Anda di halaman 1dari 24

TIM PENYUSUN

1. H. Haryadi, S.Kp.MPH
2. Misnah Pusadan,S.Kep.
3. Ronny Eka Saputra, S.Pd.

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya modul keperawatan Gerontik ini dapat diselesaikan.
Modul ini disusun untuk memenuhi proses pembelajaran mata kuliah
Keperawatan gerontik yang ada pada kurikulum Pendidikan Ners
Keperawatan dan sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran baik di kelas, laboratorium maupun
klinik/lapangan sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah
ditetapkan sehingga proses pembelajaran yang dibahas sesuai standar
yang sudah disusun ini.

Dengan telah selesainya modul ini diharapkan dosen dan mahasiswa dapat
melaksanakan pembelajaran lebih mudah, terarah, dan berorientasi pada
pendekatan SCL sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
memotivasi mahasiswa dalam belajar serta lebih disiplin serta mampu
menghadapi soal uji kompetensi dengan baik

Terima kasih kepada seluruh tim penyusun serta semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa.

Tanjungpinang......................... 2024

Tim Penyusun,

ii
DAFTAR ISI

TIM PENYUSUN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I KONSEP LANJUT USIA DAN PROSES PENUAAN
1. Topik 1 Konsep Lanjut Usia (Lansia) .......................................................... 1
2. Topik 2 Proses Penuaan ............................................................................ 3
BAB II PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA
1. Topik 1 Posyandu Lansia ........................................................................... 6
2. Topik 2 Puskesmas Santun Usia Lanjut..................................................... 7
3. Topik 3 Pelayanan Kesehatan di Panti Werda............................................ 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. Topik 1 Konsep Keperawatan Gerontik......................................................10
2. Topik 2 Konsep Pengkajian Keperawatan Lansia.......................................13
3. Topik 3 Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik......................................14
4. Topik 4 Perencanaan Keperawatan Gerontik.............................................15
5. Topik 5 Konsep Pelaksanaan Keperawatan Gerontik.................................16
6. Topik 6 Evaluasi Keperawatan Gerontik.....................................................17
PENUTUP.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20

iii
BAB I
KONSEP LANJUT USIA DAN PROSES PENUAAN

Topik 1
Konsep Lanjut Usia

Penuaan merupakan proses biologis, psikologis, dan sosial yang kompleks,


mempengaruhi individu di berbagai aspek kehidupan. Dalam konteks akademik,
pemahaman tentang lanjut usia tidak hanya terbatas pada aspek biologis tapi juga
melibatkan perspektif psikososial dan ekonomi. Penelitian tentang lanjut usia
berkontribusi pada pengembangan kebijakan, program, dan praktik yang
mendukung kesejahteraan dan kualitas hidup individu lanjut usia. (Walker, A., &
Hennessy, C. H. (Eds.). (2004). Growing older: Quality of life in old age. Open
University Press)

Definisi Lanjut Usia


World Health Organization (WHO) mendefinisikan lanjut usia sebagai individu yang
berusia 60 tahun ke atas. Namun, batasan usia ini bisa berbeda tergantung pada
konteks sosioekonomi dan kesehatan populasi di berbagai negara. Lanjut usia
dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu: usia pra-lansia (55-64 tahun), usia lanjut
(65-74 tahun), usia sangat lanjut (75-84 tahun), dan usia luar biasa lanjut (85 tahun
ke atas). (World Health Organization. (2015). World report on ageing and health.
World Health Organization)

Aspek Biologis Penuaan


Penuaan biologis merujuk pada perubahan fisiologis yang terjadi dalam tubuh
manusia seiring bertambahnya usia, termasuk penurunan fungsi organ,
pengurangan massa dan kekuatan otot, serta perubahan komposisi tubuh. Proses
ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan. Penelitian tentang telomer dan
pengaruh radikal bebas memberikan wawasan tentang mekanisme penuaan pada
level selular. (Blackburn, E. H., & Epel, E. S. (2017). The Telomere Effect: A
Revolutionary Approach to Living Younger, Healthier, Longer.)

Aspek Psikologis Penuaan


Aspek psikologis penuaan mencakup perubahan kognitif, emosional, dan
kepribadian yang dialami oleh individu. Walaupun ada kecenderungan penurunan
fungsi kognitif, banyak individu lanjut usia tetap mempertahankan kemampuan
adaptasi dan kepuasan hidup yang tinggi. Resiliensi, coping strategies, dan
kebijaksanaan adalah aspek positif yang sering dikaitkan dengan penuaan.
(Carstensen, L. L., Turan, B., Scheibe, S., Ram, N., Ersner-Hershfield, H.,
Samanez-Larkin, G. R., ... & Nesselroade, J. R. (2011). Emotional experience
improves with age: evidence based on over 10 years of experience sampling.
Psychology and Aging, 26(1), 21-33)

Aspek Sosial Penuaan


Aspek sosial penuaan berkaitan dengan peran sosial, aktivitas, dan hubungan yang
dijalin oleh individu lanjut usia. Transisi ke pensiun, perubahan dalam struktur
keluarga, dan penyesuaian dengan peran sosial baru merupakan tantangan yang
sering dihadapi. Namun, partisipasi sosial aktif dan dukungan sosial yang kuat

1
berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. (Victor, C. R. (2013). The Social
Context of Ageing: A Textbook of Gerontology. Routledge)
Tantangan dan Peluang
Lanjut usia membawa tantangan seperti peningkatan risiko penyakit kronis,
kesepian, dan marginalisasi sosial. Namun, juga membuka peluang untuk transmisi
pengetahuan antargenerasi, partisipasi dalam kegiatan sukarela, dan
pengembangan diri melalui aktivitas kreatif dan pembelajaran seumur hidup.
(Hikichi, H., Kondo, K., & Kawachi, I. (2016). Social Interaction and Cognitive
Decline: Results of a 7-Year Community Intervention. Alzheimer Disease &
Associated Disorders, 30(1), 15–20)

Konsep lanjut usia merupakan fenomena multidimensional yang mencakup aspek


biologis, psikologis, dan sosial. Pemahaman komprehensif tentang proses penuaan
dan faktor-faktor yang mempengaruhinya penting untuk mendukung kesejahteraan
individu lanjut usia. Penelitian dan kebijakan harus terus dikembangkan untuk
mengatasi tantangan dan memanfaatkan peluang yang muncul dari dinamika
populasi yang menua.

Strategi Intervensi dan Kebijakan Publik


Selain pemahaman mendalam tentang konsep lanjut usia, strategi intervensi dan
kebijakan publik juga sangat penting dalam membantu meningkatkan kesejahteraan
individu lanjut usia (World Health Organization (WHO). (2015). World report on
ageing and health. Geneva: World Health Organization). Berikut adalah beberapa
strategi yang dapat diterapkan:
1. Kesehatan Preventif dan Perawatan Kesehatan Yang Terjangkau
Program kesehatan preventif seperti skrining rutin, vaksinasi, dan promosi
gaya hidup sehat dapat membantu mengurangi risiko penyakit kronis dan
memperpanjang kualitas hidup. Ketersediaan perawatan kesehatan yang
terjangkau dan aksesibilitasnya juga penting untuk memastikan bahwa
individu lanjut usia dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan tanpa
hambatan finansial.
2. Kesempatan Pendidikan dan Pembelajaran Seumur Hidup
Memberikan kesempatan bagi individu lanjut usia untuk terlibat dalam
pendidikan dan pembelajaran seumur hidup dapat membantu menjaga
kognisi dan kesejahteraan mental mereka. Program-program ini dapat
mencakup kursus komunitas, kelompok diskusi, atau kursus online yang
dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan dan minat para peserta lanjut
usia.
3. Pemberdayaan Ekonomi
Mendorong partisipasi ekonomi lanjut usia melalui pelatihan keterampilan,
program kerja fleksibel, atau pembangunan usaha kecil dapat membantu
meningkatkan kemandirian finansial mereka dan mencegah kemiskinan pada
masa lanjut usia. Kebijakan pensiun yang adil dan program pensiun swadaya
juga penting untuk memberikan jaminan sosial bagi para pensiunan.
4. Pembangunan Lingkungan Ramah Lanjut Usia
Membangun lingkungan yang ramah terhadap lanjut usia dengan infrastruktur
yang mudah diakses, transportasi publik yang ramah lanjut usia, dan fasilitas
kesehatan yang ramah dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan
kemandirian mereka. Penyediaan ruang terbuka dan fasilitas rekreasi yang
aman dan dapat diakses juga penting untuk mendukung gaya hidup aktif.

2
5. Pengembangan Program Sosial dan Kesejahteraan
Membangun program-program sosial dan kesejahteraan yang dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional individu lanjut usia
dapat membantu mengurangi tingkat kesepian dan isolasi sosial. Program-
program ini dapat mencakup klub sosial, kegiatan seni dan budaya, atau
layanan dukungan mental dan emosional.

Topik 2
Proses Penuaan

Proses penuaan adalah perubahan yang alami dan kompleks yang terjadi pada
tubuh manusia seiring berjalannya waktu. Penuaan terjadi pada tingkat seluler,
organ, dan sistem dalam tubuh. Beberapa faktor yang memengaruhi proses
penuaan termasuk genetika, gaya hidup, lingkungan, dan faktor internal lainnya.
(Lopez-Otin, C., Blasco, M. A., Partridge, L., Serrano, M., & Kroemer, G. (2013).
The hallmarks of aging. Cell, 153(6), 1194-1217).
Berikut adalah beberapa aspek utama dari proses penuaan:
1. Perubahan pada Tingkat Seluler: Pada tingkat seluler, proses penuaan
sering kali dikaitkan dengan kerusakan DNA, akumulasi radikal bebas, dan
berkurangnya kemampuan sel untuk meregenerasi diri. Ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi sel dan mempengaruhi berbagai organ
tubuh.
2. Penurunan Fungsi Sistem Tubuh: Sistem tubuh manusia, seperti sistem
kardiovaskular, sistem saraf, sistem kekebalan tubuh, dan lain-lain,
mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia. Misalnya, jantung
mungkin mengalami penurunan elastisitas, sehingga meningkatkan risiko
penyakit jantung.
3. Penurunan Fungsi Organ: Organ dalam tubuh juga mengalami perubahan
terkait usia. Misalnya, ginjal mungkin mengalami penurunan fungsi filtrasi, hati
mungkin mengalami penurunan kemampuan metabolisme, dan tulang
mungkin mengalami penurunan kepadatan.
4. Perubahan Fisik: Proses penuaan juga disertai dengan perubahan fisik yang
terlihat, seperti kulit menjadi kering dan kehilangan elastisitas, penurunan
massa otot, peningkatan lemak tubuh, dan munculnya kerutan dan bintik-
bintik penuaan.
5. Penurunan Kemampuan Regenerasi: Kemampuan tubuh untuk
meregenerasi jaringan dan sel juga menurun seiring bertambahnya usia. Ini
dapat menyebabkan proses penyembuhan yang lebih lambat dan
peningkatan risiko cedera.
6. Kerusakan Oksidatif: Akumulasi radikal bebas dalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan, yang pada
gilirannya mempercepat proses penuaan. Konsumsi antioksidan dapat
membantu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif ini.
7. Peningkatan Risiko Penyakit Kronis: Penuaan juga meningkatkan risiko
terkena berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker,
dan penyakit Alzheimer. Faktor gaya hidup, seperti pola makan dan tingkat
aktivitas fisik, dapat mempengaruhi risiko terkena penyakit-penyakit ini.

Meskipun proses penuaan adalah bagian alami dari kehidupan, ada berbagai

3
langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya. Gaya hidup sehat,
seperti pola makan yang seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan
menghindari kebiasaan merokok serta minum alkohol secara berlebihan, dapat
membantu menjaga kesehatan fisik dan kognitif seiring bertambahnya usia.

Terdapat juga beberapa perkembangan ilmiah dan teknologi yang dapat membantu
mengatasi atau memperlambat proses penuaan. Berikut adalah beberapa di
antaranya:
1. Terapi Hormon: Terapi hormon telah menjadi topik penelitian yang penting
dalam upaya untuk memperlambat proses penuaan. Hormon-hormon
tertentu, seperti hormon pertumbuhan manusia (HGH) dan hormon seks,
telah dipelajari untuk potensi perannya dalam menjaga kesehatan dan
vitalitas saat menua.
2. Terapi Sel Punca: Penelitian terus dilakukan untuk memahami peran sel
punca dalam proses penuaan. Penggunaan terapi sel punca untuk
meregenerasi jaringan dan organ yang rusak akibat penuaan menjadi bidang
penelitian yang menjanjikan.
3. Anti-Penuaan Krim dan Suplemen: Pasar telah dibanjiri dengan berbagai
krim anti-penuaan dan suplemen yang diklaim dapat membantu mengurangi
tanda-tanda penuaan. Namun, penting untuk berhati-hati dan
mempertimbangkan bukti ilmiah yang mendukung klaim-klaim ini.
4. Genetika dan Pengobatan Genetik: Penelitian genetika telah memberikan
wawasan baru tentang mekanisme penuaan. Teknologi pengeditan gen
seperti CRISPR-Cas9 memberikan harapan dalam mengubah gen yang
terkait dengan penuaan untuk memperlambat proses tersebut.
5. Nutrigenomics: Bidang ilmu nutrigenomics mempelajari interaksi antara
makanan yang kita konsumsi dengan gen kita. Pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana nutrisi memengaruhi ekspresi gen dapat membuka pintu
untuk pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan penuaan.
6. Penelitian Antioksidan: Antioksidan telah lama diketahui dapat melawan
kerusakan oksidatif yang terkait dengan penuaan. Penelitian terus dilakukan
untuk mengidentifikasi antioksidan yang paling efektif dalam melindungi sel-
sel dari kerusakan.
7. Teknologi Rekayasa Jaringan: Rekayasa jaringan dan organ merupakan
bidang yang berkembang pesat, di mana organ buatan secara laboratorium
dapat digunakan untuk menggantikan organ yang rusak atau berfungsi tidak
optimal akibat penuaan atau penyakit terkait usia.

Berikut adalah beberapa poin tambahan mengenai proses penuaan:


1. Pentingnya Aktivitas Fisik: Olahraga teratur telah terbukti memiliki manfaat
yang signifikan dalam memperlambat proses penuaan. Aktivitas fisik dapat
membantu menjaga kekuatan otot dan tulang, meningkatkan sirkulasi darah,
mengurangi risiko penyakit jantung, dan menjaga kesehatan mental.
2. Manajemen Stres: Stres kronis dapat mempercepat proses penuaan dengan
meningkatkan produksi hormon stres, seperti kortisol, yang dapat merusak
sel-sel tubuh. Teknik-teknik manajemen stres, seperti meditasi, yoga, dan
terapi relaksasi, dapat membantu mengurangi dampak negatif stres pada
tubuh.
3. Pola Makan Seimbang: Pola makan yang sehat dan seimbang merupakan
salah satu kunci penting dalam menjaga kesehatan dan memperlambat

4
proses penuaan. Memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, sumber
protein berkualitas, lemak sehat, dan menghindari makanan yang tinggi gula
dan lemak trans dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi dalam
tubuh.
4. Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk
kesehatan fisik dan mental. Selama tidur, tubuh melakukan proses perbaikan
dan regenerasi yang penting untuk memperpanjang masa muda tubuh.
Kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan mempercepat
proses penuaan.
5. Perawatan Kulit yang Tepat: Merawat kulit dengan baik juga merupakan
bagian penting dalam memperlambat tanda-tanda penuaan. Menggunakan
tabir surya setiap hari, menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan
pelembap yang cocok, dan menggunakan produk perawatan kulit anti-
penuaan yang mengandung retinoid dan antioksidan dapat membantu
menjaga kulit tetap sehat dan terlihat lebih muda.
6. Keterlibatan Sosial: Interaksi sosial dan keterlibatan dalam aktivitas sosial
juga dapat membantu menjaga kesehatan mental dan emosional saat menua.
Melibatkan diri dalam kegiatan komunitas, menjaga hubungan dengan
keluarga dan teman, serta menemukan tujuan hidup yang bermakna dapat
memberikan dukungan sosial yang penting dalam menjalani proses penuaan
dengan baik.
Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut dan mengadopsi gaya hidup yang
sehat, kita dapat memperlambat proses penuaan dan menjaga kesehatan serta
kualitas hidup yang baik sepanjang rentang usia.

5
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA

Topik 1
Posyandu Lansia

Posyandu Lansia adalah sebuah program pelayanan kesehatan masyarakat yang


bertujuan untuk memberikan perawatan dan pemantauan kesehatan bagi lansia di
tingkat komunitas. Pemikiran akademik profesional tentang posyandu lansia
menggambarkan pendekatan yang holistik dalam menyediakan layanan kesehatan
yang merangkul berbagai aspek, termasuk pencegahan, deteksi dini, pengobatan,
rehabilitasi, dan pendidikan kesehatan. (Rokhman, M. F., & Sulistyawati, S. (2019).
Penerapan konsep pelayanan kesehatan holistik pada posyandu lansia dalam
meningkatkan kesehatan lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(2),
312-320).
Berikut adalah beberapa aspek penting tentang posyandu lansia:
1. Pendekatan Preventif: Posyandu Lansia menekankan pentingnya
pencegahan penyakit dan promosi kesehatan pada lansia. Ini melibatkan
penyuluhan tentang gaya hidup sehat, diet yang seimbang, olahraga teratur,
dan deteksi dini penyakit tertentu yang lebih umum pada lansia, seperti
penyakit jantung, diabetes, dan penyakit Alzheimer.
2. Pemantauan Kesehatan Berkala: Posyandu Lansia menyediakan layanan
pemantauan kesehatan berkala, termasuk pengukuran tekanan darah, kadar
gula darah, dan fungsi kognitif. Hal ini membantu dalam mendeteksi dini
adanya masalah kesehatan dan memungkinkan intervensi yang tepat waktu.
3. Kolaborasi Interprofesional: Pendekatan akademik profesional menekankan
pentingnya kolaborasi antara berbagai profesi kesehatan, seperti dokter,
perawat, ahli gizi, dan pekerja sosial. Kolaborasi ini memastikan bahwa lansia
menerima perawatan yang holistik dan terkoordinasi.
4. Pendidikan Kesehatan: Posyandu Lansia juga berperan dalam memberikan
pendidikan kesehatan kepada lansia dan keluarga mereka tentang berbagai
masalah kesehatan yang relevan. Ini termasuk informasi tentang penggunaan
obat-obatan dengan benar, manajemen stres, dan perencanaan asupan
makanan yang sehat.
5. Aksesibilitas dan Inklusi: Posyandu Lansia harus dirancang untuk menjadi
aksesibel bagi semua lansia, termasuk mereka yang tinggal di daerah
pedesaan atau memiliki keterbatasan fisik. Ini dapat melibatkan penyediaan
layanan di lokasi yang mudah dijangkau, transportasi yang tersedia, dan
fasilitas yang ramah lansia.
6. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan: Pemikiran akademik profesional
tentang posyandu lansia juga mencakup evaluasi terus-menerus terhadap
program tersebut. Evaluasi ini melibatkan pengukuran efektivitas program,

6
umpan balik dari peserta dan penyedia layanan, serta identifikasi area untuk
perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Dengan menerapkan pendekatan holistik yang mencakup pencegahan,


pemantauan, kolaborasi, pendidikan, aksesibilitas, dan evaluasi berkelanjutan,
posyandu lansia dapat menjadi komponen penting dalam upaya untuk meningkatkan
kesehatan dan kualitas hidup lansia di tingkat komunitas.
Berikut adalah beberapa tambahan tentang posyandu lansia:
1. Penggunaan Teknologi dan Inovasi: Pemikiran akademik juga menyoroti
pentingnya memanfaatkan teknologi dan inovasi dalam pengelolaan
posyandu lansia. Misalnya, pemanfaatan sistem informasi kesehatan dapat
membantu dalam pencatatan dan pemantauan data kesehatan lansia secara
efisien. Selain itu, aplikasi kesehatan mobile dapat digunakan untuk
memberikan informasi kesehatan, pelatihan, dan pengingat jadwal perawatan
kepada lansia dan keluarganya.
2. Pelatihan Tenaga Kesehatan: Pemikiran akademik profesional juga
menekankan pentingnya pelatihan tenaga kesehatan yang terlibat dalam
posyandu lansia. Tenaga kesehatan yang terampil dan berpengetahuan luas
tentang kebutuhan kesehatan lansia dapat memberikan perawatan yang lebih
efektif dan terapeutik.
3. Penyelenggaraan Program Berkelanjutan: Posyandu Lansia yang efektif
memerlukan penyelenggaraan program yang berkelanjutan. Hal ini
melibatkan komitmen dari pemerintah, LSM, dan komunitas untuk
menyediakan sumber daya yang cukup, termasuk dana, fasilitas, dan
personil, serta memastikan adanya kontinuitas program dari waktu ke waktu.
4. Advokasi Kebijakan Kesehatan: Pemikiran akademik tentang posyandu lansia
juga mencakup upaya advokasi untuk meningkatkan kebijakan kesehatan
yang mendukung pelayanan kesehatan lansia di tingkat komunitas. Ini
termasuk advokasi untuk alokasi anggaran yang memadai, regulasi yang
mendukung, dan kebijakan yang mendorong partisipasi aktif masyarakat
dalam program posyandu.
5. Penguatan Jejaring Komunitas: Posyandu Lansia juga merupakan wadah
untuk memperkuat jejaring komunitas yang berperan dalam mendukung
kesehatan lansia. Melalui kolaborasi dengan organisasi masyarakat, lembaga
swadaya masyarakat, dan sektor swasta, posyandu lansia dapat
meningkatkan aksesibilitas, keberlanjutan, dan dampak positifnya dalam
meningkatkan kesejahteraan lansia.

Topik 2
Puskesmas Santun Lanjut Usia

Posyandu Santun Lanjut Usia adalah sebuah inisiatif pelayanan kesehatan


masyarakat yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan
kesejahteraan lansia dengan pendekatan yang sensitif dan menghargai martabat
serta kebutuhan unik mereka. Dalam pemikiran akademik profesional, konsep
Posyandu Santun Lanjut Usia mewakili pemahaman mendalam tentang
kompleksitas perubahan fisik, psikologis, sosial, dan ekonomi yang dialami oleh
lansia. (Davey, J. A., Nana, G. R., O'Dea, N., & Byles, J. E. (2017). Enabling the
participation of older people in the context of an Australian Indigenous community.

7
Health Promotion International, 32(2), 310-319).
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pemikiran akademik profesional
tentang Posyandu Santun Lanjut Usia:
1. Pendekatan Holistik: Posyandu Santun Lanjut Usia mengadopsi pendekatan
holistik dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang melibatkan berbagai
aspek kehidupan lansia, termasuk kesehatan fisik, kesejahteraan mental,
dukungan sosial, dan kebutuhan spiritual.
2. Adaptasi Terhadap Kebutuhan Khusus: Posyandu ini didesain untuk
memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan khusus lansia,
termasuk perubahan fisik, penurunan fungsi kognitif, penyakit kronis, isolasi
sosial, dan masalah mobilitas. Ini memerlukan pengetahuan mendalam
tentang gerontologi dan pendekatan pelayanan kesehatan yang ramah lansia.
3. Pemberdayaan Lansia: Posyandu Santun Lanjut Usia bertujuan untuk
memberdayakan lansia dalam mengelola kesehatan dan kesejahteraan
mereka sendiri. Ini melibatkan pendidikan kesehatan, promosi gaya hidup
sehat, dan pelatihan keterampilan mandiri, sehingga lansia dapat
mempertahankan kemandirian dan kualitas hidup yang tinggi.
4. Peningkatan Aksesibilitas: Pemikiran akademik profesional tentang Posyandu
Santun Lanjut Usia mencakup strategi untuk meningkatkan aksesibilitas
layanan kesehatan bagi lansia. Ini termasuk penyediaan fasilitas yang ramah
lansia, transportasi yang mudah dijangkau, dan layanan kesehatan berbasis
komunitas yang dapat diakses dengan mudah oleh lansia.
5. Kolaborasi Multidisiplin: Posyandu ini melibatkan kolaborasi antara berbagai
profesi kesehatan, termasuk dokter, perawat, ahli gizi, terapis fisik, dan
pekerja sosial. Kolaborasi ini diperlukan untuk memberikan perawatan yang
komprehensif dan terkoordinasi bagi lansia.
6. Pendekatan Budaya dan Sosial: Posyandu Santun Lanjut Usia
mempertimbangkan konteks budaya dan sosial dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Ini mencakup memahami nilai-nilai budaya, norma-norma sosial,
dan praktik-praktik tradisional yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan lansia.
7. Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan: Pemikiran akademik tentang
Posyandu Santun Lanjut Usia juga mencakup evaluasi terus-menerus
terhadap program ini untuk memastikan efektivitasnya. Ini melibatkan
pengukuran indikator kesehatan dan kesejahteraan, umpan balik dari peserta,
dan identifikasi area untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.

Dengan mengintegrasikan aspek-aspek ini dalam pemikiran akademik profesional,


Posyandu Santun Lanjut Usia dapat menjadi model yang efektif dalam memberikan
pelayanan kesehatan yang sensitif dan menghargai bagi lansia, serta meningkatkan
kualitas hidup mereka di tingkat komunitas.

Topik 3
Pelayanan Kesehatan di Panti Werda

Pelayanan kesehatan di Panti Werda merupakan aspek penting dalam upaya


memberikan perawatan dan perhatian yang memadai bagi lansia yang tinggal di
panti jompo. (Pangestika, N. A., Soetjipto, Soetjipto, & Purwanta, R. E. (2017).
The Effectiveness of Implementation Integrated Service Post in the Elderly Nursing
Home. Indian Journal of Public Health Research & Development, 8(4), 1260-1264).

8
Pemikiran akademik profesional tentang pelayanan kesehatan di Panti Werda
melibatkan beberapa aspek utama:
1. Perawatan Medis Rutin: Pelayanan kesehatan di Panti Werda mencakup
perawatan medis rutin yang diberikan oleh tenaga medis terlatih, seperti
dokter dan perawat. Ini termasuk pemeriksaan kesehatan berkala,
pengobatan rutin, manajemen penyakit kronis, dan penanganan kondisi
kesehatan yang mendesak.
2. Pengelolaan Obat-obatan: Pemikiran akademik profesional juga mencakup
pengelolaan obat-obatan yang diberikan kepada penghuni panti jompo. Ini
melibatkan pemantauan dan pengawasan penggunaan obat-obatan, serta
pendidikan kepada staf dan penghuni tentang cara penggunaan yang aman
dan efektif.
3. Perawatan Kesehatan Mental: Pelayanan kesehatan di Panti Werda juga
memperhatikan kesehatan mental penghuni. Ini termasuk identifikasi dan
penanganan gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, serta
penyediaan dukungan emosional dan konseling psikologis jika diperlukan.
4. Perawatan Kesehatan Preventif: Aspek pencegahan penyakit juga menjadi
fokus dalam pemikiran akademik tentang pelayanan kesehatan di Panti
Werda. Ini meliputi vaksinasi, penyuluhan tentang gaya hidup sehat, serta
deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko penyakit tertentu yang umum pada
lansia.
5. Perawatan Palliatif dan Perawatan Akhir Hidup: Panti Werda juga
menyediakan perawatan palliatif bagi penghuni yang membutuhkan, dengan
memperhatikan kenyamanan dan kualitas hidup akhir mereka. Ini melibatkan
manajemen nyeri, dukungan psikososial, serta bantuan spiritual sesuai
dengan kepercayaan dan keinginan masing-masing individu.
6. Kolaborasi dengan Layanan Kesehatan Komunitas: Pemikiran akademik
tentang pelayanan kesehatan di Panti Werda juga mencakup kolaborasi
dengan layanan kesehatan komunitas, termasuk rumah sakit, puskesmas,
dan dokter spesialis. Ini memastikan bahwa penghuni mendapatkan akses
yang tepat dan komprehensif terhadap layanan kesehatan yang mereka
butuhkan.
7. Pelatihan dan Pendidikan Staf: Aspek penting lainnya adalah pelatihan dan
pendidikan terus-menerus bagi staf panti jompo tentang perawatan kesehatan
lansia. Ini termasuk pengetahuan tentang perawatan kesehatan yang khusus
untuk lansia, keterampilan komunikasi yang efektif, serta sensitivitas terhadap
kebutuhan dan preferensi individu.

9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK

Topik 1
Konsep Keperawatan Gerontik

Keperawatan Gerontik adalah bidang dalam ilmu keperawatan yang berfokus pada
perawatan kesehatan dan pelayanan kepada orang tua atau lansia. Dengan
populasi global yang semakin menua, penting bagi perawat untuk memahami
kebutuhan khusus yang dimiliki oleh orang lanjut usia dan bagaimana memberikan
perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. (Eliopoulos, C. (2018).
Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins). Berikut adalah beberapa
konsep penting dalam keperawatan gerontik:
1. Penuaan sebagai Proses Normal: Keperawatan gerontik memahami bahwa
penuaan adalah proses normal yang dialami oleh semua individu dan dapat
memengaruhi fisik, mental, dan emosional mereka. Perawat harus memahami
perubahan yang terjadi selama proses penuaan dan bagaimana itu
memengaruhi kebutuhan dan kualitas hidup klien.
2. Penghargaan Terhadap Kemandirian: Keperawatan gerontik mendorong
kemandirian sebanyak mungkin bagi klien lansia. Ini mencakup memberikan
dukungan untuk mempertahankan fungsi fisik, kognitif, dan sosial mereka
sesuai dengan kemampuan individu.
3. Pencegahan dan Manajemen Penyakit Kronis: Karena lansia cenderung
memiliki lebih banyak penyakit kronis dan kondisi kesehatan yang kompleks,
keperawatan gerontik menekankan pentingnya pencegahan penyakit dan
manajemen kondisi kronis secara efektif.
4. Pentingnya Komunikasi: Perawat harus memiliki keterampilan komunikasi
yang baik dan sensitivitas terhadap kebutuhan klien lansia. Hal ini termasuk
memahami perubahan dalam komunikasi yang mungkin terjadi karena
masalah pendengaran, penglihatan, atau kognitif.
5. Perawatan Holistik: Keperawatan gerontik mengadopsi pendekatan holistik
terhadap perawatan kesehatan, yang memperhitungkan aspek fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual dari klien. Ini melibatkan kolaborasi antara
berbagai anggota tim kesehatan untuk menyediakan perawatan yang holistik
dan terkoordinasi.
6. Pemberdayaan Pasien dan Pendidikan: Perawat gerontik memberdayakan
klien mereka dengan memberikan pendidikan dan dukungan yang diperlukan
untuk mengambil keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka. Ini
melibatkan memberikan informasi tentang kondisi medis mereka,
pengobatan, dan perawatan diri yang optimal.

10
7. Pentingnya Keamanan: Karena lansia rentan terhadap cedera dan
komplikasi akibat kelemahan fisik dan gangguan kesehatan, perawat gerontik
harus memprioritaskan keamanan klien mereka. Ini termasuk pencegahan
jatuh, mengelola obat dengan benar, dan mengidentifikasi faktor risiko
potensial lainnya.
8. Perawatan di Akhir Hidup: Keperawatan gerontik juga mencakup perawatan
di akhir hidup, yang mencakup pemahaman dan dukungan terhadap
kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual klien dan keluarga mereka saat
menghadapi akhir kehidupan.

Keperawatan gerontik merupakan cabang khusus dalam ilmu keperawatan yang


fokus pada studi dan praktek perawatan kesehatan individu lanjut usia (lansia).
Pendekatan ini berdasarkan pemahaman bahwa proses penuaan membawa
perubahan fisiologis, psikologis, dan sosial yang memerlukan perhatian khusus.
Asuhan keperawatan gerontik tidak hanya mengutamakan penanganan penyakit
atau kondisi medis, tapi juga peningkatan kualitas hidup lansia melalui pencegahan
penyakit, promosi kesehatan, dan rehabilitasi. (Tabloski, P. A. (2018).
Gerontological Nursing: The Essential Guide to Clinical Practice. Pearson).

Prinsip Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Holistik: Asuhan keperawatan harus memperhatikan aspek fisik, psikologis,
sosial, dan spiritual lansia, mengakui bahwa semua aspek ini saling terkait
dan berpengaruh terhadap kesehatan dan kesejahteraan.
2. Individualitas: Setiap individu lansia memiliki kebutuhan, preferensi, nilai,
dan latar belakang yang unik, yang harus dihormati dan dijadikan dasar
dalam penyusunan rencana perawatan.
3. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit: Asuhan harus berfokus
pada upaya preventif dan promosi gaya hidup sehat untuk meningkatkan
kualitas hidup.
4. Pemberdayaan: Lansia harus diberdayakan untuk terlibat secara aktif dalam
perawatan kesehatan mereka sendiri, termasuk pengambilan keputusan
tentang perawatan dan perencanaan.

Komponen Asuhan Keperawatan Gerontik


1. Penilaian Komprehensif
Penilaian awal harus mencakup evaluasi fisik, psikologis, dan sosial,
termasuk penilaian fungsi kognitif, mobilitas, nutrisi, dukungan sosial, dan
kondisi lingkungan tempat tinggal. Penilaian ini harus dilakukan secara
berkala untuk mengidentifikasi perubahan kondisi dan kebutuhan lansia.
2. Manajemen Masalah Kesehatan
Manajemen kondisi kronis seperti diabetes, hipertensi, dan penyakit jantung
harus disesuaikan dengan kebutuhan khusus lansia, termasuk pertimbangan
terhadap polifarmasi (penggunaan beberapa jenis obat secara bersamaan)
dan interaksi obat.
3. Promosi Kesehatan dan Pencegahan Penyakit
Ini termasuk pendidikan kesehatan tentang diet seimbang, pentingnya
aktivitas fisik, vaksinasi, dan screening rutin untuk kondisi seperti
osteoporosis atau kanker.
4. Dukungan Psikososial

11
Perawat harus peka terhadap masalah psikososial seperti kesepian, depresi,
dan isolasi sosial, serta menyediakan dukungan atau merujuk ke sumber
dukungan yang sesuai.
5. Perencanaan Perawatan dan Koordinasi
Perawatan harus direncanakan bersama dengan lansia dan keluarganya,
memastikan bahwa tujuan perawatan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka. Koordinasi dengan profesional kesehatan lain juga
penting untuk menyediakan asuhan terpadu.

Tantangan dan Solusi


Dalam praktiknya, asuhan keperawatan gerontik menghadapi beberapa tantangan,
seperti keterbatasan sumber daya, perbedaan budaya dalam pandangan tentang
penuaan dan perawatan, serta kebutuhan pelatihan khusus bagi perawat dalam
gerontologi. Solusi untuk tantangan ini termasuk pengembangan kebijakan yang
mendukung perawatan lansia, pendidikan dan pelatihan berkelanjutan untuk
perawat, dan peningkatan kolaborasi antarprofesi dalam perawatan kesehatan
lansia.

Implementasi Asuhan Keperawatan Gerontik


Implementasi asuhan keperawatan gerontik membutuhkan pemahaman yang
mendalam tentang prinsip-prinsip gerontologi dan keterampilan klinis yang relevan.
Berikut adalah beberapa langkah penting dalam implementasi asuhan keperawatan
untuk lansia:
1. Pengkajian Lanjutan
Setelah penilaian awal, pengkajian lanjutan diperlukan untuk memantau
perubahan kondisi dan menyesuaikan rencana perawatan. Ini termasuk
evaluasi rutin tentang efektivitas intervensi, toleransi terhadap pengobatan,
dan kemajuan terhadap tujuan yang ditetapkan.
2. Manajemen Nyeri
Nyeri adalah masalah umum di kalangan lansia dan seringkali kurang
terdiagnosis dan termanajemen. Pendekatan terhadap manajemen nyeri
harus multimodal, mempertimbangkan obat-obatan, terapi fisik, dan metode
non-farmakologi seperti relaksasi dan terapi panas atau dingin.
3. Pemeliharaan Mobilitas dan Pencegahan Jatuh
Pemeliharaan mobilitas adalah kunci untuk mempertahankan kemandirian.
Program latihan yang dirancang khusus, penilaian risiko jatuh, dan modifikasi
lingkungan adalah komponen penting dalam mencegah jatuh dan
mempertahankan fungsi fisik.
4. Dukungan Nutrisi
Status nutrisi harus dipantau secara berkala. Lansia sering mengalami
masalah seperti malnutrisi atau obesitas. Intervensi dapat mencakup
konseling nutrisi, suplemen, atau rencana makan yang disesuaikan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi yang spesifik.
5. Manajemen Kondisi Kronis
Ini melibatkan koordinasi dengan dokter dan profesional kesehatan lain untuk
mengoptimalkan pengobatan, memantau tanda vital dan parameter
kesehatan lainnya, serta pendidikan pasien tentang pengelolaan penyakit
mereka.
6. Kesehatan Mental dan Dukungan Emosional

12
Kesehatan mental merupakan aspek penting dari kesejahteraan lansia.
Pendekatan intervensi mungkin termasuk terapi bicara, dukungan kelompok,
atau pengobatan untuk kondisi seperti depresi dan kecemasan.

Peran Keluarga dan Komunitas


Keterlibatan keluarga dan komunitas adalah esensial dalam asuhan keperawatan
gerontik. Keluarga dapat memberikan dukungan emosional, bantuan dengan
kegiatan sehari-hari, dan memainkan peran kunci dalam pengambilan keputusan
perawatan kesehatan. Komunitas juga bisa menjadi sumber daya penting,
menyediakan layanan seperti transportasi, makanan, dan kegiatan sosial yang dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia.

Edukasi dan Pemberdayaan


Edukasi pasien dan keluarga tentang kondisi kesehatan, perawatan yang tepat, dan
strategi manajemen diri sangat penting untuk pemberdayaan. Ini memungkinkan
lansia untuk mengambil bagian aktif dalam perawatan mereka dan membuat
keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka.

Topik 2.
Konsep Pengkajian Keperawatan Lansia

Pengkajian keperawatan yang komprehensif pada lansia sangat penting untuk


memahami kebutuhan kesehatan mereka secara menyeluruh. (Eliopoulos, C.
(2018). Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins). Berikut adalah
beberapa konsep yang penting dalam pengkajian keperawatan lansia:
1. Pengkajian Fisik: Meliputi pemeriksaan fisik menyeluruh untuk
mengidentifikasi perubahan fisik yang terkait dengan penuaan, seperti
penurunan kekuatan otot, kekakuan sendi, gangguan penglihatan atau
pendengaran, serta penurunan fungsi kognitif. Pengkajian ini juga harus
mencakup penilaian terhadap nutrisi, status gizi, dan mobilitas klien.
2. Pengkajian Psikososial: Penting untuk memperhatikan aspek psikososial
dalam pengkajian lansia, termasuk dukungan sosial, status mental-emosional,
kesejahteraan psikologis, dan kualitas hidup. Hal ini meliputi identifikasi
faktor-faktor stres, tingkat depresi atau kecemasan, serta kualitas hubungan
sosial dan dukungan keluarga.
3. Pengkajian Kognitif: Karena masalah kognitif seringkali terjadi pada lansia,
pengkajian kognitif seperti skrining demensia atau gangguan kognitif lainnya
sangat penting. Hal ini bisa meliputi penggunaan skala atau alat penilaian
seperti Mini Mental State Examination (MMSE) untuk menilai fungsi kognitif.
4. Pengkajian Fungsional: Pengkajian ini berfokus pada kemampuan lansia
untuk melakukan aktivitas sehari-hari, termasuk mandi, berpakaian, makan,
berjalan, dan melakukan kegiatan rumah tangga lainnya. Penilaian fungsional
membantu dalam menentukan tingkat kemandirian klien serta kebutuhan
bantuan yang mungkin diperlukan.
5. Pengkajian Nutrisi: Kondisi nutrisi lansia dapat memengaruhi kesehatan
mereka secara keseluruhan. Pengkajian nutrisi harus mencakup asupan
makanan, pola makan, gangguan penyerapan atau metabolisme, risiko
malnutrisi, dan masalah pencernaan seperti disfagia atau gangguan
penyerapan.

13
6. Pengkajian Medikasi: Lansia sering memiliki penggunaan obat yang
kompleks dan risiko tinggi terhadap interaksi obat. Pengkajian medikasi
melibatkan peninjauan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk dosis,
kepatuhan, efek samping yang mungkin, dan kemungkinan interaksi obat-
obatan.
7. Pengkajian Risiko Jatuh: Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk jatuh
karena berbagai faktor seperti kelemahan otot, masalah keseimbangan,
gangguan penglihatan, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pengkajian
risiko jatuh harus mencakup evaluasi lingkungan, keseimbangan postural,
dan riwayat jatuh sebelumnya.

Pengkajian keperawatan yang komprehensif pada lansia memungkinkan perawat


untuk mengidentifikasi masalah kesehatan, memahami kebutuhan klien secara
menyeluruh, dan merencanakan intervensi yang sesuai untuk meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan mereka.

Topik 3.
Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik

Diagnosis keperawatan gerontik merupakan langkah penting dalam menyusun


rencana perawatan yang efektif untuk klien lansia. Diagnosis ini harus didasarkan
pada pengkajian komprehensif terhadap kondisi kesehatan, kebutuhan, dan
masalah yang dihadapi oleh klien. (Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J.
M. M., & Wagner, C. M. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier
Health Sciences). Berikut adalah beberapa konsep diagnosis keperawatan gerontik
yang penting:
1. Penurunan Mobilitas: Lansia rentan mengalami penurunan mobilitas karena
berbagai faktor seperti kelemahan otot, gangguan keseimbangan, dan
gangguan neurologis. Diagnosis ini ditegakkan ketika terdapat bukti
penurunan kemampuan klien untuk bergerak atau melakukan aktivitas fisik
sehari-hari secara mandiri.
2. Risiko Jatuh: Klien lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami
jatuh akibat kelemahan fisik, gangguan keseimbangan, penggunaan obat-
obatan tertentu, atau faktor lingkungan. Diagnosis risiko jatuh memungkinkan
perawat untuk merencanakan intervensi pencegahan yang sesuai untuk
mengurangi risiko tersebut.
3. Gangguan Kognitif: Masalah kognitif seperti demensia atau gangguan
kognitif lainnya seringkali terjadi pada lansia. Diagnosis ini ditegakkan ketika
terdapat gangguan dalam fungsi kognitif yang memengaruhi kemampuan
klien untuk berpikir, mengingat, dan membuat keputusan.
4. Ketidakseimbangan Nutrisi: Lansia rentan terhadap masalah nutrisi seperti
malnutrisi atau kelebihan berat badan karena berbagai faktor seperti
perubahan dalam kebutuhan nutrisi, masalah pencernaan, atau perubahan
dalam selera makan. Diagnosis ini memungkinkan perawat untuk
merencanakan intervensi yang sesuai untuk memperbaiki status gizi klien.
5. Isolasi Sosial: Lansia sering mengalami isolasi sosial akibat pensiun,
kematian pasangan, atau keterbatasan mobilitas yang membatasi interaksi
sosial. Diagnosis ini memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi
yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan sosial dan keterlibatan sosial

14
klien.
6. Nyeri Kronis: Nyeri kronis adalah masalah umum pada lansia dan dapat
memengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan. Diagnosis ini
memungkinkan perawat untuk merencanakan strategi manajemen nyeri yang
sesuai dan meningkatkan kenyamanan klien.
7. Resiko Kerusakan Kulit: Lansia rentan terhadap kerusakan kulit seperti luka
tekan karena penurunan elastisitas kulit dan mobilitas yang terbatas.
Diagnosis ini memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi
pencegahan seperti perubahan posisi, penggunaan alat bantu, dan
perawatan kulit yang tepat.

Dengan menggunakan konsep diagnosis keperawatan gerontik ini, perawat dapat


mengidentifikasi masalah kesehatan yang relevan dan merencanakan intervensi
yang sesuai untuk meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup klien lansia.

Topik 4
Perencanaan Keperawatan Gerontik

Perencanaan keperawatan gerontik adalah langkah penting setelah pengkajian dan


diagnosis untuk merancang rencana perawatan yang efektif dan tepat untuk klien
lansia. (Eliopoulos, C. (2018). Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins).
Berikut adalah langkah-langkah dalam perencanaan keperawatan gerontik:
1. Menetapkan Tujuan Perawatan:
Berdasarkan diagnosis yang telah dibuat, perawat harus menetapkan tujuan
perawatan yang spesifik, terukur, realistis, dan dapat dicapai. Tujuan-tujuan
ini harus mengacu pada kebutuhan dan prioritas kesehatan klien, serta
memperhitungkan preferensi dan harapan mereka.
2. Merumuskan Rencana Perawatan:
Setelah menetapkan tujuan, perawat perlu merumuskan rencana perawatan
yang mencakup strategi dan intervensi yang akan dilakukan untuk mencapai
tujuan tersebut. Rencana perawatan haruslah komprehensif dan
mempertimbangkan aspek fisik, psikososial, dan lingkungan klien.
3. Kolaborasi dengan Tim Kesehatan:
Perawatan gerontik sering melibatkan kolaborasi dengan berbagai anggota
tim kesehatan seperti dokter, terapis fisik, ahli gizi, dan pekerja sosial.
Perawat perlu bekerja sama dengan tim ini untuk menyusun rencana
perawatan yang terkoordinasi dan holistik.
4. Mengidentifikasi Intervensi Spesifik:
Rencana perawatan harus mencakup intervensi yang spesifik untuk
memenuhi kebutuhan kesehatan dan mencapai tujuan perawatan. Intervensi-
intervensi ini dapat meliputi pemberian obat-obatan, terapi fisik, intervensi
nutrisi, dukungan psikososial, dan edukasi kesehatan.
5. Pemantauan dan Evaluasi:
Perawat harus secara teratur memantau dan mengevaluasi progres klien
terhadap tujuan perawatan yang telah ditetapkan. Evaluasi yang teratur
memungkinkan perawat untuk menilai efektivitas intervensi yang dilakukan
dan membuat perubahan jika diperlukan.

15
6. Edukasi Klien dan Keluarga:
Perawat perlu memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang
kondisi kesehatan, tindakan perawatan yang direncanakan, dan cara
mengelola kondisi tersebut secara mandiri. Edukasi yang tepat dapat
membantu meningkatkan pemahaman dan kemandirian klien dalam
mengelola kesehatan mereka.
7. Perencanaan Pemulangan atau Perawatan Lanjutan:
Jika klien membutuhkan perawatan lanjutan atau perlu dipindahkan ke
lingkungan perawatan yang lebih sesuai, perawat harus merencanakan
pemulangan atau perawatan lanjutan dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan preferensi klien serta sumber daya yang tersedia.

Perencanaan keperawatan gerontik yang efektif memungkinkan perawat untuk


memberikan perawatan yang holistik, terkoordinasi, dan sesuai dengan kebutuhan
kesehatan klien lansia. Dengan melibatkan klien dan keluarga serta kolaborasi
dengan tim kesehatan, perawat dapat memastikan bahwa perawatan yang diberikan
sesuai dengan standar terbaik dan dapat meningkatkan kualitas hidup klien.

Topik 5
Konsep Pelaksanaan Keperawatan Gerontik

Pelaksanaan keperawatan gerontik melibatkan penerapan rencana perawatan yang


telah dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan meningkatkan kualitas
hidup klien lansia. (Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., &
Wagner, C. M. (2018). Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Health
Sciences). Berikut adalah beberapa konsep penting dalam pelaksanaan
keperawatan gerontik:
1. Pemberian Perawatan yang Mempertahankan Kemandirian:
Saat memberikan perawatan kepada lansia, penting untuk mendorong
kemandirian sebanyak mungkin. Ini mencakup memberikan dukungan yang
diperlukan tetapi juga memberi kesempatan kepada klien untuk melakukan
aktivitas sehari-hari secara mandiri sejauh yang mereka mampu.
2. Pengelolaan Obat-obatan dengan Hati-hati:
Lansia sering memiliki regimen obat yang kompleks dan rentan terhadap efek
samping obat. Saat melaksanakan perawatan, perawat perlu memastikan
bahwa obat-obatan diberikan sesuai dengan resep dokter, dosis yang tepat,
dan memantau efek samping yang mungkin timbul.
3. Pencegahan Komplikasi dan Cedera:
Perawat gerontik harus mengambil langkah-langkah pencegahan untuk
mencegah komplikasi dan cedera yang mungkin terjadi pada klien lansia. Ini
termasuk pencegahan jatuh, manajemen nyeri, perawatan kulit yang baik,
dan monitoring tanda-tanda vital secara teratur.
4. Komunikasi yang Efektif:
Komunikasi yang baik antara perawat dan klien lansia sangat penting untuk
memastikan pemahaman yang baik tentang perawatan yang diberikan dan
kebutuhan klien. Perawat harus mempertimbangkan perubahan dalam
kemampuan komunikasi klien dan menggunakan pendekatan yang sesuai.
5. Pemberian Dukungan Psikososial:

16
Lansia sering mengalami perubahan emosional dan psikologis yang
signifikan, seperti kesepian, kecemasan, atau depresi. Perawat gerontik perlu
memberikan dukungan psikososial yang adekuat melalui pendengaran aktif,
memberikan perhatian, dan menyediakan lingkungan yang nyaman dan
mendukung.
6. Pemberian Perawatan Kolaboratif:
Pelaksanaan keperawatan gerontik sering melibatkan kerja sama dengan
berbagai anggota tim kesehatan, seperti dokter, terapis fisik, terapis okupasi,
dan pekerja sosial. Perawat perlu berkolaborasi dengan tim ini untuk
memberikan perawatan yang holistik dan terkoordinasi.
7. Pemberian Edukasi Kesehatan:
Selain memberikan perawatan langsung, perawat gerontik juga bertanggung
jawab untuk memberikan edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang kondisi kesehatan, pengelolaan obat-obatan, perawatan diri, dan
tanda-tanda peringatan yang perlu diperhatikan.

Dengan menerapkan konsep-konsep ini, perawat dapat melaksanakan perawatan


gerontik yang efektif, aman, dan mendukung untuk klien lansia. Langkah-langkah
pencegahan, komunikasi yang efektif, dan dukungan psikososial yang diberikan oleh
perawat dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan pasien di masa tua.

Topik 6
Evaluasi Keperawatan Gerontik

Evaluasi keperawatan gerontik merupakan tahap penting dalam siklus perawatan


yang melibatkan penilaian terhadap efektivitas intervensi perawatan yang telah
dilakukan dan penyesuaian rencana perawatan jika diperlukan. Evaluasi dilakukan
secara teratur untuk memastikan bahwa perawatan yang diberikan memenuhi
kebutuhan klien lansia dan memberikan hasil yang diharapkan. (Tabloski, P. A.
(2018). Gerontological Nursing: The Essential Guide to Clinical Practice. Pearson).
Berikut adalah beberapa langkah dalam evaluasi keperawatan gerontik:
1. Memantau Progres Kesehatan:
Perawat harus secara teratur memantau progres kesehatan klien lansia
dengan membandingkan hasil yang dicapai dengan tujuan perawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya. Ini melibatkan evaluasi parameter fisik,
emosional, dan kognitif klien, serta penilaian terhadap perubahan dalam
kondisi kesehatan mereka.
2. Mengidentifikasi Hasil yang Dicapai:
Evaluasi keperawatan gerontik melibatkan penilaian terhadap hasil yang telah
dicapai oleh klien setelah menerima intervensi perawatan. Hasil dapat berupa
perbaikan dalam kesehatan fisik, peningkatan kemandirian dalam melakukan
aktivitas sehari-hari, penurunan tingkat nyeri, atau perubahan lain yang
diharapkan.
3. Menilai Kepatuhan dan Kepuasan Klien:
Penting untuk mengevaluasi tingkat kepatuhan klien terhadap rencana
perawatan yang telah direncanakan dan kepuasan mereka terhadap
perawatan yang diberikan. Hal ini dapat dilakukan melalui wawancara dengan
klien dan keluarga, serta observasi terhadap interaksi dengan perawat dan

17
reaksi terhadap perawatan yang diberikan.
4. Menganalisis Efektivitas Intervensi:
Perawat perlu menganalisis efektivitas intervensi perawatan yang telah
dilakukan untuk menentukan apakah strategi yang digunakan telah berhasil
atau perlu disesuaikan. Ini melibatkan penilaian terhadap apakah intervensi
tersebut telah mencapai tujuan yang ditetapkan dan apakah ada perubahan
yang diperlukan dalam rencana perawatan.
5. Merencanakan Perubahan dan Penyesuaian:
Berdasarkan hasil evaluasi, perawat perlu merencanakan perubahan dan
penyesuaian dalam rencana perawatan jika diperlukan. Ini dapat meliputi
revisi tujuan perawatan, modifikasi intervensi yang digunakan, atau
penambahan strategi baru untuk mencapai hasil yang diinginkan.
6. Melakukan Komunikasi dengan Tim Kesehatan:
Evaluasi keperawatan gerontik juga melibatkan komunikasi dengan anggota
tim kesehatan lainnya, seperti dokter, terapis, dan pekerja sosial, untuk
berbagi hasil evaluasi dan merencanakan tindak lanjut yang sesuai.
Kolaborasi antar anggota tim sangat penting untuk memastikan perawatan
yang terkoordinasi dan holistik bagi klien lansia.

Dengan melakukan evaluasi secara teratur dan komprehensif, perawat gerontik


dapat memastikan bahwa perawatan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan dan
preferensi klien, serta memberikan hasil yang optimal dalam meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan mereka.

18
PENUTUP

Dalam keperawatan gerontik, telah dibahas berbagai konsep penting yang meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan bagi klien lansia.
Memahami dan menerapkan konsep-konsep ini sangatlah krusial bagi perawat yang bekerja
dengan populasi lansia, mengingat kompleksitas dan keunikan kebutuhan kesehatan mereka.

Pengkajian yang komprehensif memungkinkan perawat untuk memahami kondisi kesehatan


dan kebutuhan klien secara menyeluruh, sementara diagnosis yang tepat memungkinkan
identifikasi masalah kesehatan yang spesifik dan penyusunan rencana perawatan yang sesuai.
Dalam perencanaan, perawat merumuskan intervensi yang terkoordinasi untuk memenuhi
tujuan perawatan yang ditetapkan, sementara pelaksanaan perawatan melibatkan penerapan
intervensi dengan memperhatikan aspek fisik, psikososial, dan lingkungan. Terakhir, evaluasi
memungkinkan perawat untuk mengevaluasi efektivitas perawatan yang telah diberikan dan
membuat penyesuaian jika diperlukan.

Melalui pendekatan holistik dan terkoordinasi, perawat gerontik dapat memberikan


perawatan yang berkualitas tinggi, mempertahankan kualitas hidup, dan meningkatkan
kesejahteraan bagi klien lansia. Kolaborasi dengan anggota tim kesehatan lainnya,
pendekatan yang sensitif dan empatik, serta pendidikan yang diberikan kepada klien dan
keluarga juga merupakan komponen kunci dari praktik keperawatan gerontik yang efektif.
Dengan demikian, pengetahuan dan penerapan konsep-konsep dalam keperawatan gerontik
menjadi landasan untuk memberikan perawatan yang sesuai, holistik, dan berorientasi pada
klien bagi populasi lansia yang semakin berkembang. Dengan perawatan yang terarah dan
berbasis bukti, perawat dapat memainkan peran yang krusial dalam meningkatkan kualitas
hidup dan kesejahteraan klien lansia di masa tua mereka.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Walker, A., & Hennessy, C. H. (Eds.). (2004). Growing older: Quality of life in
old age. Open University Press;
2. World Health Organization. (2015). World report on ageing and health.
World Health Organization;
3. Blackburn, E. H., & Epel, E. S. (2017). The Telomere Effect: A Revolutionary
Approach to Living Younger, Healthier, Longer;
4. Carstensen, L. L., Turan, B., Scheibe, S., Ram, N., Ersner-Hershfield, H.,
Samanez-Larkin, G. R., ... & Nesselroade, J. R. (2011). Emotional
experience improves with age: evidence based on over 10 years of
experience sampling. Psychology and Aging, 26(1), 21-33;
5. Victor, C. R. (2013). The Social Context of Ageing: A Textbook of
Gerontology. Routledge;
6. Hikichi, H., Kondo, K., & Kawachi, I. (2016). Social Interaction and Cognitive
Decline: Results of a 7-Year Community Intervention. Alzheimer Disease &
Associated Disorders, 30(1), 15–20;
7. Lopez-Otin, C., Blasco, M. A., Partridge, L., Serrano, M., & Kroemer, G.
(2013). The hallmarks of aging. Cell, 153(6), 1194-1217;
8. Rokhman, M. F., & Sulistyawati, S. (2019). Penerapan konsep pelayanan
kesehatan holistik pada posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan
lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(2), 312-320;
9. Davey, J. A., Nana, G. R., O'Dea, N., & Byles, J. E. (2017). Enabling the
participation of older people in the context of an Australian Indigenous
community. Health Promotion International, 32(2), 310-319;
10. Pangestika, N. A., Soetjipto, Soetjipto, & Purwanta, R. E. (2017). The
Effectiveness of Implementation Integrated Service Post in the Elderly Nursing
Home. Indian Journal of Public Health Research & Development, 8(4), 1260-
1264;
11. Eliopoulos, C. (2018). Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins;
12. Tabloski, P. A. (2018). Gerontological Nursing: The Essential Guide to
Clinical Practice. Pearson;
13. Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Health Sciences

20
21

Anda mungkin juga menyukai