Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Semua individu mempunyai kebutuhan dasar untuk menjalin
hubungan dengan orang lain dalam menjalani hidupnya. Komunikasi
merupakan upaya individu dalam menjaga dan mempertahankan individu
untuk tetap berinteraksi dengan orang lain. Komunikasi seseorang adalah
suatu proses yang melibatkan prilaku dan interaksi antar individu dalam
berhubungana dengan orang- orang (Wulandari, 2009).
Komunikasi merupakan komponen penting dalam praktik
keperawatan. Mendengarkan perasaan klien dan menjelaskan prosedur
tindakan keperawatan adalah contoh teknik-teknik komunikasi yang dilakukan
oleh perawat dalam praktik. Komunikasi merupakan proses yang dilakukan
perawat dalam menjaga kerjasama yang baik dengan klien dalam membantu
memenuhi kebutuhan kesehatan klien, maupun dengan tenaga kesehatan lain
dalam rangka membanu mengatasi masalah klien (Wulandari,2009).
Kelemahan dalam berkomunikasi merupakan masalah yang serius baik
perawat maupun bagi klien. Perawat yang enggan berkomunikasi dengan
menunjukan raut wajah yang tegang akan berdampak serius bagi klien. Klien
akan merasa tidak nyaman bahkan terancam dengan sikap rawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Kondidi ini tentunya akan sangat berpengaruh terhadap
proses penyembuhan klien. Komunkasi yang efektif merupakan suskses
perawat dalam membantu mengatasi masalah klien. Perawat tidak dapa lepas
dari proses komunikasi karena dalam menjalankan perannya perawat perlu
berkolaborasi dengan tim kesehatan yang lain (Wulandari, 2009).

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi?
2. Apakah tujuan dari komunikasi?
3. Apa saja elemen-elemen dari komunikasi?
4. Apa sajakah jenis-jenis dari komunikasi?
5. Apa sajakah model-model dari komunikasi?
6. Apa sajakah hambatan dalam komunikasi?
C. Tujuan penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari komunikasi.
2. Untuk mengetahui tujuan komunikasi.
3. Untuk mengetahui elemen-elemen dari komunikasi.
4. Untuk mengetahui jenis-jenis dari komunikasi.
5. Untuk mengetahui model-model komunikasi.
6. Untuk mengetahui hambatan dalam komunikasi.

2
BAB II

ISI DAN PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi
Definisi komunikasi diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komnukasi
dalam cara yang berbeda beda, namun secara eksplisit maupun implisit definisi
definisi tersebut menggambarkan, memprediksi, dan berusaha memahami gejala
gejala komunikasi manusia. Perbedaan definisi komunikasi yang dikemukakan
oleh para ahli maupun praktisi komunikasi karena perbedaan tergantung dari
minat dan kepentingan mereka terhadap komunikasi (Wulandari,2009). Dalam
perkembangan praktik komunikasi manusia, etimologi kata komunikasi
mengalami peralihan makna dari bahasa Latin ke bahasa Inggris yaitu common
(dalam bahasa latin communis), yang berarti bersama dengan dan bersatu
dengan.
Menurut Wulandari (2009) komunikasi adalah segala aktivitas interaksi
manusia yang bersifat human relationships disertai dengan pengalihan sebuah
fakta. Komunikasi merupakan interaksi antarpribadi yang menggunakan system
symbol linguistic, seperti sistem simbol verbal (kata kata), non verbal. System
ini dapat diasosiasikan secara langsung atau tatap muka atau melalui media lain (
tulisan, oral, dan visual). Komunikasi merupakan setiap proses pertukaran
informasi, gagasan dan perasaan. Proses ini meliputi informasi yang disampaikan
baik secara lisan maupun tertulis dengan kata kata, atau disampaikan dengan
bahasa tubuh, gaya maupun penampilan diri (Liliweri,2003). Sedangkan menurut
Notoatmodjo (2003), komunikasi adalah proses pengoperasian rangsangan
(stimulus) dalam bentuk lambing atau simbol bahasa atau gerak untuk
mempengaruhi perilaku orang lain.
Dari beberapa definisi di atas, kita dapat menyimpulkan bahawa komunikasi
adalah suatu proses interaksi antarpribadi atau proses penyampaian informasi

3
dengan menggunakan bentuk verbal maupun non verbal untuk mencapai tujuan
tertentu.

B. Tujuan Komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari, atau lebih spesifik kehidupan perawat dalam
menjalankan perannya, perawat tidak dapat lepasdari keberadaan orang lain.
Hubungan yang baik akan sangat membantu perawat dalam menjalankan
tugasnya, baik kepada teman sejawat, tim kesehatan yang lain maupun kepada
klien dan keluarga klien, kepentingan perawat untuk mendapatkan atau
menyampaikan laporan ynag jelas dan lengkap dan teman sejawat (perawat) yang
jaga dinas sebelumnya, menerima order atau menyampaikan perkembangan klien
kepada tim kesehatan lain (dokter, petugas gizi, fisioterapis atau petugas
kesehatan yang lain) serta menyampaikan informasi yang jujur dan jelas kepada
klien dan keluarga klien adalah contoh betapa pentingnya komunikasi yang
efektif bagi perawat dalm menjalankan tugasnya.
Menurut Wulandari (2009), secara umum tujuan komunikasi adalah :
1. Supaya pesan yang kita sampaikan dapat dimengerti orang lain
(komunikan)
Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator, perawat perlu
menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini sangat
penting agar pesan kita dapat diterima dengan baik oleh klien, teman
sejawat maupun kolega, sehingga tujuan bersama dalam mebantu
kesembuhan klien dapat dicapai.
2. Memahami orang lain
Sebagai komunikator proses komunikasi tidak akan dapat berlangsung
dengan baik bila perawat tidak dapat memahami kondisi atau apa yang
diinginkan oleh klien (komunikan). Pemahaman ini sangat penting agar
proses komunikasi dapat berlangsung secara efektif.
3. Supaya gagasan dapat diterima orang lain

4
Selain sebagai komunikator, perawat juga sebagai educator yaitu
memberikan pendidikan kesehatan kepada klien. Peran ini akan efektif
dan berhasil bila apa yang dismpaikan oleh perawat dapat dimengerti dan
diterima oleh klien.
4. Menggerakan orang lain untuk melakukan sesuatu
Mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan sesuatu sesuai
keinginan kita bukanlah hal mudah, disini perlu adanya pendekatan-
pendekatan yang jitu agar orang lain (klien) percaya dan yakin bahwa apa
yang kita harapkan untuk dilakukan tersebut benar-benar dapat bermanfaat
bagi klien atau komunikan yang lain. Upaya ini dapat dilakukan dengan
pendekatan yang persuasive dan demonstratif agar komunikan dapat
melakukan dengan benar apa yang diharapkan komunikator.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa tujuan komunikasi adalah
mengharapkan pengertian, dukungan , gagasan, dan tindakan komunikator
dapat diterima orang lain (komunikan).
Sebagai tenaga kesehatan yang mempunyai tanggung jawab sesuai
dengan tugas dan wewenangya, secara umum komunikasi yang dilakukan
perawat mempunyai tujuan dan target yaitu : social change/ social
participation, attitude change, opinion change, behavior change
(Wulandari, 2009).
Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan agar pelayanan
keperawatan yang diberikan dapat berjalan efektif. Kemampuan
komunikasi yang efektif ini merupakan keterampilan ynag harus dimiliki
oleh perawat professional.

5
C. Elemen-elemen Komunikasi
Menurut Wulandari (2009), agar terjadi komunikasi yang efektif, diperlukan
keterlibatan beberapa unsure komunikasi, yaitu :
1. Komunikator
Komunikator adalah orang yang mau berkomunikasi dengan orang
lain, disebut juga pembawa berita / pengirim pesan / sumber berita.
Komunikator bisa individu, kelompok, keluarga, atau organisasi yang
mengambil inisiatif penyelenggaraan komunikasi dengan individu atau
kelompok lain dan berperan untuk mengalihkan (transferring) pesan. Dalam
proses komunikasi, pengirim berita menggunakan gagasan yang diwujudkan
dalam lambang yang berbentuk kata-kata yang disampaikan menggunakan
media yang berbentuk ucapan, gerak tangan, telepon. Penyampaian dengan
cara tatap muka dan dengan saluran telepon maupun kedua penyampaian
pesan tersebut dilaksanakan secara langsung, namun perbedaan mendasar
yang dapat mempengaruhi makna komunikasi
2. Pesan
Unsure kedua yang tak kalah penting adalah pesan. Pesan atau amanat
adalah berita yang disampaikan oleh komunikator melalui lambing atau
gerakan atau gagasan yang dinyatakan oleh pengirim kepada orang lain.
Sedangkan berita adalah cerita atau keterangan mengenai kejadian atau
peristiwa yang hangat dan akurat. Kedua sarana, yaitu komunikator dan pesan,
lazim digunakan bersama dalam komunikasi.
3. Saluran komunikasi/media
Saluran komunikasi adalah sarana untuk menangkap lambnag yang
kemudian diterjemahkan dalam bentuk persepsi yang memberi makna
terhadap suatu stimulus atau rangsangan. Saluran komunikasi meliputi
pendengaran, penglihatan, pengsiuman dan rabaan.

6
4. Komunikan
Komunikan adalah pihak lain yang diajak berkomunikasi, yang
merupakan sasaran dalam kegiatan komunikasi atau orang yang menerima
berita atau lambang. Komunikan adalah individu,sekelompok orang,
komunitas, organisasi, public, masyarakat yang menjadi sasaran komunikasi.
5. Umpan balik
Umpan balik arus umpan balik dalam rangka proses berlanngsungnya
komunukasi. Umpan balik merupakan, hasil atau akibat yang berbalik-guna
bagi rangsangan atau dorongan untuk bertindak lebih lanjut atau merupakan
tanggapan langsung dari pengamatan sebagai hasil dari kelakuan individu
terhadap individu lain. Jenis umpan balik berdasarkan sikap komunikan terdiri
dari sebagai berikut.
a. zero umpan balik : tidak ada kejelasan umpan balik dari
komunikan
b. umpan balik positif : umpan balik dari komunikan dapat dimengerti
oleh komnukator
c. umpan balik netral : tanggapan yang disampaikan oleh komunikan
tidak mempunyai relevansi dengan pesan yang disampaikan oleh
pesan yang disampaikan.
d. umpan balik negatif : umpan balik yang disampaikan komunikan
tidak mendukung komunikator komunikan bersifat tidak ada
persetujuan dan dapat bersifat kritik.

D. Jenis jenis Komunikasi

Jenis komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Widjaja(2000) dibedakan


menjadi 5 macam, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi verbal, komunikasi non
verbal, komunikasi satu arah, dan komunikasi dua arah.

7
1. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah komunikasi yang disampaikan secara tertulis, baik


dengan tulisan manual maupun tulisan dari media. Jenis komunikasi ini dapat berupa
surat, surat kabar atau media massa atau media elektronik yang disampaikan dalam
bentuk tulisan. Dalam konteks komunikasi keperawatan, komunikasi jenis ini dapat
berupa catatan perkembangan pasien, catatan medis, catatan/laporan perawatan, dan
catatan penting lainnya.

Keuntungan komunikasi tertulis adalah dapat dibaca berulang-ulang, dapat


dijadikan bukti otentik, biaya minimal, dapat didokumentasikan dan bersifat tetap.
Sedangkan kekurangannya adalah memerlukan dokumentasi yang cukup banyak,
kadang-kadang tidak jelas, umpan balik dapat berlangsung dengan waktu yang cukup
lama dan sebagainya. Untuk mengatasi masalah tersebut maka komunikasi tertulis
hendaknya memperhatikan hal-hal di bawah ini :

a. Menggunakan tulisan yang jelas dan mudah dibaca


b. Menggunakan kata-kata yang sederhana, umun, tidak bertele-tele
c. Focus pada pesan yang ingin disampaikan
d. Member ilistrasi, bagan, denah, dan sket untuk memperjelas kalau perlu.
2. Komunikasi Verbal

Komunikasi verbal adalah komunikasi yang disampaikan secara lisan.


Komunikasi ini dapat dilaksanakan secara langsung dengan percakapan tatap muka,
maupun secara tidak langsung melalui telepon, teleconference dan sebagainya.
Keuntungan dari komunikasi ini adalah dapat dilakukan secara cepat, langsung, jelas
dan kemungkinan salah paham kecil karena proses umpan balik dapat terlaksana
kecuali komunikasi yang sifatnya satu arah dan formal. Sedangkan kekurangan
komunikasi ini adalah bahasa yang digunakan harus dimengerti oleh komunikan,
membutuhkan pengetahuan yang cukup agar komunikasi yang dilaksanakan
berlangsung lancar. Pada komunikasi satu arah antara bawahan dan atasan biasanya

8
terjadi dominasi pembicaraan dan bawahan tidak berani untuk melakukan umpan
balik.

Jenis komunikasi lisan tidak hanya tergantung pada kata-kata saja, namun
juga sangat dipengaruhi oleh bentuk-bentuk paralinguistic, misalnya irama,
kecepatan, penekanan, intonasi dan nada suara yang digunakan. Bentuk-bentuk ini
sangat mempengaruhi persepsi dan membantu komunikan dalam menginterpretasikan
pesan yang diterima.

Menurut Perry & Potter (1985), dalam penggunaan komunikasi verbal yang
perlu diperhatikan adalah : denotative dan connotative meaning (kemaknaan kata,
bahasa yang digunakan), vocabulary (perbendaharaan kata), pacing (kecepatan
berbicara), intonation (nada suara), clarity and brevity (kejelasan dan keringkasan),
yang terahir teming and relevance (waktu dan kesesuaian).

Makana Denotative dan Konotatif

Makna denotatif adalah makna yang bersifat umum, dengan asosiasi primer
yang dimiliki oleh lambang dan biasanya terdapat dalam kamus resmi bagi
penggunanya. Makna denotatif lazim disebut dengan makna kamus. Makna ini
lebih merupakan peran akal dalam melakukan fungsi dan menfsirkan (interpreter).
Makna konotatife adalah makna yang bersifat khusus, dengan asosiasi sekunder yang
dimiliki oleh lambang. Makna konotatif lebih pada pengguna peran budi dalam
memberikan makna kata (vardiyansah:2004). \

Contoh pengguna katakritis, makna denotatife kritis adalah seorang yang


jeli, teliti dalam mensikapi permasalahan. Sedangkan seorang perawat akan
menggunakan kata kritis (makna konotatife) ketika ada salah satu pasiennyadalam
kondisi gawat.

Vocabulary

9
Komunikasi tidak akan berhasil bila penerima pesan tidak mempunyai
kemampuan untuk menterjemahkan kata atau ucapan yang disampaikan oleh
pengirim. Seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya hendaknya menggunakan
kata-kata yang umum dan dapat dimengerti oleh kliennya. Penggunaan perkataan
permisi, saya akan auskultasi suara nafas bapak mungkin dapat membingungkan
klien disbanding dengan ucapan permisi, saya akan mendengarkan suara nafas
bapak. Dengan demikian seorang perawat atau tenaga kesehatan lainnya perlu
memahami pengetahuan dan perbendaharaan kata yang dimiliki oleh klien supaya
komunikasi yang dilakukan dapat berlangsung efektif.

Pacing

Keberhasilan komunikasi verbal juga sangat dipengaruhi oleh kecepatan


ungkapan yang diekspresikan. Seorang perawat yang bicara sangat cepat atau sangat
lambat juga akan mempengaruhi klien dalam menerima pesan. Penggunaan
tempo/jeda kalimat yang tepat sangat mempengruhi ketepatan penerimaan pesan
karena kecepatan atau kelambatan pengirim pesan sangat mempengaruhi makna
pesan yang diterima. Tempo/jeda kalimat ini seharusnya dapat digunakan untuk
member penekanan atau kejelasan kepada penerima pesan hal ini akan sangat
membantu komunikator dalam berkomunikasi yang efektif.

Intonation

Nada suara dalam berkomunikasi sangat besar pengaruhnya. Nada suara,


selain dapat menimbulkan bermacam-macam makna dan persepsi juga
menggambarkan emosi seseorang. maksud baik seseorangterkadang berbuah cacian
dan umpatan bila nada suara yang digunakan tidak tepat. Misalnya ungkapan perawat
kepada pasien bagaimana kondisi bapak hari ini ?. kalimat ini dapat
mengekspresikan perhatian perawat, rasa kegairahan sindiran atau bahkan dapat
bermakna kejengkelan bila kita salah dalam menciptakan dan menggunakan nada
suara yang tepat.

10
Emosi seseorang sangat mempengaruhi nada bicara seseorang dan hal ini
sering tidak disadari karena keduanya terjadi secara bersamaan, di satu sisi kita
berkepentingan menyampaikan pesan dan menjalin hubungan yang terapeutik
sementara di sisi lain kita juga perlu menciptakan dan menggunakan nada suara yang
tepat dan menyenangkan.

Clarity and brevity

Komunikasi dapat dikatakan efektif bila dengan ungkapan yang sederhana,


ringkas, dan singkat namun pesan yang disampaikan dapat diterima dengan jelas dan
baik oleh komunikan. Kejelasan sebuah pesan biasanya dapat dilakukan melalui
pengguanaan kalimat atau ungkapan yang mudah dimengerti, sesuai dengan tingakat
pengetahuan komunikan,penggunaan nada suara dan tempo atau jeda kalimat yang
tepat, dan disertai dengan contoh langsung. Sedangkan ringkasan komunikasi dapat
dilakukan dengan cara menyampaikan pesan secara langsung dan focus kepada tujuan
komunikasi, tidak bertele-tele sehingga tidak membingungkan komunikan atau klien

Timing And Relevance

Perhatian terhadap waktu yang tepat dan kesesuaian materi pembicaraan


sangat menentukan keberhasilan tujuan komunikasi. Penyampaian pesan yang
penting, dengan cara yang baik dengan emosi yang terkendali, namun bila tidak
dilakukan pada waktu yang tepat, maka dapat dipastikan pesan yang disampaikan
tersuebut tidak akan dapat diterima oleh pasien/ komunikan dengan baik. Bagaimana
mungkin seorang pasien yang sedang mengeluh nyeri luar biasa akibat kolik
abdomen, pada saat yang sama kita melakukan penyuluhan tentang kebersihan
lingkungan ? waktu yang tepat pada pasien yang mengeluh nyeri tersebut adalah kita
menenangkan pasien dengan segera memberikan therapy baik secara farmakologis
maupun non farmakologis agar nyeri klien berkurang atau hilang. Komunikasi akan
tepat dilakukan bila klien dalam kondisi tenang dan bersedia serta respek untuk diajak
berkomunikasi. Relevansi (kesesuaian) materi komunikasi juga sangat penting untuk

11
menarik minat klien dalam berkomunikasi. Klien akan semangat untuk
berkomunikasi bila topic pembicaraan kita mengarah pada masalah-masalah
kesehatan yang dirasakan oleh klien, misalnya tentang penyebab sakit yang
dirasakan, akibat dari penyakitnya dan penatalaksanaan yang bisa dilakukan untuk
mengurangi atau menghilangkan penyakitnya tersebut.

3. Komunikasi Non Verbal

Adalah komunikasi yang terjadi dengan menggunakan mimic atau bahasa


tubuh, pantonim, dan atau bahasa isyarat.

Dimbley dan Burton, (1992) sebagaimana yang dikutip Roger B. Eliss, dkk.
Mengatakan bahwa bahasa tubuh mempunyai beberapa unsur, antara lain :

Gerak Tubuh

Adanya gerakan tubuh yang terjadi saat komunikasi, baik gerakan yang
dilakukan komunikator maupun komunikan menunjukkan adanya interaksi aktif dari
diri seseorang. (komunikator) dalam berkomunikasi serta menunjukkan adanya
perhatian dari komunikan. Misalnya gerakan tangan saat bicara, anggukan kepala
sebagai ungkapan persetujuan dan gelengan kepala sebagai penolakan.

Ekspresi wajah

Ungkapan perasaan seseorang dapat dilihat dari ekspresi wajahnya terutama


dari lokasi sekitar mata dan mulut (Roger B.Eliss, dkk,2000). Kegembiraan,
kesedihan, kebingungan atau kejengkelan dapat dilihat dari ekspresi wajah seseorang,
bahkan tulus tidaknya senyuman seseorang dapat dilihat dari ekspresi seseorang.

Pandangan

Komunikasi yang baik dilakukan dengan adanya kontak mata, ketika


berbicara komunikator perlu memandang komunikan. Pandangan adalah hal yang

12
penting dalam menilai tanda-tanda non verbal. Tatapan atau pandangan yang tajam
kepada seseorang bisa berarti kekaguman atau bentuk perlawanan pandangan yang
jauh ketika berbicara bisa berarti kesedihan atau ada sesuatu yang difikirkan

Postur

Ketika berkomunikasi dengan postur sedikit membungkuk, berdiri tegak atau


dengan menopang tangan dipinggang memberikan arti dan suasana komunikasi yang
berbeda.

Jarak tubuh dan kedekatan

Unsure ini juga cukup mempengaruhi dalam proses komunikasi non verbal.
Kenyamanan komunikasi bisa dinilai dari jarak tubuh yang diperlihatkan, seseorang
yang sudah kenal akrab dan dekat mungkin lebih nyaman kalau komunikasi
dilakukan dengan posisi yang saling berdekatan.

4. Komunikasi Satu Arah

Komunikasi ini biasanya bersifat koersif, yang dapat berupa perintah,


instruksi, dan bersifat memaksa dengan menggunakan sanki-sanki. Komunikasi ini
jarang bahkan tidak akan kesempatan untuk melakukan umpan balik karena sifat
pesannya mau tidak mau harus diterima oleh komunikan.

5. Komunikasi Dua Arah

Komunikasi yang memungkinkan bahkan harus ada proses feedback biasanya


bersifat informative dan atau perseasive.

13
E. Model-model Dokumentasi

Model-model komunikasi
1. Model Shanon-Weaper (1949)
Pola komunikasi yang terjadi pada shanon-Weaper tersebut cenderung
pada komunikasi searah, dimana komunikasi berlangsung tanpa ada timbal
balik secara langsung. apalagi dengan adanya hambatan (noise) selama
berlangsungnya komunikasi sehingga dapat mengganggu keefektifan dari
proses komunikasi.
Signal
Sumber Tujuan
Transmiter Penerima
Informasi Pesan Pesan

Sumber
Noise

Tingkat Kedengaran Suara


Gangguan Persepsi
Misspersepsi psikososial
Hardware/software
Lingkungan dll
Kerentanan adanya noise sebagai hambatan selama berlangsungnya
komunikasi sangatlah besar. Tingkat kedengaran suara merupakan sumber
noise yang umum terjadi. Kondisi lingkungan tempat komunikasi, jarak antara
komunikator dan komunikan, nada suara, kejelasan suara dan sensitivitas
organ pendengan adalah faktor-faktor yang mempegaruhi tingkat kedengaran
suara.
Dampak yang dapat terjadi dari pengaruh noise ini adalah terjadinya
misspersepsi yang dapat berakibat fatal dalam menjalin hubungan
interpersonal. Tidak jarang hubungan antar perawat atau tenaga kesehatan
yang lain yang akhirnya berakibat pada gagalnya pelayanan kesehatan terjadi

14
karena misspersepsi informasi. Kegagalan pelayanan juga dapat terjadi bila
komunikasi antara perawat dengan pasien tidak berjalan efektif, atau terjadi
misspersepsi. Apa yang diinginkan pasien tidak dapat dimengerti oleh perawat
atau sebaliknya, hal ini disamping akan mengganggu hubungan antara
pasien/klien dengan perawat juga akan berpengaruh terhadap keberhasilan
pelayanan yang diberikan.
2. Model Laswell
Model ini merupakan model sederhana yang pada umumnya
digunakan dalam komunikasi masa. Model komunikasi yang diluncurkan
pada tahun 1948 ini dianggap bahwa komunikator sangat powerfull, mampu
mempengaruhi komunikan, dan mengganggap bahwa pesan-pesan yang
disampaikan pasti membawa efek di dalam diri komunikan. Unsur-unsur yang
berakibat dalam proses komunikasi menurut pendekatan dalam moel ini
adalah dengan menggunakan lima pertanyaan yaitu who (komunikator), says
what (pesan yang akan disampaikan, in which channel (saluran komunikasi) ,
to whom (penerima pesan) dan with what effect (efek komunikasi yang
dihasilkan)

Who Says What? In which To whom With what


=
(Comunicator) (Message) Chanel (Receiver) effect
(Medium) (Effect)
(

3. Model Smcr (Model Berlo)


Model komunikasi ini dicetuskan oleh Berlo (1960), bahwa dalam
komunikasi minimal harus dapat empat (4) komponen, yaitu source (S),
Message (M), Channel (C) dan Receiver (R)
a. Source
Sumber dalam proses komunikasi adalah siapa yang mempunyai informasi
atau berita, bagaimana kredibilitas dan kompetensi dari sumber tersebut.

15
Dalam aplikasi komunikasi keperawatan, sumber informasi sangatlah
penting. Sumber disini sebagai rujukan terhadapat tindakan pelayanan
yang akan diterapkan oleh perawat, sehingga perlu memperhatikan tentang
beberapa hal dari sumber tersebut, antara lain: pengetahuan, sikap,
keterampilan, sistem sosial yang berlaku, budaya yang dianut dll.
b. Messsage
Pesan yang terkandung dalam proses komunikasi juga harus diperhatikan:
1) Apakah perasan tersebut urgen untuk disampakaikan?
2) Apakah pesan tersebut bersifat personal atau umum?
3) Apakah pesan tersebut mampu dilaksanakan atau tidak?
4) Apakah pesan tersebut disampaikan dengan jelas dan pastikan pesan
dapat diterima benar?
5) Pada kondisi bagaimana pesan tersebut disampaikan?
6) Dengan cara bagaimana pesan tersebut disampaikan?
c. Channel
Media yang digunakan untuk menyampaikan atau menerima pesan
juga sangat berpengaruh terhadap keefektifan dan keberhasilan
komunikasi. Media dapatmempengaruhi persepsi. Persepsi yang salah
akan mempengaruhi makna dari pesan yang di sampaikan. Sebagai contoh
ketika perawat mengauskultasi suara nafas pasien sesak. Perawat tidak
menemukan suara ronchi karena stetoskop yang digunakan menunup
maka perawat tindakan membuat perencanaan yang berorientasi pada
penyebeb sesak karena adanya sekret yang menggumpul tapi mungkin
perawat hanya terfokus pada penanganan sesak saja sehingga ia
memberikan oksigen. Kondisi ini terjadi karena saluran komunikasi
(kumunikasi tindakan) yang dilakukan petawat dengan klien gagal karena
channel ( media) yang digunakan untuk mendengar tidak jalan, sehingga
perawat tidak mendapatkan informasi yang semestinya diperoleh melalui
stesoskop. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya dan besarnya pengaruh

16
saluran/ media yang digunakan dalam proses kumunikasi baik komunikasi
verbal maupun komunikais non verbal.
d. Receiver
Untuk dapat memperoleh hasil komunikasi yang efektif, pesan yang
diterima oleh komunikan atau penerima pesan ( receiver) tentunya harus
sesuai dengan pesan yang dimaksud oleh pembawa atau sumeber pesan itu
sendiri. Hal ini menurut bahwa sang penerima pesan juga harus
mempunyai pengetahuan, sikap, ketrempilan, sistem sosial dan budaya
yang tidak jauh beda dengan yang dimiliki oleh sumber atau pembawa
pesan.
4. Model Leary
Model ini menerangkan bahwa komunikasi merupakan proses
transaksional dan multidimens, dimana aspek relationsip dan interaksi antar
individu yang lain sangat mempengaruhi dan di pengaruhi, respon seseorang
dipengaruhi oleh bagaimana seseorang itu diperlakukan. Dalam model ini
terdapat dua dimensi yaitu,
a. Dominance submission
Pada dimensi ini, bila ada piihak yang kuat atau menguasai,maka disisi
lain ada pihak yang lemah atau dikuasai. Proses komunikasi pada dimensi
ini umum terjadi pada kumunikasi satu arah, misalnya antara bos denhgan
pembantu, antara pimpinan dan karyawan, terkadang antara petugas
kesehatan atau perawat dengan klien. Tenaga kesehatan menganggap
dirinya berkuasa dan klien dianggap pihak yang lemah sehingga harus
patuh pada yang dikatakannya. Proses seperti ini seharusnya tidak terjadi
karena antara perawat dan klien mestinya ada komunikasi yang aktif dan
timbal balik tidak otoriter.

17
b. Love-Hate
Dimensi ini di anggap bahwa bila ada pihak yang dicintai pihak lain
ada juga yang dibenci. Komunikasi tidak hanya berlangsung diantara
orang yang saling mencintai saja, namun dengan orang yang tidak
diciintaipun perlu komunikasi. Konteks komunikasi antara yang dicintai
dengan yang dibenci tentunya sangat berbeda, komunikasi dengan yang
dicintai mungkin semua dilakukan dengan penuh menyenangkan dan
saling menjaga untuk tidak saling menyakiti. Namun apabila komunikasi
tersebut dilakukan dengan yang tidak disukai atau dibenci, maka kedua
belah pihak akan saling menjatuhkan mencerca dan saling menyakiti.
Model ini tentunya tidak dapat di aplikasikan oleh tenaga kesehatan
khususnya perawat. Sebagai tenaga kesehatan yang selalu berhubungan
dengan klien, perawat dituntut untuk selalu menunjukan sikap bersahabat,
menenangkan, ramah dan simpatik, walaupun kadang harus berhadapan
dengan klien yang rewel dan sombong sekalipun. Jiwa besar perawat
dituntut demi membantu memulihkan kesehatan klien.
5. Model Komunikasi Kesehatan
Model komunikasi kesehatan berfokus pada transaksi antara
profesional kesehatan-klien yang sesuai dengan permasalahan kesehatan
klien. Proses pengiriman dan penerimaan pesan antara profesional dengan
klien yang terjadi secara simultan, sehingga komunikasi yang terjadi
cenderung lebih nampak dan aktif. Model komunikasi ini mencapuk tiga
faktor mayor yaitu ;
1. Relationship, ada empat tipe;
a. Profesional kesehatan Professional Kesehatan
b. Profesional kesehatan Klien
c. Profesional kesehatan Orang lain yang berpengaruh
d. Klien Orang lain yang berpengaruh

18
Hubungan interpersonal, sikap positif, pengetahuan, pengalaman
masalalu dan faktor sosial ekonomi dapat mempengaruhi relationship.
Profesional kesehatan adalah orang yang mempunyai latar belakang
pendidikan kesehatan, training dan pengalaman pelayanan kepada klien,
meliputi: perawat,dokter, fisioterapis, tenaga kesehatan, adiministrasi dan
lain sebagainya. Profesional kesehatan mempunyai karakteristik,
kepercayaan, nilai dan persepsi yang unik, hal ini ditentukan dengan dapat
mempengaruhi interaksi dengan orang lain.
Klien adalah seorang yang menerima pelayanan kesehatan secara
langsung, yang mempunyai citra pribadi yang mandiri, yang mempunyai
pilihan bebas dalam mencari dan memilih bantuan serta bertanggung
jawab terhadap pilihannya. Klien juga mempunyai karakteristik,
kepercayaan nilai dan persepsi yang unik dalam pelayanan kesehatan, hal
ini juga mempengaruhi interaksi dengan orang lain.
Orang lain yang berpenngaruh adalah orang yang mendukung baik
dukungan moril, material maupun emosional dengan klien untuk
mempertahankan kesehatannya. Misalnya anggota keluarga, teman, atasan
dan sebagainya.
2. Transaksi
Transaksi dalam komunikasi adalah kesepakatan, respin yang terjadi
antara pengirim pesan dengan penerima pesan yang terjadi secara simultan
dalam komunkasi. Transaksi yang terjadi mencakup prilaku kumunikasi
verbal dan non verbal yang mencakup dimensi isi dan berhubungan, yang
terjadi secara berkesinambungan, tidak statis dan ada umpan balik.
3. Konteks
Faktor konteks dalam model ini adalah situsasi dimana pelayanan
kesehatan diberikan. Konteks komunikasi dapat berdasarkan padatempat
atau ruangan dilaksanakan komunikasi, jenis pelayanan kesehatan yang
diberikan, dan jumblah personil atau tenaga kesehatan yang ada selama

19
pemberian kesehatan. Petugas yang terbatas akan mempengaruhi kuantitas
dan kualitas komunikasi. Rogers, C.R. (1961) menekankan bahwa fokus
interaksi dalam pelayanan kesehatan adalah klien, seorang terapis/ perawat
apabila berkomunikasi bersikap jujur, peduli tingkat pemahaman kluen,
dan berkeinginan membantu klien.
F. Hambatan dalam Komunikasi
Secara umum hambatan yang terjadi selama komunikasi adalah sebagai
berikut (Mundakir, 2006) :
1. Kurangnya penggunaan sumber komunikasi yang tepat.
2. Kurangnya perencanaan dalam berkomunikasi.
3. Penampilan, sikap dan kecakapan yang kurang tepat selama berkomunikasi.
4. Kurangnya pengetahuan.
5. Perbedaan persepsi.
6. Perbedaan harapan.
7. Kondisi fisik dan mental yang kurang baik.
8. Pesan yang tidak jelas.
9. Prasangka yang buruk
10. Transmisi/ media yang kurang baik.
11. Penilaian yang prematur.
12. Tidak ada kepercayaan.
13. Ada ancaman.
14. Perbedaan status, pengetahuan, dan bahasa.
15. Distorsi.

20
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan
Definisi komunikasi diperkenalkan oleh para ahli dan praktisi komnukasi
dalam cara yang berbeda beda, namun secara eksplisit maupun implisit definisi
definisi tersebut menggambarkan, memprediksi, dan berusaha memahami gejala
gejala komunikasi manusia. Dalam menjalankan perannya sebagai komunikator,
perawat perlu menyampaikan pesan dengan jelas, lengkap dan sopan. Hal ini
sangat penting agar pesan kita dapat diterima dengan baik oleh klien, teman
sejawat maupun kolega, sehingga tujuan bersama dalam mebantu kesembuhan
klien dapat dicapai.
Jenis komunikasi sebagaimana disampaikan oleh Widjaja (2000) dibedakan
menjadi 5 macam, yaitu komunikasi tertulis, komunikasi verbal, komunikasi non
verbal, komunikasi satu arah, dan komunikasi dua arah. Komunikasi tidak akan
berhasil bila penerima pesan tidak mempunyai kemampuan untuk
menterjemahkan kata atau ucapan yang disampaikan oleh pengirim.

B. Saran
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Saran kami
semoga teman-teman dapat lebih mengerti tentang komunikasi.

21
DAFTAR PUSTAKA

Liliweri, A. 2007, Dasar-dasar Komunikasi Kesehatan, Jogjakarta: Pustaka Pelajar.

Mundakir. 2006, Komunikasi Keperaatan Aplikasi dalam Pelayanan. Yogyakarta:


Graha Ilmu

Notoatmojo, S. 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan , Jakarta: Rineka Cipta

Widjaja, A. W. 2000. Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rineka Cipta

Wulandari, Diah. 2009, Komunikasi dan Konseling dalam Praktik Kebidanan .


Jogjakarta: NUHA MEDIKA Press.

22

Anda mungkin juga menyukai