DISUSUN OLEH :
NIM : 21032
2022
1
A. KONSEP KEBUTUHAN DASAR
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolisme tubuh baik berupa urin
atau bowel (feses). Miksi adalah proses pengosongan kandung kemih bila kandung
kemih terisi. Sistem tubuh yang berperan dalam terjadinya proses eliminasi urine
adalah ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra (Hidayat, 2010).
Eliminasi merupakan salah satu kebutuhan dasar yang harus di penuhi oleh setiap
manusia. Kebutuhan dasar manusia terbagi menjadi 14 kebutuhan dasar,
menyatakan bahwa kebutuhan eliminasi terdapat pada urutan ke tiga. Apabila sistem
perkemihan tidak dapat berfungsi dengan baik, sebenarnya semua organ akhirnya
akan terpengaruh. Secara umum gangguan pada ginjal mempengaruhi eliminasi.
Sehingga mengakibatkan masalah kebutuhan eliminasi urine, antara lain : retensi
urine, inkontinensia urine, enuresis, dan ureterotomi. Masalah kebutuhan eliminasi
urine sering terjadi pada pasien–pasien rumah sakit yang terpasang kateter tetap
(Hidayat, 2010).
Kandung kemih tidak dapat terisi dan berkontraksi pada saat terpasang kateter,
hal ini menyebabkan kapasitas kandung kemih menurun atau hilang (atonia).
Menurunya rangsangan berkemih terjadi akibat pemasangan kateter tetap dalam
waktu yang lama sehingga mengakibatkan kandung kemih tidak akan terisi dan
berkontraksi dalam waktu yang lama pula. Ketika hal ini terjadi pada akhirnya
kandung kemih akan kehilangan tonusnya. Apabila atonia terjadi dan kateterpun di
lepas maka akan terjadi komplikasi gangguan fungsi perkemihan (Smeltzer & Bare,
2010). Efek samping dari pemasangan kateter tetap adalah terjadinya inkontinensia
urin. Inkontinensia urin adalah keadaan dimana urin yang keluar terus menerus
setelah kateter dilepas atau pasien tidak mampu mengendalikan atau menahan
urin (Potter & Perry, 2013). Data dari WHO (2012) menunjukkan 200 juta
penduduk dunia mengakami inkontinensia urine. Sedangkan dari data DEPKES
(2012) didapatkan data 5,8 % penduduk Indonesia mengalami inkontinensia urine.
2
2. ANATOMI FISIOLOGI SISTEM PERKEMIHAN
Ginjal, ureter, kadung kemih dan uretra membentuk sistem urinarius. Fungsi
utama ginjal adalah mengatur keseimbangan cairan serta elektrolit dan komposisi
asam basa cairan tubuh, mengeluarkan produk aktif metabolik dari dalam darah dan
mengatur tekanan darah. Urin yang terbentuk sebagai hasil dari proses ini diangkut
dari ginjal melalui ureter kedalam kandung kemih tempat urin tersebut disimpan
untuk sementara waktu. Pada saat urinasi, kandung kemih berkontraksi dan urin akan
diekskresikan dari tubuh lewat uretra (Brunner & Suddarth, 2002).
Meskipun cairan serta elektrolit dapat hilang melalui jalur lain dan ada organ lain
yang turut serta dalam mengatur keseimbangan asam basa, namun organ yang
mengatur kimia internal tubuh secara akurat adalah ginjal. Fungsi ekskresi ginjal
diperlukan untuk mempertahankan kehidupan. Namun demikian, berbeda dengan
sistem kardiovaskuler dan respiratorius, gangguan total fungsi ginjal tidak
menimbulkan kematian dalam waktu yang singkat.Ginjal harus mampu untuk
mengekskresikan berbagai produk limbah makanan dan metabolisme dalam jumlah
yang dapat diterima serta tidak dieliminasi oleh organ lain. Jika diukur tiap hari,
jumlah produk tersebut biasanya berkisar dari 1 hingga 2 liter air, 6 hingga 8 gram
garam (natrium klorida), 6 hingga 8 gram kalium klorida dan 70 mg ekuivalen asam
perhari. Di samping itu, ureum yang merupakan produk akhir metabolisme protein
dan berbagai produk limbah lainnya diekskresikan dalam urin (Brunner & Suddarth,
2002).
a. Ginjal
Menurut Saputra (2014) ginjal merupakan suatu organ bervaskuler banyak yang
berbentuk seperti kacang. Ginjal terdiri dari tiga bagian
3
Pelvis renalis ( bagian dalam): menerima urine melalui kalises
mayor
Pada potongan sagital ginjal terdapat 2 bagian yaitu bagian tepi luar ginjal yang
disebut korteks dan bagian dalam ginjal yang berbentuk segitiga disebut pyramid ginjal
atau bagian medulla ginjal. Didalam ginjal terdapat satuan fungsional ginjal yang paling
kecil, yaitu nefron. Tiap ginjal terdiri dari sekitar 1,2 juta nefron. Setiap nefron terdiri
dari komponen vaskuler yaitu glomerulus dan komponen tubulus, keduannya secara
struktural dan fungsional bekaitan erat (Sloane, 2003).
Setiap nefron merupakan saluran yang tipis (dengan diameter 20-50 ) dan memiliki
bentuk yang memanjang/elongasi (dengan panjang 50 mm). Nefron terdiri dari saluran
berujung buntu (blind end) yang melebar. Kapsul bowman yang diikuti oleh tubulus kontotus
proksimal, ansa
Henle serta tubulus kontortus distal (Marya, 2013). Nefron terdiri dari beberapa
bagian antara lain sebagai berikut:
1. Glomerulus
Glomerulus adalah masa kapiler yang berbentuk bola yang terdapat sepanjang arteriol,
fungsinya untuk filtrasi air danzat terlarut dalam darah. Glomerulus juga merupakan
gulungan gulungan kapiler yang dikelilingi kapsul epitel berdinding ganda disebut kapsul
bowman (Sloane, 2003).
2. Kapsul bowman
Kapsul bowman merupakan suatu pelebaran nefron yang dibatasi oleh epitel yang
menyelubungi glomeulus untuk mengumpulkan zat terlarut yang difiltrasi oleh
glomerulus (Sloane, 2003).
4
Tubulus kontroktul proksimal merupakan bagian utama nefron. Tubulus ini dilapisi oleh
lapisan tunggal sel epitel yang memperlihatkan suatu brush border yang menonjol pada
permukaan lumen dan sejumlah besar mitokondria dan sitoplasma. Karasteristik
histologik epitel tubulus kontroktus proksimal ini mungkin berkolerasi dengan aktivitas
reabsorpsinya yang luas. Cairan yang difiltrasi akan mengalir ketubulus kontrotus
proksimal. Letak tubulus ini didalam korteks ginjal, sepanjang 15 mm dengan diameter
50-60 mm. bentuknya berkelok-kelok dan berakhir sebagai saluran yang lurus yang
berjalan kearah medulla, yaitu ansa henle (Marya, 2013).
4. Ansa henle
Ansa henle terdiri dari segmen desenden yang tebal yang struktur serta fungsinya serupa
dengan tubulus kontroktus proksimal, lalu segmen tipis yang berjalan turun kedalam
medulla hingga kedalaman yang beragam untuk membentuk sebuah ansa
(gulungan/loop), dan segmen asenden yang tebal yang struktur serta fungsinnya serupa
dengan tubulus kontortus distal. Dengan menimbulkan hiperosmolalitas pada interstisium
medularis, ansa henle memainkan peranan yang penting dalam mekanisme pemekatan
urin pada ginjal (Marya, 2013).
5
mempercabangkan suatu seri arteriola aferen. Arteriola aferen terpecah menjadi 4-6
gelungan kapiler (glomerulus) yang kemudian menyatu kembali menjadi arteriola eferen.
Arteriola eferen bercabang-cabang menjadi suatu jaringan kapiler, yaitu kapiler
peritubularis untuk mengelilingi bagian nefron yang berada dalam korteks renal (Marya,
2013). Arteriola eferen glomerulus jukstamedularis membentuk suatu tipe kapiler
peritubularis yang spesial dan dinamakan vasa rekta. Vasa rekta relatif lurus dan
merupakan gelungan kapiler panjang yang berjalan turun kedalam medulla renal serta
membentuk gelungan seperti penjepit rambut disepanjang sisi
ansa henle. Vasa rekta memiliki peranan yang penting dalam memelihara
hiperosmolalitas interstisium medularis (Marya,
2013).
8. Pembentukan urin
.Menurut Saputra (2014) urine dihasilkan dari tiga proses yang terjadi di nefron:
filtrasi oleh glomerulus, reabsorsi oleh tubulus dan sekresi oleh tubulus.
Pada filtrasi oleh glomerulus: Transpor aktif dari tubulus kontortus proksimal
menyebabkan reabsorsi Na+ dan glukosa ke sirkulasi terdekat. Osmosis kemudian
menyebabkan reabsorsi H2O
Pada reabsorsi tubulus: Suatu zat bergerak dari filtrat kembali dari tubulus kontortus
distal ke kapiler peritubuler. Transfor aktif menyebabkan reabsorsi Na+. Adanya
ADH menyebabkan reabsorsi H2O.
Pada sekresi oleh tubulus: suatu zat berpindah dari kapiler peritubuler ke dalam filtrat
tubulus. Kapiler peritubuler kemudian mensekresikan NH3 dan H+.
9. Ureter
Ureter merupakan tabung fibromuskular yang menghubungkan setiap ginjal dengan
kandung kemih (ureter kiri sedikit lebih panjang dari ureter kanan), dikelilingi oleh tiga
lapis dinding. Berperan sebagai saluran yang membawa urine dari ginjal ke kandung
kemih. Mempunya gelombang peristaltik satu sampai lima kali setiap menit untuk
mengalirkan urine ke kandung kemih. Ureter dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:
1. Pelvis renalis: pelvis renalis adalah bagian atas yang mengembang. Struktur ini
bermula sebagai alat berbentuk mangkuk yang dikenal sebagai kaliks.
2. Ureter: ureter memiliki panjang sekitar 25,4 cm. Bagian atas terletak di depan otot
belakang abdomen; bagian bawah masuk ke dalam rongga pelvis sejati dan berakhir
di permukaan belakang kandung kemih di mana ureter menembus dinding kandung
kemih tersebut. Setiap ureter tersusun atas:
Jaringan fibrosa: lapisan paling luar
Jaringan otot bebas: lapisan tengah; urine mengalir dari ginjal ke dalam kandung
kemih melalui gerak peristaltic
Jaringan epitel transisional: menyusun lapisan dalam ureter dan menjaganya dari
keasaman urine
6
10. Vesika Urinarius (Kandung Kemih)
Menurut Syaifuddin (2009), vesika urinaria (kandung kemih) : terletak tepat
dibelakang os pubis, merupakan tempat penyimpanan urin yang berdinding otot yang
kuat, bentuknya bervariasi sesuai dengan jumlah urin yang di kandung. Kandung kemih
pada waktu kosong terletak dalam rongga pelvis, sedangkan dalam keadaan penuh
dinding atas terangkat masuk kedalam region hipogastrika. Apeks kandung kemih
terletak di belakang pinggir atas simpisis pubis dan permukaan posteriornya berbentuk
segi tiga. Bagian sudut superolateral merupakan muara ureter dan sudut interior
membentuk uretra.
Bagian atas kandung kemih di tutupi oleh peritoneum yang membentuk eksafasio
retrovesikalis, sedangkan bagian bawah permukaan posterior dipisahkan oleh rectum oleh
duktus deferens, vesika seminalis, dan vesiko retro vesikalis. Permukaan posterior
seluruhnya di tutupi oleh peritoneum dan berbatasan dengan gulungan ileum dan kolon
sugmoid. Sepanjang lateral permukaan peritoneum melipat ke dinding lateral pelvis.
7
13. Uretra
Menurut Saputra dan Dwisang Evi (2014) uretra adalah suatu saluran sambungan
yang membawa urine dari kandung kemih ke arah luar. Uretra pada perempuan
berukuran pendek dengan panjang 3,8 cm. Lubang keluarnya membuka di antara bibir
vagina, di atas lubang vagina. Otot sfringter uretra perempuan terdapat di permulaan
saluran tersebut. Pada laki-laki uretra memiliki panjang 15 hingga 20 cm dari kandung
kemih ke lubang keluarnya di ujung penis. Uretra laki-laki menjalankan dua tugas: tugas
pertama adalah menyalurkan urine dan yang kedua adalah menyalurkan mani. Uretra
laki-laki dibagi menjadi beberapa bagian:
a. Bagian prostat: kelenjar prostat mengelilingi uretra di bagian ini; otot sfringter
uretra terdapat di bagian bawah
b. Bagian membran: bagian uretra yang berlanjut dari bagian prostat
c. Bagian penis: bagian yang terdapat di dalam penis
3. ETIOLOGI
Menurut SDKI (2019), factor-faktor yang mempengaruhi gangguan kebutuhan
eliminasi urine sebagai berikut:
1. Penurunan kapasitas kandung kemih
2. Iritasi kandung kemih
3. Penurunan kemampuan menyampuri tanda-tanda gangguan kandung kemih.
4. Efek tindakan medis dan diasnotik (misal operasi ginjal, operasi saluran kemih,
anestesi, dan obat-obatan)
5. Kelemahan otot pelvis
6. Ketidak mampuan mengakses toilet (misal imobilisasi)
7. Hambatan lingkungan
8. Ketidakmampuan dalam mengomunikasikan kebutuhan eliminasi
9. Outlet kandung kemih tidak lengkap (misal anomali saluran kemih kongenital)
10. Imaturitas (pada anak usia < 3 tahun)
4. KLASIFIKASI GANGGUAN ELIMINASI URINE
1. Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuanmengosongkan kandung kemih .
3. Polyuria, produksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500
ml / hari , tanpa adanya intakecairan .
5. GEJALA KLINIS
8
Eleminasi urine Retensi urine :
6. FAKTOR RISIKO
Usia lanjut
Seiring pertambahan usia, otot kandung kemih dan saluran lubang kencing
(uretra) akan semakin melemah. Inkontinensia juga sering kali merupakan bagian
dari sindrom geriatri atau sekumpulan masalah kesehatan yang sering terjadi pada
lansia.
Inkontinensia urine lebih banyak menyerang wanita dibandingkan pria. Hal ini
dapat dipengaruhi oleh proses kehamilan, melahirkan, dan menopause.
Keturunan
Risiko seseorang terkena inkontinensia urine akan lebih besar, jika salah satu
anggota keluarganya pernah menderita kondisi yang sama.
Merokok
Pada wanita, kandung kemih dan rahim didukung oleh beberapa otot yang sama.
Ketika rahim diangkat, otot-otot dasar panggul tersebut dapat mengalami
kerusakan, sehingga memicu inkontinensia.
Efek samping obat yang digunakan dalam proses pengobatan kanker prostat dapat
berisko menyebabkan inkontinensia urine.
Obat-obatan
9
Beberapa jenis obat, sepeti obat antihipertensi, obat penenang, dan obat penyakit
jantung, dapat memicu terjadinya inkontinensia urine.
7. PATOFISIOLOGI
Retensi urin
Objektif:
10
2. Tanda dan gejala Minor
Subjektif: -
Objektif: -
11
10. PATHWAY
Etiologi
GANGGUAN
ELIMINASI URINE
Menurunnya
Volume Urine .Distensi Abdomen
MK: INTOLERANSI
AKTIVITAS
12
11. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan penderita, mengidentifikasikan, kekuatan dan kebutuhan
penderita yang dapat diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik, pemerikasaan
laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
b. Anamnese
1. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat, status
perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa
medis.
2. Keluhan Utama
Biasanya pasien datang dengan keluhan nyeri pada daerah pinggang, urine lebih
sedikit, hematuria, pernah mengeluarkan batu saat berkemih, urine berwarana kuning
keruh, sulit untuk berkemih, dan nyeri saat berkemih.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Penurunan haluaran urin atau BAK sedikit, kandung kemih penuh dan rasa terbakar,
dorongan berkemih, mual/muntah, nyeri abdomen, nyeri panggul, kolik ginjal, kolik
uretra, nyeri waktu kencing dan demam.
4. Riwayat Kesehatan DahuluRiwayat adanya ISK kronis, obstruksi sebelumnya,
riwayat kolik renal atau bladder tanpa batu yang keluar, riwayat trauma saluran
kemih.
5. Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat adanya ISK kronik, dan penyakit atau kelainan ginjal lainnya.
6. Riwayat Kesehatan Lingkungan
Daerah atau tempat tinggal yang asupan airnya banyak mengandung kapur, perlu
dikaji juga daerah tempat tinggal dekat dengan sumber polusi atau tidak.
7. Pengkajian Kebutuhan Dasar
a. Kebutuhan Oksigenasi
Perkembangan dada dan frekuensi pernapasan pasien teratur saat inspirasi dan
ekspirasi dan tidak ada penggunaan otot bantu pernapasan
b. Kebutuhan Nutrisi dan Cairan
13
Kaji adanya mual, muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium
oksalat atau fosfat, atau ketidakcukupan pemasukan cairan, tidak cukup minum,
terjadi distensiabdomen, penurunan bising usus.
c. Kebutuhan Eliminasi
Kaji adanya riwayat ISK kronis, obstruksi sebelumnya (kalkulus). Penurunan
haluaran urin, kandung kemih penuh, rasa terbakar saat buang air kecil. Keinginan
dorongan ingin berkemih terus, oliguria, hematuria, piuri atau perubahan pola
berkemih.
d. Kebutuhan Aktivitas dan Latihan
Kaji tentang pekerjaan yang monoton, lingkungan pekerjaan apakah pasien
terpapar suhu tinggi, keterbatasan aktivitas misalnya karena penyakit yang kronis
atau adanya cedera pada medulla spinalis.
e. Kebutuhan Istirahat dan Tidur
Kesulitan tidur karena mungkin terdapat nyeri, cemas akan hospitalisasi.
f. Kebutuhan Persepsi dan Sensori
Perkembangan kognitif klien dengan kejadian di luar penampilan luar mereka.
g. Kebutuhan Kenyamanan
Kaji episode akut nyeri berat, nyeri kolik, lokasi tergantung pada lokasi batu
misalnya pada panggul di regio sudut costovertebral dapat menyebar ke
punggung, abdomen dan turun ke lipat paha genetalia, nyeri dangkal konstan
menunjukkan kalkulus ada di pelvis atau kalkulus ginjal, nyeri yang khas adalah
nyeri akut tidak hilang dengan posisi atau tindakan lain, nyeri tekan pada area
ginjal pada palpasi.
h. Kebutuhan Personal Hygiene
Kaji perubahan aktifitas perawatan diri sebelum dan selama dirawat di rumah
sakit.
i. Kebutuhan Informasi
Pengetahuan pasien dan keluarga tentang diet pada vesikolitiasis serta proses
penyakit dan penatalakasanaan.
j. Kebutuhan Konsep Diri
Konsep diri pasien mengenai kondisinnya
c. Pengkajian Fisik
2. Pemeriksaan Kepala
Bentuk kepala mesochepal.
3. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan edema periorbital dan konjungtiva apakah anemis.
14
4. Pemeriksaan Hidung
Adanya pernapasan cuping hidung jika klien sesak napas.
5. Pemeriksaan Telinga
Fungsi pendengaran, kebersihan telinga, ada tidaknya keluaran.
7. Pemeriksaan Leher
Adanya distensi vena jugularis karena edema seluruh tubuh dan peningkatann kerja
jantung.
8. Pemeriksaan Jantung
Mungkin ditemukan adanya bunyi jantung abnormal, kardiomegali.
9. Pemeriksaan Paru
pengembangan ekspansi paru sama atau tidak. Suara napas abnormal
Tidak ada hambatan pergerakan sendi pada saat jalan, duduk dan bangkit dari posisi
duduk, tidak ada deformitas dan fraktur.
15
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN, TUJUAN DAN KRITERIA HASIL DAN
INTERVENSI KEPERAWATAN
16
Nafsu makan berubah Menyatakan rasa samping
Proses berpikir nyaman setelah nyeri penggunaan
terganggu berkurang analgetik
Menarik diri
Monitor
Berfokus pada diri
keberhasilan terapi
sendiri
komplementer yang
diaforesisi
sudah diberikan
Terapeutik
Fasilitasi istirahat
tidur
Kontrol lingkungan
yang memperberat
nyeri ( misal: suhu
ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan).
Edukasi
Jelaskan penyebab,
periode dan pemicu
nyeri
Jelaskan strategi
meredakan nyeri
Anjurkan
17
menggunakan
analgetik secara
tepat
Anjurkan monitor
nyeri secara
mandiri
Kolaborasi
Kolaborasi
pemberian
analgetik, jika perlu
18
Objektif : saluran kemih
Inkontinensia berlebih
2. Ajarkan mengukur
Residu urine 150 ml
asupan cairan dan
atau lebih
haluaran urine
3. Ajarkan mengenali
tanda berkemih dan
waktu yang tepat
untuk berkemih
4. Ajarkan terapi
modalitas
penguatan otot-otot
panggul/berkemih
5. Anjurkan minum
yang cukup, jika
tidak ada
kontraindikasi
6. Anjurkan
mengurangi minum
menjelang tidur
Kolaborasi
2. Perawatan Kateter
Urine
Observasi
1. Monitor kepatenan
kateter urine
19
aliran urine
4. Monitor kebocoran
kateter, selang dan
kantung urine
Terapeutik
1. Gunakan teknik
aseptic selama
perawatan kateter
urine
2. Pastikan kateter
dan kantung urine
terbebas dari
lipatan
3. Pastikan kantung
urine diletakkan di
bawah ketinggian
kandung kemih dan
tidakdi lantai
4. Lakukan perawatan
perineal minimal
1x sehari
5. Kosongkan
kantung urine jika
kantung urine
sudah terisi
setengahnya
6. Lepaskan kateter
urine sesuai
kebutuhan
20
melakukan
tindakan
Edukasi
1. Jelaskan tujuan,
manfaat, prosedur
dan risiko sebelum
pemasangan kateter
3. Perawtaan
Retensi Urine
Observasi
1. Identifikasi
penyebab retensi
urine
4. Monitor tingkat
distensikandung
kemih dengan
palpasi atau perkusi
Terapeutik
1. Sediakan privasi
untuk berkemih
2. Berikan rangsangan
berkemih (mis.
Kompres dingin
pada abdomen)
3. Fasilitasi berkemih
dengan interval
yang teratur
Edukasi
21
1. Jelaskan penyebab
retensi urine
2. Anjurkan pasien
atau keluarga
mencatat output
urine
3. Ajarkan cara
melakukan
rangsangan
berkemih
22
Subjektif Fasilitas duduk di
sisi tempat tidur,
jika tidak dapat
1. Mengeluh lelah
berpindah atau
berjalan
3. Edukasi
Objektif Anjurkan tirah
baring
1. frekuensi jantung Anjurkan
melakukan
meningkat >20% dari aktivitas secara
bertahap
kondisi sehat Anjurkan
menghubungi
perawat jika
Gejala dan Tanda Minor tanda dan gejala
kelelahan tidak
berkurang
Subjektif Ajarkan strategi
koping untuk
1. Dispnea saat/setelah mengurangi
kelelahan
aktivitas 4. Kolaborasi
Kolaborasi
2. Merasa tidak nyaman dengan ahli gizi
tentang cara
setelah beraktivitas meningkatkan
asupan makanan
3. Merasa lemah
B.Edukasi Rehabilitas
Jantung
Objektif
Observasi :
1. Tekanan darah berubah
Identifikasi kesiapan
>20% dari kondisi istirahat
dan kemampuan
2. Gambaran EKG
menerima informasi
menunjukan aritmia
saat/setelah aktivitas
3. Gambaran EKG
menunjukan iskemia
23
4. Sianosis
Terapeutik
media pendidikan
kesehatan
Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
kesepakatan
Berikan kesempatan
untuk bertanya
Edukasi
Informasikan pasien
yang tersedia di
Anjurkan
mempertahankan
toleransi
keluarga mengikuti
seluruh rangkaian
24
program rehabilitasi
Ajarkan memonitor
toleransi aktivitas
keluarga modifikasi
(mis. penghentian
nitrogliserin sublingual
setiap 5 menit
berkurang)
25
3.IMPLEMENTASI
4. EVALUASI
Evaluasi merupakan tahap akhir dari suatu proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana ksehatan pasien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara melibatkan pasien.
S = Subjektif
O = Objektif
A = Analisa
P = Planning
26
DAFTAR PUSTAKA
Berman, A., Snyder, S. & Fradsen, G. (2016). Kozler & Ert's Fundamentals of Nursing (10ª ed.).
USA: Pearson Education.
Perry, A.G. & Potter, P. A. (2014). Nursing Skills & Procedures (8th ed.). St Louis: Elsevier
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K. & Smith, M. H. (2016). Fundamentals of
Nursing (3rd ed.). Philadelphia: F. A. Davis Company,
Dougherty, L. & Lister, S. (2015). Manual of Clinical Nursing Procedures NHS Foundation
Trust.
27