menyediakan alat bantu mobilisasi : kursi roda

3) Lingkungan klien :

a. Apakah obat- obatan parenteral dilakukan test awal : tidak

b. Apakah alat-alat sebelum digunakan terlebih dahulu di sterilisasi /

desinfeksi : sterilisasi

4) Tempat tidur klien

a. Apakah tempat tidur memakai penghalang : tidak

b. Apakah tempat tidur mempunyai hand-roll : tidak

c. Apaka tempat tidur mempunyai alat fiksasi : tidak

d. Apakah klien disediakan alat bantu komunikasi : tidak


5) Kebakaran

a. Apakah tersedia alat pemadam kebakaran di ruangan : tidak

b. Apakah setiap tabung oksigen menggunakan alat pengaman berupa

pengikatan: tidak

c. Apakah di ruangan di tulis peringatan pencegahan kemungkinan terjadinya

kebakaran : tidak

PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Laboratorium

2. Studi diagnostic
ANALISA DATA

Nama : NY. A

Umur : 25 tahun

Jenis kelamin : perempuan

NO DATA ETIOLOGI MASALAH


1 -Data Subyektif : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Nyeri akut
Klien mengeluh nyeri pada mengandung kapur)
perut, bagian bawah tembus ↓
hingga Proses kristalisasi dan agresi
belakang dan menjalar ke substansi
bagian ↓
genitalia Pengendapan batu
Data Obyektif : ↓
-Tekanan darah : 150/90 Pembentukan Batu Saluran
mmHg Kemih
- Skala nyeri 6 (sedang) ↓
- Klien nampak meringis Respon Obstruksi
memegang perut bagian bawah Penekanan pada saraf
dan pinggang. ↓
- Ada nyeri tekan pada perut Penekanan pada saraf
bagian bawah dan pada area ↓
pinggang. Mengaktifkan mediator kimia
- Ada nyeri ketok pada (Histamin dan bradikinin)
pinggang ↓
bagian belakang Menstimulasi pelepasan
prostaglandin di hipotalamus

Nyeri dipersepsikan(nyeri
kolik)

Nyeri Akut
2 Data Subyektif : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Ansietas
- Klien mengatakan sudah mengandung kapur)
mengetahui informasi tentang ↓
penyakitnnya Proses kristalisasi dan agresi
- Klien mengatakan sangat substansi
cemas ↓
dengan kondisi kesehatannya Pengendapan batu
saat ini ↓
- Klien sering bertanya pada Pembentukan Batu Saluran
perawat tentang kondisinya. Kemih
- Klien mengatakan susah ↓
untuk Perubahan status kesehatan
memulai tidur dikarenakan ↓
memikirkan penyakit yang Ansietas
dialaminnya.
Data Obyektif :
- Tekanan darah : 150/90
mmHg
- Klien sering menanyakan
apakah
penyakit yang dideritanya bisa
disembuhkan.
- Klien nampak gelisah dan
sering
ke meja perawat bertanya
mengenai kondisinya
-Klien berulang kali bertanya
kepada perawat mengenai
tindakan operasi.

3 Data subyektif : Faktor Ekstrinsik (Asupan air Gangguan


- Klien mengatakan sering mengandung kapur) Eliminasi Urin
bolakbalik WC (> 10 kali/24 ↓
jam) untuk Proses kristalisasi dan agresi
buang air kecil substansi
- Klien mengatakan setiap kali ↓
BAK Pengendapan batu
kencingnya keluar sedikit- ↓
sedikit Pembentukan Batu Saluran
dan berwarna kuning keruh Kemih
tetapi tuntas meskipun terasa ↓
sakit. Hambatan aliran urine
Data obyektif : ↓
- Urine tampak kuning keruh Gangguan eliminasi urine
- Kandung kemih tidak teraba

NO DX Tujuan / kriteria hasil intervensi implementasi


KEP
NOC: NIC: 1. Membantu
Tingkat nyeri Manajemen Nyeri mengevaluasi
Kriteria : Berat 1, cukup 10........................................................... tempat obstruksi dan
berat 2, sedang 3, Lakukan pengkajian kemampuan gerakan
ringan 4, tidak ada nyeri nyeri secara kalkulus. Nyeri
5 komperhensif panggul
1. Nyeri dilaporkan (4) termasuk lokasi, sering menyebar ke
2. Mengerang dan karakteristik, durasi punggung, lipat paha,
meringis (4) frekuensi, kualitas dan genitalia sehubungan
3. Ekspresi nyeri waja factor presipitasi. dengan proksimitas
(4) 11........................................................... saraf
4. Tidak bisa istrirahat Observasi adanya plektus dan pembuluh
(5) petunjuk nonverbal darah yang menyuplai
mengenai area lain. Nyeri tiba-
ketidaknyamanan tiba
12.......................................................... dan hebat dapat
Kendalikan faktor mencetuskan
lingkungan yang dapat ketakutan,
mempengaruhi respon gelisah, ansietas berat.
pasien terhadap 2. Bermanfaat dalam
ketidaknyamanan mengenali adanya
(misalnya, suhu nyeri ;
ruangan, akan tetapi, isyarat
pencahayaan, suara yangtidak sesuai
bising) dengan
13......................................................... laporan verbal
Ajarkan tentang teknik mengindikasikan
non farmakologi kebutuhan untuk
(teknik relaksasi nafas evaluasi
dalam) lebih lanjut.
14. ....................................................... 3. Lingkungan tenang
Dukung istirahat/tidur akan
yang adekuat untuk menurunkan stimulus
membantu penurunan nyeri eksternal dan
nyeri menganjurkan pasien
Pemberian analgesik untuk beristirahat dan
15. ...................................................... pembatasan
Cek adanya riwayat pengunjung
alergi obat. akan membantu
16. ....................................................... meningkatkan kondisi
Cek perintah O2
pengobatan meliputi ruangan yang akan
obat, dosis, dan berkurang apabila
frekuensi banyak
Monitor tanda-tanda pengunjung yang
vital berada
17. ...................................................... diruangan dan
Monitor tekanan darah, menjaga
nadi, suhu dan status privasi pasien.
pernapasan dengan 4. Mengarahkan
tepat kembali
perhatian dan
membantu
dalam relaksasi otot.
5. Istirahat akan
menurunkan
kebutuhan
O2 jaringan perifer
sehingga
akanmeningkatkan
suplai
darah ke jaringan.
6. Menganalisis
adanya
alergi obat untuk
mencegah komplikasi
7. Jenis obat, dosis
obat dan
frekuensi pemberian
harus
sesuai intruksi untuk
mendapatkan hasil
seperti
yang diharapkan
8. Mengumpulkan dan
menganalisis data
tandatanda vital untuk
menentukan dan
mencegah komplikasi

CATATAN PERKEMBANGAN PASIEN

Nama klien : Andi Zakiyah Ruangan : Melati

No Reg : 40 78 54

NO HARI/TGL DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


KEPERAWATAN
1 2 3 4 5 6
KAMIS / 20 Nyeri akut berhubungan 1. Monitor tanda- Jumat, 21 JUNI
JUNI 2021 dengan respon obstruksi tanda vital (jam 07.30)
batu pada ginjal ditandai Hasil : S:
dengan: Tekanan darah: - Klien mengatakan
Data Subyektif : 150/90 mmHg perutnya masih
- Klien mengeluh nyeri Nadi : 89 x/menit sakit tembus hingga
pada perut bagian Suhu : 36,7 o belakang
bawah tembus hingga C terutama saat ia
belakang dan menjalar Pernapasan : 23 BAK, nyerinya
ke bagian genitalia x/menit hilang timbul dan
Data Obyektif : 2. Lakukan rasanya seperti
-Tekanan darah : 150/90 pengkajian nyeri tertusuk-tusu
mmHg secara O:
- Skala nyeri 6 (sedang) komperhensif - Tekanan darah:
- Klien nampak meringis termasuk 160/90 mmHg
memegang perut lokasikarakteristik, - Skala nyeri 5
bagian bawah dan durasi frekuensi, - Klien nampak
pinggang. kualitas meringis
-Ada nyeri tekan pada dan faktor memegang perut
perut bagian bawah presipitasi. bagian bawah
dan pada area pinggang. Hasil : dan pinggang.
- Ada nyeri ketok pada Klien mengeluh A:
pinggang bagian nyeri pada perut - Masalah nyeri
belakang bagian belum teratasi
bawah tembus P : Intervensi
hingga belakang. dilanjutkan
Nyeri - Lakukan
bertambah parah pengkajian nyeri
ketika buang air secara
kecil, komperhensif
nyei seperti termasuk lokasi,
tertusuk-tusuk dan karakteristik, durasi
sering frekuensi,
menjalar hingga kualitas dan factor
genitalia. Dengan presipitasi.
skala - Observasi reaksi
nyeri 6 dan nyerila nonverbal dari
hilang timbul. ketidaknyamanan
3. Observasi reaksi - Observasi tanda-
nonverbal dari tanda vital.
ketidaknyamanan. - Kontrol
Hasil : lingkungan yang
Klien nampak dapat
meringis memegang mempengaruhi nyeri
perut seperti
bagian bawah dan suhu ruangan,
pinggang. pencahayaan dan
4. Mengajarkan kebisingan
tentang teknik non berulang).
farmakologi - Kaji tipe dan
(Teknik nafas sumber nyeri untuk
dalam) menentukan
Hasil : Klien intervensi.
Nampak mengikuti - Ajarkan tentang
apa yang teknik non
diajarkan (teknik farmakologi (teknik
relaksasi nafas relaksasi
dalam nafas dalam)
dan distraksi) - Berikan analgetik
5. Menganjurkan untuk
klien untuk mengurangi nyeri
meningkatkan
istirahat.
Hasil : klien
nampak mengerti
dengan
apa yang dianjurkan
dan akan
melakukannya.

KESIMPULAN
1. DATA

Berdasarkan pengkajian pada NY. A tanggal 20 Juni pukul 14.16 WITA

dengan batu saluran kemih diperoleh data yang tidak jauh berbeda dengan

manifestasi klinis dari penyakit batu saluran kemih yaitu nyeri pada daerah

pinggang tembus hingga belakang, nyeri dapat berupa nyeri tekan atau nyeri

ketok pada daerah arkus kosta, warna urine kuning keruh dan batu nampak

pada pemeriksaan pencitraan.

2. Diagnosa Keperawatan

Berdasarkan hasil data pengkajian yang telah dilakukan, dirumuskan

diagnosa keperawatan pada Andi Zakiyah dengan batu saluran kemih yang sesuai

dengan teori yaitu nyeri akut berhubungan dengan respon obstruksi batu pada

ginjal, ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan, sedangkan

diagnosa gangguan eliminasi urine berhubungan dengan pembentukan batu

saluran kemih.

3. Rencana Keperawatan

Dalam membuat rencana keperawatan disesuaikan dengan diagnosa yang

ditegakkan sehingga mendapatkan tujuan yang diinginkan. Tidak ada

kesenjangan rencana keperawatan antara teori dan kasus untuk setiap diagnosa

yang sama.

4. Implementasi Keperawatan
Tindakan keperawatan pada pasien dilakukan sesuai rencana pada teori.

Tidak semua tindakan yang direncanakan dilakukan karena penulis dalam

melakukan tindakan lebih mengutamakan tindakan prioritas dalam proses

pengobatan dan penyembuhan pasien dan juga disesuaikan dengan kondisi,

situasi, dan perubahan yang dialami pasien.

Klien di pulangkan karena kondisinya telah membaik dan disarankan

untuk kembali melakukan kontrol. Maka penulis memberikan health

education mengenai menganjurkan kepada klien untuk selalu melakuan teknik

relaksasi napas dalam ketika nyeri kembali dirasakan dan ketika merasa cemas

dan menganjurkan klien untuk selalu meningkatkan istirahat, juga

menganjurkan pada klien untuk selalu mengkonsumsi air yang cukup dan

menganjurkan keluarga untuk selalu menemani klien serta mengkonsumsi

obat yang diberikan sesuai dengan instruksi.

Anda mungkin juga menyukai