Anda di halaman 1dari 21

KESEIMBANGAN CAIRAN,

ELEKTROLIT, DAN ASAM


BASA

KOMPARTEMEN AIR
Sebagian besar air tubuh, sekitar duapertiga volume air
total ditemukan dalam sel-sel yang disebut cairan
intraseluler (CIS). Sisanya, sepertiga bagian
dinamakan cairan ekstraseluler (CES) yang meliputi
plasma darah, getah bening, cairan jaringan, dan cairan
khusus seperti cairan serebrospinal, cairan sinovial,
humor aquosus, dan cairan serosa. Tempat cairan dalam
tubuh itu disebut kompartemen air. Bilik-bilik jantung
dan semua pembuluh darah membentuk satu
kompartemen, dan air didalamnya disebut plasma.
Ketika cairan jaringan memasuki sel-sel melalui proses
osmosis, cairan ini telah berpindah ke ruang lain, dan
disebut cairan intraseluler.

Proses lain (selain filtrasi) yang memindahkan air


dari satu ruang ke ruang lain adalah osmosis,
yaitu difusi air melewati membran semipermiabel. Air akan berdifusi ketempat yang
konsentrasi bahan terlarutnya lebih besar.
Konsentrasi elektrolit yang ada dalam berbagai
kompartemen air memungkinkan terjadinya
osmosis. Jika air dalam semua kompartemen
seimbang, elektrolit juga dalam keadaan
seimbang. Meskipun air dan ion selalu berpindah,
proporsi relatifnya dalam kompartemen tetap
sama. Ini merupakan homeostatis cairan
elektrolit, dan mempertahankan himeostatis ini
penting untuk kehidupan.

ASUPAN DAN HALUARAN AIR


Kehilangan air terbanyak dari tubuh adalah dalam
bentuk urine, yang diprodksi oleh ginjal; rata-rata
1500 ml perhari. Kurang dari 500 ml perhari
hilang dalam bentuk keringat, lainnya 300 ml
perhari dalam bentuk uap air dalam udara yang
dihembuskan, dan lainnya 200 ml perhari hilang
didalam feses. Jadi total haluaran air sekitar 2500
ml perhari.

PENGATURAN ASUPAN DAN HALUARAN


AIR
Hipotalamus diotak berisi osmoreseptor yang
dapat mendeteksi perubahan osmolaritas cairan
tubuh. Osmolaritas adalah konsentrasi bahan
terlarut di dalam cairan. Dehidrasi meningkatkan
osmolaritas darah; dalam keadaan ini, terdapat
lebih sedikit air dibandingkan bahan-bahan
terlarut. Air yang kita minum siap diabsorpsi oleh
mukosa lambung dan usus halus dan
berpengaruh pada penurunan osmolaritas darah.
Air yang baru saja diminum menyebabkan darah
menjadi larutan darah yang lebih encer, dan
karena osmolaritas serum kembali normal,
sensasi haus berkurang.

Hipotalamus juga terlibat dalam keseimbangan


air karena memproduksi hormon antidiuretik
(antidiuretic hormone, ADH), yaitu pusatnya
dikelenjar hipofisis posterior. Dalam keadaan
dehidrasi, hipotalamus merangsang pengeluaran
ADH dari kelenjar hipofisis posterior. Hormon
antidiuretik kemudian meningkatkan reabsorpsi
air yang dilakukan oleh tubulus renalis. Air
dikembalikan ke dalam darah untuk menjaga
volume darah, dan pengeluaran urine berkurang.
Hormon aldosteron, yang berasal dari korteks
adrenal, juga membantu haluaran air. Aldosteron
meningkatkan reabsorpsi ion-ion Na+ yang
dilakukan oleh tubulus renalis, dan air dari filtrasi
ginjal mengikuti ion-ion Na+ kembali kedarah.

Aldosteron disekresi ketika konsentrasi ion Na+


dalam darah menurun atau jika ada penurunan
bermakna pada tekanan darah (mekanisme
reninangiotensin).
Sebagian besar elektrolit adalah garam
anorganik, asam dan basa yang terdapat dalam
semua cairan tubuh.
Ion-ion positif dinamakan kation, misalnya Na+,
K+, Ca+2, Mg+2, Fe+2 dan H+. Ion negatif
disebut anion, dan contohnya ialah Cl-2, HCO3-,
SO4-2 (sulfat), HPO4-2 (fosfat), dan anion
protein.

ELEKTROLIT DALAM CAIRAN TUBUH


Tiga cairan utama dalam tubuh adalah cairan
intraselular, cairan ekstraselular plasma, dan
cairan jaringan.
Dalam cairan intraselular, kation yang terbanyak
adalah K+ dan anion terbanyak adalah HPO4-2
dan anion protein juga terdapat dalam jumlah
besar. Pada cairan jaringan maupun plasma,
kation terbanyak adalah Na+ dan anion
terbanyak adalah Cl-. Anion protein membentuk
bagian penting plasma, namun tidak untuk cairan
jaringan.

Elektrolit hilang dalam urine, keringat dan feses.


Urine mengandung elektrolit yang tidak
direabsorpsi oleh tubulus renalis; yang paling
banyak adalah ion-ion Na+. Elektrolit lain
ditemukan dalam urine jika konsentrasinya dalam
darah melampaui kebutuhan.
Elektrolit banyak dijumpai dalam keringat adalah
ion-ion Na+ dan ion-ion Cl-. Kehilangan elektrolit
dalam feses terjadi jika elektrolit tidak diabsorpsi
dalam usus halus maupon kolon.

KETIDAKSEIMBANGAN ELEKTROLIT
Ketidakseimbangan Natrium
Hiponatremia konsekuensi akibat keringat yang
berlebihan, diare atau muntah. Ditandai oleh pusing,
konfusi, kelemahan, tekanan darah rendah, syok.
Hipernatremia suatu konsekuensi kehilangan air
atau ingesti natrium berlebihan. Ditandai oleh
kehilangan cairan intraselular, haus berlebihan dan
agitasi
Ketidakseimbangan Kalium
Hipokalemia suatu konsekuensi muntah atau diare
serta penyakit ginjal. Ditandai oleh lelah, konfusi,
kemungkinan gagal jantung

Hiperkalemia suatu konsekuensi gagal ginjal akut


serta penyakit Addison. Ditandai oleh kelemahan,
sensasi tidak normal, arimia jantung, dan kemungkinan
henti jantung.
Ketidak Seimbangan Kalsium
Hipokalsemia suatu konsekuensi hipoparatiroidisme
atau penurunan asupan kalsium. Ditandai oleh spasme
otot, yang kemudian menjadi tetanus (kejang).
Hiperkalsemia suatu konsekuensi
hipoparatiroidisme. Ditandai oleh kelemahan otot,
kerapuhan tulang, serta kemungkinan batu ginjal.

SISTEM DAPAR
Kegunaan sistem dapar (buffer) adalah
mencegah perubahan pH cairan tubuh yang
drastis akibat bereaksi secara kimia dengan asam
dan basa kuat yang akan mengubah pH secara
hebat. Sistem dapar terdiri dari asam lemah.
Molekul-molekul ini bereaksi dengan asam dan
basa kuat yang dapat dihasilkan dan mengubah
molekul menjadi zat yang tidak akan
berpengaruh besar pada pH.

Sistem Dapar Bikarbonat


Dua komponen pada sistem dapar ini adalah
asam bikarbonat (H2CO3), suatu asam lemah,
dan natrium bikarbonat (NaHCO3), suatu basa
lemah, masing-masing molekul ini berperan
dalam reaksi jenis khusus.
Sistem Dapar Fosfat
Dua komponen sistem dapar ini adalah natrium
dihidrogen fosfat (NaH2PO4), suatu asam lemah,
dan natrium mono hidrogen fosfat (Na2HPO4),
suatu basa lemah.

Asam kuat bereaksi dengan natrium monohidrogen

fosfat untuk menghasilkan garam yang tidak mempunyai


efek pada pH dan asam lemah yang mempunyai
pengaruh kecil pada pH. Basa kuat bereaksi dengan
natrium dihidrogen fosfat untuk menghasilkan air yang
tidak mempunyai efek pada pH dan basa lemah yang
mempunyai pengaruh kecil ada pH.
Sistem Dapar Protein
Sistem dapar ini paling penting dalam cairan intraselular.
Asam-asam amino yang menyusun protein masingmasing mempunyai gugus karboksil (COOH) dan
gugus amina (atau amino) (NH2) dan bisa bersifat
asam atau basa.

MEKANISME PERNAPASAN
Sistem pernapasan mempengaruhi pH sebab mekanisme
ini mengatur sejumlah CO2 yang ada dalam cairan
tubuh. Seperti yang telah anda ketahui, sistem
pernapasan dapat menjadi penyebab ketidakseimbangan
pH atau dapat memperbaiki ketidakseimbangan pH
akibat sebab-sebab lain.
Asidosis dan Alkalosis Repiratorik
Asidosis Respiratorik disebabkan oleh apapun yang
menurunkan frekuensi atau efisiensi respirasi. Penyakit
paru berat dapat menyebabkan asidosis respiratorik.

Alkalosis respitorik umumnya lebih jarang, tapi


merupakan hasil pernapasan yang lebih cepat,
sehingga meningkatkan jumlah CO2 yang
dikeluarkan. Karena ada lebih sedikit molekul
CO2 dalam caian tubuh, lebih sedikit pula ion-ion
H+ yang dibentuk, sehinga pH cenderung naik.

Kompensasi Pernapasan terhadap


Perubahan Metabolik pH
Perubahan pH yang disebabkan oleh penyebab
selain gangguan pernapasan dinamakan asidosis
atau alkalosis metabolik.

Asidosis Metabolik dapat disebabkan oleh penyakit


ginjal, diabetes melitus yang tidak terkendali, diare atau
muntah yang berlebihan, dan penggunaan diuretik, saat
kelebihan ion-ion H+ ada dalam cairan tubuh, pH mulai
turun, dan ini merangsang pusat pernapasan di medula.
Responsnya adalah mempercepat pernapasan untuk
mengeluarkan CO2 lebih banyak sehingga menurunkan
pembentukan ion H+. Hal ini membantu menaikkan pH
kembali ke rentang normal.
Alkalosis Metabolik tidak banyak dijumpai, tetapi
dapat disebabkan oleh penggunaan obat antasid
berlebihan atau termutahkannya isi perut. Karena pH
cairan tubuh mulai meningkat, pernapasan menjadi
lambat dan menurunkan jumlah CO2 yang dikeluarkan.

CO2 yang ditahan dalam tubuh meningkatkan


pembentukan ion-ion H+ yang akan membantu
menurunkan pH kembali pada rentang normal.
MEKANISME GINJAL
Ginjal membantu mengatur pH cairan ekstraselular
dengan mengekskresikan atau mempertahankan ion-ion
H+ dan dengan mereabsorpsi (atau tidak) ion-ion Na+
dan ion-ion HCO3-.
Ginjal mempunyai kapasitas terbesar untuk menyangga
perubahan pH yang berlangsung terus-menerus.
Meskipun mekanisme renal tidak berfungsi penuh
selama beberapa jam sampai berhari-hari, sekali
berfungsi, ginjal berfungsi efektif jauh lebih lama
daripada mekanisme respirasi.

PERUBAHAN Ph
Perubahan

Penyebab yang mungkin

Kompensasai

Asidosis Metabolik

Penyakit ginjal, ketosis, diare


atau muntah

Meningkatkan pernapasan
untuk mengeluarkan CO2

Alkalosisi Metabolik

Mengingesti obat-obat
bikarbonat berlebihan,
pengisapan lambung

Menurunkan respirasi
untuk menahan CO2

Asidosis
Respiratorik

Penurunan frekuensi atau


efisiensi pernapasan :
emfisema, asma, pneumonia,
paralisis otot pernapasan

Ginjal mengekskresi ion


H+ dan mereabsorpsi ion
Na+ dan ion HCO3-

Alkalosis Repiratorik Peningkatan frekuensi


pernapasan : ansietas,
ketinggian

Ginjal menahan ion H+


dan mengeluarkan ion
Na+ dan ion HCO3-

EFEK PERUBAHAN Ph
Asidosis adalah keadaan yang membahayakan
sistem saraf pusat, menyebabkan depresi
transmisi impuls pada sinaps. Seseorang yang
berada dalam keadaan asidosis menjadi konfusi
dan disorientasi, kemudian jatuh dalam keadaan
koma.
Alkalosis mempunyai efek yang sebaliknya dan
memengaruhi, baik sistem saraf pusat maupun
perifer. Peningkatan transmisi sinaps, bahkan
tanpa rangsangan, mula-mula terlihat dalam
bentuk iritabilitas dan kedutan otot. Alkalosis
progresif ditandai oleh spasme otot berat dan

PENUAAN, CAIRAN, DAN PENGATURAN pH


Perubahan keseimbangan cairan atau pH pada
lanjut usia sering kali merupakan akibat penyakit
atau kerusakan organ-organ utama. Jantung
yang lemah (gagal jantung kongestif), yang tidak
dapat memompa aliran darah secara efisien,
membuat darah kembali ke sirkulasi.
Hal ini dapat menyebabkan edema, suatu
pengumpulan cairan yang tidak normal. Edema
mungkin sistemik (sering terlihat pada tungkai
bagian bawah) jika ventrikel kanan lemah, atau
merupakan edema paru jika ventrikel kiri
mengalami kerusakan.

Anda mungkin juga menyukai