III KEPERAWATAN
NIM : PO713201201053
BAB I
PENDAHULUAN
PENGERTIAN
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan lingkungan.
Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang sangat besar untuk
menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan proses-proses faal
(fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang relatif konstan tapi
dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan ini dinamakan
“homeostasis”.
PENYEBAB
Penyebab gangguan elektrolit berbeda-beda, tergantung dari jenis elektrolit di dalam tubuh
yang mengalami ketidakseimbangan. Misalnya, penyebab kekurangan fosfat akan berbeda
dengan penyebab kekurangan magnesium.
Kendati demikian, gangguan elektrolit umumnya terjadi akibat hilangnya cairan tubuh secara
berlebihan, seperti akibat memiliki luka bakar luas, berkeringat berlebih, diare, maupun muntah
secara terus menerus. Efek samping beberapa obat juga dapat menyebabkan terjadinya
gangguan elektrolit.
Berikut ini adalah berbagai jenis elektrolit serta faktor-faktor yang dapat menyebabkan
kadarnya di dalam tubuh terganggu:
1. Fosfat
Fosfat berfungsi untuk menguatkan tulang dan gigi, menghasilkan energi, serta membentuk
lapisan sel. Jika kadar fosfat di dalam tubuh berlebihan (hiperfosfatemia), maka bisa
menimbulkan masalah pada otot dan tulang, serta meningkatkan risiko terkena serangan
jantung dan stroke.
Hiperfosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor, yaitu:
1. Mengonsumsi obat pencahar (laksatif) yang mengandung fosfat secara berlebihan
2. Mengalami komplikasi akibat pengobatan kanker (sindrom tumor lisis)
3. Memiliki kelenjar paratiroid yang kurang aktif
4. Memiliki kadar kalsium yang rendah
5. Menderita gagal ginjal kronis
6. Mengalami sesak napas
7. Mengalami cedera otot
Sedangkan, kekurangan fosfat atau hipofosfatemia dapat terjadi karena beberapa faktor berikut
ini:
1. Menderita malnutrisi berat akibat anoreksia atau kelaparan
2. Mengonsumsi alkohol berlebihan
3. Mengalami luka bakar yang parah
4. Mengalami komplikasi diabetes (ketoasidosis diabetik)
5. Menderita sindrom Fanconi, yaitu gangguan pada ginjal yang menyebabkan penyerapan
dan pelepasan zat-zat tertentu di dalam tubuh menjadi tidak normal
6. Menderita kekurangan vitamin D
7. Memiliki kelenjar paratiroid yang terlalu aktif
8. Menderita diare kronis
9. Hipofosfatemia juga dapat terjadi karena konsumsi obat tertentu, seperti zat besi, niacin
(vitamin B3), obat maag jenis antasida, diuretik, kortikosteroid, bisfosfonat, acyclovir,
paracetamol, atau obat asma.
2. Klorida
Klorida adalah jenis elektrolit yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan pH dalam darah dan
meneruskan impuls saraf. Kadar klorida diatur oleh ginjal, sehingga jika terdapat
ketidakseimbangan klorida, hal tersebut mungkin terjadi karena adanya kerusakan pada ginjal.
Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan kelebihan klorida (hiperkloremia)
di dalam tubuh:
1. Mengalami gangguan pH darah (asidosis metabolik atau alkalosis respiratorik)
2. Mengonsumsi acetazolamide dalam jangka panjang
Sedangkan, kekurangan klorida (hipokloremia) dapat terjadi karena beberapa faktor, seperti:
1. Menderita diare atau muntah berkepanjangan
2. Menderita penyakit paru-paru kronis, seperti emfisema
3. Menderita gagal jantung
4. Mengalami gangguan pH darah (alkalosis metabolik)
5. Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau kortikosteroid
3. Sodium/Natrium
Natrium berfungsi untuk menjaga keseimbangan cairan tubuh serta mengatur fungsi saraf dan
kontraksi otot. Berikut ini adalah beberapa faktor yang dapat menyebabkan seseorang
mengalami kelebihan natrium (hipernatremia):
1. Menderita dehidrasi berat
2. Mengalami hilangnya cairan tubuh karena demam
3. Menderita diare
4. Mengalami muntah-muntah
5. Menderita penyakit pernapasan kronis, seperti bronkitis
6. Mengonsumsi obat kortikosteroid
7. Terlalu banyak berkeringat karena olahraga berlebih
Sementara itu, seseorang dapat mengalami kekurangan sodium/natrium (hiponatremia) akibat
beberapa faktor berikut ini:
1. Menderita malnutrisi
2. Mengalami gangguan kelenjar tiroid, adrenal, atau hipotalamus
3. Menderita gagal ginjal
4. Menderita gagal jantung
5. Mengalami kecanduan alkohol
6. Mengonsumsi obat diuretik atau antikonvulsan
4. Kalsium
Kalsium adalah mineral yang penting untuk fungsi organ, saraf, otot, dan sel tubuh. Kalsium juga
berguna untuk pembekuan darah dan kesehatan tulang. Namun demikian, kelebihan kadar
kalsium dalam darah (hiperkalsemia) bisa menimbulkan berbagai gejala, di antaranya sakit
kepala, tubuh lemas, mual, muntah, dan nyeri tulang.
Seseorang berisiko mengalami hiperkalsemia jika memiliki kondisi di bawah ini:
1. Menderita penyakit ginjal
2. Menderita gangguan tiroid, misalnya hiperparatiroidisme
3. Mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti lithium, teofilin, atau diuretik
4. Menderita penyakit paru-paru, seperti tuberkulosis (TBC) atau sarkoidosis
5. Menderita jenis kanker tertentu, seperti kanker paru-paru dan kanker payudara
6. Mengonsumsi antasida atau suplemen vitamin D secara berlebihan
Kekurangan kadar kalsium dalam darah (hipokalsemia) juga tidak baik bagi kesehatan, karena
dapat meningkatkan risiko terserang osteoporosis. Kondisi ini dapat terjadi karena beberapa
faktor, yaitu:
1. Menderita pankreatitis
2. Menderita gagal ginjal
3. Menderita kanker prostat
4. Mangalami kekurangan vitamin D
5. Mengonsumsi obat heparin atau antikonvulsan
5. Kalium/Potasium
Kalium berperan penting dalam mengatur fungsi jantung, serta menjaga fungsi saraf dan otot.
Kadar kalium di dalam tubuh dapat melebihi normalnya (hiperkalemia) jika seseorang memiliki
faktor seperti di bawah ini:
1. Menderita gagal ginjal
2. Menderita dehidrasi berat
3. Mengonsumsi obat diuretik atau obat penurun tekanan darah
4. Menderita komplikasi diabetes, seperti ketoasidosis diabetik
Sedangkan, beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami kekurangan
kadar kalium (hipokalemia) adalah:
1. Menderita gangguan makan
2. Mengalami dehidrasi
3. Menderita muntah dan diare
4. Mengonsumsi obat pencahar, diuretik, atau insulin
PROSES / PATOFISIOLOGI
Kebutuhan cairan dan elektrolit adalah suatu proses dinamik karena metabolisme tubuh
membutuhkan perubahan yang tetap dalam berespons terhadap stressor fisiologis dan
lingkungan. Keseimbangan cairan adalah esensial bagi kesehatan. Dengan kemampuannya yang
sangat besar untuk menyesuaikan diri, tubuh mempertahankan keseimbangan, biasanya dengan
proses-proses faal (fisiologis) yang terintegrasi yang mengakibatkan adanya lingkungan sel yang
relatif konstan tapi dinamis. Kemampuan tubuh untuk mempertahankan keseimbangan cairan
ini dinamakan “homeostasis”.
Sistem tubuh yang berperan dalam kebutuhan cairan dan elektrolit.
1. Ginjal.
Merupakan organ yang memiliki peran cukup besar dalam mengatur kebutuhan cairan dan
elektrolit. Terlihat pada fungsi ginjal, yaitu sebagai pengatur air, pengatur konsentrasi garam
dalam darah, pengatur keseimbangan asam-basa darah dan ekskresi bahan buangan atau
kelebihan garam.
Proses pengaturan kebutuhan keseimbangan air ini diawali oleh kemampuan bagian ginjal,
seperti glomerulus dalam menyaring cairan. Rata-rata setiap satu liter darah mengandung 500
cc plasma yang mengalir melalui glomerulus, 10% nya disaring keluar. Cairan yang tersaring
(filtrate glomerulus), kemudian mengalir melalui tubuli renalis yang sel-selnya menyerap semua
bahan yang dibutuhkan. Jumlah urine yang diproduksi ginjal dapat dipengaruhi oleh ADH dan
aldosteron dengan rata-rata 1 ml/kg/bb/jam.
2.Kulit.
Merupakan bagian penting pengaturan cairan yang terkait dengan proses pengaturan
panas. Proses ini diatur oleh pusat pengatur panas yang disarafi oleh vasomotorik dengan
kemampuan mengendalikan arteriol kutan dengan cara vasodilatasi dan vasokontriksi. Proses
pelepasan panas dapat dilakukan dengan cara penguapan. Jumlah keringat yang dikeluarkan
tergantung banyaknya darah yang mengalir melalui pembuluh darah dalam kulit. Proses
pelepasan panas lainnya dapat dilakukan melalui cara pemancaran panas ke udara sekitar,
konduksi (pengalihan panas ke benda yang disentuh), dan konveksi (pengaliran udara panas ke
permukaan yang lebih dingin).
Keringat merupakan sekresi aktif dari kelenjar keringat di bawah pengendalian saraf simpatis.
Melalui kelenjar keringat suhu dapat diturunkan dengan jumlah air yang dapat dilepaskan,
kurang lebih setengah liter sehari. Perangsangan kelenjar keringat yang dihasilkan dapat
diperoleh melalui aktivitas otot, suhu lingkungan dan kondisi suhu tubuh yang panas.
3. Paru.
Organ paru berperan mengeluarkan cairan dengan menghasilkan insensible water loss
kurang lebih 400 ml/hari. Proses pengeluaran cairan terkait dengan respons akibat perubahan
upaya kemampuan bernapas.
4. Gastrointestinal.
Merupakan organ saluran pencernaan yang berperan dalam mengeluarkan cairan melalui
proses penyerapan dan pengeluaran air. Dalam kondisi normal, cairan hilang dalam system ini
sekitar 100-200 ml/hari. Pengaturan keseimbangan cairan dapat melalui system endokrin,
seperti: system hormonal contohnya:
a) ADH.
Memiliki peran meningkatkan reabsorpsi air sehingga dapat mengendalikan
keseimbangan air dalam tubuh. Hormone ini dibentuk oleh hipotalamus di hipofisis
posterior, yang mensekresi ADH dengan meningkatkan osmolaritas dan menurunkan
cairanekstrasel.
b) Aldosteron.
Berfungsi sebagai absorpsi natrium yang disekresi oleh kelenjar adrenal di tubulus ginjal.
Proses pengeluaran aldosteron ini diatur oleh adanya perubahan konsentrasi kalium,
natrium dan system angiotensin rennin.
c) Prostaglandin.
Merupakan asam lemak yang terdapat pada jaringan yang berfunsi merespons radang,
mengendalikan tekanan darah dan konsentrasi uterus, serta mengatur pergerakan
gastrointestul. Pada ginjal, asam lemak ini berperan dalam mengatur sirkulasi ginjal.
d) Glukokortikoid.
Berfungsi mengatur peningkatan reabsorpsi natrium dan air yang menyebabkan volume
darah meningkat sehingga terjadi retensi natrium.
e) Mekanisme rasa haus.
Diatur dalam rangka memenuhi kebutuhan cairan dengan cara merangsang pelepasan
rennin yang dapat menimbulkan produksi angiostensin II sehingga merangsang
hipotalamus untuk rasa haus.
Cara perpindahan cairan tubuh.
Perpindahan cairan dan elektrolit tubuh terjadi dalam tiga fase yaitu :
1. Fase I :
Plasma darah pindah dari seluruh tubuh ke dalam sistem sirkulasi, dan nutrisi dan oksigen
diambil dari paru-paru dan tractus gastrointestinal.
2. Fase II :
Cairan interstitial dengan komponennya pindah dari darah kapiler dan sel
3. Fase III :
Cairan dan substansi yang ada di dalamnya berpindah dari cairan interstitial masuk ke
dalam sel.Pembuluh darah kapiler dan membran sel yang merupakan membrane semipermiabel
mampu memfilter tidak semua substansi dan komponen dalam cairan tubuh ikut berpindah.
Metode perpindahan dari cairan dan elektrolit tubuh dengan cara :
Setiap kompartmen dipisahkan oleh barier atau membran yang membatasi mereka. Setiap zat
yang akan pindah harus dapat menembus barier atau membran tersebut. Bila substansi zat
tersebut dapat melalui membran, maka membran tersebut permeabel terhadap zat tersebut.
Jika tidak dapat menembusnya, maka membran tersebut tidak permeabel untuk substansi
tersebut. Membran disebut semipermeable (permeabel selektif) bila beberapa partikel dapat
melaluinya tetapi partikel lain tidak dapat menembusnya. Perpindahan substansi melalui
membran ada yang secara aktif atau pasif. Transport aktif membutuhkan energi, sedangkan
transport pasif tidak membutuhkan energi.
BAB II
Ny.Z (18 tahun) merupakan salah satu klien yang berada di Ruang Mawar RS LABUANG BAJI
MAKASSAR Kronologis masuk rumah sakit karena Ibu Klien mengatakan bahwa anaknya sudah demam
selama 8 hari disertai muntah10x sehari sebelum di bawa ke R.s, diagnosa medis Ny.Z yaitu DF (Dangue
Fever). Penampilan umum secara umum tampak di badannya ada bintik bintik merah, terpasang infus
Futrolit 500ml.
Berdasarakan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengangkat kasus kebutuhan dasar manusia
sebagai sebuah laporan dengan judul
“ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.Z DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN CAIRAN & ELEKTROLIT DI
RUANGAN MAWAR RS LABUANG BAJI MAKASSAR“
1. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS KLIEN
Nama : Ny.z
Umur : 18 tahun
Jenis kelamin : perempuan
Pendidikan terakhir : SMA
Agama : Islam
Pekerjaan : Belum bekerja
Alamat : Antang Raya
Tgl. Masuk RS : 29 MEI 2021
Diagnose medik : DF
II. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama : Demam selama 8 hari disertai dengan mual
2. Riwayat keluhan utama : Demam disertai mual
a. Faktor pencetus : -
b. Sifat keluhan : -
c. Lokasi & penyebaranx : Kepala sampai perut
d. Skala keluhan : -
e. Mulai & lamax keluhan: 8 Hari
f. Hal- hal yang meringankan / memperberat : ………………………………………
3. Riwayat kesehatan masa lalu :
a. Pernahkah dirawat di RS : Tidak
b. Pernah mengalami pembedahan : Tidak
c. Riwayat alergi : Tidak
d. Kebiasaan / ketergantungan terhadap zat/ minuman / obat / kopi/ alcohol/ rokok.
Lainnya : -
III. TANDA- TANDA VITAL
1. Suhu : 37,5°C
2. Denyut : 80x/m
3. Tekanan darah : 90/70 mmHg
4. Pernapasan : 20x/m
IV. TB (TINGGI BADAN) : 159 BB (BERAT BADAN) : 58
V. PENGKAJIAN KEBUTUHAN
a. Kepala : - Rambut hitam tampak diwarnai kuning kemerehan pada bagian atas
- Tidak ada kelainan lain
b. Mata : - Konjungtiva Anemis
c. Hidung : - Tidak Ada Kelainan
d. Mulut : - Tidak Ada Kelainan
e. Telinga : - Tidak Ada Kelainan
f. Leher : - Tidak Ada Kelainan
g. Thorax : - Tidak Ada Kelainan
h. Abdomen : - Terdapat nyeri tekan dibagian epigastrium
i. Ekstremitas : - Atas : Terpasang cairan infus pada tangan bagian kiri
- Bawah : Dapat bergerak dengan bebas
2. PERENCANAAN KEP
DIAGNOSA KEP RENCANA
NO/ TGL/JAM (PES/PE) TUJUAN INTERVENSI RASIONAL
1. 29 mei -Kekurangan Tupan : 1. Obsevasi TTV 1. Pemantauan
2021/16.45 Volume Cairan Setelah 2. Anjurkan klien TTV dapat
wita berhubungan dilakukan banyak minum air mengetahui
dengan tindakan putih perkembangan
3. Anjurkan
Peningkatan keperawatan pasien
pasien agar
Premeabilitas selama 2x24 2. Agar intake
menghabiskan
Kapiler, jam masalah makanan yang cairan tubuh
Pendarahan, teratasi telah disediakan klien kembali
Muntah dan Tupen : 4. Berikan terapi normal
Demam. Setelah cairan 3. agar klien
-Selama demam dilakukan 5. Monitoring tidak lemas dan
pasien tdk tindakan Intake/Output kembali segar
pernah keperawatan 6. Berikan Terapi 4. Agar intake
dikompres dan 1x24 jam Antipiretik, cairan tubuh
meminum obat. masalah bias Antibiotik, dan H2 klien kembali
Antagonis
teratasi, dg normal
7. Berikan klien
kriteria : 5. Agar dapat
dan keluarga
- Suhu pengetahuan
mengetahui
tubuh dari mengenai perkembangan
pagi-malam kompres hangat. klien setelah
normal (26ᵒC - diberikan
27ᵒC) cairan infus
- Klien 6. Membantu
tidak demam menurunkan
- Klien suhu tubuh,
tidak Pusing menekan
- Klien proses biokimia
kembali segar dalam proses
(tidak lemas & infeksi, dan
pucat) mengurangi
sekresi asam
lambung.
7. Agar jika
klien kembali
demam tinggi
keluarga
klien/klien
dapat
mengatasinya
secara mandiri.
3. IMPLEMENTASI/CATATAN PERKEMBANGAN