Wilson.
A. KETIDAKSEIMBANGAN OSMOLALITAS
Berbeda dengan gangguan volume yang baru saja dibicarakan, maka ketidakseimbangan
osmolalitas melibatkan kadar zat terlarut dalam cairan tubuh. Natrium merupakan zat terlarut
utama yang aktif secara osmotic dalam ECF, sehingga kebanyakan kasus hipo-osmolalitas adalah
hiponatremia dan hiperosmolalitas adalah hipernatremia. Satu pengecualian khusus adalah
hiperglikemia yang terjadi akibat diabetes militus tak terkontrol.
Ketidakseimbangan osmolalitas mempengaruhi distribusi air antara kompartemen ECF
dan ICF, karena air berpindah dari daerah dengan konsentrasi air yang lebih tinggi (osmolalitas
lebih tinggi) ke daerah dengan konsentrasi air yang lebih rendah (osmolalitas lebih keci).
Perpindahan air antar kompartemen terus berlangsung sampai mencapai keseimbangan osmotic.
Kehilangan atau penambahan zat terlarut relative terhadap air menyebabkan terjadinya
ketidakseimbangan osmolalitas.
Ketidakseimbangan hipo-osmolalitas dapat disebabkan oleh kelebian air atau kekurangan
natrium. Deficit air atau kelebihan natrium ECF menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan
hiperosmolalitas. Meskipun demikian, sebagian besar ketidakseimbangan osmolalitas disebabkan
oleh gabungan dari keebihan serta deficit air dan natrium. Ketidakseimbangan hipo-osmlalitas
mnyebabkan terjadinya kelebihan air ICF (pembengkakan sel), demiian juga ketidakseimbangan
osmolalitas mengakibatkan berkurangnya air ICF (pengerutan sel).
Ketidakseimbangan osmolalitas diketahui berdasarkan anamnesis, gejala dan tanda,
pemeriksaan labiratorium (terutama konsentrasi natrium serum). Penangan ketidakseimbangan
hipo-osmilalitas meliputi pembuangan kelebihan air atau penambahan natrium ; penanganan
ketidakseimbangan hiper-osmolalitas meliputi pergantian air dan larutan hipotonik intra vena,
atau pembuangan glukosa atau natrium yang berlebihan.
2. Hipokalemia
Hipokalemia didefinisasikan sebagai kadar kalium serum yyang kurang dari 3,5 mEq hanya
2 % dari K+ tubuh yang berada dalam ECF, sehingga kadar K+ serum tidak selalu
mencerminkan K+ tubuh total. Lagi pula seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya, pH
darah memenuhi kadar K+ serum. Untuk penurunan pH sebanyak 0,1 unit, K+ serum
meningkat sebanyak 0,5 mEq/L.
a. Etiologi dan Patogenesis
Penyebab utama hipokalemia : kehilangan melaui saluran cerna dan urin, asupan kalium
yang tidak mencukupi dan perpindahan K+ akibat alkalosis atau penanganan ketoasidosis
diabetic dengan insulin dan glukosa. Hipokalemia sedang dapat disebabkan oleh
kurangnya asupan kalium dalam makanan sehari-hari sja atau dapat juga
disertaikehilangan melalui saluran cerna dan ginjal. Cotohnya seorang yang hanya makan
roti panggang dan the memiliki asupan kalium yang lebih sedikit. Gangguan saluran
cerna yang disertai dicirikan dengan muntah, penyedotan nasogastrik (NG), diare, atau
kehilangan melaui sekresi lainnya. Penurunan kalium yang terjadi pada keadaan muntah
atau penyedotan nasogastrik tidaklah disebabkan oleh kehilangan kalium melalui sekresi
lambung. Kadar kalium dan sekresi lambung hanya sebanyak 5-10 mEq/. Hipokalemia
pada keadaan muntah terutma terjadi akibat peningkatan eksresi kalium oleh ginjal.
Peningkatan eksresi K+ oleh ginjal melibatkan tiga mekanisme : (1) kehilangan asam
lambung menyebabkan alkalosis metabolic, yang merangsang perpindahan K+ ke dalam
sel-sel tubulus ginjal. (2) alkalosis metabolic menyebabkan lebih banyak NaHCO3 dan
cairan menuju tubulus distal , dan bikarbonat (HCO3-) meningkatkan ekresi k+ , dan (3)
kehilangan cairan lambung menyebabkan berkurangnya volume ECF,yang akan
meningkatkan seksresi aldosteron melaui mekanisme rennin-angino-tensin-aldosteron.
Aldosteron merangsang eksresi K+ dan membantu mempertahankan hipokalemia.
Sejumlah besar K+ dapat hlang secra langsung melaui saluran cerna bagian bawah pada
waktu diare. Kadar kaliumdalam feses biasanya berkisar antara 40-70 mEq /L . Selain itu,
sekresi saluran cerna bagian bawah mengandung natrium dan bikarbonat dalam kadar
tinggi. Keluarnya feses dalam jumlah banyak dapat mengakibatkan terjadinya
kekurangan volume ECF, asidosis metabolic dan diplesi K+. Defisit K+ sulit dinilai
karena asidosis menyebabkan K+ keluar dari sel, sehingga meningkatkan kadar K+
serum dan mengaburkan kekurangan kalium tubuh total yang sebenarnya. Adonema
volosa adalah tumor kolon yang berpotensi menjadi ganar yang dapat mengakibatkn
kehilangan cairan melalui diare yang mengandung K+ dalam kadar tinggi
Ginjal dapat menjadi tempat utama kehilangan K+ deuretik termasuk penyebab
tersaring hipokalemia. Tiasid , simpai, diuretic, dan penghambat karbonik anidrase
semuanya meningkatkan kehilangan kalium dalam urin. Banyak pasien dirawat karena
kelebihan volume cairan, menderita penyakit jantung, dan juga mendapat pengobatan
digitalis. Hipokalemia meningkatkan efek digitalis sehingga bisa menimbulkan toksik
sehingga pasien dianjurkan makan makanan yang kaya kalium dan atau diperlukan
pemberian duplemen kalium. Meskipun pada tahap akhir penyakit ginjal umumnya
terjadi hiperkalemia, namun pada beberapa penyakit ginjal seperti asidosis tubulus ginjal
dan fase penyembuhan dieresis pada gagal ginjal akut,dapat terjadi kehilangan kalium
dan hipokalemia. Eksresi kalium meningkat pada keaaan dieresis osmotic, sehingga pada
pasien ketoasidosis diabetic dapat terjadi kekurangan kalimun. Zat terlarut yang
menyebabkan terjadinya polioria adalah glukosa dan anion asam-asam keton. Asidosis
dan kekurangan insulin menyebabkan K+ berpindah dari ICF ke ECF sehingga K+ serum
tetap berada dalam batas normal, meskipun kalium tubuh total menurun apabila
keloasidosis diabetic dikoreksi dengan pemberian glukosa IV dan insulin, dapat terjadi
hipokalemia yang cukup serius karena K+ serum kembali masuk kedalam sel. Penderita
luka bakar berat, pada masa penyembuhannya dapat mengalami hipokalemia karena
kalium berpindah dari sel ke ECF dan kemudian hilang melalui dieresis ke dalam urin.
Pada penderita hiperaldosteronisme primer akibat adenoma adrenal dapat terjadi
hipokalemia dan alkalosis metabolic akibat terbuangnya kalium melaui ginjal.
Berkurngnya volume ECF mungkin merupakan penyebab tersaring hiperaldosteronisme
sekunder dan pemborosan kalium namun pada pasien sirosis gagal jantung kongestik dan
sindrom nefrotik biasanya tidak terjadi hipokalemia meskipun terjadi
hiperaldosteronisme sekunder (kecuali jika mereka mendapat pengobatan diuretic ). Hal
ini mungkin disebabkan karena berkurangnya plasma darah efektif pada pasien ini yang
menyebabkan lebih sedikitnya natrium dan air yang meuju ke tubulus distal. Tingginya
kadar hormone glukokortikoid dapat mempengaruhi efek mineral lokortikoid
(aldosteron), sehingga terjadi hipokalemia.
3. HIPERKALEMIA
Hiperkalemia didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan kadar kalium serum lebih atau
sama dengan 5,5 mEq/L. hiperkalemia akut adalah suatu keadaan kedaduratan medis
yang perlu segera ditangani untuk menghindari distrimia dan henti jantung yang fatal .
a. Etiologi dan Patogenesis
Kadar kalium serum yang rendah merupakan petunjuk yang berharga tapi tidak
demikian halnya dengan hiperkalemia. Hsil pemeriksaan laboratorium yang
menunjukkan kadar kalium serum yang tinggi tidak selalu mencerminkan adanya
hiperkalemia yang sesungguhnya. Pemasangan torniket mengelilingi ekstermitas
seseorang yang sedang melakukan latihan (misalnya membuka dan mengepaklan
tangan) dapat meningkatkan kadar kalium sebanyak 2-3 mEq/L. Hemolisi eritrosit
juga memberikan peningkatan palsu kadar kalium serum karena sel darah
mengandung kalium dalam kadar tinggi. Oleh karena itu penting untuk
menyingkirkan artefak yang dapat menimbulkan peningkatan palsu kadar kalium
serum. Pemeriksaan serial laboratorium perlu dilakukan jika ada kecurigaan terhadap
kebenaran hasil pemeriksaan. Cara lain adalah pengukuran kadar K+ plasma dengan
mengambil sempel darah dalam tabung berisi heparin. Pada pseudohiperkalemia,
kadar K+ plasma akan berada dalam batas normal sedangkan kadar K+ serum akan
meningkat. Kadar kalium dapat meningkat palsu pada pemeriksaan serum karena
ECF terpisah dari sel drah merah setelah terjadi pembekuan. Pada keadaan normal
sejumlah kecil K+ keluar dari sel darah putih dan trombosit selama koagulasi, dan
jumlahnya dapat lebih banyak bila terjadi leukositosis atau trombositosis. Hal ini
mengakibatkan kadar k+ serum terukur melebihi kadar yang sebenarnya dalam
plasma.
Hiperkalemia dapat disebabkan oleh eksresi yang tidak memadai redistribusi K+
dalam tubuh dan asupan yang meningkat dalam tubuh. Penyebab hiperkalemia yang
paling sering adalah eksresi melalui ginjal yang tak memadai. Sebanyak 80-9-%
kalium dieksresi oleh ginjal sehingga gagal ginjal dapat menyebabkan terjadinya
hiperkalemia. Meskipun demikian hiperkalemia tidak akan terjadi hingga tahap lanjut
perjalanan klinis gagal ginjal kronis kecuali jika pasien sengaja diberi beban K+
berlebihan. Keadan seperti ini bisa terjadi pada pasien gagal ginjal kronik yang
mendapat pengobatan mengandung K+ atau pengganti garam (mengandung garam
kalium). Sumber endogen dari beban kalium yang berlebihan dapat berasal dari
mendarahan internal sehingga terjadi pelepasan K+ selama hemolisis eritrosit. Orang
yang menderita penyakit adison maupun hipoaldosteronisme sendiri dapat mengalami
hiperkalemia berat. Hipoaldosteronisme lebih sering terjadi pada orang tua yang
gagal ginjal dan diabetes militus. Diuretic hemat kalium seperti spironolskton dapat
menyebabkan terjadinya hiperkalemia berat terutama bila diberikan pada penderita
insupisiensi ginjal dan juga mendapat suplemen K+ .
Pada akhirnya,kita harus bisa menetapkan terjadinya hiperkalemia. Pada
hipokalemia, ada korelasi kasar antara cadangan K+ tubuh total dengan K+ serum ,
tetapi tidak terdapat korelasi yang demikian antara K+ tubuh total dan K+ serum pada
hiperkalemia. Pada hipokalemia, umumnya cadangan K+ total tidak akan dapat
meningkat lagi karena tubuh hanya mempunyai kapasitas yang kecil untuk
menyimpat K+. Malah dalam kenyataannya, K+ tubuh yang tersimpan dapat menurun
pada hiperkalemia. Pada kebanyakan tipe asidosis metabolic (kecuali asidosis laktat ),
K+ berpindah dari ICF ke ECF , sehingga terjadi hiperkalemia yang cukup berat jika
cadangan kalium normal atau menyebabkan K+ serum normal jika cadangan K+
tubuh berkurang.