Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN KEPERAWATAN DASAR

DI RUANG TULIP RSUD EMBUNG FATIMAH

BATAM

DISUSUN OLEH

DELLA NOFLIZA PUTRI


202314903070

PRESEPTOR AKADEMIK PRESEPTOR KLINIK

(Ns. Sri Muharni, M. Kep) (Ns. Winda, S.Kep)

PRODI PROFESI NERS


UNIVERSITAS AWAL BROS
2023

PEMASANGAN KATETER URIN

1. Definisi

Kateter urin adalah presedur memasukkan selang ke dalam kandung kemih

untuk mengalirkan urine atau air kemih. Selang kateter tersebut ada yang berbahan

plastik atau bahan karet, kemudian selang dimasukkan melalui uretra ke dalam

kandung kemih. (Marelli, 2007)

Tindakan pemasangan kateter merupakan tindakan keperawatan yang

bertujuan untuk membantu memenuhi kebutuhan eliminasi, pada klien yang tidak

mampu mengontrol perkemihan, klien yang mengalami obstruksi saluran perkemihan

dan sebagai pengambilan bahan pemeriksaan untuk mengkaji haluan urin per jam

pada klien yang status hemodinamiknya tidak stabil. (Potter dan Perry, 2006)

2. Anatomi Fisiologi

Sistem perkemihan berfungsi untuk menyaring darah dan membuang produksi

yang tidak dibutuhkan oleh tubuh. Prosesnya dengan menghilangkan air ekstra dan

garam, racun, dan produk limbah lain nya.

Berikut ini adalah proses dan cara kerja nya:

 Darah memasuki setiap ginjal melalui banyak arteri

 Ginjal kemudian menyaring darah, memisahkan antara nutrisi dan racun.

 Vitamin, mineral, nutrisi dan protein kembali ke aliran darah

 Produk limbah dan urine bergerak melalui ureter ke kandung kemih.

 Kandung kemih menampung urine sampai waktunya dikeluarkan

 Urine dikeluarkan tubuh melalui urine. (John, 2022)


Berikut ini anatomi sistem perkemihan:

a. Ginjal

Ginjal adalah salah satu organ tubuh manusia yang berfungsi dalam sistem eksresi

atau pembuangan. Dalam sistem ekskresi, ginjal melakukan proses kerjasama dengan

organ lain seperti hati, paru-paru dan kulit. Berjumlah 2 buah, berbentuk kacang

ukuran besar, terletak di bawah tulang rusuk dekat bagian tengah punggung tepatnya

di columna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan gnjal

kiri karena adanya tekanan kebawah oleh hati. (Ariani, 2016).

Ada beberapa fungsi ginjal dalam penyaringan zat sisa untuk menghasilkan urine,

yaitu:

 Membuang limbah dan cairan berlebih dari tubuh

 Menyeimbangkan kadar air dan elektrolit di tubuh

 Melepaskan hormon yang mengontrol produkdi sel darah merah dan

 Membantu menjaga kesehatan tulang dengan mengontrol kalsium dan fosfor.

Ginjal nantinya akan mengeluarkan urine dari darah lewat unit penyatingan kecil yang

di sebut nefron. Setiap nefron biasanya terdiri atas bola yang dibentuk dari kapiler
darah kecil (glomerulus) dan tabung kecil (tubulus ginjal). Bersamaan dengan air dan

limbah lainnya, urea akan membentuk urine saat melewati nefron dan tubulus ginjal.

Ginjal terdiri atas 3 bagian, yaitu kulit (korteks), sumsum ginjal (medulla), dan bagian

rongga ginjal (pelvis renalis)

 Kulit (korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan darah

yang disebut nefron. Di nefron ini banyak sekali mengandung kapiler-kapiler

darah yang tersusun bergumpal-gumpal disebut glomerulus. Tiap glomerulus

dikelilingi oleh Simpai Bownman, dan gabungan antara glomerulus dengan

simpai bownman disebut badan malphigi.unit fungsional ginjal adalah nefron.

Pada manusia ginjal mengandung 1-1,5 juta nefron pada dasarnya mempunyai

fungsi yang sama, yang terbagi dalam 2 jenis; yaitu nefron kortikalis dan nefron

juxtamedullaris.

Bagian-bagian dari nefron yaitu:

Glomerulus: suatu jaringan kapiler yang berbentuk bola yang berasal dari anteriol

afferent yang kemudian bersatu menuju anteriol eferen berfungsi sebagai tempat

filtrasi sebagian air dan zat yang terlarut.

Kapsula Bownman: bagian tubulus yang melingkupi glomerulus untuk

mengumpulkan cairan yang difiltrasi oleh kapiler.


Tubulus: terbagi menjadi 3 yaitu: tubulus proksimal berfungsi mengadakan

reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubuli dan mensekresi bahan-bahan kedalam

cairan tubuli. Lengkung Henle membentuk lengkungan tajam berbentuk U terdiri

pars descendens dan pars descendens. Lengkung henle berfungsi sebagai

reabsorbsi bahan-bahan dari cairan tubulus dan sekresi bahan-bahan ke dalam

cairan tubulus, serta berperan penting dalam mekanisme konsentrasi dan difusi

urine. Tubulus distal berfungsi dalam reabsorbsi dan sekresi zat-zat tertentu.

Duktus Pengumpul: satu duktus pengumpul mungkin menerima cairan dari

delapan nefron yang berlainan. Setiap duktus pengumpul terbenam kedalam

medula untuk mengosongkan cairan isinya (urine) ke dalam pelvis ginjal.

 Sum-sum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri dari beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut

piramid renal. Satu piramid dengan jaringan korteks di dalam nya disebut lobus

ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak bergaris-garis karena terdiri atas

berkas saluran parallel (tubuli dan duktus koligentas). Di antara pirmid terdapat

jaringan korteks yang disebut kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan

pembuluh halus yang merupakan lanjutan dari simpai bownman. Di dalam

pembuluh halus ini terangkut urine yang merupakan hasil penyaringan darah

dalam badan malphigi.

 Rongga Ginjal (pelvis renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk corong

lebar. Pelvis renalis bercabang dua atau yang disebut kaliks mayor, yang masing-

masing bercabang membentuk beberapa kaliks minor yang langsung menutupi

papilla renis dari piramid. Kaliks minor ini menampung urine yang keluar dari
papilla. Dari kaliks minor, urine masuk ke kaliks mayor ke pelvis renalis, ke

ureter, hingg ditampung dalam kandung kemih. (Haryono, 2013)

Peredaran Darah Ginjal

Ginjal mendapatkan darah aorta abdominalis yang mempunyai percabangan arteria

renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria interlobaris

kemudian menjaddi arteria akuata. Arteria interlobaris yang berada ditepi ginjal bercabang

menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut glomerulus dan dikelilingi oleh alat yang

disebut simpai bownman, didalam nya terjadi penyadangan pertama dan kapiler darah yang

meninggalkan simpai bownman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena cafa inferior.

(Haryono, 2013)

Persyarafan Ginjal

Ginjal mendapatkan persyarafan dari pleksus renalis (vasomotor). Saraf ini berfungsi

mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengna

pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal ( kelenjar suprarenal) terdapat diatas

ginjal yang merupakan sebuah kelenjar buntu yang menghasilkan dua macam hormon yaitu

adrenalin dan hormon kortison (Haryono, 2013)

Sirkulasi Ginjal

Ginjal mendapatkan sekitar 20% dari curah jantung. Darah dari aorta abdominalis

yang mempunyai percabangan arteri renalis akan masuk ke ginjal. Arteri ini berpasangan kiri

dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteri interlobaris kemudian menjadi arteri

arkuata. Arteri interloburalis yang berada di tepi ginjal bercabang menjadi kapiler

membentuk gumpalan-gumpalan yang disebut glomerulus. Glomerulus ini dikelilingi oleh

alat yang disebut simpai bowman. Disini terjadi penyaringan pertama dan kapiler darah yang

meninggalkan simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.
90% darah yang memasuki ginjal akan memperdarahi korteks, menyebabkan aliran darah

yang tinggi dan sedikit perbedaan O2 intervenosa (Prabowo & Pranata, 2014).

Proses Pembentukan Urine

Mula-mula darah yang mengandung air, garam, glukosa, urea, asam amino, dan

amonia mengalir kedalam glomerulus untuk menjalani proses filtrasi. Proses ini terjadi

karena adanya tekanan darah akibat pengaruh dari mengembang dan mengerutnya arteri yang

memanjang menuju dan meninggalkan glomerulus. Akhir filtrasi glomerulus ditampung oleh

kapsul bowman dan menghasilkan filtrate glomerulus atau urine primer. Secara normal,

setiap hari kapsul bowman dapat menghasilkan 180L filtrate glomerulus. Filtrate glomerulus

atau urun primer masih banyak mengandung zat yang diperlukan tubuh antaralain glukosa,

garam garam, dan asam amino. Filtrate glomerulus ini kemudian diangkut oleh tubulus

kontortus proksimal. Di tubulus kontortus proksimal. Di tubulus kontortus proksimal zat-zat

yang masih berguna di reabsorpsi. Sama asam amino, vitamin, dan beberapa ion yaitu Na+ ,

Cl- , HCO+ , dan K+ . Sebagian ion-ion ini diabsorpsi kembali secara transporaktif dan

sebagian lain secara difusi (Haryono, 2013).

 Fisiologi Ginjal

1) Fungsi Ekskresi

a) Mempertahankan osmolaritas plasma sekitar 285 mOsmol dengan mengubah-

ubah ekskresi air;

b) Mempertahankan kadar masing-masing elektrolit plasma dalam rentang normal;

c) Mempertahankan pH plasma sekitar 7,4 dengan mengeluarkan kelebihan H+

dan mementuk kembali HCO3; dan

d) Mengekkresikan produk akhir nitrogen dari metabolisme protein, terutama urea,

asam urat dan kreatinin.


2) Fungsi Non-Ekskresi

a) Menghasilkan rennin yang penting dalam pengaturan tekanan darah;

b) Mengahasilkan eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel

darah merah oleh sumsum tulang;

c) Metabolism vitamin D menjadi bentuk aktifnya;

d) Degradasi insulin;

e) Menghasilkan prostaglandin.

 Proses Organ Ginjal

a) Proses Filtrasi

Proses filtrasi terjadi pada kapiler glomerulus dan kapsul bowman. Diantara

faktor yang bisa membantu melancarkan proses filtrasi ini adalah tekanan

hidrolik pada glomerulus itu sendiri. Selain itu, pada glomerulus terjadi

beberapa proses lain yaitu peningkatan kembali sel-sel darah, keping darah, dan

juga sebagian besar protein plasma yang ada di dalam tubuh. Proses ini akan

menghasilkan urine primer.

b) Proses Reabsorpsi

Proses reabsorpsi terjadi pada tubelus kontortus proksimal yang nantinya akan

menghasilkan urine sekunder. Pada proses ini akan terjadi penambahan

beberapa zat sisa serta urea yang ada pada tubulus kontortus distal. Sedangkan

zat-zat yang masih berguna pada urinee primer yang melalui proses reabsorbsi

akan dikembalikan lagi ke darah melalui pembuluh kapiler.

c) Proses Augmentasi
Proses terakhir adalah proses augmentasi di mana urine sekunder yang berasal

dari lengkung henle akan disalurkan ke tubulus kontortus distal. Pada bagian

itulah urine sekunder akan mengalami proses augmentasi, di mana urine

sekunder akan ditambahkan beberapa zat yang tidak dibutuhkan tubuh. Proses

ini akan menghasilkan urine sesungguhnya yang akan dikeluarkan melalui

ureter. Urine terdiri dari 85% air, 1,5% garam dan 2,5% urea.

b. Ureter

Ureter dalam sistem urinaria adalah dua tabung kecil yang bertugas membawa urine

dari masing-masing ginjal ke kandung kemih. Panjangnya sekitar 25 cm.

Otot-otot di dinding ureter biasanya akan terus mengencang dan mengendur agar

urine turun dari ginjal. Dinding ureter memiliki tiga lapisan, yaitu:

 Lapisan luar yang terbuat dari jaringan ikat fibrosa

 Bagian tengah yang terbuat dari otot polos, terdiri atas otot polos sirkular

(bagian dalam) otot polos longitudinal (bagian luar). Yang berfungsi sebagai

peristaltik untuk mendorong urin.

 Lapisan dalam yang lembab dan mengeluarkan lendir untuk melindungi

permukaan sel.

Setiap 10 – 15 detik, urine dalam jumlah yang sedikit akan dialirkan dari ureter ke

kandung kemih. (Anatomy, Abdomen and Pelvis, Ureter, 2021)


c. Kandung Kemih

Merupakan organ berongga pada sistem urinaria yang berbentuk segitiga dan berada

di perut bagian bawah. Organ ini berukuran besar dan ditahan oleh ligamen yang

melekat pada organ lain dan tulang panggul. Dinding kandung kemih akan mengendur

dan mengencang agar urine dapat tertampung. Terdapat dua sfingter, yaitu cincin otot

yang dapat membuka dan menutup di dasar organ, membantu menahan urine di

kandung kemih. Cincin otot ini akan terus menahan hingga sinyal syaraf

memerintahkan untuk berkontraksi dan melepaskan urine. Pada sistem urinaria orang

dewasa, kandung kemih biasanya dapat menyimpan hingga 300-500 ml urine selama

2-4 jam. Kandung kemih dapat meregang saat terisi dan menyusut kembali saat

kosong, sehingga mukosa kandung kemih mempunyai banyak lipatan yang disebut

rugae. Sementara itu, bayi dan anak kecil mengeluarkan urine secara refleks, hingga

mereka dapat mengendalikan sfingter dan menahan urine lebih lama selama toilet

training.
d. Uretra

Merupakan jalur terakhir aliran urin. Urine yang telah di produksi oleh ginjal yang

selanjutnya dipindahkan dari ureter dan kandung kemih. Urine akan di keluarkan

melalui uretra. Organ saluran kemih ini akan bertugas menghubungkan kandung

kemih ke lubang saluran kemih pada ujung penis atau vagina. Normalnya, ukuran

uretra dapat berbeda, yaitu sekitar 20 cm pada laki-laki dan 4 cm pada perempuan.

Uretra pada laki-laki terdiri dari:

 Uretra prostatika

 Uretra membranosa

 Uretra kevernosa

Uretra laki-laki akan melewati prostat dan masuk ke penis.

Sementara pada perempuan, uretra terhubung dari kandung kemih dan langsung

membuka di bagian vagina. Jalur kandung kemih dan uretra dilengkapi cincin otot

(sfingter) untuk menjaga urine agar tidak bocor.

Uretra pada wanita terdiri dari:

 Tunika muskularis

 Lapisan spongeosa

 Lapisan mukosa
3. Indikasi

Indikasi pemasangan kateter terbagi atas 2, yaitu indikasi diagnostik dan

indikasi terapi. Indikasi diagnostik termasuk pengumpulan spesimen urine dan

pemantauan volume urin. Sementara indikasi terapi kateterisasi uretra misalanya

digunakan pada kondisi retensi urine. Pemasangan kateter dalam jangka waktu yang

pendek akan meminimalkan infeksi, sehingga metode pemasangan kateter sementara

adalah metode yang paling baik. (Chateter, 2016)

a. Indikasi pada pemasangan kateter sementara:

 Mengurangi ketidaknyamanan pada distensi kandung kemih

 Pengambila urine residu setelah pengosongan kandung kemih

b. Indikasi pada pemasangan kateter jangka pendek:

 Obstruksi saluran kemih (pembesaran kelenjar prostat)

 Pembedahan untuk memeperbaiki organ perkemihan, seperti vesika urinaria

uretra ddan organ sekitarnya


 Preventif pada obstruksi uretra dari perdarahan

 Untuk memantau output urine

 Irigasi vesika urinaria

c. Indikasi pada pemasangan kateter jangka panjang:

 Retensi urine pada penyembuhan penyakit ISK

 Skin rash, ulcer dan luka yang iritatif apabila konta dengan urine

 Klien dengan penyakit terminal

4. Kontraindikasi

Kontraindikasi pada pemasangan kateter adalah pada pasien yang mengalami

prostitits akut, phymosis, perdarahan pada uretra, cedera uretra atau ureter, riwayat

operasi uretra. pasien yang mampu berkemih spontan dan pasien yang tidak

kooperatif (Nuari & Widayati, 2017)

5. Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan eliminasi urine b.d penurunan kapasitas kandung kemih d.d distensi

kandung kemih

b. Inkontinensia urine fungsional b.d penurunan tanda-tanda berkemih d.d

mengompol sebelum mencapai toilet

c. Retensi urine b.d disfungsi neurologis d.d disuria

d. Resiko infeksi d.d efek prosedur invasif

6. Tujuan Tindakan Keperawatan

a. Membantu memenuhi kebutuhan pasien terkait berkemih

b. Mengosongkan kandung kemih

c. Digunakan pada pasien operasi, sakit, penurunan kesadaran, cedera, penyakit akut

dll
d. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong

e. Memonitor keseimbangan cairan

f. Sebagai pengambilan bahan pemeriksaan

g. Meningkatkan rasa nyaman pasien akibat distensi abdomen

h. Memfasilitasi pengukuran output urin yang lebih akurat pada pasien yang

membutuhkan pengukuran uurin 24 jam. (Gosnell, 2019)

DAFTAR PUSTAKA

A Potter, & Perry, A. G. 2015. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Dan
Praktik, edisi 4, Volume.2. Jakarta: EGC

Bai, Y., Wang, X., Li, X., Pu, C., Yuan, H., Tang, Y., Li, J., Wei, Q., & Han, P. (2015).
Management of Catheter-Related Bladder Discomfort in Patients Who Underwent Elective
Surgery. Journal of Endourology, 29(6), 640–649. https://doi.org/10.1089/end.2014.0670

Henriques, F. M. D., & Orlandin, L. (2017). Quality of life of patients using intermittent
urinary catheterization. Revista LatinoAmericana de Enfermagem, 25(0).
https://doi.org/10.1590/1518-8345.1816.2906

Hidayat, A. Alimul. (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia: aplikasi konsep dan proses
keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Kemenkes, RI. 2017. Perawatan Kateter di Rumah. RSUP Dr. Sarjito.


http://ppid.sardjito.co.id/wp-content/uploads/2019/07/Perawatan-Kateter-diRumah.pdf.
Marrelli, 2007. Buku Dokumentasi Keperawatan, Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nuari & Widayati. (2017). Gangguan pada sistem perkemihan & penatalaksanaan
keperawatan. CV Budi Utama.

Priharjo, (2013). Prosedur Teknik Relaksasi Nafas Dalam (online)


(http://prosedurteknikrelaksasinafasdalam.go.id.

PPNI (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

PPNI (2021). Pedoman Standar Prosedur Operasional Keperawatan, Edisi 1. Jakarta: DPP
PPNI

Anda mungkin juga menyukai