Natrium merupakan zat terlarut utama yang aktif secara osmotic dalam ECF,
kompartemen ECF dan ICF, karena air berpindah dari daerah dengan konsentrasi
air yang lebih tinggi (osmolalitas tinggi) ke daerah dengan konsentrasi air yang
lebih rendah (osmolalitas lebih kecil). Perpindahan air antar kompartemen terus
ketidakseimbangan osmolalitas.
atau kekurangan natrium. Deficit air atau kelebihan natrium ECF menyebabkan
(pengerutan sel).
kurang dari 135mEq/L (kadar natrium serum normal adalah 140±5mEq/L), dan
dapat siebabkan oleh dua mekanisme utama: retensi air atau kehilangan natrium.
Hiponatremia menunjukkan bahwa klebihan air yang relative terhadap zat erlarut
total mengencerkan cairan tubuh. Natrium merupakan ion ECF utama, sehingga
disebabkan oleh mechanism dari ginjal dan non-ginjal. Penyebab tersering dari
ginjal adalah pemberian obat diuretic, dan yang lebih jarang adalah penyakit
ginjal boros-garam.
KOTAK 21-6
Penyebab hiponatremia (ketidakseimmbangan Hipo-osmollitas)
-Penggantian cairan tubuh yang hilang hanya dengan air atau cairan NA++
diperluan.
nefrotik, sirosis)
-Gagal ginjal
-SIADH
-Minum air secara kompulsif (polidipsi psikogenik)
JENIS HIPONATREMIA
cairan seperti pada muntah, diare atau pada defisiensi adrenal (aldosterone
antidiuretic (ADH) dari hipofisis posterior. ADH menghambat ekskresi urine yang
encer dan dapat menyebabkan terjadinya hiponatremia jika banyak minum air.
yang berkurang (volume). Penurunan kadar natrium serum jarang melebihi 10-
15mEq/L. Gejala utama yang terjadi adalah gambaran volume ECF yang
berkurang.
KOTAK 21-7
Penyebab peningkatan adh pada hiponatremia
PENINGKATAN PRODUKSIADH HIPOTALAMUS
Tumor otak
Ensefalitis
Sindrom Guilain-Barre
- Gangguan paru:
Pneumonia *
Tuberculosis
Ventilasi mekanik
- Gangguan endokrin:
Hipotiroidisme
Pnyakit Addison
-vasopresin
-antikonvulsan (karbamazepin)
-isoproterenol (isuprel)
keadaan dengan adanya suatu defek dalam ekskresi air-bebas ginjal dengan
sekalipun, sehingga urine yang encer tak dapat diekskresi . ADH juga merangsang
rasa haus (harus ada pemasukan air untuk terjadinya hipo-osmolalitas). Pelepasan
ADH pada ekadaan ini (volume ECF yang rendah) dianggap tepat karena
ADH secretion, SIADH) . SIADH lebih sering dijumpai dibandingkan dengan tipe
neoplastic, paru-paru dan susunan saraf pusat (kotak 21-7). Pelepasan ADH
penyakit , rasa nyeri, obat-obatan atau gangguan susunan saraf pusat. Substansi
mirip ADH juga dapat dihasilkan secara ektopik (tidak di tempat yang normal)
pada keganasan, khususnya karsinoma paru jenis sel oat. SIADH juga terjadi
berlebihan (lihat kotak 21-6). Polidipso psikogenik adalah penyakit neurotic yang
jarang terjadi, ditandai oleh minum air yang kompulsif, akdang-kadang dapat
psikogenik adalah normal, asupan air yang banyak akan melampui kapasitas
Gangguan serupa juga dapat terjadi pada peminum bir berlebihan dengan asupan
maksimum sebesar 50mOsm/kg pada seseorang yang makan diet normal (partikel
terlarut harian seorang peminum berlebihan yang tidak makan dengan baik hanya
sejumlah besar air memasuki paru-paru dan diabsorbsi secara cepat kedalam
secara osmotic dalam plasma, adalah pengecualian utama bagi ketentuan yang
mengatakan bahwa hiponatremia berarti hipoosmolalitas. Penyebab hiponatremia
tipe tersebut yang paling sering adalah hiperglikemia pada penderita diabetes yang
tak terkontrol dan penderita yang baru saja mendapat manitol. Natrium plasma
diencerkan dengan perpindahan ari dari ICF ke ECF mengikuti perbedaan osmotic
yang dihasilkan oleh aprtikel zat terlarut tambahan (glukosa atau manitol).
Gambaran Klinis
klinisnya tidak khas pada periode awal saat kadar natrium serum lebih dari
pada pasien rawat inap. Apsien yang mennjukkan satu atau lebih fktor risiko,
perlu dipantau dengan seksama dnegan cepat diketahui dan ditangani sebelum
menurunnya osmolalitas serum, air memasuki sel-sel otak (seperti apda sel-sel
denggan gejala dan tanda dengan tingkat penurunan konsentrasi natrium serum.
serum diatas 125mEq/L). Apabila akdar Na+ serum berkisar antara 120-125
mEq/L dapat timbul gejala-gejala dini berupa kelelahan, anoreksia, mual, kejang
otot dan akan berlanjut menjadi kejang serta koma jika terus terjadi penurunan
dapat tetap asimtomatik jika penurunan kadar Na+ serum tersebut terjadi secara
Hiponatremia yang terjadi secara perlahan menyebabkan gejala yang lebih ringan
karena terjadi kehilangan kompensatorik zat terlarut seperti Na+, K+ dan asam
amino dari sel otak, sehingga turut mengurangi pembengkakan intraseluler (Rose,
2001).
hipontremia adalah: osmolalitas serum, osmolalitas urine dan Na+ urine. Kadar
adalah gagal ginjal atau hiperglikemia diabetik. Kadar osmolalitas urine akan
rendah (<100mOsm/kg atau berat jenis <1,004) bila disebabkan oleh polidipsi
primer dengan ekskresi air yang normal: dan akan tinggi (>100mOsm/kg atau
berat jenis >1,004) untuk penyebab lain hipontremia yang mengganggu ekskresi
air. Akhirnya. Na+ urine rendah (<10mEq/L) bila hiponatremia disebabkan oleh
edema atau volume yang berkurang akibat penyebab diluar ginjal; Na+ urine
KOTAK 21-8
HIPONATREMIA: GAMBARAN KLINIS
GEJALA & TANDA
-Anoreksia
-Gangguan pengecap
-Kram otot
-Tanda Babinski
-Papiledema
HASIL LABOLATORIUM
yang terdapat pada polydipsia psikogenik atau berat jenis urine <1,004
-Na+ urine <10mEq/L bila dikaitkan dengan edema atau deplesi volume akibat
sebab ekstrarenal.
-Na+ urine >20mEq/L bila dikaitkan dengan kehilangan garam ginjal atau gagal
PENANGANAN
dan mengatasi penyakit yang mendasari. Dua penanganan dasar bagi pasien
seperti ini adalah dengan mengurangi asupan air atau menambahkan natrium,
volume sejati akibat kehilangan melalui ginjal dan saluran cerna diatasi dengan
pemberian larutan NaCl secara eroral atau larutan intravena. Koreksi hipovolemia
melalui ginjal dan koreksi hiponatremia. Koreksi K+ yang juga merupakan factor
penting dalam penanganan keadaan ini. Pada kasus hiponatremia yang lebih berat
(<120mEq/L), kecepaan yang cukup hingga terjadi peningkatan kadar Na+ serum
dan pasien telah melewati masa kritis. Peningkatan kadar natrium serum harus
diperhatikan dengan seksama agar tidak terlalu cepat untuk mencegah terjadinya
mielinosis pons sentral dan ekrusakan neurologis yang ireversibel (Rose, 2001).
mendasari. Untuk itu pembatasan asupan air merupakan langkah pertama dalam
Pada kasus yang lebih berat, larutan garam hipertonik yang dikombnasi dengan
simpai. Pada kasus kronis yang disebabkan oleh produksi ADH ektopik, dapat
tidk bertujuan untuk meningkatkan kadar natrium serum, karena keadaan ini tidak