Anda di halaman 1dari 27

MEDIA DAN METODE PROMOSI KESEHATAN PADA

PELAYANAN CALON DAN AKSEPTOR KB

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Promosi Kesehatan

Dosen Pembimbing: Yuli Lutfiana., SKM.,MPH

Oleh:

Kelompok 6

1. Sumarni Okta Dwilestari (120140012)

2. Tasya Viktoriani (120140013)

3. Renta Fransiska (120140022)

PROGAM STUDI DIII KEBIDANAN

AKADEMI KEBIDANAN NUSANTARA INDONESIA

LUBUKLINGGAU 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Media dan Promosi Kesehatan pada
Akseptor KB”.

Dalam penyelesaian Laporan Makalah ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan dan
masukan oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Hj. Suyatmi, SKM., M.M.Kes Direktur Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia


Lubuklinggau.
2. Novia Sari, SST., M.Tr.Keb selaku Ketua Program Studi DIII Kebidanan Akademi
Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau.
3. Yuli Lutfiana., SKM.,MPH. selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Promosi Kesehatan
Program Studi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan Nusantara Indonesia Lubuklinggau.
4. Seluruh dosen dan staf pengajar Program Studi DIII Kebidanan Akademi Kebidanan
Nusantara Indonesia Lubuklinggau yang telah memberikan ilmu pengetahuan,
mengarahkan dan membimbing penulis selama mengikuti proses pendidikan.

Penulis menyadari bahwa Laporan Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik, saran atau masukan dari semua pihak sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.

Lubuklinggau, 26 Juni 2022

Kelompok 6
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................................5
A. DEFINISI KEPENDUDUKAN.......................................................................................................5
B. DEFINISI KELUARGA BERENCANA.........................................................................................7
C. PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI INDONESIA..................................................................7
D. DEFINISI KIE.................................................................................................................................8
E. KONSELING PROGRAM KB....................................................................................................15
F. MEDIA INFORMASI KB.............................................................................................................22
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI KEPENDUDUKAN

Menurut UU RI Nomor 10 Tahun 1992, penduduk adalah. orang dalam matranya


sebagai pribadi, anggota keluarga, anggota masyarakat, warga negara dan himpunan
kuantitas yang bertempat tinggal di suatu tempat dalam batas wilayah negara pada waktu
tertentu. Penduduk juga dapat diartikan sebagai orang yang mendiami suatu daerah dalam
jangka waktur tertentu. Penduduk dan konsep kependudukan berkaitan erat dengan
demografi. Demografi adalah studi kuantitatif dari suatu proses fertilitas (kelahiran),
mortalitas (kematian), perkawinan, migrasi dan mobilitas sosial. Proses-proses tersebut
secara langsung memengaruhi jumlah penduduk dalam suatu wilayah. Perubahan
perubahan kependudukan karena faktor-faktor tersebut dipelajari dalam dinamika
kependudukan (populationdinamics). Dinamika kependudukan mempelajari seluruh
penduduk, teori-teori tentang penduduk dan kebijaksanaan penduduk.

1. DINAMIKA KEPENDUDUKAN

a. Pengertian

Dinamika penduduk adalah proses perubahan penduduk yang terjadi secara terus-
menerus dan berpengaruh pada jumlah. Dinamika kependudukan adalah perubahan
kependudukan pada satu daerah tertentu dari waktu ke waktu.

b. Penyebab Perubahan

Penduduk Perubahan penduduk tidak terjadi begitu saja, banyak penyebab yang
berperan di dalamnya. Penyebab yang memengaruhi perubahan penduduk adalah
kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang
berkembang di masyarakat. Penyebab-penyebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
a) Penyebab Langsung

Penyebab langsung dari pertumbuhan penduduk adalah faktor-faktor yang


memengaruhi pertumbuhan penduduk secara langsung, tanpa melalui variabel tertentu
contohnya kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk.

I. Kelahiran
II. Jumlah Penduduk Bertambah
III. Migrasi
IV. Jumlah Penduduk Berkurang
V. Kematian
 Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya selisih
antara kelahiran dan kematian.
 Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih
antara kelahiran kematian dan migrasi
b) Penyebab Tidak Langsung

Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung dan terjadi
melalui variabel antara adalah faktor keadaan sosial ekonomi dan faktor budaya. Menurut
King Sley Davis dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi atau menekan
fertilitas suatu masyarakat adalah sebagai berikut.

 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan oleh hubungan kelamin


(intercousevariable).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kemungkinan untuk konsepsi (conceptionvariable).
 Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan dankelahiran selamat (gestationvariable).

Selain faktor-faktor di atas, masih ada faktor lain yang dapat memengaruhi
perubahan penduduk, yaitu usia perkawinan. Usia perkawinan dapat berpengaruh pada
dinamika penduduk. Jika perkawinan terjadi saat pasangan tersebut masih berusia muda,
usia reproduktif pasangan tersebut juga akan lebih panjang dibandingkan dengan pasangan
yang menikah di usia lanjut. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah jumlah anak yang
dihasilkan oleh pasangan usia muda akan lebih banyak dibandingan dengan jumlah anak
yang dihasilkan oleh pasangan usia lanjut.

Faktor status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan juga bisa memengaruhi
tinggi rendahnya kelahiran dan kematian. Perempuan yang berusia lebih tua dengan
penghasilan rendah tingkat fertilitasnya lebih rendah. Hal ini terjadinya karena tingkat
ekonomi masyarakatnya tergolong rendah sehingga secara tidak langsung, status sosial
ekonomi berpengaruh pada dinamika penduduk

B. DEFINISI KELUARGA BERENCANA


Keluarga Berencana adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta
masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan
ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga untuk mewujudkan keluarga kecil,
bahagia dan sejahtera (UU Nomor 10 Tahun 1992).

Pengertian Keluarga Berencana menurut UU Nomor 10 Tahun 1992 tentang


Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera adalah upaya
peningkatan kepedulian peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan
(PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan
keluarga kecil, bahagia dan sejahtera (Arum dan Sujiyatini, 2009).

Keluarga berencana adalah usaha untuk mengatur banyaknya jumlah kelahiran


sehingga ibu maupun bayinya dan ayah serta keluarga yang bersangkutan tidak akan
menimbulkan kerugian sebagai akibat langsung dari kelahiran tersebut. Keluarga
berencana merupakan program pemerintah yang bertujuan menyeimbangkan antara
kebutuhan dan jumlah penduduk. Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa
diharapkan menerima Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) yang
berorientasi pada pertumbuhan yang seimbang (Irianto, 2014).
C. PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI INDONESIA
Rentang waktu tahun 1950 sampai 1960, tujuan utama KB adalah untuk
menjarangkan kehamilan karena berkaitan erat dengan kesehatan dan kesejahteraan ibu
dan anak. Selain itu ada usaha agar pasangan suami istri yang mandul bisa
mendapatkanketurunan yang diinginkan. Dalam Pelita I (1969/1970 sampai 1973/1974).
KB disatukan dengan kesehatan dengan harapan jumlah akseptor mencapai 3 juta selama 5
tahun sehingga dapat mencegah 600.000-700.000 kelahiran. Saat itu, program ini hanya
dikhususkan di Pulau Jawa dan Bali. Sejak ada BKKBN pada tahun 1970, badan itu juga
bertanggung jawab atas pelaksanaan KB sejak Pelita L. Lalu pada Pelita II, program KB
sudah berdiri sendiri dan jangkauannya mulai diperluas saat Pelita III dan IV.

Dengan hasil yang memuaskan selama Pelita 1, pemerintah akhirnya mulai


mencanangkan program KB di 10 provinsi di luar Pulau Jawa dan Bali, tepatnya pada
Pelita II. Program ini diberi nama Luar Jawa Bali 1. Pada Pelita Il program diperluas ke
seluruh Indonesia dan kelompok provinsi terakhir dinamai Luar Jawa Bali II.Pada Pelita
III, program KB ternyata sangat berdampak pada demografi dengan target penurunan
tingkat kelahiran kasar sebanyak 50% dari 44 pada tahun 1971 menjadi 22 pada tahun
2000, lalu dipercepat 10 tahun menjadi tahun 1990. Perubahan dilakukan oleh BKKBN
pada 1980 dalam rangka intensifikasi program dengan menciptakan strategi yang
dinamakan "Panca Karya".

Pada Pelita V, gerakan KB Nasional muncul untuk menggantikan program KB


nasional yang berarti gerakan masyarakat yang menghimpun dan mengajak segenap
potensi masyarakat untuk berpartisipasi aktif dalam melembagakan dan membudayakan
Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS). Gerakan ini bertujuan untuk
meningkatkan mutu SDM Indonesia. Untuk mewujudkan norma keluarga kecil yang
bahagia dan sejahtera (NKKBS) diperlukan berbagai cara, yaitu (1) mengatur jarak
kehamilan, (2) mendewasakan usia perkawinan, (3) penyuluhan tentang pentingnya KB,
serta (4) penyediaan sarana prasarana KB dan Posyandu.

1. ORGANISASI-ORGANISASI KB DI INDONESIA
 Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
 Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

D. DEFINISI KIE
KIE adalah singkatan dari Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. Menurut Effendy
(1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan
rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan baik antara seseorang
dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta gagasan, opini, atau emosi antara
dua orang atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan berisi hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan dan disampaikan oleh pemberi pesan kepada
penerimanya melalui berbagai media yang dianggap tepat.

Menurut DEPKES RI (1990) Informasi adalah pesan yang disampaikan, sedangkan


menurut BKKBN (1994), informasi adalah keterangan gagasan maupun kenyataan-
kenyataan yang perlu diketahui oleh masyarakat. Informasi yang disampaikan kepada
masyarakat dapat berupa edukasi.

Menurut Effendy (1998), edukasi pada bidang kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu pernana
yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap
invidu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Tenaga kesehatan harus mampu
menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat sehingga tenaga kesehatan harus
memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bidang kesehatan. Menurut Notoatmodjo
(2003), komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
posistif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi massa

1. KIE DALAM PELAYANAN KB

Komunikasi, Informasi, dan Edukasi dalam pelayanan KB sangat diperlukan karena


ada banyak sekali informasi mengenai KB yang harus disampaikan oleh tenaga kesehatan
kepada masyarakat. Informasi ini harus disampaikan secara jelas agar masyarakat dapat
memahami dengan jelas tentang KB.

2. Tujuan Diadakannya KIE dalam Pelayanan KB

KIE tidak serta merta dimasukkan dalam pelayanan KB tanpa alasan dan tujuan yang
jelas. Berikut adalah tujuan diadakannya KIE dalam Pelayanan KB.

a) Meningkatkan pengetahuan, sikap, dan praktik KB sehinggamasyarakat tertarik dengan


program KB dan bisa menjadimenjadiperserta baru.
b) Membina kelestarian para peserta agar tetap mengikuti program KB.
c) Meletakkan dasar bagi mekanisme sosio-cultural yang dapat menjamin berlangsungnya
proses penerimaan
d) Dengan adanya program KIE, diharapkan dapat mendorong terjadinya proses perubahan
perilaku ke arah yang lebih baik. Contohnya meningkatnya pengetahuan masyarakat
tentang KB sehingga masyarakat menjadi lebih yakin untuk. mengikuti program KB.

3. Jenis-Jenis Kegiatan dalam KIE Kegiatan-kegiatan dalam KIE dibagi ke dalam beberapa
jenis,yaitu:
a) KIE Individu

Suatu proses KIE tentang program KB yang timbul secara langsung antara petugas
KIE dengan dengan individu sasaran program KB.

b) KIE kelompok

Suatu proses KIE tentang program KB yang timbulsecara langsung antara petugas
KIE dengan kelompok (2-15 orang).

c) KIE Massa

Suatu proses KIE tentang program KB yang timbul secara langsung ataupun tidak
langsung antara petugas KIE dengan masyarakat dalam jumlah besar.

4. Prinsip KIE Tentang Program KB


Dalam melaksanakan KIE tentang programKeluarga Berencana, para tenaga
kesehatan harus memahami prinsip prinsip berikut.

i. Memperlakukan dengan sopan, baik, dan ramah.


ii. Memahami, menghargai, dan menerima keadaan ibu sebagaimana adanya.
iii. Memberi penjelasan dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami.
iv. Menggunakan alat peraga yang menarik dan mengambil contoh dari kehidupan
sehari-hari.
v. Menyesuaikan isi penyuluhan dengan keadaaan dan risiko yang dimiliki ibu.

Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat diterapkan dengan baik karena akan sangat
membantu para tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
dengan sebaik baiknya. Jika informasi disampaikan secara lugas, masyarakat akan
memahami program KB dengan jelas.

5. Cara Penyampaian Pesan

Masayarakat terdiri atas banyak lapisan dengan pola pikir dan pengetahuan yang
berbeda-beda. Beberapa orang akan dengan cepat mengerti dan menangkap maksud dari
informasi yang disampaikan oleh petugas mengenai KB. Sebagian lainnya membutuhkan
cara yang berbeda karena informasi tentang KB membutuhkan tenaga yang mumpuni agar
jelas maksud dan tujuannya, Jalan keluar dari masalah tersebut adalah denganpanduan
dalam KIE. Ada banyak cara yang bisa dilakukan agar pesan yang akan disampaikan
dimengerti oleh calon akseptor KB, yaitu:

a. Informatif.
Berbagai keterangan mengenai konsep Keluarga Berencana harusdiberikan
setepat-tepatnya agar bisa sampai ke penerima atau calon peserta/peserta Keluarga
Berencana Pemberian informasi ini harus diperhatikan setajam mungkin karena
terdapat kemungkinan pengurangan/penambahan keterangan yang dapat
menyesatkan, bahkan dapat membentuk konsep yang jauh berbeda di pikiran
penerima informasi.
b. Edukatif.
Berikan informasi yang sesuai jika calon akseptor memiliki pandangan positif
terhadap konsep keluarga kecil Jika ia setuju dengan konsep keluarga kecil, secara
tidak langsung ia setuju dengan adanya program KB dan bersedia menjadi akseptor.
Jika ia tidak setuju dengan konsep keluarga kecil dan tetap ingin memiliki anggota
keluarga yang banyak, hargai pendapat tersebut.
c. Persuasif.
Memberi pengertian kepada penerima informasi tentang KB, tentang
kepercayaan dan nilai-nilai jika memiliki keluarga kecil yang bahagia dan berikan
contoh konkret atau contoh perwujudan dalam nilai-nilai masyarakat Indonesia pada
umumnya.
d. Tatap muka
Tiga cara yang telah disebutkan sebelumnya akan lebih efektif jika dilakukan
secara tatap muka dengan penerima informasi. Tenaga atau petugas KB sebaiknya
menguasai materi, mengerti posisi, situasi, dan kondisi lingkungan. Petugas juga
perlu mengetahui tata-aturan atau nilai-nilai yang dipercayai oleh penerima
informasi.
Masyarakat diharapkan berperan aktif dalam pelaksanaan Program Nasional Keluarga
Berencana sehingga diperlukan cara pendekatan yang bisa dilakukan secara bersamaan
(contohnya pendekatan dengan cara di atas) agar hasilnya efektif.
6. Target Tujuan
Target yang dicanangkan pemerintah melalui KIE KB adalah penerimaan informasi
yang luas kepada semua lapisan. masyarakat di seluruh Indonesia. Informasi yang luas dan
jelas akan menarik calon akseptor baru sehingga pelaku KB akan terus bertambah setiap
tahunnya. Di samping target bertambahnyaakseptor baru, ada target lain, yaitu:
a. Target perluasan jangkauan, yang dalam Bidang KIE dapat diukur dengan indikator
sebagai berkut.
i. Makin meningkatnya pelayanan/arus KIE sampai ke pelosok-pelosok yang semula
belum terjangkau.
ii. Makin meningkatnya jumlah-jumlah kelompok masya rakat yang ikut menangani
masalah KIE KB, terutama di wilayah/unit daerah yang tadinya belum terjangkau
pelayanan KIE.
iii. Meningkatnya jumlah peserta baru dan peserta lestari/aktif yang mempunyai
pengaruh terhadap penurunantingkat kelahiran.

iv. Meningkatnya kesadaran masyarakat dan individu bahwa masalah Keluarga


Berencana bukan hanya masalah medis, sosial, atau lain-lainnya, tetapi
menyangkut segala peri kehidupan manusia.
v. Meningkatnya pengetahuan masyarakat pengaruh keberhasilan Keluarga
Berencana yang lebih luas dari sekadar penurunan fertilitas saja. Tentang

b. Target pembinaan, yang dalam Bidang KIE dapat diukur dengan indikator sebagai
berikut.
i. Mantapnya pelayanan KIE di wilayah yang paling dekat dengan peserta, misalnya
PPKB, dokter/bidan swasta. klinik, saluran komersil, dan sebagainya.
ii. Mantapnya pelayanan KIE oleh masyarakat sendiri, sehingga masyarakat mampu
menangani pengadaan pelayanan KIE.
iii. Mantapnya peserta yang telah ada dan makin meningkatnya peserta-peserta baru
yang diajak oleh masyarakatsendiri.
iv. Meluasnya peranan dan tanggung jawab penanganan KB oleh masyarakat sendiri
yang mempunyai kaitan untuk mendukung penerimaan alat kontrasepsi yang
lestari sebagai sarana untuk penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera.

c. Target pelembagaan-pembudayaan akan ditandai dengan indikator-indikator sebagai


berikut.
i. Makin tumbuhnya program pembangunan sektoral yang terintegrasi, termasuk di
dalamnya KIE KB.
ii. Makin tumbuhnya peraturan-peraturan, ketentuan ketentuan, keputusan-
keputusan, hukum dan seba gainya, yang bersifat menunjang penerimaan norma
keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera.
iii. Makin munculnya program pembangunan sektoral yang menguntungkan
penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera
iv. Makin meluasnya penanganan Program Keluarga Berencana ditingkat
Unit/Desa/Kampung/Kesatuan yang terkecil dalam masyarakat, sehingga
penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan sejahtera mendapat pelayanan
kesaranaan yang paling mudah, murah, dan aman pada tingkat yang paling dekat
dengan si penerima/si peserta.

7. Masalah dan Sebab dalam Mencapai Target Tujuan


a. Masalah pada Target Perluasan Jangkauan
 Masalah:
1. Pengetahuan pasangan subur tentang tempat dan waktu pelayanan kontrasepsi
yang kurang (Klinik, TMK, STMK, Pos KB, dan sebagainya) masih rendah.
2. Pengetahuan pasangan subur tentang alat-alat kontrasepsi masih rendah.
3. Adanya ketakutan tentang efek samping alat-alat kontrasepsi.
4. Malu melakukan KB.
5. Masih mempertahankan nilai-nilai lama bahwa memiliki banyak anak berarti
banyak rezeki. Selain itu, nilai-nilai lama mengacu pada kaum lelaki yang
masih berkeinginan untuk meneruskan jalur keturunan.
6. Kurang/tidak adanya komunikasi tentang KB antara suami-istri
7. Kurang/tidak adanya pengertian tentang ide Keluarga Berencana dan tanggung-
jawab pelaksanaan pada
 Sebab-sebab:
1. Kurangnya penjelasan dan pengetahuan tentang hal. Hal tersebut.
2. Kesan yang salah dari masyarakat sekeliling terhadapPeserta
3. Peninggalan paham sosial dan budaya masa lalu.
4. Perasaan malu, enggan, dan sebagainya yang disebabkan dari sikap-sikap
tradisional lainnya dalam keluarga
5. Kurang cukupnya keterangan dan sikap bekerja yangterpaduantarsektor
pembangunan nasional.
b. Masalah pada Target Pemantapan
 Masalah:
1. Rumor tentang medis, agama, politis, dan tradisional. B) Angka putus
kontrasepsi (drop-out) terutama jenis pil tergolong tinggi pada bulan pertama
dan kedua
2. Rasa bosan, lalai, tidak cukup motivasi, tidak peduli.
 Sebab-sebab:
1. Adanya rumor sebagai akibat perluasan program dan rasa takut tidak puas dan
kurang pengertian yang mendalam.
2. Kurang pengertian tentang akibat sampingan. C) Petugas-petugas KIE belum
mempunyai pengetahuan yang cukup tentang akibat sampingan.
3. Kurang yakinnya peserta atau petugas
c. Masalah pada Target Pelembagaan
 Masalah:
1. Pembinaan lingkungan yang mendukung Keluarga Berencana perlu digarap.
2. Kegiatan sektor-sektor lain di luar Keluarga Berencana perlu diarahkan agar
mendukung Keluarga
 Sebab-sebab:
1. Masih belum cukup memberi penopang penerimaan ide keluarga kecil yang
bahagia.

E. KONSELING PROGRAM KB

1. Pengertian Konseling

Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan
kemudian, bertindak sesuai keputusannya (Arum dan Sujiyatini, 2009). Konseling adalah
proses yang berjalan dan menyatu dengan seluruh aspek pelayanan keluarga berencana.
Konseling tidak hanya memberikan informasi pada satu kali kesempatan saat pemberian
pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara lugasselama kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya di
masyarakat tersebut.

Konseling menurut Sarwono (2009) adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Konseling
merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien
dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Di samping itu, konseling dapat membuat klien merasa lebih puas (Sarwono,
2006).

2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain:
a. Meningkatkan Penerimaan
Meningkatkan penerimaan KB oleh klien dapat dilakukan dengan menyampaikan
informasi yang benar, melakukan diskusi bebas dengan cara mendengarkan berbicara,
dan komunikasi nonverbal.
b. Menjamin Pilihan yang Cocok
Konseling memberikan jaminan bahwa petugas dan klien akan memilih cara
melakukan program KB yang terbaik sesuai dengan kesehatan dan kondisi klien.
c. Menjamin Penggunaan Cara yang Efektif
Konseling yang interaktif akan menciptakan suasana yang efektif dan hal ini
diperlukan agar klien mengetahui bagaimana cara melakukan KB yang benar, dan
bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang KB yang beredar.
d. Menjamin Kelangsungan yang Lebih Lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik jika klien ikut memilih cara
paling sesuai. Selain itu, klien juga harus mengetahui bagaimana cara kerjanya dan
bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakaian juga akan lebih baik
lagi bila klien mengetahui bahwa ia dapat menemui petugas kesehatan jika ada masalah
yang muncul setelah mengikuti program KB. Akan lebih baik lagi jika klien tahu jadwal
ia harus berkunjung kembali atau menemui petugas kesehatan untuk melakukan
pengecekan/kontrol.
3. Jenis Konseling KB

Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling
awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak
lanjut.

a) Konseling Awal
Konseling awal memiliki tujuan untuk menentukan metode atau jenis KB apa yang
cocok dipakai. Saat konseling awal, tenaga kesehatan juga harus mengenalkan pada
klien semua cara dan jenis KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik dari
masingmasing jenis KB tersebut, kebijakan, dan bagaimana pengalaman klien pada
kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan efektif,pada dasarnya konseling awal
bertujuan untuk membantu klien dalam memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan konseling awal antara lain
bertanya kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui tentang cara
tersebut. Saat melakukan konseling awal juga sebaiknya memberikan pemahaman
secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing jenis
KB.
b) Konseling Khusus
Pada tahap ini, klien juga akan mendapatkan informasi lebih jelas dan rinci tentang
cara KB yang tersedia ingin dipilihnya. Klien juga mendapatkan bantuan untuk memilih
metode KB yang cocok serta mendapat penjelasan lebih jauh tentang bagaimana
menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif, dan memuaskan Konseling khusus
mengenai metode KB diharapkan dapat memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya.
c) Konseling Tindak Lanjut
Konseling sebelumnya diperlukan jika ada klien yang datang kembali untuk
mendapatkan obat baru atau melakukan pemeriksaan ulang. Konseling sebelumnya
dapat dijadikan acuan atau pijakan. Saat melakukan kunjungan ulang, klien akan
mendapatkan konseling yang lebih dalam. Contohnya, tenaga kesehatan harus memberi
tahu tentang apa yang harus dikerjakan pada situasi tertentu kepada klien. Tenaga
kesehatan juga harus memberikan pemahaman tentang perbedaan antara masalah serius
yang harus segera ditangani dan masalah ringan yang bisa diselesaikan di tempat oleh
klien sendiri.
4. Langkah Konseling

1) GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987) Gallen dan Leitenmaier memberikan
satu akronim atau singkatan yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan KB sebagai
panduan dalam melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan
singkatan dari:

G: Greet

Memberikan salam, mengenalkan diri, dan memulai komunikasi.

A: Ask atau Assess

Menanyakan keluhan atau kebutuhan pasien dan menentukan apakah keluhan/keinginan


yang disampaikan oleh pasien tersebut memang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

T: Tell

Memberitahukan bahwa masalah pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang
terlihat dari hasil berbagi informasi dan harus dicarikan upaya atau tindakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.

H: Help

Membantu pasien agar dapat memahami masalah utamanya. Tenaga kesehatan juga harus
menjelaskan cara-cara untuk menyelesaikan masalah tersebut, termasuk kelebihan dan
kekurangan dari masingmasing cara. Tenaga kesehatan sebaiknya meminta pasien untuk
memutuskan cara terbaik bagi dirinya sendiri.

E: Explain

Menjelaskan bahwa cara terpilih memang dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin
dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil yang
diinginkan. Tenaga kesehatan juga perlu menjelaskan siapa dan dimana pertolongan
lanjutan atau darurat dapat diperoleh.

R: Refer dan Returnvisit


Melakukan rujukan apabila fasilitas ini tidak dapat memberikan pelayanan yang sesuai
ataumembuat jadwal kunjungan ulang apabila pelayanan terpilih telah diberikan.

2) Langkah-Langkah Konseling KB SATU TUJU

SATU TUJU adalah kata kunci atau pedoman yang dilakukan saat melakukan konseling
terhadap klien yang akan melakukan program KB. SATU TUJU memuat enam langkah
dan tidak harus dilakukan secara berurutan karena tenaga kesehatan harus memutuskan
langkah mana yang perlu dilakukan terelebih dulu. Langkah langkah yang diambil
ditentukan dari keadaan dan kebutuhan klien. Tidak menutup kemungkinan satu klien
memiliki tindakan dan langkah yang berbeda dari klien yang lain. Kata kunci atau
pedoman SATU TUJU adalah sebagai berikut.

SA: Sapa dan Salam

Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan. Tenaga kesehatan harus memberikan perha
tian sepenuhnya kepada mereka dan menjelaskan di tempat yang nyaman dengan privasi
yang terjamin. Klien diyakinkan untuk membangun rasa percaya diri. Tenaga kesehatan
juga perlu bertanya kepada klien apa yang perlu dibantu dan menjelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.

T: Tanya

Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Klien diarahkan untuk berbicara tentang
pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan,
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya
kepada klien jenis kontrasepsi apa yang diinginkan. Menciptakan situasi tertentu agar klien
yakin bahwa tenaga kesehatan sudah memahami perkataan klien. Situasi ini bisa didukung
dengan perkataan dan gerak isyarat. Tenaga kesehatan juga harus memahami posisi klien
sehingga bisa memahami pengetahuan, kebutuhan, dan keinginan klien.

U: Uraikan

Uraikan kepada klien tentang pilihannya dan jelaskan juga tentang pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan jenis-jenis kontrasepsi. Bantu klien memilih jenis
kontrasepsi yang paling diinginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang
ada. Jelaskan juga tentang risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.

TU: Bantu

Bantulah klien memutuskanapa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Arahkan klient untuk menunjukkan keinginannya sehingga bisa mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah pertanyaan tersebut secara terbuka. Tenaga kesehatan atau petugas membantu
klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien tentang setiap jenis kontrasepsi.
Tanyakan juga apakah pasangan dari klien tersebut akan mendukung pilihannya. Jika
memungkinkan, lakukan diskusi tentang pilihan tersebut pada pasangannya. Setelah itu,
yakinkan klien bahwa ia telah membuat suatu keputusan yang tepat.

J: Jelaskan

Jelaskan secara lengkap langkah atau proses menggunakan kontrasepsi pilihannya.


Langkah ini dilakukan setelah klien memilih jenis kontrasepsinya, danakan lebih baik lagi
jika klien diperlihatkan obat atau alat kontrasepsinya. Jelaskan cara atau prosedur
penggunaan alat atau obat kontrasepsi tersebut. Agar klien lebih jelas lagi, tenaga
kesehatan perlu memancing klien untuk bertanya dan petugas juga harus menjawab secara
jelas dan terbuka. Berikan pemahaman manfaat ganda metode kontrasepsi, contohnya alat
kontrasepsi jenis kondom yang tidak hanya mencegah kehamilan tetapi juga dapat
mencegah infeksi menularseksual (IMS), Pastikan pengetahuan klien mengenal
penggunaan kontrasepsi pilihannya dan berikan pujian kepada kilen jika klien dapat
menjawab dengan benar

U: Kunjungan Ulang

Kunjungan ulang sangat perlu untuk dilakukan Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Petugas Juga perlu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
5. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB

Tahapan kegiatan konseling dalam pelayanan KB dapat dikelompokkan dalam tahapan


berikut.

1) KIE Motivasi
2) KIE Bimbingan
3) KIE Rujukan
4) KIP/K
5) Pelayanan Kontrasepsi
6) Tindak Lanjut (Pengayoman)

6. Motivasi Bimbingan Konseling Gerakan KB Nasional

Adapun penjelasan dari setiap kegiatan motivasi bimbingan konseling gerakan KB


Nasional adalah sebagai berikut.

1) Kegiatan KIE
Keluarga Berencana Sumber informasi pertama tentang jenis alat atau metode
kontrasepsi pada umumnya diterima oleh masyarakat dari petugas lapangan KB yaitu
PPLKB, PLKB, PPKBD atau kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi setiap rumah warga, bisa juga
dengan melakukan kegiatan KIE di Posyandu atau bisa juga dalam kesempatan lainnya.
Masyarakat dapat memperoleh informasi tersebut dari dokter atau bidan yang bertugas di
klinik KB yang ada di Puskesmas, balai kesehatan, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit
umum. Bisa juga melalui media cetak (surat kabar, majalah, poster) dan media elektronik
(radio atau televisi).
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi tiga
hal, yaitu:
1. Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
2. Proses terjadinya Kehamilanpada wanita(menerangkan kontrasepsicara kerja alat
atau metode)
3. Cara pemakaian, cara kerja, dan lama pemakaian alat atau metode kontrasepsi yang
ada.
2) Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi adalah tindak lanjut dari kegiatan KIE. Sesudah
memberikan KIE keluarga berencana, PLKB diharapkan melakukan kegiatan lanjutan
berupa penyaringan terhadap calon peserta KB. Penya ringan ini dilakukan dengan
memberikan bimbingan kontrasepsi, contohnya memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi secara lebih objektif, benar, dan jujur sekaligus meneliti dan memutuskan
apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan
kontrasepsi yang dipilihnya
Jika syarat terpenuhi, calon peserta dapat dirujuk oleh PLKB untuk pergi ke fasilitas
pelayanan terdekat agar memperoleh pelayanan KIP/K. Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa tugas yang dilakukan oleh pembimbing merupakan bagian dari tugas
konselor, dan mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu di lapangan akan mempermudah
proses konseling
3) Kegiatan Rujukan

Kegiatan rujukan dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu rujukan untuk calon
peserta KB dan rujukan untuk peserta KB

a) Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB. Calon peserta
dirujuk ke klinik terdekat dari tempat tinggal calon peserta agar segera mendapatkan
pelayanan konseling dan pelayanan kontrasepsi. Rujukan juga bisa dilakukan dari satu
klinik ke klinik lain yang lebih memadai alat atau sarananya
b) Rujukan ke klinik dilakukan oleh petugas lapang an KB terhadap peserta KB yang
mengalami masa lah, komplikasi, atau kegagalan untuk mendapatkan perawatan.
Rujukan juga dapat dilakukan oleh satu klinik ke klinik lain yang sarananya lebih
memadai.
4) Kegiatan KIP/K
Sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi, setiap pasangan suami istri yang
mengikuti program KB yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke klinik harus
mendapatkan pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan
dalam KIP/K adalah sebagai berikut.
A) Menjajaki alasan klien memilih alat/metode kontra sepsi tersebut.
B) Menjajaki apakah klien sudahtahu/paham tentang alat/metode kontrasepsi yang dipilih.
C) Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat/metodeKontrasepsi lain yang tidak dipilih.
D) Bila klien belum mengetahuinya, petugas perlu memberikan informasi mengenai jenis
atau metode kontrasepsi lain.
E) Memberikan klien kesempatan untuk memper timbangkan pilihannya kembali,
mempertimbangkan kontrasepsi apa yang akan dipakai.
F) Jika diperlukan, bantu klien dalam proses pengambilanKeputusan.
G) Berilah klien pemahaman bahwa apapun jenis KB yang dipilih, sebelum diberikan
pelayanan akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya. Hal ini untuk memastikan alat
atau metode kontrasepsi yang dipilihnya secara medis cocok untuk klien.
H) Hasil pembicaraan dengan klien dicatat pada kartu konseling.

5.Kegiatan Pelayanan Kontrasepsi

Pelayanan kontrasepsi meliputi pemeriksaan kesehatan pada klien. Pemeriksaan


kesehatan yang dilakukan adalah anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika hasil pemeriksaan
kesehatan menunjukkan tidak adanya kontraindikasi, pelayanan kontrasepsi dapat
dilakukan Untuk pelayanan metode kontrasepsi jangka panjang misalnya IUD, implan dan
kontap, sebelum pelayanan dimulai biasanya klien diminta untuk menandatangai informed
consentform.

6.Kegiatan Tindak Lanjut (Pengayoman)

Setelah selesai melakukan pelayanan kontrasepsi, petugas lalu melakukan


pemantauan terhadap keadaan peserta KB dan hasil pemantauan tersebut diserahkan
kembali kepada petugas lapangan KB. Data tersebut perlu diberikan kepada PLKB karena
pola pendekatan para PLKB adalah dengan kunjungan ke rumah-rumah para peserta KB
khususnya peserta KB baru. Oleh karena itu, tugas kunjungan ini sekaligus bisa memantau
keadaan para peserta KB baru apakah dalam keadaan sehat atau mengalami efek samping
bahkan komplikasi.
F. MEDIA INFORMASI KB
1. Aplikasi
Saat ini sudah ada aplikasi pendukng mengenai informasi tentang KB, misalnya
aplikasi Si Keren, yaitu layanan resmii Dinas Pengendalian Penduduk & KB Kota
Lubuklinggau. Lalu ada aplikasi ELSIMIL dan Klik Dokter (Klik KB)
2. Cetak
Adapun media cetak yang apat kita jadikan sebagai sumber infomasi mengenai KB
serperti brosur, leaflet, koran dan sebagainya
3. Siaran
Zaman yang semakin canggih dapatmmpermudah kita untuk menggapai segala
sesuatu termasuk informasi, kita dapat memperoleh informasi melalui media siaran
contohnya melakukan zoom meeting (onlne). Selain mempermudah jangkauan
kita, cara ini juga sangat efektif unuk membantu penybaran informasi.
4. Sosial Media
Banyak jejaring sosial yang dapat kita jumpai yang memuat sumber informasi yang
cukup akurat. Sosial media menjadi tombak masa untuk generasi sekrang. Hampir
seluruh informasi yang kita butuhkan dapat diakses melalui sosialmedia ermasuk
informasi tentang KB. Beberapa contoh sosial media yang memuat informasi KB
diantaranya ada Youtube BKKBN, instagram BKKBN serta Siapnikah_official
yang memuat banyak informasi seputar KB.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
.

B. Saran
.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai