Anda di halaman 1dari 22

Keseimbangan dan Proses perubahan

keseimbangan cairan, elektrolit, asam


basa

Kelompok 1
Anggota Kelompok
Agnes Peni
Agung Peter Mou
Alvin Toepoe
Keseimbangan Cairan, Elektrolit
Keseimbangan cairan tubuh, elektrolit, dan keseimbangan asam basa
memiliki peran penting dalam menjaga fungsi fisiologis tubuh agar tetap
stabil.
1 Distribusi Cairan, Elektrolit
Cairan tubuh didistribusi dalam dua kompartemen yang berbeda yakni :
Cairan Ektrasel (CES) dan Cairan Intrasel (CIS).
• Cairan Ekstrasel terdiri dari cairan interstisial (CIS) dan cairan
intravascular. Cairan interstisial mengisi ruangan yang berbeda diantara
sebagian besar sel tubuh dan menyusun sejumlah besar lingkungan
tubuh sekitar 15 % dari berat tubuh, yang terdiri dari plasma, bagian
cairan limfe yang mengandung air dan tidak berwarna serta darah yang
mengandung suspense leukosit, eritrosit, dan trombosit dimana plasma
menyusun 5% dari berat tubuh manusia.
• Cairan intrasel merupakan cairan dari dalam membrane sel yang
berisi substansi terlarut atau solute yang penting untuk keseimbangan
cairan dan elektrolit serta untuk metabolisme dimana cairan intrasel
membentuk 40% berat tubuh manusia.

2 Komposisi cairan tubuh


Cairan tubuh terdiri dari air, elektrolit, dan zat terlarut lainnya. Komposisi
ini berperan dalam menjaga tekanan osmotik, suhu tubuh, serta
transportasi zat-zat nutrisi dan sisa metabolisme. Prosentase cairan tubuh
antara individu bervariasi sesuai dengan jenis kelamin dan umur individu
tersebut. Pada laki-laki dewasa cairan tubuh meliputi kurang lebih 60%
total dari berat badan sedangkan pada wanita dewasa meliputi 50% dari
total berat badan. Pada bayi dan anak-anak, prosentasenya lebih besar di
bandingkan orang dewasa dan lansia.
3 Penggerak cairan tubuh
Cairan tubuh dan elektrolit berpindah melalui difusi, osmosis, filtrasi dan
transportasi aktif. Perpindahan tersebut bergantung pada permeabilitas
membrane sel atau kemampuan membrane untuk di tembus atau di
lewati cairan dan elektrolit.
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit
Gangguan keseimbangan cairan, elektrolit meliputi :
1 Edema
Edema merupakan perpindahan cairan vaskuler dalam ekstraseluler yakni
interstitial (celah/ruangan antar sel) yang menyebabkan volume penimbunan
cairan eksraseluler tubuh meningkat.

Patofisiologi edema

1 Penurunan tekanan osmotik


Protein sebagai zat yang berfungsi mempertahankan tekanan osmotik bila
kadarnya dalam plasma menurun yang berarti tekanan osmotiknya menurun
maka akan menyebabkan perpindahan cairan dari vaskuler menuju sel dalam
jaringan yang tekanan osmotiknya lebih tinggi sehingga terjadi edema.
Hal tersebut sesuai dengan hukum osmosis yang menyatakan bahwa
cairan yang berada dalam tekanan osmotik yang lebih rendah akan
mengalir ke bagian yang tekanan osmotiknya lebih tinggi.

2 Peningkatan tekanan hidrostatik


Tekanan hidrostatik adalah tekanan dalam cairan yang berasal dari
tekanan dalam vaskuler. Bila tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan
osmotik maka akan menyebabkan cairan pindah masuk ke dalam jaringan
sehingga terjadi edema.
3 Obstruksi portal
Pada penderita penyakit sirosis hepatis akan mengalami peningkatan
tekanan vena akibat aliran darah ke liver terhambat. Akibatnya cairan
dalam vena portae akan keluar dari dan masuk rongga peritonium dan
terjadilah ascites.

4 Edema postural
Seseorang yang melakukan sikap tidak bergerak seperti berdiri yang lama,
duduk yang lama saat naik mobil jarak jauh maka aliran limfe akan
melambat dan menyebabkan terjadinya edema pada kaki dan
pergelangannya. jika orang tersebut bergerak maka aktivitas otot dan
aliran limfe akan lancar sehingga edema akan hilang dengan sendirinya.
5 Peningkatan permeabilitas kapiler
Endotel kapiler adalah membran yang bersifat semipermeabel yang dapat
dilalui air dan elektrolit, namun sangat sulit untuk dilalui protein. Pada
kondisi di mana permeabilitas kapiler meningkat seperti pada pengaruh
adanya toksin saat infeksi atau alergi maka protein akan keluar melalui
kapiler akibatnya tekanan osmotik darah menurun dan cairan akan keluar
kapiler dan masuk dalam jaringan dan terjadilah edema.

6 Obstruksi limfatik
Pada pederita post mastektomi dan filaria akan mengalami bendungan
aliran limfe yang menyebabkan penimbunan cairan sehingga terjadi
edema yang disebut limfedema.
2. Hipo Elektrolit
a. Hiponatremia
Kekurangan natrium diakibatkan oleh kehilangan aktual natrium cairan
tubuh atau karena penambahan yang berlebihan dalam air ekstraselular
yang mengencerkan konsentrasi natrium. Ketidakseimbangan ini dapat
disebabkan oleh masukan natrium yang tidak adekuat, terapi diuretik,
insufisiensi adrenal, dan pemberian larutan hipotonik untuk
menggantikan kehilangan cairan melalui diaforesis, muntah, atau
penghisapan gastrointestinal. Kondisi yang dapat mengakibatkan
penambahan cairan adalah polidipsia psikogenik, pengeluaran air tidak
adekuat akibat dari penyakit ginjal atau lesi otak, dan pemberian larutan
hipotonik setelah prosedur atau trauma bedah.
b. Hipokalemia
Kekurangan kalium dapat disebabkan oleh kekurangan masukan,
penggunaan diuretik pembuang-kalium, prosedur bedah gastrointestinal
mayor dengan pengisapan nasogastrik dan penggantian yang tidak tepat,
sekresi gastrointestinal berlebihan, hiperaldosteronisme, malnutrisi, dan
trauma atau luka bakar. Hipokalemia menyebabkan penurunan
kemampuan tubulus ginjal untuk mengkonsentrasikan sisa, yang
menimbulkan peningkatan kehilangan air. Hipokalemia menyebabkan
peningkatan sensitivitas pada digitalis dan meningkatkan automatisasi
serta dapat mencetuskan fibrilasi ventrikel pada jantung.
c. Hipofosfatemia
Hipofosfatemia terjadi melalui tiga mekanisme yakni penurunan absorpsi
usus, peningkatan ekskresi urine, dan peningkatan ambilan pada tulang.
Hipofosfatemia terjadi pada alkoholisme, malnutrisi, ketoasidosis
diabetik, dan hipertiroidisme. Suatu kekurangan dapat terjadi juga karena
penggunaan antasida, karena aluminium hidroksida, aluminium karbonat,
dan kalsium karbonat berkombinasi dengan fosfat untuk meningkatkan
kehilangan fosfat melalui feses. Gejala yang umum meliputi anoreksia,
pusing, parestesi, kelemahan otot, dan gejala neurologis samar. Pada
alkoholik, sindrom dapat tampak seperti delirium, Ketidakseimbangan
yang ekstrem ditandai oleh abnormalitas hematologis, pemecahan otot,
peka rangsang, stupor, ensefalopati, kejang, dan koma.
d. Hipomagnesemia
Mengkonsumsi alkohol terlalu banyak merupakan penyebab paling
umum dari penurunan magnesium. Penyebab lain adalah malnutrisi,
diabetes melitus, gagal hati, dan absorpsi usus buruk. Manifestasi klinis
mencakup disritmia kardiovaskular, peningaktan kepekaan
neuromuskular, parestęsis, tetani, dan konvulsi. Beberapa dari
manifestasi ini disebabkan oleh hipokalsemia atau hipokalemia refraktori,
dan kondisi seperti ini berespons hanya pada terapi magnesium.
Hipokalemia umumnya dikaitkan dengan hipomagnesemia yang
menunjukkan peningkatan ekskresi ginjal terhadap kalium bila kadar
magnesium rendah.
3.Hiper Elektrolit
a. Hipernatremia
Kelebihan natrium diakibatkan oleh penurunan masukan atau
peningkatan haluaran air. Mencerna natrium berlebihan dapat juga
menyebabkan ketidakseimbangan. Kondisi yang menyebabkan
hipernatremia meliputi kerusakan sensasi haus, disfagia, diaforesis berat,
diare, poliuria karena diabetes insipidus, kehilangan air berlebihan dari
paru-paru, dan pemberian larutan hipertonik berlebihan.

b. Hiperkalemia
Kelebihan kalium biasanya akibat dari disfungsi ginjal sementara atau
permanen. Kelebihan ini sering kali terjadi dalam kaitannya dengan gagal
ginjal. Kelebihan ini juga dapat terjadi sementara (dengan fungsi ginjal
normal) setelah trauma jaringan mayor atau setelah transfusi cepat darah
yang disimpan di bank darah.
c. Hiperfosfatemia
Hiperfosfatemia dapat terjadi pada gagal ginjal atau bila kadar hormon
paratiroid menurun. Hiperfosfatemia juga dapat terlihat pada kelebihan
masukan oral atau penyalahgunaan laksatif pengandung fosfat. Transfusi
dengan darah simpanan dan pemecahan otot skelet dapat menyebabkan
peningkatan kadar serum. Karena kalsium berhubungan terbalik dengan
fosfat, manifestasi klinis hiperfosfatemia menyerupai apa yang terjadi
pada hipokalsemia.

d. Hipermagnesemia
Kondisi ini dapat terjadi pada individu dengan gagal ginjal, khususnya bila
mereka mengkonsumsi antasida pengandung magnesium.
Hipermagnesemia dapat terjadi sebagai akibat dari terapi untuk toksemia
kehamilan atau persalinan prematur.
4 Dehidrasi
Dehidrasi adalah gangguan keseimbangan air di mana output melebihi
intake sehingga jumlah air dalam tubuh berkurang. Saat dehidrasi maka
yang hilang adalah cairan tubuh tetapi pada dasarnya saat dehidrasi
elekrolit yang berada dalam cairan juga berkurang. Setiap gangguan
keseimbangan cairan, seperti dehidrasi, kemungkinan besar juga akan
disertai dengan gangguan keseimbangan elektrolit.

5 Syok Hipovolemik
Syok didefinisikan sebagai kondisi gangguan hemodinamik dan metabolik
karena ketidakadekuatan aliran darah dan pengiriman oksigen pada
kapiler dan jaringan tubuh. Keadaan ini dimanifestasikan oleh hipotensi,
takikardia, oliguria, kulit lembab, gelisah, dan perubahan tingkat
kesadaran. Syok biasanya diakibatkan oleh suatu kondisi seperti
hemoragi, gagal jantung, dan kerusakan neurologis.
Gangguan keseimbangan asam basa
Keseimbangan asam-basa merujuk pada kondisi di mana konsentrasi ion
hidrogen (H+) dan ion hidroksida (OH-) dalam suatu larutan mencapai
tingkat yang setara atau seimbang. Konsep keseimbangan asam-basa dapat
dijelaskan dengan dua teori utama yakni :
1. Teori Brønsted-Lowry
Menurut teori ini, asam adalah zat yang dapat menyumbangkan ion
hidrogen (H+) ke larutan, sedangkan basa adalah zat yang dapat menerima
ion hidrogen tersebut.
2. Teori Lewis
Menurut teori ini, asam adalah zat yang dapat menerima sepasang
elektron, sedangkan basa adalah zat yang dapat menyumbangkan sepasang
elektron.
Tubuh manusia mempertahankan keseimbangan pH darah yang sempit
(antara 7.35 - 7.45) melalui sistem buffer, ekskresi asam, dan penyerapan
basa.

1 Asidosis respiratori
Asidosis respiratori disebabkan oleh kegagalan sistem pernapasan untuk
membuang karbondioksida dari cairan tubuh secepat ia diproduksi dalam
jaringan. Kerusakan pernapasan menimbulkan peningkatan PCO, arteri di
atas 45 mm/Hg, dengan penurunan pada nilai pH sampai 7,35 atau
kurang. Penyebab asidosis respiratori mencakup penyakit obstruktif dan
restriktif paru, gangguan gerakan rangka torakal, penurunan aktivitas
pusat pernapasan (karena trauma otak, hemoragi, narkotik, anestetik, dll.)
dan penyakit neuromuskular.
2 Asidosis metabolik
Asidosis metabolik diakibatkan oleh akumulasi abnosmal fixed acid atau
kehilangan basa, pH darah arteri di bawah 7,35, dan bikarbonat plasma biasanya
menurun di bawah 22 mEq/L. Asidosis metabolik dapat diakibatkan dari
akumulasi sistemik baik asam hidroklorida maupun non-hidroklorida. Gejala
asidosis metabolik berat mencakup pernapasan dalam dan cepat (Kussmaul),
disorientasi, dan koma.

3 Alkalosis respiratori
Alkalosis respiratori disebabkan oleh kehilangan karbon dioksida dari paru-paru
pada kecepatan yang lebih cepat daripada produksinya di dalam jaringan. Hal ini
menimbulkan penurunan PCO₂ arteri di bawah 35 mm/Hg, dengan pH lebih besar
dari 7,45. Alkalosis respiratori mudah terjadi karena pernapasan berlebihan yang
disengaja. Penyebab lain mencakup ketinggian yang sangat tinggi, ansietas,
demam, meningitis, keracunan aspirin, pneumonia, emboli paru, dan faktor lain
yang meningkatkan aktivitas pusat pernapasan.
4 Alkalosis metabolik
Alkalosis metabolik diakibatkan dari kehilangan ion hidrogen atau
penambahan basa pada cairan tubuh. Hal Ini didefinisikan sebagai
gangguan yang mengakibatkan peningkatan primer, bukan sekunder
HCO3 plasma. Bikarbonat plasma meningkat sampai di atas 26 mEq/L,
dan pH darah arteri meningkat di atas 7,45. Peningkatan sekunder pada
HCO, plasma sering terlihat pada asidosis respiratori kronis sebagai
kompensasi untuk mempertahankan pH pada atau kira-kira nilai normal.
Salah satu penyebab alkalosis metabolik adalah mencerna sejumlah
besar basa (mis., BaHCO3, atau soda kue) untuk mengatasi ulkus lambung
dan rasa kembung. Manifestasi klinis dari alkalosis metabolik mencakup
apatis, kelemahan, kekacauan mental, kram, dan pusing.
Kesimpulan
Keseimbangan cairan, elektrolit, dan asam-basa pada tubuh
manusia memberikan pemahaman mendalam tentang aspek
penting dalam menjaga homeostasis dan fungsi normal organ-
organ tubuh. Pentingnya keseimbangan cairan adalah sebagai
elemen kunci dalam memastikan fungsi normal sel-sel dan
organ tubuh serta proses seperti osmoregulasi, regulasi tekanan
darah, dan ekskresi cairan melalui ginjal membantu menjaga
keseimbangan cairan tubuh. Gangguan elektrolit dapat
menyebabkan kondisi serius seperti edema, hipo dan hiper
elektrolit, dehidrasi dan sebaginya. Keseimbangan asam-basa
dalam tubuh sangat penting untuk mempertahankan pH darah
yang normal. Gangguan pada keseimbangan asam-basa dapat
terjadi sebagai akibat dari masalah pernapasan, gangguan
metabolik, atau gangguan pada sistem ginjal.
- Terima Kasih -

Anda mungkin juga menyukai