Anda di halaman 1dari 5

ANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA.

GANGGUAN KESEIMBANGAN CAIRAN, ELEKTROLIT DAN ASAM-BASA.

A. Gangguan Cairan.

       Tipe dasar ketidakseimbangan cairan adalah isotonic dan osmolar.


Kekurangan dan kelebihan isotonic terjadi jika air dan elektrolit diperoleh atau hilang dalam
proporsi yang sama. Sebaliknya, ketidakseimbangan osmolar adalah kehilangan atau kelebihan
air saja sehingga konsentrasi  ( osmolalitas ) serum dipegaruhi.
      Tipe ketidakseimbangan yang lain adalah sindrom ruang ketiga, terjadi jika cairan
terperangkap di dalam suatu ruangan dan cairan diruangan tersebut tidak mudah ditukar dengan
cairan ekstrasel.

1. Ketidakseimbangan Isotonic.

       Kekurangan cairan terjadi saat air dan elektrolit yang berada didalam proporsi isotonic.
Kadar elektrolit didalam serum tetap tidak berubah, kecuali jika ketidakseimbangan lain.
Klien yang beresiko mengalami kekurangan volume cairan adalah klien yang mengalami
kehilangan cairan dan elektrolit  melalui saluran gastri intestinal, misalnya akibat muntah, diare.
Penyebab lain dapat meliputi perdarahan, pemberian obat diuretik, keringat banyak, demam dan
asupan yang kurang.
       Kelebihan volume cairan terjadi saat air dan natrium dipertahankan dalam proporsi isotonic
sehingga menyebabkan hipovolemia tanpa disertai perubahan kadar elektrolit serum.
Klien yang beresiko mengalami kelebihan volume cairan ini meliputi klien yang menderita gagal
jantung kongestif, gagal ginjal dan sirosis.

2. Sindroma Ruang Ketiga .

       Klien yang mengalami sindoma ruang ketiga, akan mengalami kekurangan volume cairan
ekstrasel.
Sindroma ini terjadi ketika cairan ekstrasel berpindah ke dalam suatu ruangan tubuh sehingga
cairan tersebut terperangkap didalamnya.
Akibatnya adalah kekurangan volume cairan didalam ekstrasel .
Pada klien dengan obstruksi usus dan luka bakar dapat menyebabkan perpindahan cairan
sebanyak 5 sampai 10 liter, keluar dari ekstrasel.

3. Ketidakseimbangan Osmolar.

       Ketidakseimbangan Hiperosmolar  ( dehidrasi ) terjadi jika ada kehilangan air tanpa disertai
kehilangan elektrolit yang proporsional, terutama natrium, atau jika terdapat peningkatan
substansi yang diperoleh melalui osmosis aktif.
Hal ini menyebabkan kadar natrium serum dan osmolalitas serta dehidrasi intrasel meningkat.
      Faktor-faktor resiko terjadinya dehidrasi meliputi kondisi yang mengganggu kecukupan
asupan oral.
Pada Klien lansia  memiliki resiko besar untuk mengalami dehidrasi karena terjadi penurunan
yang pasti pada cairan intrasel, penurunan konsentrasi ginjal, penurunan respon haus,
peningkatan proporsi lemak.
Penurunan sekresi Hormon ADH ( pada diabetes insipidus ) dapat menyebabkan kehilangan air
yang besar.
Ketidakseimbangan hiperosmolar dapat disebabkan oleh setiap kondisi yang berhubungan
dengan diurisis osmotic dan pemberian larutan IV yang meningkatkan jumlah solut dan
konsentrasi darah.
Pada kondisi ini, air bergerak keluar dari cairan intrasel untuk mempertahankan volume cairan
ekstrasel, pada akhirnya fungsi selular menjadi rusak dan sirkulasi menjadi kolaps.
       Ketidakseimbangan Hipo osmolar ( kelebihan cairan ) terjadi ketika asupan cairan
berlebihan ( polidipisi psikogenik ) atau sekresi ADH berlebihan.
Efek keseluruhannya adalah dilusi  ( pengenceran ) volume cairan ekstrsel disertai osmosis air
kedalam sel.
Sel-sel otak sangat sensitive dan proses ini dapat menyebabkan edema serebral yang dapat
menyebabkan penurunan tingkat kesadaran, koma dan kematian.

B. KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT.

1. Ketidakseimbangan Natrium.

       Kelebihan dan kekurangan natrium mempunyai banyak karakteristik yang sama dengan
gangguan cairan osmolar.
Hiponatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium di dalam darah rendah dari
normal, yang dapat terjadi saat kehilangan total natrium atau kelebihan air.
Hiponatremia menyebabkan penurunan osmolalitas plasma dan cairan ekstrsel.
Ketika terjadi kehilangan natrium, tubuh mula-mula beradaptasi dengan menurunkan ekskresi air
untuk mempertahankan osmolalitas serum berada didalam kadar yang mendekati normal, jika
kehilangan berlanjut, maka tubuh akan berupaya untuk mempertahankan  volume darah.
Akibatnya, proporsi natrium didalam cairan ekstrasel berkurang. Namun, hiponatremia yang
disebabkan oleh kehilangan natrium, dapat menyebabkan kolaps pada pembuluh darah dan syok.
       Apabila kekurangan cairan yang terjadi hanya kekurangan natrium, maka kehilangan volume
cairan ekstrsel akan bermakna,, suatu kondisi yang berbeda dari hiponatremia, yaitu
berhubungan dengan peningkatan atau normalnya volume cairan ekstrasel.
Hiponatremai berat pada kadar natrium serum 120 mEq/L dapat menyebabkan perubahan
neorulogis dan pada kadar natrium serum 110 mEq/L akan menyebabkan perubahan neorulogis
yang tidak dapat pulih kembali bahgkan dapat menyebabkan kematian.
       Hipernatremia adalah suatu kondisi dengan nilai konsentrasi natrium lebih tinggi dari
konsentrasi normal didalam cairan ekstrasel, yang dapat disebabkan oleh kehilangan air yang
ekstrem atau kelebihan natrium total.
Jika penyebab hipernatremia  adalah peningkatan sekresi aldosteron, maka natrium
dipertahankan dan kalium diekskresi.
      Ketika terjadi hipernatremia, tubuh berupaya mempertahankan air sebanyak mungkin melalui
reabsorbsi air di ginjal.
Tekanan osmotic intertisial meningkat dan cairan berpinddah dari sel ke dalam cairan ekstrasel
sehingga menyebabkan sel-sel menyusut dan mengganggu sebagian besar proses fisiologis
selular.

2. Ketidakseimbangan Kalium.

       Hipokalemia merupakan kondisi ketika jumlah kalium yang bersirkulasi didalam cairan
ekstrasel tidak adekuat.
Apabila parah, hipokalemia dapat mempengaruhi kondoksi jantung dengan meyebabkan
ketidakteraturan yang berbahaya bagi jantung.
Karena rentang normal kalium terlalu pendek, maka toleransi terhadap terjadinya fluktuasi dalam
kadar kalium serum juga kecil.
      Hipokalemia dapat diakibatkan dari beberapa kondisi sperti penggunaan diuretic yang
membuang kalium, seperti tiazed dan loop diuretic.
Hal ini menjadi masalah khusus jika klien juga menggunakan preparat digitalis karena
hipokalemia merupakan penyebab terseriong terjadinya keracunan digitalis( pencernaan )
       Hiperkalemia merupakan kondisi tentang lebih besarnya jumlah kalium daripada nilai
normal kalium didalam darah.
Penyebabnya utama hiperkalemia adalah gagal ginjal, tetapi penyakit lain juga dapat
menyebabkan peningkatan kalium.
Adanya penurunan fungsi ginjal akan menguarangi jumlah ekskresi kalium oleh ginjal.

3. Ketidakseimbangan Kalsium.

       Hipokalsemia mencerminkan penurunan kadar kalsium dalam serum dan penurunan
kalsium yang terionisasi serta dapat menyebabkan beberapa penyakit, dan mempengaruhi
kelenjar tiroid dan paratiroid.
Tanda dan gejala hipokalsemia berhubungan secara langsung dengan peran fisiologis kalsium
serum pada fungsi neoromuskolar.
       Hiperkalsemia adalah peningkatan konsentrasi total kalsium dalam serum dan peningkatan
kalsium yang terionisaso.
Seringkali, hiperkalsemia merupakan suatu gejala darim penyakit pokok yang menyebabkan
resobsi tulang berlebihan disertai pelepasan kalsium.

4. Ketidakseimbangan Magnesium.
      Hipomagnesemia terjadi ketika kadar konsentrasi serum turun sampai dibawah 1,5 mEq/L .
Penyebabnya adalah asupan yang tidak adekuat seperti pada malnutrisi dan alkoholisme,
absorbsi yang tidak adekuat seperti diare.  Muntah , hipoparatiroidisme, kelebihan aldosteron dan
poliuri.menyebabkan gejala yang mirup dengan hipokalsemia.
Magnesium bekerja langsung pada sambungan neoromuskolar.
       Hipermagnesimia terjadi ketika konsentrasi magnesium serum meningkat sampai diatas 2,5
mEq/L, penyebabnya adalah gagal ginjal dan pemberian asupan magnesium  parentral yang
berlebihan.
Hipermagnesiemia menurunkan eksitabilitas sel-sel otot.

4. Ketidakseimbangan K.lorida.
       Hipokloremia terjadi jika kadar klorida serum turun sampai dibawah 100 mEq/L.
Penyebab adalah muntah atau drainase nasogastrik.
Bayi baru lahir yang menderita diare dapat mengalami hipokalemia dengan cepat, beberapa
oabat-obatan diurteik juga menyebabkan peningkatan ekskrsi klorida.
Ketika kadar klorida serum menuruin, tubuh beradaptasi dengan meningkatkan reabsorbsi ion
bikarbonat sehingga mempengaruhi keseimbangan asam basa.
       Hiperkloremia terjadi jika kadar klorida serum meningkat sampai diatas 106 mEq/L ,
menyebabkan penurunan nilai bikarbonat serum .
Hipokloremia dan hiperkloremia jarang terjadi sebagai proses penyakit yang tunggal, tetapi
berhubungan dengan ketidakseimbangan asam-basa.

C. Ketidakseimbangan Asam – Basa.


1. Asidosis Respiratorik.

       Asidosis Respiratorik ditandai dengan peningkatan konsentrasi karbon dioksida, kelebihan
asam karbonat, dan peningkatan konsentrasi  ion hydrogen ( penurunan pH ).
Penyebab adalah hipoventilasi atau suatu kondisi yang menekan ventilasi.
Penurunan ventilasi dapat dimulai pada sistem pernafasan  ( gagal nafas ) atau diluar sistem
pernafasan  ( overdosis obat ).
      Pada klien yang mengalami asidosis respiratorik, cairan serebrospinal dan sel-sel otaknya
menjadiasam, menyebabkan perubahan neorologis.
Hipoksemia ( penurunan kadar oksigen ) terjadi karena depresi pernafasan , menyebabkan
kerusakan neorologisyang lebih jauh.
Perubahan elektrolit seperti hiperkalemia dapat menyertai asidosis.

2. Alkalosis Respiratorik.

      Adalah ditandai dengan penurunan PACO2 dan penurunan konsentrasi ion hydrogen
( peningkatan pH ).
Alkalosis Respiratorik diakibatkan oleh penghembusan CO2 yang berlebihan ( pada waktu
mengeluarkan nafas ) atau hiperventilasi.
Seperti halnya asidosis respiratorik, alkalosisi respiratorik dapat dimulai dari luar sistem
pernafasan ( ansietas ) atau dari dalam sistem pernafasan seperti fase awal serangan asma.

3. Asidosis Metabolik.

       Asidosis Metabolik diakibatkan oleh peningkatan konsentrasi ion hydrogen  ( penurunan
pH ) didalam cairan ekstrasel, yang disebabkan  oleh banyak kondisi.
Tipe asidosis metabolic, normokloremik dan hiperkloremik, diklasifikasikan menurut konsentrasi
klorida plasma yang dimilki klien.

4. Alkalosis Metabolik.
      Adalah ditandai dengan banyaknya kehilangan asam dari tubuh atau dengan meningkatnya
kadar bikarbonat.
Penyebab umumnya seperti muntah, pada klien yang mengalami gangguan asam lambung.
Atau menelan bikarbonat dalam jumlah besar.

C. VARIABEL YANG MEMPENGARUHI KESEIMBANGAN NORMAL CAIRAN,


ELEKROLIT, DAN ASAM BASA.

Beberapa variabel yang mempengaruhi seperti :


1. Usia, seperti pada bayi, anak-anak, remaja dan lansia
2. Ukuran tubuh
3. Temperatur lingkungan.
4. Gaya hidup, seperti Diet dan Stres dan olahraga

Diposkan oleh iloenx di 19.56


Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook
Label: aly-iloenx

Anda mungkin juga menyukai