Oleh:
Kelompok 6
LUBUKLINGGAU 2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas perkenan-Nya penulis
dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Media dan Promosi Kesehatan pada
Akseptor KB”.
Dalam penyelesaian Laporan Makalah ini penulis mendapatkan bimbingan, arahan dan
masukan oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
Penulis menyadari bahwa Laporan Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik, saran atau masukan dari semua pihak sangat diharapkan guna perbaikan di masa yang
akan datang. Semoga tulisan ini memberikan manfaat bagi pembacanya.
Kelompok 6
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang.................................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah............................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.............................................................................................................................4
BAB II TINJAUAN TEORI........................................................................................................................5
A. DEFINISI KEPENDUDUKAN.......................................................................................................5
B. DEFINISI KELUARGA BERENCANA.........................................................................................7
C. PERKEMBANGAN PROGRAM KB DI INDONESIA..................................................................7
D. DEFINISI KIE.................................................................................................................................8
E. KONSELING PROGRAM KB....................................................................................................15
F. MEDIA INFORMASI KB.............................................................................................................22
BAB III PENUTUP...................................................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................................................23
B. Saran..............................................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................24
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI KEPENDUDUKAN
1. DINAMIKA KEPENDUDUKAN
a. Pengertian
Dinamika penduduk adalah proses perubahan penduduk yang terjadi secara terus-
menerus dan berpengaruh pada jumlah. Dinamika kependudukan adalah perubahan
kependudukan pada satu daerah tertentu dari waktu ke waktu.
b. Penyebab Perubahan
Penduduk Perubahan penduduk tidak terjadi begitu saja, banyak penyebab yang
berperan di dalamnya. Penyebab yang memengaruhi perubahan penduduk adalah
kelahiran, kematian, perpindahan penduduk serta kondisi sosial ekonomi dan budaya yang
berkembang di masyarakat. Penyebab-penyebab tersebut dapat dikelompokkan menjadi
dua, yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
a) Penyebab Langsung
I. Kelahiran
II. Jumlah Penduduk Bertambah
III. Migrasi
IV. Jumlah Penduduk Berkurang
V. Kematian
Pertumbuhan penduduk alami yaitu pertambahan penduduk karena adanya selisih
antara kelahiran dan kematian.
Pertambahan penduduk sosial yaitu pertambahan penduduk disebabkan selisih
antara kelahiran kematian dan migrasi
b) Penyebab Tidak Langsung
Faktor yang mempengaruhi perubahan penduduk secara tidak langsung dan terjadi
melalui variabel antara adalah faktor keadaan sosial ekonomi dan faktor budaya. Menurut
King Sley Davis dan Judith Blake, variabel antara yang dapat mempertinggi atau menekan
fertilitas suatu masyarakat adalah sebagai berikut.
Selain faktor-faktor di atas, masih ada faktor lain yang dapat memengaruhi
perubahan penduduk, yaitu usia perkawinan. Usia perkawinan dapat berpengaruh pada
dinamika penduduk. Jika perkawinan terjadi saat pasangan tersebut masih berusia muda,
usia reproduktif pasangan tersebut juga akan lebih panjang dibandingkan dengan pasangan
yang menikah di usia lanjut. Kemungkinan yang bisa terjadi adalah jumlah anak yang
dihasilkan oleh pasangan usia muda akan lebih banyak dibandingan dengan jumlah anak
yang dihasilkan oleh pasangan usia lanjut.
Faktor status sosial, pekerjaan dan latar belakang pendidikan juga bisa memengaruhi
tinggi rendahnya kelahiran dan kematian. Perempuan yang berusia lebih tua dengan
penghasilan rendah tingkat fertilitasnya lebih rendah. Hal ini terjadinya karena tingkat
ekonomi masyarakatnya tergolong rendah sehingga secara tidak langsung, status sosial
ekonomi berpengaruh pada dinamika penduduk
1. ORGANISASI-ORGANISASI KB DI INDONESIA
Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI)
Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
D. DEFINISI KIE
KIE adalah singkatan dari Komunikasi, Informasi, dan Edukasi. Menurut Effendy
(1998), komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka menciptakan
rasa saling mengerti dan saling percaya, demi terwujudnya hubungan baik antara seseorang
dengan orang lain. Komunikasi adalah pertukaran fakta gagasan, opini, atau emosi antara
dua orang atau lebih. Komunikasi kesehatan adalah proses penyampaian pesan berisi hal-
hal yang berkaitan dengan kesehatan dan disampaikan oleh pemberi pesan kepada
penerimanya melalui berbagai media yang dianggap tepat.
Menurut Effendy (1998), edukasi pada bidang kesehatan merupakan salah satu
kompetensi yang dituntut dari tenaga kesehatan, karena merupakan salah satu pernana
yang harus dilaksanakan dalam setiap memberikan pelayanan kesehatan, baik itu terhadap
invidu, keluarga, kelompok ataupun masyarakat. Tenaga kesehatan harus mampu
menyampaikan informasi dan edukasi kepada masyarakat sehingga tenaga kesehatan harus
memiliki kemampuan berkomunikasi dalam bidang kesehatan. Menurut Notoatmodjo
(2003), komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara
posistif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode
komunikasi, baik menggunakan komunikasi antarpribadi maupun komunikasi massa
KIE tidak serta merta dimasukkan dalam pelayanan KB tanpa alasan dan tujuan yang
jelas. Berikut adalah tujuan diadakannya KIE dalam Pelayanan KB.
3. Jenis-Jenis Kegiatan dalam KIE Kegiatan-kegiatan dalam KIE dibagi ke dalam beberapa
jenis,yaitu:
a) KIE Individu
Suatu proses KIE tentang program KB yang timbul secara langsung antara petugas
KIE dengan dengan individu sasaran program KB.
b) KIE kelompok
Suatu proses KIE tentang program KB yang timbulsecara langsung antara petugas
KIE dengan kelompok (2-15 orang).
c) KIE Massa
Suatu proses KIE tentang program KB yang timbul secara langsung ataupun tidak
langsung antara petugas KIE dengan masyarakat dalam jumlah besar.
Prinsip-prinsip tersebut diharapkan dapat diterapkan dengan baik karena akan sangat
membantu para tenaga kesehatan dalam menyampaikan informasi kepada masyarakat
dengan sebaik baiknya. Jika informasi disampaikan secara lugas, masyarakat akan
memahami program KB dengan jelas.
Masayarakat terdiri atas banyak lapisan dengan pola pikir dan pengetahuan yang
berbeda-beda. Beberapa orang akan dengan cepat mengerti dan menangkap maksud dari
informasi yang disampaikan oleh petugas mengenai KB. Sebagian lainnya membutuhkan
cara yang berbeda karena informasi tentang KB membutuhkan tenaga yang mumpuni agar
jelas maksud dan tujuannya, Jalan keluar dari masalah tersebut adalah denganpanduan
dalam KIE. Ada banyak cara yang bisa dilakukan agar pesan yang akan disampaikan
dimengerti oleh calon akseptor KB, yaitu:
a. Informatif.
Berbagai keterangan mengenai konsep Keluarga Berencana harusdiberikan
setepat-tepatnya agar bisa sampai ke penerima atau calon peserta/peserta Keluarga
Berencana Pemberian informasi ini harus diperhatikan setajam mungkin karena
terdapat kemungkinan pengurangan/penambahan keterangan yang dapat
menyesatkan, bahkan dapat membentuk konsep yang jauh berbeda di pikiran
penerima informasi.
b. Edukatif.
Berikan informasi yang sesuai jika calon akseptor memiliki pandangan positif
terhadap konsep keluarga kecil Jika ia setuju dengan konsep keluarga kecil, secara
tidak langsung ia setuju dengan adanya program KB dan bersedia menjadi akseptor.
Jika ia tidak setuju dengan konsep keluarga kecil dan tetap ingin memiliki anggota
keluarga yang banyak, hargai pendapat tersebut.
c. Persuasif.
Memberi pengertian kepada penerima informasi tentang KB, tentang
kepercayaan dan nilai-nilai jika memiliki keluarga kecil yang bahagia dan berikan
contoh konkret atau contoh perwujudan dalam nilai-nilai masyarakat Indonesia pada
umumnya.
d. Tatap muka
Tiga cara yang telah disebutkan sebelumnya akan lebih efektif jika dilakukan
secara tatap muka dengan penerima informasi. Tenaga atau petugas KB sebaiknya
menguasai materi, mengerti posisi, situasi, dan kondisi lingkungan. Petugas juga
perlu mengetahui tata-aturan atau nilai-nilai yang dipercayai oleh penerima
informasi.
Masyarakat diharapkan berperan aktif dalam pelaksanaan Program Nasional Keluarga
Berencana sehingga diperlukan cara pendekatan yang bisa dilakukan secara bersamaan
(contohnya pendekatan dengan cara di atas) agar hasilnya efektif.
6. Target Tujuan
Target yang dicanangkan pemerintah melalui KIE KB adalah penerimaan informasi
yang luas kepada semua lapisan. masyarakat di seluruh Indonesia. Informasi yang luas dan
jelas akan menarik calon akseptor baru sehingga pelaku KB akan terus bertambah setiap
tahunnya. Di samping target bertambahnyaakseptor baru, ada target lain, yaitu:
a. Target perluasan jangkauan, yang dalam Bidang KIE dapat diukur dengan indikator
sebagai berkut.
i. Makin meningkatnya pelayanan/arus KIE sampai ke pelosok-pelosok yang semula
belum terjangkau.
ii. Makin meningkatnya jumlah-jumlah kelompok masya rakat yang ikut menangani
masalah KIE KB, terutama di wilayah/unit daerah yang tadinya belum terjangkau
pelayanan KIE.
iii. Meningkatnya jumlah peserta baru dan peserta lestari/aktif yang mempunyai
pengaruh terhadap penurunantingkat kelahiran.
b. Target pembinaan, yang dalam Bidang KIE dapat diukur dengan indikator sebagai
berikut.
i. Mantapnya pelayanan KIE di wilayah yang paling dekat dengan peserta, misalnya
PPKB, dokter/bidan swasta. klinik, saluran komersil, dan sebagainya.
ii. Mantapnya pelayanan KIE oleh masyarakat sendiri, sehingga masyarakat mampu
menangani pengadaan pelayanan KIE.
iii. Mantapnya peserta yang telah ada dan makin meningkatnya peserta-peserta baru
yang diajak oleh masyarakatsendiri.
iv. Meluasnya peranan dan tanggung jawab penanganan KB oleh masyarakat sendiri
yang mempunyai kaitan untuk mendukung penerimaan alat kontrasepsi yang
lestari sebagai sarana untuk penerimaan norma keluarga kecil yang bahagia dan
sejahtera.
E. KONSELING PROGRAM KB
1. Pengertian Konseling
Konseling adalah pertemuan tatap muka antara dua pihak, dimana satu pihak
membantu pihak lain untuk mengambil keputusan yang tepat bagi dirinya sendiri dan
kemudian, bertindak sesuai keputusannya (Arum dan Sujiyatini, 2009). Konseling adalah
proses yang berjalan dan menyatu dengan seluruh aspek pelayanan keluarga berencana.
Konseling tidak hanya memberikan informasi pada satu kali kesempatan saat pemberian
pelayanan. Teknik konseling yang baik dan informasi yang memadai harus diterapkan dan
dibicarakan secara lugasselama kunjungan klien dengan cara yang sesuai dengan budaya di
masyarakat tersebut.
Konseling menurut Sarwono (2009) adalah proses yang berjalan dan menyatu dengan
semua aspek pelayanan Keluarga Berencana dan bukan hanya informasi yang diberikan
dan dibicarakan pada satu kesempatan yakni pada saat pemberian pelayanan. Konseling
merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan
Kesehatan Reproduksi (KR). Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu klien
dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan digunakan sesuai dengan
pilihannya. Di samping itu, konseling dapat membuat klien merasa lebih puas (Sarwono,
2006).
2. Tujuan Konseling
Tujuan dalam pemberian konseling keluarga berencana antara lain:
a. Meningkatkan Penerimaan
Meningkatkan penerimaan KB oleh klien dapat dilakukan dengan menyampaikan
informasi yang benar, melakukan diskusi bebas dengan cara mendengarkan berbicara,
dan komunikasi nonverbal.
b. Menjamin Pilihan yang Cocok
Konseling memberikan jaminan bahwa petugas dan klien akan memilih cara
melakukan program KB yang terbaik sesuai dengan kesehatan dan kondisi klien.
c. Menjamin Penggunaan Cara yang Efektif
Konseling yang interaktif akan menciptakan suasana yang efektif dan hal ini
diperlukan agar klien mengetahui bagaimana cara melakukan KB yang benar, dan
bagaimana mengatasi informasi yang keliru dan/isu-isu tentang KB yang beredar.
d. Menjamin Kelangsungan yang Lebih Lama
Kelangsungan pemakaian cara KB akan lebih baik jika klien ikut memilih cara
paling sesuai. Selain itu, klien juga harus mengetahui bagaimana cara kerjanya dan
bagaimana mengatasi efek sampingnya. Kelangsungan pemakaian juga akan lebih baik
lagi bila klien mengetahui bahwa ia dapat menemui petugas kesehatan jika ada masalah
yang muncul setelah mengikuti program KB. Akan lebih baik lagi jika klien tahu jadwal
ia harus berkunjung kembali atau menemui petugas kesehatan untuk melakukan
pengecekan/kontrol.
3. Jenis Konseling KB
Komponen penting dalam pelayanan KB dapat dibagi dalam tiga tahap. Konseling
awal pada saat menerima klien, konseling khusus tentang cara KB, dan konseling tindak
lanjut.
a) Konseling Awal
Konseling awal memiliki tujuan untuk menentukan metode atau jenis KB apa yang
cocok dipakai. Saat konseling awal, tenaga kesehatan juga harus mengenalkan pada
klien semua cara dan jenis KB atau pelayanan kesehatan, prosedur klinik dari
masingmasing jenis KB tersebut, kebijakan, dan bagaimana pengalaman klien pada
kunjungannya itu. Bila dilakukan dengan efektif,pada dasarnya konseling awal
bertujuan untuk membantu klien dalam memilih jenis KB yang cocok untuknya.
Beberapa hal yang harus diperhatikan saat melakukan konseling awal antara lain
bertanya kepada klien cara apa yang disukainya, dan apa yang dia ketahui tentang cara
tersebut. Saat melakukan konseling awal juga sebaiknya memberikan pemahaman
secara ringkas tentang cara kerja, kelebihan, dan kekurangan dari masing-masing jenis
KB.
b) Konseling Khusus
Pada tahap ini, klien juga akan mendapatkan informasi lebih jelas dan rinci tentang
cara KB yang tersedia ingin dipilihnya. Klien juga mendapatkan bantuan untuk memilih
metode KB yang cocok serta mendapat penjelasan lebih jauh tentang bagaimana
menggunakan metode tersebut dengan aman, efektif, dan memuaskan Konseling khusus
mengenai metode KB diharapkan dapat memberi kesempatan pada klien untuk bertanya
tentang cara KB tertentu dan membicarakan pengalamannya.
c) Konseling Tindak Lanjut
Konseling sebelumnya diperlukan jika ada klien yang datang kembali untuk
mendapatkan obat baru atau melakukan pemeriksaan ulang. Konseling sebelumnya
dapat dijadikan acuan atau pijakan. Saat melakukan kunjungan ulang, klien akan
mendapatkan konseling yang lebih dalam. Contohnya, tenaga kesehatan harus memberi
tahu tentang apa yang harus dikerjakan pada situasi tertentu kepada klien. Tenaga
kesehatan juga harus memberikan pemahaman tentang perbedaan antara masalah serius
yang harus segera ditangani dan masalah ringan yang bisa diselesaikan di tempat oleh
klien sendiri.
4. Langkah Konseling
1) GATHER menurut Gallen dan Leitenmaier (1987) Gallen dan Leitenmaier memberikan
satu akronim atau singkatan yang dapat digunakan oleh tenaga kesehatan KB sebagai
panduan dalam melakukan konseling. Akronim tersebut adalah GATHER yang merupakan
singkatan dari:
G: Greet
T: Tell
Memberitahukan bahwa masalah pokok yang dihadapi oleh pasien adalah seperti yang
terlihat dari hasil berbagi informasi dan harus dicarikan upaya atau tindakan untuk
menyelesaikan masalah tersebut.
H: Help
Membantu pasien agar dapat memahami masalah utamanya. Tenaga kesehatan juga harus
menjelaskan cara-cara untuk menyelesaikan masalah tersebut, termasuk kelebihan dan
kekurangan dari masingmasing cara. Tenaga kesehatan sebaiknya meminta pasien untuk
memutuskan cara terbaik bagi dirinya sendiri.
E: Explain
Menjelaskan bahwa cara terpilih memang dianjurkan dan hasil yang diharapkan mungkin
dapat segera terlihat atau diobservasi beberapa saat hingga menampakkan hasil yang
diinginkan. Tenaga kesehatan juga perlu menjelaskan siapa dan dimana pertolongan
lanjutan atau darurat dapat diperoleh.
SATU TUJU adalah kata kunci atau pedoman yang dilakukan saat melakukan konseling
terhadap klien yang akan melakukan program KB. SATU TUJU memuat enam langkah
dan tidak harus dilakukan secara berurutan karena tenaga kesehatan harus memutuskan
langkah mana yang perlu dilakukan terelebih dulu. Langkah langkah yang diambil
ditentukan dari keadaan dan kebutuhan klien. Tidak menutup kemungkinan satu klien
memiliki tindakan dan langkah yang berbeda dari klien yang lain. Kata kunci atau
pedoman SATU TUJU adalah sebagai berikut.
Sapa dan salam klien secara terbuka dan sopan. Tenaga kesehatan harus memberikan perha
tian sepenuhnya kepada mereka dan menjelaskan di tempat yang nyaman dengan privasi
yang terjamin. Klien diyakinkan untuk membangun rasa percaya diri. Tenaga kesehatan
juga perlu bertanya kepada klien apa yang perlu dibantu dan menjelaskan pelayanan apa
yang dapat diperolehnya.
T: Tanya
Tanyakan kepada klien informasi tentang dirinya. Klien diarahkan untuk berbicara tentang
pengalaman keluarga berencana dan kesehatan reproduksi, tujuan, kepentingan, harapan,
serta keadaan kesehatan dan kehidupan keluarganya. Tenaga kesehatan juga perlu bertanya
kepada klien jenis kontrasepsi apa yang diinginkan. Menciptakan situasi tertentu agar klien
yakin bahwa tenaga kesehatan sudah memahami perkataan klien. Situasi ini bisa didukung
dengan perkataan dan gerak isyarat. Tenaga kesehatan juga harus memahami posisi klien
sehingga bisa memahami pengetahuan, kebutuhan, dan keinginan klien.
U: Uraikan
Uraikan kepada klien tentang pilihannya dan jelaskan juga tentang pilihan reproduksi yang
paling mungkin, termasuk pilihan jenis-jenis kontrasepsi. Bantu klien memilih jenis
kontrasepsi yang paling diinginkan, serta jelaskan pula jenis-jenis kontrasepsi lain yang
ada. Jelaskan juga tentang risiko penularan HIV/AIDS dan pilihan metode ganda.
TU: Bantu
Bantulah klien memutuskanapa yang paling sesuai dengan keadaan dan kebutuhannya.
Arahkan klient untuk menunjukkan keinginannya sehingga bisa mengajukan pertanyaan.
Tanggapilah pertanyaan tersebut secara terbuka. Tenaga kesehatan atau petugas membantu
klien mempertimbangkan kriteria dan keinginan klien tentang setiap jenis kontrasepsi.
Tanyakan juga apakah pasangan dari klien tersebut akan mendukung pilihannya. Jika
memungkinkan, lakukan diskusi tentang pilihan tersebut pada pasangannya. Setelah itu,
yakinkan klien bahwa ia telah membuat suatu keputusan yang tepat.
J: Jelaskan
U: Kunjungan Ulang
Kunjungan ulang sangat perlu untuk dilakukan Bicarakan dan buatlah perjanjian, kapan
klien akan kembali untuk melakukan pemeriksaan atau permintaan kontrasepsi jika
dibutuhkan. Petugas Juga perlu mengingatkan klien untuk kembali apabila terjadi suatu
masalah.
5. Tahapan Konseling dalam Pelayanan KB
1) KIE Motivasi
2) KIE Bimbingan
3) KIE Rujukan
4) KIP/K
5) Pelayanan Kontrasepsi
6) Tindak Lanjut (Pengayoman)
1) Kegiatan KIE
Keluarga Berencana Sumber informasi pertama tentang jenis alat atau metode
kontrasepsi pada umumnya diterima oleh masyarakat dari petugas lapangan KB yaitu
PPLKB, PLKB, PPKBD atau kader yang bertugas memberikan pelayanan KIE KB kepada
masyarakat. Kegiatan ini dilakukan dengan mengunjungi setiap rumah warga, bisa juga
dengan melakukan kegiatan KIE di Posyandu atau bisa juga dalam kesempatan lainnya.
Masyarakat dapat memperoleh informasi tersebut dari dokter atau bidan yang bertugas di
klinik KB yang ada di Puskesmas, balai kesehatan, rumah sakit bersalin, dan rumah sakit
umum. Bisa juga melalui media cetak (surat kabar, majalah, poster) dan media elektronik
(radio atau televisi).
Pesan yang disampaikan dalam Kegiatan KIE tersebut pada umumnya meliputi tiga
hal, yaitu:
1. Pengertian dan manfaat KB bagi kesehatan dan kesejahteraan keluarga.
2. Proses terjadinya Kehamilanpada wanita(menerangkan kontrasepsicara kerja alat
atau metode)
3. Cara pemakaian, cara kerja, dan lama pemakaian alat atau metode kontrasepsi yang
ada.
2) Kegiatan Bimbingan
Kegiatan bimbingan kontrasepsi adalah tindak lanjut dari kegiatan KIE. Sesudah
memberikan KIE keluarga berencana, PLKB diharapkan melakukan kegiatan lanjutan
berupa penyaringan terhadap calon peserta KB. Penya ringan ini dilakukan dengan
memberikan bimbingan kontrasepsi, contohnya memberikan informasi tentang jenis
kontrasepsi secara lebih objektif, benar, dan jujur sekaligus meneliti dan memutuskan
apakah calon peserta KB tersebut memenuhi syarat untuk mendapatkan pelayanan
kontrasepsi yang dipilihnya
Jika syarat terpenuhi, calon peserta dapat dirujuk oleh PLKB untuk pergi ke fasilitas
pelayanan terdekat agar memperoleh pelayanan KIP/K. Dari uraian tersebut dapat
diketahui bahwa tugas yang dilakukan oleh pembimbing merupakan bagian dari tugas
konselor, dan mutu bimbingan yang dilakukan sewaktu di lapangan akan mempermudah
proses konseling
3) Kegiatan Rujukan
Kegiatan rujukan dapat dikelompokkan dalam dua macam yaitu rujukan untuk calon
peserta KB dan rujukan untuk peserta KB
a) Rujukan untuk calon peserta KB dilakukan oleh petugas lapangan KB. Calon peserta
dirujuk ke klinik terdekat dari tempat tinggal calon peserta agar segera mendapatkan
pelayanan konseling dan pelayanan kontrasepsi. Rujukan juga bisa dilakukan dari satu
klinik ke klinik lain yang lebih memadai alat atau sarananya
b) Rujukan ke klinik dilakukan oleh petugas lapang an KB terhadap peserta KB yang
mengalami masa lah, komplikasi, atau kegagalan untuk mendapatkan perawatan.
Rujukan juga dapat dilakukan oleh satu klinik ke klinik lain yang sarananya lebih
memadai.
4) Kegiatan KIP/K
Sebelum memperoleh pelayanan kontrasepsi, setiap pasangan suami istri yang
mengikuti program KB yang dirujuk oleh petugas lapangan KB ke klinik harus
mendapatkan pelayanan KIP/K terlebih dahulu. Beberapa tahap yang perlu dilakukan
dalam KIP/K adalah sebagai berikut.
A) Menjajaki alasan klien memilih alat/metode kontra sepsi tersebut.
B) Menjajaki apakah klien sudahtahu/paham tentang alat/metode kontrasepsi yang dipilih.
C) Menjajaki apakah klien mengetahui jenis alat/metodeKontrasepsi lain yang tidak dipilih.
D) Bila klien belum mengetahuinya, petugas perlu memberikan informasi mengenai jenis
atau metode kontrasepsi lain.
E) Memberikan klien kesempatan untuk memper timbangkan pilihannya kembali,
mempertimbangkan kontrasepsi apa yang akan dipakai.
F) Jika diperlukan, bantu klien dalam proses pengambilanKeputusan.
G) Berilah klien pemahaman bahwa apapun jenis KB yang dipilih, sebelum diberikan
pelayanan akan diperiksa terlebih dahulu kesehatannya. Hal ini untuk memastikan alat
atau metode kontrasepsi yang dipilihnya secara medis cocok untuk klien.
H) Hasil pembicaraan dengan klien dicatat pada kartu konseling.
A. Kesimpulan
.
B. Saran
.
DAFTAR PUSTAKA