Anda di halaman 1dari 8

10.

Masalah Keseimbangan Asam Basa

A. Jenis gangguan keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa dipengaruhi oleh fungsi paru-paru. Manusia


bernapas menghirup oksigen dan membuangnya dalam bentuk karbondioksida
(CO2). CO2 adalah zat yang bersifat asam, sehingga jumlah CO2 yang keluar
akan memengaruhi keseimbangan pH darah, sehingga dapat menimbulkan
asidosis atau alkalosis. Asidosis dan alkalosis yang disebabkan oleh gangguan
pada paru-paru atau pernapasan disebut dengan asidosis respiratorik dan alkalosis
respiratorik.

Asidosis dan alkalosis juga dapat terjadi ketika produksi asam basa dalam tubuh
tidak seimbang atau bisa juga terjadi akibat ginjal tidak bisa membuang kelebihan
asam atau basa dari dalam tubuh. Asidosis dan alkalosis yang terjadi akibat dua
kondisi di atas disebut asidosis metabolik dan alkalosis metabolik.

B. Gejala Gangguan Keseimbangan Asam Basa

1. Asidosis Respiratorik

Asidosis respiratorik dapat terjadi secara tiba-tiba (akut) atau


dalam jangka panjang (kronis). Umumnya asidosis respiratorik kronis
tidak menimbulkan gejala apa pun. Namun pada beberapa kasus, penderita
dapat mengalami hilang ingatan, gangguan tidur, dan perubahan
kepribadian.

Sedangkan pada asidosis respiratorik akut, gejala awalnya adalah sakit


kepala, cemas, gelisah, bingung, dan penglihatan kabur. Bila tidak segera
ditangani, dapat muncul gejala lain seperti lemas, sesak napas, penurunan
kesadaran, hingga koma.

2. Asidosis Metabolik
Gejala asidosis metabolik cukup beragam. Beberapa penderita kondisi ini
umumnya memiliki napas yang beraroma buah. Gejala tersebut merupakan
tanda ketoasidosis diabetik atau asidosis metabolik yang terjadi pada pasien
diabetes. Ketoasidosis diabetik termasuk kondisi berbahaya, yang dapat
mengganggu fungsi hati dan ginjal.

Gejala lain asidosis metabolik meliputi:

 Pusing
 Sakit kepala
 Nafsu makan menurun
 Mudah mengantuk
 Mudah lelah
 Napas cepat dan dalam
 Detak jantung meningkat
3. Alkalosis Respiratorik
Gejala umum alkalosis respiratorik adalah bernapas terlalu cepat atau terlalu
dalam. Kondisi tersebut dikenal dengan hiperventilasi. Gejala lain yang
dapat terjadi akibat rendahnya kadar karbondioksida dalam darah, antara
lain:
 Pusing
 Kembung
 Mulut kering
 Kram otot di tangan dan kaki
 Kesemutan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Gangguan irama jantung
4. Alkalosis Metabolik

Penderita alkalosis metabolik umumnya mengalami hipoventilasi, yaitu


kondisi ketika penderita bernapas terlalu lambat atau terlalu dangkal.
Kondisi ini menyebabkan kadar oksigen dalam darah terlalu sedikit.
Sebaliknya, kadar karbondioksida dalam tubuh meningkat.

Hipokalemia atau rendahnya kadar kalium dalam darah, juga sering


menyertai alkalosis metabolik. Oleh karena itu, penderita dapat mengalami
gejala seperti mudah lelah, nyeri otot, sering buang air kecil (poliuria), dan
gangguan irama jantung (aritmia).

Gejala lain pada penderita alkalosis metabolik meliputi kulit atau kuku
membiru, sesak napas, kram dan kejang otot, serta mudah marah.

11. Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Cariran dan Elektrolit

1. Usia
Asupan cairan individu bervariasi berdasarkan usia. Dalam hal ini,
usiaberpengaruh terhadap proporsi tubuh, luas permukaan tubuh,
kebutuhan metabolik, serta berat badan. Bayi dan anak di masa
pertunbuhan memiliki proporsi cairan tubuh yang lebih besar
dibandingkan orang dewasa.Karenanya, jumlah cairan yang diperlukan
dan jumlah cairan yang hilang juga lebih besar dibandingkan orang
dewasa. Besarnya kebutuhan cairan pada bayi dan anak-anak juga
dipengaruhi oleh laju metabolik yang tinggi serta kondisi ginjal mereka
yang belum atur dibandingkan ginjal orang dewasa. Kehilangan cairan
dapat terjadi akibat pengeluaran cairan yang besar dari kulit dan
pernapasan. Pada individu lansia, ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
sering disebabkan oleh masalah jantung atau gangguan ginjal.
2. Aktivitas
Aktivitas hidup seseorang sangat berpengaruh terhadap kebutuhan cairan
dan elektrolit. Aktivitas menyebabkan peningkatan proses metabolisme
dalam tubuh. Hal ini mengakibatkan penigkatan haluaran cairan melalui
keringat. Dengan demikian, jumlah cairan yang dibutuhkan juga
meningkat. Selain itu,kehilangan cairan yang tidak disadari (insensible
water loss) juga mengalami peningkatan laju pernapasan dan aktivasi
kelenjar keringat.
3. Iklim
Normalnya,individu yang tinggal di lingkungan yang iklimnya tidak
terlalu panas tidak akan mengalami pengeluaran cairan yang ekstrem
melalui kulit dan pernapasan. Dalam situasi ini, cairan yang keluar
umumnya tidak dapat disadari (insensible water loss, IWL). Besarnya IWL
pada tiap individu bervariasi, dipengaruhi oleh suhu lingkungan, tingkat
metabolisme,dan usia. Individu yang tinggal di lingkungan yang bertsuhu
tinggi atau di dearah dengan kelembapan yang rendah akan lebih sering
mengalami kehilangan cairandan elektrolit. Demikian pula pada orang
yang bekerja berat di lingkungan yang bersuhu tinggi, mereka dapat
kehilangan cairan sebanyak lima litet sehari melalui keringat. Umumnya,
orang yang biasa berada di lingkungan panas akan kehilangan cairan
sebanyak 700 ml per jam saat berada ditempat yang panas, sedangkan
orang yang tidak biasa berada di lingkungan panas dapat kehilangan cairan
hingga dua liter per jam.
4. Diet
Diet seseorang berpengaruh juga terhadap asupan cairan dan elektrolit.
Jika asupan makanan tidak seimbang, tubuh berusaha memcah simpanan
protein dengan terlebih dahulu memecah simpanan lemak dan glikogen.
Kondisi ini menyebabkan penurunan kadar albumin.
5. Stress
Kondisi stress berpengaruh pada kebutuhan cairan dan elektrolit tubuh.
Saat stress, tubuh mengalami peningkatan metabolism seluler, peningkatan
konsentrasi glukosa darah, dan glikolisis otot. Mekanisme ini
mengakibatkan retensi air dan natrium.Disamping itu, stress juga
menyebabkan peningkatan produksi hormone anti deuritik yang dapat
mengurangi produksi urine.
6. Penyakit
Trauma pada jaringan dapat menyebabkan kehilangan cairan dan elektrolit
dasar sel atau jaringan yang rusak (mis., Luka robek, atau luka bakar).
Pasien yang menderita diare juga dapat mengalami peningkatan kebutuhan
cairan akibat kehilangan cairan melalui saluran gastro intestinal. Gangguan
jantung dan ginjal juga dapat menyebabkan ketidakseimbangan cairan dan
elektrolit. Saat aliran darah ke ginjal menurun karena kemampuan
pompajantung menurun, tubuh akan melakukan penimbunan cairan dan
natrium sehingga terjadi retensi cairan dan kelebihan beban cairan
(hipervelomia). Lebih lajut, kondisi inidapat menyebabkan edema paru.
Normalnya, urine akan dikeluarkan dalam jumlah yang cukup
untukmenyeimbangkan cairan dan elektrolit serta kadar asam dan basa
dalam tubuh. Apabila asupan cairan banyak, ginjal akan memfiltrasi cairan
lebih banyak dan menahan ADH sehingga produksi urine akan meningkat.
Sebaliknya, dalam keadaan kekurangan cairan, ginjal akan
menurunkanproduksi urine dengan berbagi cara. Diantaranya peningkatan
reapsorpsi tubulus, retensi natrium dan pelepasan renin. Apabila ginjal
mengalami kerusakan, kemampuan ginjal untuk melakukan regulasi akan
menurun. Karenanya, saat terjadi gangguan ginjal (mis., gagal ginjal)
individu dapat mengalami oliguria (produksi urine kurang dari 40ml/ 24
jam) sehingga anuria (produksi urine kurang dari 200 ml/ 24 jam).
7. Tindakan Medis
Beberapa tindakan medis menimbulkan efek sekunder terhadap kebutuhan
cairan dan elektrolit tubuh. Tindakan pengisapan cairan lambung dapat
menyebabkan penurunan kadar kalsium dan kalium.
8. Pengobatan
Penggunaan beberapa obat seperti Diuretik maupun laksatif secara
berlebihan dapat menyebabkan peningkatan kehilangan cairan dalam
tubuh.Akibatnya, terjadi defist cairan tubuh. Selain itu, penggunan diuretic
menyebabkan kehilangan natrium sehingga kadar kalium akan meningkat.
Penggunaan kortikostreroid dapat pula menyebabkan retensi natrium dan
air dalam tubuh.

9. Pembedahan
Klien yang menjalani pembedahan beresiko tinggi mengalami
ketidakseimbangan cairan. Beberapa klien dapat kehilangan banyak darah
selama perode operasi, sedangkan beberapa klien lainya justru mengalami
kelebihan beban cairan akibat asupan cairan berlebih melalui intravena
selama pembedahan atau sekresi hormon ADH selama masa stress akibat
obat-obat anastesia.

12. Masalah-masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit


 Hipernatremia (kelebihan natrium di dalam darah)
 Hiponatremia (kekurangan natrium di dalam darah)
 Hiperkalsemia (kelebihan kalsium di dalam darah)
 Hipokalsemia (kekurangan kalsium di dalam darah)
 Hiperfosfatemia (kelebihan fosfat di dalam darah)
 Hipofosfatemia (kekurangan fosfat di dalam darah)
 Hiperkalemia (kelebihan kalium di dalam darah)
 Hipokalemia (kekurangan kalium di dalam darah)
 Hipermagnesemia (kelebihan magnesium di dalam darah)
 Hipomagnesemia (kekurangan magnesium di dalam darah)
 Hiperkloremia (kelebihan klorida di dalam darah)
 Hipokloremia (kekurangan klorida di dalam darah)

13. Asuhan Keperawatan Masalah Kebutuhan Cairan dan Elektrolit

Asuhan keperawatan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume cairan


pada pada Ny. P dengan Chronic Kidney Desease (CKD) sebagai berikut :

1. Pengkajian pada Ny. P adalah didapatkan data subjektif pasien


mengatakan kaki kirinya bengkak sedangkan data objektif ditandai
dengan, pitting oedema derajad 2, tekanan darah 160/90 mmHg, nadi
100kali per menit, pernafasan 24 kali per menit, Suhu 36,5°C, kreatinin
1,09 mg/dl (meningkat), ureum 52,79 mg/dl (meningkat) balance cairan
+700 cc.
2. Diagnosa keperawatan pada Ny. P yaitu gangguan pemenuhan kebutuhan
cairan: kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan
mekanisme pengaturan.
3. Intervensi keperawatan pada Ny. P adalah setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan masalah gangguan pemenuhan
kebutuhan cairan dapat teratasi dengan kriteria hasil tidak ada oedema,
kesimbangan antara input dan output balance cairan normalnya yaitu ±
100 cc, hematokrit dalam batas normal (33-45%), kreatinin dalam batas
normal (0,6-1,1 mg/dl), ureum dalam batas normal (<50 mg/dl), serta.
Intervensi keperawatan yaitu pantau status cairan dengan menimbang berat
badan, pantau dan catat penggunaan cairan terutama pemasukan dan,
jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan, dan kolaborasi
dengan dokter pemberian terapi diuretik.
4. Implementasi keperawatan yang dilakukan penulis pada Ny. P pada
tanggal 25 sampai 27 April 2013 adalah memantau status cairan dengan
menimbang berat badan, memantau dan mencatat penggunaan cairan
terutama pemasukan dan, menjelaskan pada pasien dan keluarga tentang
pembatasan cairan, dan mengkolaborasi dengan dokter pemberian terapi
diuretik (furosemid 10 mg).
5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan pada Ny. P selama tiga hari pada
tanggal 25 sampai 27 april 2013 dengan data subjektif pasien mengatakan
bengkak pada kaki kirinya sudah banyak berkurang ditandai dengan
tekanan darah 150/90 mmHg, nadi 100 kali per menit, pernafasan 24 kali
per menit, suhu 36,5°C, berat badan 39 kg, bengkak pada kaki kiri tampak
berkurang, pemasukan cairan melalui makan 200 cc, minum 500 cc, infus
1000 cc, buang air besar 150 cc, buang air kecil 750 cc, IWL 585 cc, Input
1700 cc, output 1485 cc, balance cairan +215 cc. Hal ini sudah dilakukan
secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan
(Doengoes, 2000) serta telah berkolaborasi dengan tim kesehatan lainnya
didapatkan hasil evaluasi keadaan pasien dengan kriteria hasil belum
tercapai, maka gangguan pemenuhan kebutuhan cairan : kelebihan volume
cairan pada Ny.P belum teratasi.
6. Analisa kondisi Ny. P kaki kiri dan perut masih bengkak, dengan Tekanan
Darah 150/90 mmHg, nadi 100 kali per menit, respirasi 24 kali per menit,
suh 36,50 c, balance cairan + 215 cc, masalah kelebihan volume cairan
belum teratasi.
DAFTAR PUSTAKA
https://sumbermakalahkeperawatan.blogspot.com/2012/12/kebutuhan-cairan-dan-
elektrolit.html

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/446/3/BAB%20II.pdf

http://repository.poltekkes-tjk.ac.id/384/3/BAB%20II%20PDF.pdf

https://ilmugreen.blogspot.com/2012/07/cara-perpindahan-cairan-tubuh.html

https://www.rocketpena.com/2019/07/pengaturan-volume-cairan-tubuh.html

https://www.alodokter.com/gangguan-keseimbangan-asam-basa

https://nurulislamiblog.wordpress.com/2016/10/31/faktor-faktor-yang-
mempengaruhi-cairan-dan-elektrolit/

https://www.klikdokter.com/penyakit/gangguan-elektrolit

http://digilib.ukh.ac.id/download.php?id=536

Anda mungkin juga menyukai