Anda di halaman 1dari 30

LAPORAN JURNAL READING KELOMPOK 3

COUNTERCURRENT
“Urine – Concentrating Mechanism In The Inner Medulla :
Function Of The Thin Limbs Of The Loops Of Henle ”

BLOK UROGENITAL 1

Tutor: dr. Made Rika Anastasia P, S.Ked

Disusun Oleh:

Lalu Muhammad Farros Fikri (021.06.0051)


Luh Ade Meita Santhi (021.06.0054)
Muhammad Fitrah Hamdani (021.06.0064)
Ni Luh Putu Aristia Kartika Dewi (021.06.0074)
Pande Putu Bagus Eka Subawa (021.06.0084)
Sintia Septiana (021.06.0094)

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM AL-AZHAR
MATARAM 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan Laporan Jurnal Reading “Urine –
Concentrating Mechanism In The Inner Medulla : Function Of The
Thin Limbs Of The Loops Of Henle” tanpa ada hambatan yang berarti.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada pihak
yang telah membantu kami dalam menyusun laporan ini, diantaranya:
1. Tuhan Yang Maha Esa, berkat rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan laporan dengan baik.
2. dr. Made Rika Anastasia P, S.Ked selaku tutor dan fasilitator
dalam jurnal reading kelompok 3 atas segala masukan,
bimbingan dan kesabaran dalam menghadapi keterbatasan
kami.
3. Seluruh anggota jurnal reading kelompok 3 yang telah
membantu dan memberikan masukan dalam penyusunan
laporan ini.
Harapan kami semoga laporan ini dapat bermanfaat, menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, dan untuk ke depannya
kami akanmemperbaiki bentuk maupun menambah isi laporan ini agar
menjadi lebih baik lagi. kami menyadari bahwa pengetahuan kami
sangatlah terbatas, sehingga kami tetap mengharapkan masukan serta
kritik dan saran yang membangun dari pembacauntuk laporan ini demi
terlaksananya penelitian dengan baik, sehingga tujuan disusunnya
laporan ini juga bisa tercapai.

Mataram, 19 Mei 2022

Penyusun

1|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................1


DAFTAR ISI ...........................................................................................................2

ABSTRAK ..............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................4

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................4

1.2 Tujuan ............................................................................................................... 4

1.3 Manfaat ............................................................................................................. 5

1.4 Identitas Jurnal .................................................................................................. 5

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................... 6

2.1 Rekontruksi Tiga Dimensi Tungkai Tipis Loop Henle Di Medulla Dalam
Tikus................................................................................................................ 11
2.2 Hubungan Lateral Dan Vertikal Tiga Dimensi Dari Tubulus Dan Pembuluh
Darah Di Dua Pertiga Awal Medulla Dalam Tikus ........................................ 12
2.3 Hubungan Tiga Dimensi Tubulus Dan Pembuluh Di Terminal Ketiga Medulla
Dalam Tikus .....................................................................................................14
2.4 Model Matematika Kaitan Temuan Struktural Dan Permeabilitas Terhadap
Proses Pemekatan Urine Di Medulla Dalam ................................................... 15
BAB III PENUTUP ............................................................................................. 20

3.1 Kesimpulan ..................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 43


LAMPIRAN

2|Page
ABSTRAK

Kemampuan mamalia untuk menghasilkan urin yang hiperosmotik ke


plasma memerlukan pembentukan gradien peningkatan osmolalitas di sepanjang
medula dari sambungan kortikomedullary ke ujung papila. Multiplikasi counter
current membentuk gradien pada di medula luar, di mana terdapat reabsorpsi NaCl
transepitel yang substansial dari cabang asenden tebal yang kedap air lengkung
Henle. Mekanisme yang menghasilkan gradien osmotik di medula bagian dalam
tetap menjadi misteri yang belum terpecahkan, meskipun umumnya dianggap
melibatkan counter current di tubulus dan pembuluh darah. Peran interaksi tiga
dimensi antara inner medullary tubules dan pembuluh darah dalam proses
pemekatan disarankan dengan pembuatan model fisiologis yang menggambarkan
hubungan tiga dimensi tubulus dan pembuluh darah serta permeabilitas zat terlarut
dan air pada ginjal tikus dan dengan penciptaan model matematika berdasarkan
fenomena biologis. Model matematika saat ini memberikan prediksi yang jauh lebih
baik daripada model sebelumnya.

3|Page
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manusia mampu menghasilkan urin yang hiperosmotik terhadap plasma
mereka, sehingga memungkinkan manusia untuk mengeluarkan zat terlarut dengan
sedikit kehilangan air, hal tersebut merupakan proses penting bagi kesehatan
manusia dan aktivitas normal sehari-hari. Proses pemekatan urin ini melibatkan
pembentukan gradien peningkatan osmolalitas di sepanjang medula ginjal dari
sambungan kortikomedullary ke ujung papila. Gradien osmotik dibentuk oleh
akumulasi zat terlarut, terutama NaCl dan urea yang berada di dalam sel
interstitium, tubulus, dan pembuluh darah di medula. Dengan adanya hormon
antidiuretik (arginin vasopresin), permeabilitas air osmotik epitel saluran
pengumpul/collecting duct (CD) meningkat, air bergerak dari CD ke interstitium
yang lebih pekat, Mekanisme di mana gradien osmotik meduler dihasilkan hanya
sebagian yang dipahami. Pada tahun 1940 dan 1960, serangkaian studi
eksperimental dan teoretis tampaknya menyediakan mekanisme untuk
menghasilkan gradien ini. Studi-studi ini menunjukkan bahwa perbedaan tekanan
osmotik kecil antara tungkai naik dan turun dari lengkung Henle, yang dihasilkan
oleh transpor bersih zat terlarut, tanpa disertai air. Pencucian gradien ini akan
dikurangi dengan pertukaran arus balik di vasa rekta. Proses penggandaan counter
current dan pertukaran counter current untuk menghasilkan dan mempertahankan
gradien osmotik meduler, masing-masing, ditekankan di sebagian besar teks
tentang fisiologi ginjal. Konsep klasik perkalian countercurrent diterima secara luas
sebagai pembangkit gradien osmotik di medula luar. Di sini, transpor aktif NaCl
yang terdokumentasi dengan baik keluar dari tebal ascending limb (TALs) yang
kedap air telah dan terbukti secara teoritis cukup untuk menghasilkan gradien.
1.2 TUJUAN
1. Untuk mengetahui mekanisme konsentrasi urine di medulla dalam :
fungsi tungkai tipis loops of henle
2. untuk mengetahui proses pemekatan urin di ginjal mamalia
1.3 MANFAAT
1. Membantu mahasiswa untuk mengetahui mekanisme konsentrasi urine

4|Page
di medulla dalam : fungsi tungkai tipis loops of henle
2. Membantu mahasiswa untuk mengetahui proses pemekatan urin di
ginjal mamalia
1.4 IDENTITAS JURNAL
• Judul jurnal : Urine – Concentrating Mechanism In The Inner Medulla :
Function Of The Thin Limbs Of The Loops Of Henle
• Penulis : william H. Dantzler, Anita T. Layton, Harold E. Layton, and
Thomas L. Pannabecker
• Tahun terbit : 9 October 2014

5|Page
BAB II
PEMBAHASAN

Konsep klasik perkalian countercurrent, meskipun baru-baru ini ditantang


(10), telah diterima secara luas sebagai pembangkit gradien osmotik di medula luar.
Pada countercurrent multiplication akan terjadi pembentukan urin pekat oleh ginjal
sebagai berikut : (Tortora, 2016)
1. Simporter di sel-sel bagian tebal pars asendens ansa Henle menyebabkan
penimbunan Na+ dan Cl- di medula ginjal. Di bagian tebal pars asendens
ansa Henle, simporter Na+ - K+ - 2Cl- mereabsorpsi Na+ dan Cl- dari cairan
tubulus. Namun, air tidak direabsorpsi di segmen ini karena sel-sel non
permeabel terhadap air. Akibatnya, terjadi penumpukan ion Na+ dan Cl- di
cairan interstisial medula. (Tortora, 2016)
2. Aliran countercurrent melalui pars desendens dan asendens ansa Henle
membentuk gradien osmotik di medula ginjal. Karena cairan tubulus secara
terus-menerus berpindah dari pars desendens ke pars asendens ansa Henle,
bagian tebal pars asendens secara terus-menerus mereabsorpsi Na+ dan Cl-
. Karenanya, Na+ dan Cl- yang direabsorpsi menjadi semakin pekat di
cairan interstisial medula, yang menyebabkan terbentuknya gradien osmotik
yang berkisar dari 300 mOsm/ltr di medula luar hingga 1200 mOsm/ltr jauh
di medula bagian dalam. Pars desendens ansa Henle sangat permeabel
terhadap air, tetapi tidak permeabel terhadap zat terlarut kecuali urea.
Karena osmolaritas cairan interstisial di luar pars desendens lebih tinggi
daripada osmolaritas cairan tubulus di dalamnya, air mengalir keluar dari
pars desendens melalui osmosis. Hal ini menyebabkan osmolaritas cairan
tubulus meningkat. Sewaktu cairan terus mengalir di sepanjang pars
desendens, osmolaritasnya semakin tinggi: Di putaran ansa, osmolaritas
dapat setinggi 1200 mOsm/ltr di nefron jukstamedula. Seperti yang telah
Anda pelajari, pars asendens ansa non-permeabel terhadap air, tetapi
simporternya mereabsorpsi Na+ dan Cl- dari cairan rubulus ke dalam cairan
interstisial medula ginjal, sehingga osmolaritas cairan tubulus secara
progresif berkurang sewaktu mengalir melalui pars asendens. Di taut

6|Page
medula dan korteks, osmolaritas cairan tubulus telah turun menjadi sekitar
100 mOsm/ ltr. Secara keseluruhan, cairan tubulus menjadi semakin pekat
sewaktu mengalir di sepanjang pars desendens dan menjadi semakin encer
ketika mengalir di sepanjang pars asendens. (Tortora, 2016)
3. Sel-sel di duktus koligentes mereabsorpsi lebih banyak air dan urea. Ketika
ADH meningkatkan permeabilitas principal cell terhadap air, air cepat
berpindah melalui osmosis keluar dari cairan tubulus duktus koligentes ke
dalam cairan interstisial medula bagian dalam, lalu ke vasa rekta. Dengan
keluarnya air, urea yang tertinggal di cairan tubulus duktus koligentes
menjadi semakin pekat. Karena sel-sel duktus yang terletak jauh di dalam
medula permeabel terhadap urea, urea berdifusi keluar dari cairan di duktus
menuju cairan interstisial medula. (Tortora, 2016)
4. Daur-ulang urea menyebabkan penimbunan urea di medula ginjal. Karena
menumpuk di cairan interstisial, sebagian urea berdifusi ke dalam cairan
tubulus di pars desendens dan asendens bagian tipis ansa Henle panjang,
yang juga permeabel terhadap urea. Namun, sementara cairan mengalir
melalui bagian tebal pars asendens, tubulus kontortus distalis, dan bagian
korteks duktus koligentes, urea tetap di lumen karena sel-sel di segmen-
segmen tersebut tidak permeabel terhadapnya. Sewaktu cairan mengalir di
sepanjang duktus koligentes, reabsorpsi air berlanjut melalui osmosis
karena terdapat ADH. Reabsorpsi air ini semakin meningkatkan konsentrasi
urea di cairan tubulus, lebih banyak urea berdifusi ke dalam cairan
interstisial medula ginjal bagian dalam, dan siklus berulang. Pemindahan
urea secara terus menerus antara segmen-segmen tubulus ginjal dan cairan
interstisial medula disebut daur-ulang urea. Dengan cara ini, reabsorpsi air
dari dalam lumen duktus mendorong penimbunan urea di cairan interstisial
medula ginjal, yang pada akhirnya men dorong reabsorpsi air. Karenanya,
zat-zat terlarut yang tertinggal di lumen menjadi lebih pekar, dan urine yang
diekskresikan menjadi pekat dan sedikit. (Tortora, 2016)
Adapula faktor-faktor utama yang ikut berperan dalam pemekatan zat
terlarut di medula ginjal adalah :
1. Transpor aktif ion natrium dan ko-transpor kalium,klorida , dan ion-ion lain

7|Page
keluar dari segmen tebal pars asendens ansa Henle ke interstisium medula.
2. Transpor aktif ion-ion dari duktus koligens ke interstisium medula
3. Difusi terfasilitasi ureum dari bagian dalam medula duktus koligens ke
interstitium medula.
4. Difusi hanya sejumlah kecil air dari tubulus di medula ke interstitium
medula; yang lebih sedikit daripada reabsorpsi zat terlarut ke interstisium
medula.
Pada, transpor aktif NaCl yang terdokumentasi dengan baik keluar dari tebal
ascending limb (TALs) yang kedap air (11,12) telah terbukti secara teoritis cukup
untuk menghasilkan gradien yang diamati (13) (Gambar 1). Hipotesis perkalian
counter current klasik, bagaimanapun, belum diterima untuk medula dalam (IM),
di mana bagian paling curam dari gradien osmotik dihasilkan (Gambar 1) tetapi di
mana tidak ada TAL dari loop Henle. Meskipun ascending thin limbs (ATLs) di
IM, seperti TALs di medula luar, pada dasarnya tidak memiliki permeabilitas air
osmotik transepitel (14-17), mereka juga tidak diketahui memiliki transpor aktif
transepitel NaCl atau zat terlarut lainnya (16, 18–21). Sebagian besar ilmuwan yang
mempelajari proses pemekatan urin percaya bahwa beberapa bentuk perkalian arus
balik melibatkan tungkai tipis menghasilkan gradien. Namun, tidak ada mekanisme
yang diterima tentang bagaimana sistem perkalian counter current dapat bekerja.

Gambar 1. | Diagram vas rektum tunggal dan nefron lingkar panjang


tunggal, yang menggambarkan bagaimana penggandaan counter current
klasik dapat menghasilkan gradien osmotik di medula luar, dan bagaimana
"mekanisme pasif" diusulkan untuk menghasilkan gradien osmotik di medula
dalam. Di medula luar, transpor aktif NaCl keluar dari ekstremitas asendens

8|Page
tebal yang kedap air (ditunjukkan oleh panah padat dan titik hitam)
menciptakan perbedaan tekanan osmotik kecil antara ekstremitas itu dan
ekstremitas desendens yang cukup untuk multiplikasi countercurrent klasik
untuk menghasilkan gradien osmotik. (perkiraan osmolalitas untuk ginjal
tikus diberikan dengan angka di kotak hitam). Untuk mekanisme "pasif" yang
diusulkan di medula bagian dalam, urea ([urea]) terkonsentrasi urea
meningkat di duktus kolektivus kortikal dan medula luar yang impermeabel
urea oleh reabsorpsi NaCl dan air (panah putus menunjukkan gerakan pasif).
Urea kemudian bergerak secara pasif keluar dari saluran pengumpul meduler
bagian dalammelalui pengangkut urea yang diatur oleh vasopresin (UT-A1,
UT-A3; lingkaran terbuka dan garis putus-putus) ke interstitium medula
dalam di sekitarnya. Peningkatan konsentrasi urea di interstitium medula
bagian dalam ini menarik air dari descending thin limbs (DTLs) dan saluran
pengumpul meduler bagian dalam (IMCDs), sehingga mengurangi
konsentrasi NaCl ([NaCl] interstitial medula bagian dalam.↓). Proses ini
menghasilkan konsentrasi urea di interstitium yang lebih tinggi daripada
konsentrasi urea di ascending thin limbs (ATLs) dan konsentrasi NaCl di ATL
lebih tinggi daripada konsentrasi NaCl di interstitium. NaCl kemudian akan
cenderung berdifusi keluar dari ATL (panah putus) dan urea akan cenderung
berdifusi ke dalam ATL (panah putus). Jika permeabilitas ATL terhadap
NaCl cukup tinggi dan terhadap urea cukup rendah, cairan interstisial akan
terkonsentrasi (menghasilkan gradien osmotik) saat cairan ATL diencerkan.
Pertukaran zat terlarut dan air yang berlawanan yang membantu
mempertahankan gradien ini ditunjukkan di vas rektum. Segmen diberi
nomor sesuai dengan kunci.

Penjelasan yang paling berpengaruh dan sering dikutip tentang mekanisme


pemekatan urin di IM adalah hipotesis "mekanisme pasif" yang diajukan secara
simultan dan independen pada tahun 1972 oleh Kokko dan Stephenson. Mereka
berhipotesis bahwa pemisahan NaCl dari urea dengan transpor aktif NaCl (tanpa
urea atau air) keluar dari TAL di medula luar menyediakan sumber energi potensial
untuk menghasilkan gradien osmotik di IM (Gambar 1). Mereka menyarankan
bahwa urea, yang telah terkonsentrasi di CD di korteks dan medula luar dengan
reabsorpsi NaCl dan air, berdifusi keluar dari CD meduler bagian dalam (IMCD)
ke interstitium medula bagian dalam di sekitarnya. Peningkatan konsentrasi urea
interstitial medula dalam ini, pada gilirannya, menarik air dari descending thin
limbs (DTLs) dan IMCDs, sehingga mengurangi konsentrasi NaCl interstitial
meduler bagian dalam. Proses ini menghasilkan konsentrasi urea di interstitium
yang lebih tinggi daripada konsentrasi urea di ATL, dan konsentrasi NaCl di ATL
lebih tinggi dari konsentrasi NaCl di interstitium. NaCl kemudian akan cenderung
berdifusi keluar dari ATL ke dalam interstitium, dan urea akan cenderung berdifusi

9|Page
dari interstitium ke dalam ATL. Jika permeabilitas ATL terhadap NaCl cukup
tinggi dan terhadap urea cukup rendah, cairan interstisial akan terkonsentrasi saat
cairan ATL diencerkan. Peningkatan osmolalitas interstisial akan, pada gilirannya,
menyebabkan air keluar dari CD, sehingga memekatkan urin. Kami menganggap
ini sebagai mekanisme "pemisahan zat terlarut, pencampuran zat terlarut":
"pemisahan zat terlarut" mengacu pada reabsorpsi NaCl aktif tanpa urea dalam TAL
di medula luar, dan "pencampuran zat terlarut" mengacu pada pencampuran urea
yang berdifusi dari CD dengan NaCl yang berdifusi dari ATL di IM (24) (Gambar
1).
Ini tampaknya menjadi model yang elegan dan dijelaskan di sebagian besar
teks ginjal, tetapi fungsinya, seperti disebutkan di atas, sangat bergantung pada
permeabilitas transepitel ATL terhadap NaCl dan urea. Sayangnya, menggunakan
pengukuran permeabilitas urea yang tersedia, tidak ada yang mampu
mengembangkan model matematika yang menghasilkan gradien osmotik aksial
yang signifikan dalam IM dengan versi awal mekanisme "pasif" ini.
Kegagalan model pasif awal ini telah menyebabkan pengembangan banyak
mekanisme hipotetis lainnya dan model matematika terkait untuk konsentrasi urin
di IM. Wexler dan rekan mengeksplorasi, tanpa signifikan sukses, model
matematika hipotetis mewakili peningkatan kompleksitas struktural, termasuk
pertimbangan tiga dimensi. Jen dan Stephenson mendemonstrasikan secara
matematis bahwa secara teori dimungkinkan untuk akumulasi osmolit yang baru
diproduksi atau "eksternal" di interstitium medula dalam atau pembuluh darah
untuk berfungsi sebagai zat pemekat, dan Thomas dan rekan-rekannyamenyarankan
laktat yang mungkin melayani fungsi seperti itu. Namun, mekanisme seperti itu
mungkin tidak cukup untuk menjelaskan sepenuhnya besarnya gradien yang
ditemukan secara eksperimental. Selain itu, tidak ada data eksperimen yang
mendukung produksi atau penambahan osmolit semacam itu dalam IM. Schmidt-
Nielsen menyarankan bahwa kontraksi dinding panggul dapat berfungsi sebagai
sumber energi untuk proses pemusatan medula bagian dalam, dan Knepper dan
rekan-rekannya mendalilkan bahwa hyaluronan dapat bertindak sebagai transduser
untuk mengubah energi mekanik dari kontraksi menjadi efek konsentrasi. Namun,
konversi ini belum terbukti layak secara termodinamika, dan tidak ada pengukuran

10 | P a g e
eksperimental dari proses semacam itu di IM.
Dengan begitu, apapun mekanisme spesifik dimana urin terkonsentrasi di
IM, itu harus memperhitungkan interaksi tiga dimensi antara elemen tubular dan
vaskular dalam IM. Meskipun, seperti disebutkan di atas, model sebelumnya gagal
menunjukkan pentingnya struktur tiga dimensi, model ini didasarkan pada
pengetahuan yang sangat terbatas tentang struktur itu. Oleh karena itu, selama
dekade terakhir, kami telah bekerja untuk mengembangkan pemahaman terperinci
tentang hubungan tiga dimensi tubulus dan pembuluh darah di IM ginjal tikus
dengan analisis rekonstruksi digital dari struktur ini yang dihasilkan dari 1-mm
bagian serial. Untuk tujuan ini, kami memberi label berbagai tubulus dan pembuluh
darah dengan antibodi terhadap protein spesifik struktur dan segmen, biasanya
pengangkut atau saluran. Kami juga mengukur permeabilitas air dan urea
transepitel dari segmen spesifik dari tungkai tipis yang terisolasi dan perfusi dari
lengkung Henle. Kami menggunakan ginjal tikus dalam pekerjaan kami karena
banyaknya data fisiologis, termasuk data tentang mekanisme konsentrasi, yang
tersedia untuk spesies ini. Namun, penelitian dan penelitian pendahuluan kami oleh
orang lain menunjukkan bahwa hubungan tiga dimensi di medula ginjal tikus serupa
dengan yang ada pada tikus. Studi pendahuluan kami juga menunjukkan bahwa
arsitektur medula dalam hewan pengerat dan manusia memiliki kesamaan
mendasar. Akhirnya, kami telah mengembangkan beberapa model matematika
untuk menentukan bagaimana fitur fisiologis dan struktural ini mungkin
berhubungan dengan mekanisme konsentrasi. Dalam makalah ini, kami meninjau
secara singkat beberapa temuan utama dan menempatkannya dalam konteks yang
berkaitan dengan mekanisme konsentrasi.

2.1 Rekontruksi Tiga Dimensi Tungkai Tipis Loop Henle Di Medulla Pada Tikus

Rekonstruksi dari tungkai tipis lengkung Henle yang meluas ke Inner


Medullary (IM) mengungkapkan fitur struktural dan fungsional yang tidak terduga.
Descending Thin Limbs (DTL) dari loop tersebut yang memiliki tikungan dalam
milimeter pertama IM yakni sekitar 40% dari loop IM yang gagal untuk
mengekspresikan saluran air konstitutif berupa aquaporin-1 (AQP1), DTL dari loop
yang lebih panjang yakni sisa 60% dari loop, mengekspresikan AQP1 hanya untuk
40% pertama dari panjangnya (Gambar 2 dan 3). Studi dengan terisolasi, tubulus

11 | P a g e
perfusi menunjukkan seperti apa yang diharapkan yaitu segmen mengekspresikan
AQP1 memiliki permeabilitas air osmotik yang sangat tinggi, sedangkan segmen
yang gagal untuk mengekspresikan AQP1 memiliki sedikit atau tidak ada
permeabilitas air osmotik. Oleh karena itu, sebagian besar dari setiap DTL di IM
relatif kedap air. Saluran klorida ClC-K1 (homolog tikus dari ClC-Ka manusia)
mulai diekspresikan secara tiba-tiba pada bagian negatif AQP1 dari setiap DTL
sekitar 150–200mm di atas bend (belokan) yang mendefinisikan segmen sebelum
belokan, dan terus diekspresikan di seluruh Ascending Thin Limbs (ATL) (Gambar
2). Ekspresi ClC-K1 di setiap ATL mencerminkan permeabilitas klorida yang sangat
tinggi yang ditemukan pada segmen ini. Sehingga dapat diasumsikan bahwa segmen
prebend memiliki permeabilitas klorida tinggi yang serupa. AQP1 tidak
diekspresikan dalam segmen prebend atau ATL yang mencerminkan kurangnya
permeabilitas air osmotik di ATL pada segmen prebend juga. Dapat disimpulkan
bahwa DTL dan ATL memiliki permeabilitas yang sangat tinggi terhadap urea,
namun tidak ada bukti yang jelas terkait transporter urea ini.

Gambar 2. | Diagram nefron dan arsitektur pembuluh darah di dua


pertiga awal medula bagian dalam tikus. Duktus kolektivus (CDs) menyatu
saat menuruni sumbu kortikopapilari, membentuk regio intracluster. DTL
dan descending vasa recta (DVR) berada di dalam wilayah intercluster. ATL
dan ascending vasa recta (AVR) terletak di dalam daerah intercluster dan
intracluster.

12 | P a g e
2.2 Hubungan Lateral Dan Vertikal Tiga Dimensi Dari Tubulus Dan Pembuluh
Darah Di Dua Pertiga Awal Medulla Dalam Tikus
Tubulus dan pembuluh darah dalam dua pertiga awal IM diatur dalam pola
tiga dimensi Kumpulan Collecting Duct (CD) yang menyatu membentuk motif
pengorganisasian untuk susunan kedua lengkung Henle dan vasa rekta saat turun
melalui IM (Gambar 3, panel kanan). DTL dan Descending Vasa Recta (DVR)
disusun di luar setiap cluster CD di bagian intercluster antara cluster (Gambar 2,
3A, dan 4). Susunan ini berlanjut sampai tubulus dan pembuluh darah yang turun
sepanjang sumbu corticopapillary (Gambar 3, B-D). Sebaliknya, ATL dan AVR
tersusun baik di dalam maupun di luar daerah intraklaster masing-masing kelompok
CD (Gambar 2, 4, dan 5A). Selain itu, wilayah prebend setiap DTL yang sama
dengan ATL dalam hal permeabilitas air dan zat terlarut selalu berada pada bagian
intracluster (Gambar 2). Sekitar 50% dari AVR terletak di luar cluster CD, dan
sekitar 50% terletak di dalam cluster. Sekitar setengah dari AVR di luar cluster
terletak di sebelah DVR dalam pengaturan yang memfasilitasi pertukaran counter
current, sehingga membantu mempertahankan gradien osmotik yang ditetapkan.
Separuh AVR lainnya di luar diatur untuk memindahkan air dan zat terlarut menuju
Outer Medulla atau medula luar (OM).
50% dari AVR yang terletak di wilayah intracluster diatur sedemikian rupa
sehingga menunjukkan bahwa mereka memiliki fungsi cukup berbeda dengan 50%
yang berada di wilayah intercluster. Hampir semua AVR intracluster berbatasan
erat dengan CD dan terletak sejajar dengannya untuk jarak yang cukup jauh di
sepanjang sumbu corticopapillary. Sekitar empat AVR rata-rata diatur secara
simetris di sekitar setiap CD (Gambar 4 dan 6) sehingga sekitar 55% dari
permukaan setiap CD berdekatan dengan AVR. AVR ini, berbeda dengan yang ada
di wilayah intercluster, memiliki banyak cabang kapiler kecil yang menghubungkan
mereka satu sama lain dan kadang-kadang ke AVR di wilayah intercluster yang
terletak paling dekat dengan wilayah intracluster (Gambar 2). Susunan ini
memfasilitasi perpindahan absorbat dari CD ke arah kortikal.
Di IM secara keseluruhan, ada sekitar empat kali lebih banyak AVR
daripada DVR. Kelebihan AVR memfasilitasi aliran keluar vasa rekta dari IM yang
melebihi aliran masuk. Aliran keluar yang berlebihan ini mengembalikan air yang

13 | P a g e
diserap dari Inner Medullary Collecting Duct (IMCDs) selama proses pemekatan
ke korteks.
Pada bagian intracluster, susunan AVR, ATL, dan CD, jika dilihat dalam
penampang, membentuk mikrodomain ruang interstisial, atau “intersitial nodal
spaces” (Gambar 4 dan 6). Seperti yang ditunjukkan, masing-masing ruang ini
dibatasi di satu sisi oleh CD (di mana aliran aksial menuju ujung papila), di sisi
berlawanan oleh satu atau lebih ATL (di mana aliran aksial menuju medula luar
[OM]) , dan di dua sisi lainnya oleh AVR (di mana alirannya menuju OM). Ruang-
ruang ini juga tampak dibatasi di atas dan di bawah oleh sel-sel interstisial yang
menjadikannya unit-unit diskrit yang memiliki ketebalan sekitar 1–10mm. Oleh
karena itu, ruang nodal interstisial ini mungkin tersusun dalam tumpukan di
sepanjang sumbu kortikopapilari (Gambar 6). Ruang terbatas ini tampak
terkonfigurasi dengan baik untuk pencampuran lokal urea dari CD dengan NaCl
dari ATL, dan untuk pergerakan zat terlarut campuran dan terkonsentrasi ini ke
daerah yang lebih tinggi melalui AVR (Gambar 4).

2.3 Hubungan Tiga Dimensi Tubulus Dan Pembuluh Di Terminal Ketiga


Medulla Dalam Tikus
Organisasi tiga dimensi tubulus dan pembuluh darah ini berbeda secara
substansial yang dimana sepertiga terminal IM, organisasi di sekitar kelompok CD
secara nyata berkurang saat CD terus menyatu. Oleh karena itu, semua pembuluh
darah menunjukkan karakteristik struktural yang sama. Maka dari itu, keculai untuk
pembuluh darah yang berbatasan langsung dengan CD, yang dapat dengan jelas
diidentifikasi sebagai AVR, pembuluh darah dengan aliran naik tidak dapat
dibedakan dari pembuluh darah dengan aliran naik tidak dapat dibedakan dari
pembuluh darah dengan aliran menurun tanpa pengukuran langsung. Selain itu,
tidak ada pengaturan yang jelas dari pembuluh paralel yang menyarankan
pertukaran counter current. saat CD menyatu dan diameternya bertambah, jumlah
AVR yang berbatasan dengannya meningkat sehingga sekitar 55% dari luas
permukaan setiap CD terus berhadap-hadapan dengan AVR.
Di bagian paling ujung papila, kelompok CD telah menghilang karena
hanya beberapa CD besar yang tersisa mendominasi wilayah tersebut dan

14 | P a g e
bergabung membentuk duktus terminal Bellini. Fitur yang paling mencolok di
wilayah ini, bagaimanapun, adalah pengaturan tikungan loop Henle. Sepanjang
sebagian besar panjang IM, segmen loop turun membentuk konfigurasi berbentuk
U, atau tikungan jepit rambut, segera sebelum naik menuju OM, tetapi di ujung
papila hanya sekitar setengah loop yang memiliki tikungan jepit rambut ini. Loop
yang tersisa memanjang secara transversal, tegak lurus terhadap sumbu
corticopapillary, sebelum naik menuju OM. Dalam beberapa loop, ekstensi
transversal ini secara harfiah membungkus CD besar tepat sebelum mereka
bergabung dengan permukaan papiler untuk membentuk duktus terminal Bellini.
Tikungan lebar ini memiliki 5 hingga 10 kali lipat lebih besar panjang transversal
dari tikungan jepit rambut dan secara nyata meningkatkan luas permukaan total
loop-tikungan relatif terhadap luas permukaan CD.

Gambar 3. | Rekonstruksi tiga dimensi menunjukkan hubungan spasial


DVR (tubulus hijau) dan DTL (tubulus merah) ke CD (tubulus biru) untuk
kluster CD tunggal. Segmen DTL yang tidak mengekspresikan AQP1
ditampilkan dalam warna abu-abu. DTL dan DVR terletak di pinggiran inti
pusat CD, di dalam wilayah intercluster, dan A-D menunjukkan bahwa
hubungan ini berlanjut sepanjang seluruh panjang aksial dari cluster CD.
Posisi aksial A–D ditunjukkan oleh tanda kurung kurawal di panel kanan.
Tubulus berorientasi ke arah kortikopapillary, dengan tepi atas gambar dekat
perbatasan medula luar-medula dalam. Daerah interstisial di dalam garis
batas merah adalah daerah “intracluster”, dan daerah interstisial antara garis
batas merah dan putih adalah daerah “intercluster”. Bilah skala, 500mm.

2.4 Model Matematika Kaitan Temuan Struktural Dan Permeabilitas Terhadap


Proses Permeabilitas Terhadap Proses Pemekatan Urine Di Medulla Dalam
Selama 10 tahun terakhir telah dikembangkan serangkaian model
matematika dari mekanisme pemekatan urin di IM, yang telah memasukkan

15 | P a g e
informasi baru tentang hubungan tiga dimensi pembuluh darah dan tubulus, situs
pengangkut dan saluran serta permeabilitas tubulus saat informasi ini tersedia.

Gambar 4. | Diagram organisasi tubular di medula ginjal tikus. Atas:


potongan melintang melalui dua pertiga bagian luar medula dalam, tempat
tubulus dan pembuluh darah diatur di sekitar kelompok saluran pengumpul.
Bawah: konfigurasi skema CD, AVR, ATL, dan ruang nodal interstisial (INS).
Ini menggambarkan pengiriman NaCl yang ditargetkan dari ATL ke ruang
nodal interstisial, di mana ia dapat bercampur dengan urea dan air dari CD.

Model ini memiliki beberapa fitur berikut seperti tikungan loop


didistribusikan secara padat di sepanjang sumbu corticopapillary ke perkiraan loop
berputar kembali di semua tingkat di sepanjang sumbu ini, daerah yang saling
berhubungan mewakili hubungan lateral dan vertikal tubulus dan pembuluh darah
yang dijelaskan di atas, permeabilitas air osmotik yang tinggi di sepanjang 40% atas
setiap DTL, kurangnya permeabilitas air osmotik di sepanjang 60% bawah setiap
DTL dan sepanjang seluruh panjang setiap ATL, permeabilitas NaCl yang tinggi di
sepanjang setiap prebend dan panjang lengkap masing-masing ATL, dan
permeabilitas urea yang tinggi di sepanjang panjang masing-masing DTL dan ATL
terwakili (Gambar 7), loop lekukan lebar di ujung papila juga terwakili.
Dalam pengoperasian model, urea dan air berdifusi keluar dari CD, seperti
pada model asli Kokko dan Rektor dan Stephenson (Gambar 7). Juga, seperti dalam
model itu, ini mengurangi konsentrasi NaCl di interstitium, membentuk gradien
untuk difusi NaCl keluar dari lengkung Henle (Gambar 7). Namun, berbeda dengan
model aslinya, difusi NaCl ini terjadi terutama di luar daerah prebend dan pada
jarak yang sama di atas ATL (Gambar 7). Pengiriman NaCl ke interstitium di ujung

16 | P a g e
papila terjadi dari loop wide-bend melalui jarak aksial yang sangat pendek. Difusi
urea dan air dari CD dan NaCl dari prebends dan ATLs terjadi di wilayah
intracluster, dengan pencampuran zat terlarut terjadi di ruang nodal interstisial
(Gambar 4). Absorbat campuran dan pekat ini kemudian dipindahkan ke ruang yang
kurang terkonsentrasi di tingkat yang lebih tinggi melalui AVR yang membatasi
ruang-ruang ini (gambar 4).

Gambar 5. | Rekonstruksi tiga dimensi menunjukkan hubungan spasial


AVR (tubulus merah) dan ATL (tubulus hijau) ke CD (tubulus biru) untuk
cluster CD yang sama yang ditunjukkan pada Gambar 3.ATL dan AVR
berada di dalam wilayah intercluster dan intracluster, dan A-D menunjukkan
bahwa hubungan ini berlanjut sepanjang seluruh panjang aksial dari cluster
CD. Posisi aksial A–D ditunjukkan oleh tanda kurung kurawal di panel kanan.
Tubulus berorientasi ke arah corticopapillary, dengan tepi atas gambar dekat
dasar medula bagian dalam. Daerah interstisial dalam garis batas merah
adalah daerah “intracluster” dan daerah interstisial antara garis batas merah
dan putih adalah daerah “intercluster”. Bilah skala, 500mm.

17 | P a g e
Gambar 6. | Model tiga dimensi yang mengilustrasikan tumpukan
ruang nodal interstisial (putih) yang mengelilingi satu CD. Ruang nodal
interstisial dipisahkan oleh sel interstisial (tidak ditampilkan) dengan
ketebalan aksial 1–10mm. Hijau, ATL; merah, AVR; biru, CD.
Berbeda dengan model aslinya, tidak ada pergerakan NaCl atau air ke
bagian bawah 60% dari setiap DTL (Gambar 7). Namun, permeabilitas urea yang
tinggi dari kedua tungkai tipis menghasilkan difusi urea yang signifikan ke dalam
DTL dan bagian bawah ATL dan keluar dari bagian atas ATL sehingga loop
bertindak sebagai penukar counter current (Gambar 7).

Gambar 7. Modifikasi Gambar 1 untuk mengilustrasikan


permeabilitas unik dan fluks zat terlarut dari model pasif pemisahan zat
terlarut, pencampuran zat terlarut saat ini untuk pemekatan urin.Batas
tubulus yang tebal menunjukkan AQP1-null, segmen DTL yang kedap air
serta ATL dan TAL yang kedap air. Semua panah dan simbol seperti yang
didefinisikan pada Gambar 1. Segmen AQP1-null dari DTL pada dasarnya
kedap terhadap zat terlarut anorganik dan air. Dalam model ini, baik ATL
maupun DTL (termasuk segmen AQP1-null) sangat permeabel terhadap urea.
Berbeda dengan model pasif asli, reabsorpsi NaCl pasif tanpa air dimulai
dengan segmen prebend dan paling signifikan di sekitar loop bend. Juga,
berbeda dengan model sebelumnya, urea bergerak secara pasif ke seluruh
DTL dan ATL awal, tetapi karena cairan kaya urea ini semakin naik di ATL,
ia mencapai daerah dengan konsentrasi urea interstisial yang lebih rendah
dan berdifusi keluar dari ATL lagi. Dengan demikian, loop bertindak sebagai
penukar counter current untuk urea.

Model ini memprediksi osmolalitas urin (;1200 mOsmol/ kg H2Pada


suatu+konsentrasi, konsentrasi urea, dan laju aliran sesuai dengan yang diukur pada
tikus antidiuretik sedang (Tabel 1). Model juga memprediksi osmolalitas di ujung

18 | P a g e
loop terpanjang di IM mirip dengan yang di urin dan pada dasarnya sama dengan
yang diukur secara eksperimental (Tabel 1). Dalam hal ini, prediksi model secara
substansial lebih baik daripada model pasif asli. Namun, model ini, selama
menggabungkan permeabilitas urea tinggi yang diukur pada tungkai tipis, tidak
memprediksi hasil yang diketahui.

Tabel 1. perbandingan nilai model dan pengukuran tikus

19 | P a g e
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Proses pemekatan urin di ginjal mamalia bergantung pada pembentukan
gradien osmotik interstisial dari batas kortikomedullaris ke ujung papila, sehingga
memberikan kekuatan pendorong untuk penyerapan air dari CD selama
antidiuresis. Dalam OM, gradien osmotik ini dihasilkan oleh multiplikasi counter
current dalam lengkung Henle yang didorong oleh reabsorpsi NaCl transepitel aktif
di TAL. Namun, di IM, wilayah di mana gradien osmotik paling curam dihasilkan,
hanya ada ATL, dan tidak ada reabsorpsi transepitel aktif NaCl atau zat terlarut
lainnya oleh IM. Studi awal tentang fungsi ekstremitas tipis meduler bagian dalam
pada tikus menunjukkan bahwa DTL permeabel terhadap air, ATL impermeabel
terhadap air, tetapi sangat permeabel terhadap NaCl, DTL memiliki permeabilitas
rendah dan ATL memiliki permeabilitas urea sedang.

20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA
Hai MA, Thomas S: Waktu-kursus perubahan komposisi jaringan ginjal selama
infus lisin vasopresin pada tikus. Pflugers Arch310: 297–317, 1969
Knepper MA: Pengukuran osmolalitas pada irisan ginjal menggunakan osmometri
tekanan uap.Inti Ginjal21: 653–655, 1982
Wirz H, Hargitay B, Kuhn W. Lokalisasi des Konzentrierungsprozesses in der niere
durch direkte Kryoskopie. Helv Physiol Acta9: 196–207, 1951
Atherton JC, Green R, Thomas S: Pengaruh dosis lisin-vasopresin pada perjalanan
waktu perubahan jaringan ginjal dan komposisi urin pada tikus yang sadar.J
Fisika213: 291–309, 1971
Beck F, Dörge A, Rick R, Thurau K: Osmoregulasi sel papiler ginjal.Pflugers
Arch405[Suppl 1]: S28–S32, 1985
Gottschalk CW, Mylle M. Studi mikropunktur dari mekanisme pemekatan urin
mamalia: Bukti untuk hipotesis arus balik.Am J Physiol196: 927–936, 1959
Hargitay B,, Kuhn W. Das Multiplikasprinzip als Grundlage der
Harnkonzentrierung in der Niere.Z Elektrokimia dan Kimia Fisik55: 539-
558, 1951
Kuhn W, Ramel A: Pengaktif Salztransport als möglicher (undwahrscheinlicher)
Einzeleffekt bei der Harnkonzentrierung in der Niere.Helv Chim Acta42:
628–660, 1959
Guyton, A. C., Hall, J. E. (2019). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 12. Jakarta
: EGC, 1022.
Tortora, GJ, Derrickson, B. (2016). Dasar Anatomi dan Fisiologi Edisi 13. Jakarta
Utara: EGC

21 | P a g e
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai