1. H. Haryadi, S.Kp.MPH
2. Misnah Pusadan,S.Kep.
3. Ronny Eka Saputra, S.Pd.
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan karuniaNya modul keperawatan Gerontik ini dapat diselesaikan.
Modul ini disusun untuk memenuhi proses pembelajaran mata kuliah
Keperawatan gerontik yang ada pada kurikulum Pendidikan Ners
Keperawatan dan sebagai pegangan bagi dosen dan mahasiswa dalam
melaksanakan proses pembelajaran baik di kelas, laboratorium maupun
klinik/lapangan sesuai dengan capaian pembelajaran yang telah
ditetapkan sehingga proses pembelajaran yang dibahas sesuai standar
yang sudah disusun ini.
Dengan telah selesainya modul ini diharapkan dosen dan mahasiswa dapat
melaksanakan pembelajaran lebih mudah, terarah, dan berorientasi pada
pendekatan SCL sehingga dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan
memotivasi mahasiswa dalam belajar serta lebih disiplin serta mampu
menghadapi soal uji kompetensi dengan baik
Terima kasih kepada seluruh tim penyusun serta semua pihak yang telah
berkontribusi dalam penyusunan modul ini. Semoga modul ini dapat
bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa.
Tanjungpinang......................... 2024
Tim Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
TIM PENYUSUN............................................................................................... i
KATA PENGANTAR......................................................................................... ii
DAFTAR ISI...................................................................................................... iii
BAB I KONSEP LANJUT USIA DAN PROSES PENUAAN
1. Topik 1 Konsep Lanjut Usia (Lansia) .......................................................... 1
2. Topik 2 Proses Penuaan ............................................................................ 3
BAB II PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA
1. Topik 1 Posyandu Lansia ........................................................................... 6
2. Topik 2 Puskesmas Santun Usia Lanjut..................................................... 7
3. Topik 3 Pelayanan Kesehatan di Panti Werda............................................ 8
BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
1. Topik 1 Konsep Keperawatan Gerontik......................................................10
2. Topik 2 Konsep Pengkajian Keperawatan Lansia.......................................13
3. Topik 3 Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik......................................14
4. Topik 4 Perencanaan Keperawatan Gerontik.............................................15
5. Topik 5 Konsep Pelaksanaan Keperawatan Gerontik.................................16
6. Topik 6 Evaluasi Keperawatan Gerontik.....................................................17
PENUTUP.........................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................20
iii
BAB I
KONSEP LANJUT USIA DAN PROSES PENUAAN
Topik 1
Konsep Lanjut Usia
1
berkontribusi pada kualitas hidup yang lebih baik. (Victor, C. R. (2013). The Social
Context of Ageing: A Textbook of Gerontology. Routledge)
Tantangan dan Peluang
Lanjut usia membawa tantangan seperti peningkatan risiko penyakit kronis,
kesepian, dan marginalisasi sosial. Namun, juga membuka peluang untuk transmisi
pengetahuan antargenerasi, partisipasi dalam kegiatan sukarela, dan
pengembangan diri melalui aktivitas kreatif dan pembelajaran seumur hidup.
(Hikichi, H., Kondo, K., & Kawachi, I. (2016). Social Interaction and Cognitive
Decline: Results of a 7-Year Community Intervention. Alzheimer Disease &
Associated Disorders, 30(1), 15–20)
2
5. Pengembangan Program Sosial dan Kesejahteraan
Membangun program-program sosial dan kesejahteraan yang dirancang
khusus untuk memenuhi kebutuhan sosial dan emosional individu lanjut usia
dapat membantu mengurangi tingkat kesepian dan isolasi sosial. Program-
program ini dapat mencakup klub sosial, kegiatan seni dan budaya, atau
layanan dukungan mental dan emosional.
Topik 2
Proses Penuaan
Proses penuaan adalah perubahan yang alami dan kompleks yang terjadi pada
tubuh manusia seiring berjalannya waktu. Penuaan terjadi pada tingkat seluler,
organ, dan sistem dalam tubuh. Beberapa faktor yang memengaruhi proses
penuaan termasuk genetika, gaya hidup, lingkungan, dan faktor internal lainnya.
(Lopez-Otin, C., Blasco, M. A., Partridge, L., Serrano, M., & Kroemer, G. (2013).
The hallmarks of aging. Cell, 153(6), 1194-1217).
Berikut adalah beberapa aspek utama dari proses penuaan:
1. Perubahan pada Tingkat Seluler: Pada tingkat seluler, proses penuaan
sering kali dikaitkan dengan kerusakan DNA, akumulasi radikal bebas, dan
berkurangnya kemampuan sel untuk meregenerasi diri. Ini dapat
menyebabkan penurunan fungsi sel dan mempengaruhi berbagai organ
tubuh.
2. Penurunan Fungsi Sistem Tubuh: Sistem tubuh manusia, seperti sistem
kardiovaskular, sistem saraf, sistem kekebalan tubuh, dan lain-lain,
mengalami penurunan fungsi seiring bertambahnya usia. Misalnya, jantung
mungkin mengalami penurunan elastisitas, sehingga meningkatkan risiko
penyakit jantung.
3. Penurunan Fungsi Organ: Organ dalam tubuh juga mengalami perubahan
terkait usia. Misalnya, ginjal mungkin mengalami penurunan fungsi filtrasi, hati
mungkin mengalami penurunan kemampuan metabolisme, dan tulang
mungkin mengalami penurunan kepadatan.
4. Perubahan Fisik: Proses penuaan juga disertai dengan perubahan fisik yang
terlihat, seperti kulit menjadi kering dan kehilangan elastisitas, penurunan
massa otot, peningkatan lemak tubuh, dan munculnya kerutan dan bintik-
bintik penuaan.
5. Penurunan Kemampuan Regenerasi: Kemampuan tubuh untuk
meregenerasi jaringan dan sel juga menurun seiring bertambahnya usia. Ini
dapat menyebabkan proses penyembuhan yang lebih lambat dan
peningkatan risiko cedera.
6. Kerusakan Oksidatif: Akumulasi radikal bebas dalam tubuh dapat
menyebabkan kerusakan oksidatif pada sel dan jaringan, yang pada
gilirannya mempercepat proses penuaan. Konsumsi antioksidan dapat
membantu melindungi tubuh dari kerusakan oksidatif ini.
7. Peningkatan Risiko Penyakit Kronis: Penuaan juga meningkatkan risiko
terkena berbagai penyakit kronis, seperti penyakit jantung, diabetes, kanker,
dan penyakit Alzheimer. Faktor gaya hidup, seperti pola makan dan tingkat
aktivitas fisik, dapat mempengaruhi risiko terkena penyakit-penyakit ini.
Meskipun proses penuaan adalah bagian alami dari kehidupan, ada berbagai
3
langkah yang dapat diambil untuk mengurangi dampaknya. Gaya hidup sehat,
seperti pola makan yang seimbang, olahraga teratur, tidur yang cukup, dan
menghindari kebiasaan merokok serta minum alkohol secara berlebihan, dapat
membantu menjaga kesehatan fisik dan kognitif seiring bertambahnya usia.
Terdapat juga beberapa perkembangan ilmiah dan teknologi yang dapat membantu
mengatasi atau memperlambat proses penuaan. Berikut adalah beberapa di
antaranya:
1. Terapi Hormon: Terapi hormon telah menjadi topik penelitian yang penting
dalam upaya untuk memperlambat proses penuaan. Hormon-hormon
tertentu, seperti hormon pertumbuhan manusia (HGH) dan hormon seks,
telah dipelajari untuk potensi perannya dalam menjaga kesehatan dan
vitalitas saat menua.
2. Terapi Sel Punca: Penelitian terus dilakukan untuk memahami peran sel
punca dalam proses penuaan. Penggunaan terapi sel punca untuk
meregenerasi jaringan dan organ yang rusak akibat penuaan menjadi bidang
penelitian yang menjanjikan.
3. Anti-Penuaan Krim dan Suplemen: Pasar telah dibanjiri dengan berbagai
krim anti-penuaan dan suplemen yang diklaim dapat membantu mengurangi
tanda-tanda penuaan. Namun, penting untuk berhati-hati dan
mempertimbangkan bukti ilmiah yang mendukung klaim-klaim ini.
4. Genetika dan Pengobatan Genetik: Penelitian genetika telah memberikan
wawasan baru tentang mekanisme penuaan. Teknologi pengeditan gen
seperti CRISPR-Cas9 memberikan harapan dalam mengubah gen yang
terkait dengan penuaan untuk memperlambat proses tersebut.
5. Nutrigenomics: Bidang ilmu nutrigenomics mempelajari interaksi antara
makanan yang kita konsumsi dengan gen kita. Pemahaman yang lebih baik
tentang bagaimana nutrisi memengaruhi ekspresi gen dapat membuka pintu
untuk pengembangan strategi pencegahan dan pengobatan penuaan.
6. Penelitian Antioksidan: Antioksidan telah lama diketahui dapat melawan
kerusakan oksidatif yang terkait dengan penuaan. Penelitian terus dilakukan
untuk mengidentifikasi antioksidan yang paling efektif dalam melindungi sel-
sel dari kerusakan.
7. Teknologi Rekayasa Jaringan: Rekayasa jaringan dan organ merupakan
bidang yang berkembang pesat, di mana organ buatan secara laboratorium
dapat digunakan untuk menggantikan organ yang rusak atau berfungsi tidak
optimal akibat penuaan atau penyakit terkait usia.
4
proses penuaan. Memperbanyak konsumsi buah-buahan, sayuran, sumber
protein berkualitas, lemak sehat, dan menghindari makanan yang tinggi gula
dan lemak trans dapat membantu menjaga keseimbangan nutrisi dalam
tubuh.
4. Tidur yang Cukup: Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting untuk
kesehatan fisik dan mental. Selama tidur, tubuh melakukan proses perbaikan
dan regenerasi yang penting untuk memperpanjang masa muda tubuh.
Kurang tidur dapat meningkatkan risiko penyakit kronis dan mempercepat
proses penuaan.
5. Perawatan Kulit yang Tepat: Merawat kulit dengan baik juga merupakan
bagian penting dalam memperlambat tanda-tanda penuaan. Menggunakan
tabir surya setiap hari, menjaga kelembapan kulit dengan menggunakan
pelembap yang cocok, dan menggunakan produk perawatan kulit anti-
penuaan yang mengandung retinoid dan antioksidan dapat membantu
menjaga kulit tetap sehat dan terlihat lebih muda.
6. Keterlibatan Sosial: Interaksi sosial dan keterlibatan dalam aktivitas sosial
juga dapat membantu menjaga kesehatan mental dan emosional saat menua.
Melibatkan diri dalam kegiatan komunitas, menjaga hubungan dengan
keluarga dan teman, serta menemukan tujuan hidup yang bermakna dapat
memberikan dukungan sosial yang penting dalam menjalani proses penuaan
dengan baik.
Dengan memperhatikan berbagai aspek tersebut dan mengadopsi gaya hidup yang
sehat, kita dapat memperlambat proses penuaan dan menjaga kesehatan serta
kualitas hidup yang baik sepanjang rentang usia.
5
BAB II
PELAYANAN KESEHATAN PADA LANJUT USIA
Topik 1
Posyandu Lansia
6
umpan balik dari peserta dan penyedia layanan, serta identifikasi area untuk
perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Topik 2
Puskesmas Santun Lanjut Usia
7
Health Promotion International, 32(2), 310-319).
Berikut adalah beberapa aspek penting dalam pemikiran akademik profesional
tentang Posyandu Santun Lanjut Usia:
1. Pendekatan Holistik: Posyandu Santun Lanjut Usia mengadopsi pendekatan
holistik dalam menyediakan pelayanan kesehatan yang melibatkan berbagai
aspek kehidupan lansia, termasuk kesehatan fisik, kesejahteraan mental,
dukungan sosial, dan kebutuhan spiritual.
2. Adaptasi Terhadap Kebutuhan Khusus: Posyandu ini didesain untuk
memahami dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan khusus lansia,
termasuk perubahan fisik, penurunan fungsi kognitif, penyakit kronis, isolasi
sosial, dan masalah mobilitas. Ini memerlukan pengetahuan mendalam
tentang gerontologi dan pendekatan pelayanan kesehatan yang ramah lansia.
3. Pemberdayaan Lansia: Posyandu Santun Lanjut Usia bertujuan untuk
memberdayakan lansia dalam mengelola kesehatan dan kesejahteraan
mereka sendiri. Ini melibatkan pendidikan kesehatan, promosi gaya hidup
sehat, dan pelatihan keterampilan mandiri, sehingga lansia dapat
mempertahankan kemandirian dan kualitas hidup yang tinggi.
4. Peningkatan Aksesibilitas: Pemikiran akademik profesional tentang Posyandu
Santun Lanjut Usia mencakup strategi untuk meningkatkan aksesibilitas
layanan kesehatan bagi lansia. Ini termasuk penyediaan fasilitas yang ramah
lansia, transportasi yang mudah dijangkau, dan layanan kesehatan berbasis
komunitas yang dapat diakses dengan mudah oleh lansia.
5. Kolaborasi Multidisiplin: Posyandu ini melibatkan kolaborasi antara berbagai
profesi kesehatan, termasuk dokter, perawat, ahli gizi, terapis fisik, dan
pekerja sosial. Kolaborasi ini diperlukan untuk memberikan perawatan yang
komprehensif dan terkoordinasi bagi lansia.
6. Pendekatan Budaya dan Sosial: Posyandu Santun Lanjut Usia
mempertimbangkan konteks budaya dan sosial dalam memberikan pelayanan
kesehatan. Ini mencakup memahami nilai-nilai budaya, norma-norma sosial,
dan praktik-praktik tradisional yang dapat mempengaruhi kesehatan dan
kesejahteraan lansia.
7. Evaluasi dan Pengembangan Berkelanjutan: Pemikiran akademik tentang
Posyandu Santun Lanjut Usia juga mencakup evaluasi terus-menerus
terhadap program ini untuk memastikan efektivitasnya. Ini melibatkan
pengukuran indikator kesehatan dan kesejahteraan, umpan balik dari peserta,
dan identifikasi area untuk perbaikan dan pengembangan lebih lanjut.
Topik 3
Pelayanan Kesehatan di Panti Werda
8
Pemikiran akademik profesional tentang pelayanan kesehatan di Panti Werda
melibatkan beberapa aspek utama:
1. Perawatan Medis Rutin: Pelayanan kesehatan di Panti Werda mencakup
perawatan medis rutin yang diberikan oleh tenaga medis terlatih, seperti
dokter dan perawat. Ini termasuk pemeriksaan kesehatan berkala,
pengobatan rutin, manajemen penyakit kronis, dan penanganan kondisi
kesehatan yang mendesak.
2. Pengelolaan Obat-obatan: Pemikiran akademik profesional juga mencakup
pengelolaan obat-obatan yang diberikan kepada penghuni panti jompo. Ini
melibatkan pemantauan dan pengawasan penggunaan obat-obatan, serta
pendidikan kepada staf dan penghuni tentang cara penggunaan yang aman
dan efektif.
3. Perawatan Kesehatan Mental: Pelayanan kesehatan di Panti Werda juga
memperhatikan kesehatan mental penghuni. Ini termasuk identifikasi dan
penanganan gangguan mental seperti depresi atau kecemasan, serta
penyediaan dukungan emosional dan konseling psikologis jika diperlukan.
4. Perawatan Kesehatan Preventif: Aspek pencegahan penyakit juga menjadi
fokus dalam pemikiran akademik tentang pelayanan kesehatan di Panti
Werda. Ini meliputi vaksinasi, penyuluhan tentang gaya hidup sehat, serta
deteksi dini dan pengelolaan faktor risiko penyakit tertentu yang umum pada
lansia.
5. Perawatan Palliatif dan Perawatan Akhir Hidup: Panti Werda juga
menyediakan perawatan palliatif bagi penghuni yang membutuhkan, dengan
memperhatikan kenyamanan dan kualitas hidup akhir mereka. Ini melibatkan
manajemen nyeri, dukungan psikososial, serta bantuan spiritual sesuai
dengan kepercayaan dan keinginan masing-masing individu.
6. Kolaborasi dengan Layanan Kesehatan Komunitas: Pemikiran akademik
tentang pelayanan kesehatan di Panti Werda juga mencakup kolaborasi
dengan layanan kesehatan komunitas, termasuk rumah sakit, puskesmas,
dan dokter spesialis. Ini memastikan bahwa penghuni mendapatkan akses
yang tepat dan komprehensif terhadap layanan kesehatan yang mereka
butuhkan.
7. Pelatihan dan Pendidikan Staf: Aspek penting lainnya adalah pelatihan dan
pendidikan terus-menerus bagi staf panti jompo tentang perawatan kesehatan
lansia. Ini termasuk pengetahuan tentang perawatan kesehatan yang khusus
untuk lansia, keterampilan komunikasi yang efektif, serta sensitivitas terhadap
kebutuhan dan preferensi individu.
9
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Topik 1
Konsep Keperawatan Gerontik
Keperawatan Gerontik adalah bidang dalam ilmu keperawatan yang berfokus pada
perawatan kesehatan dan pelayanan kepada orang tua atau lansia. Dengan
populasi global yang semakin menua, penting bagi perawat untuk memahami
kebutuhan khusus yang dimiliki oleh orang lanjut usia dan bagaimana memberikan
perawatan yang sesuai dengan kondisi mereka. (Eliopoulos, C. (2018).
Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins). Berikut adalah beberapa
konsep penting dalam keperawatan gerontik:
1. Penuaan sebagai Proses Normal: Keperawatan gerontik memahami bahwa
penuaan adalah proses normal yang dialami oleh semua individu dan dapat
memengaruhi fisik, mental, dan emosional mereka. Perawat harus memahami
perubahan yang terjadi selama proses penuaan dan bagaimana itu
memengaruhi kebutuhan dan kualitas hidup klien.
2. Penghargaan Terhadap Kemandirian: Keperawatan gerontik mendorong
kemandirian sebanyak mungkin bagi klien lansia. Ini mencakup memberikan
dukungan untuk mempertahankan fungsi fisik, kognitif, dan sosial mereka
sesuai dengan kemampuan individu.
3. Pencegahan dan Manajemen Penyakit Kronis: Karena lansia cenderung
memiliki lebih banyak penyakit kronis dan kondisi kesehatan yang kompleks,
keperawatan gerontik menekankan pentingnya pencegahan penyakit dan
manajemen kondisi kronis secara efektif.
4. Pentingnya Komunikasi: Perawat harus memiliki keterampilan komunikasi
yang baik dan sensitivitas terhadap kebutuhan klien lansia. Hal ini termasuk
memahami perubahan dalam komunikasi yang mungkin terjadi karena
masalah pendengaran, penglihatan, atau kognitif.
5. Perawatan Holistik: Keperawatan gerontik mengadopsi pendekatan holistik
terhadap perawatan kesehatan, yang memperhitungkan aspek fisik,
psikologis, sosial, dan spiritual dari klien. Ini melibatkan kolaborasi antara
berbagai anggota tim kesehatan untuk menyediakan perawatan yang holistik
dan terkoordinasi.
6. Pemberdayaan Pasien dan Pendidikan: Perawat gerontik memberdayakan
klien mereka dengan memberikan pendidikan dan dukungan yang diperlukan
untuk mengambil keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka. Ini
melibatkan memberikan informasi tentang kondisi medis mereka,
pengobatan, dan perawatan diri yang optimal.
10
7. Pentingnya Keamanan: Karena lansia rentan terhadap cedera dan
komplikasi akibat kelemahan fisik dan gangguan kesehatan, perawat gerontik
harus memprioritaskan keamanan klien mereka. Ini termasuk pencegahan
jatuh, mengelola obat dengan benar, dan mengidentifikasi faktor risiko
potensial lainnya.
8. Perawatan di Akhir Hidup: Keperawatan gerontik juga mencakup perawatan
di akhir hidup, yang mencakup pemahaman dan dukungan terhadap
kebutuhan fisik, emosional, dan spiritual klien dan keluarga mereka saat
menghadapi akhir kehidupan.
11
Perawat harus peka terhadap masalah psikososial seperti kesepian, depresi,
dan isolasi sosial, serta menyediakan dukungan atau merujuk ke sumber
dukungan yang sesuai.
5. Perencanaan Perawatan dan Koordinasi
Perawatan harus direncanakan bersama dengan lansia dan keluarganya,
memastikan bahwa tujuan perawatan sesuai dengan keinginan dan
kebutuhan mereka. Koordinasi dengan profesional kesehatan lain juga
penting untuk menyediakan asuhan terpadu.
12
Kesehatan mental merupakan aspek penting dari kesejahteraan lansia.
Pendekatan intervensi mungkin termasuk terapi bicara, dukungan kelompok,
atau pengobatan untuk kondisi seperti depresi dan kecemasan.
Topik 2.
Konsep Pengkajian Keperawatan Lansia
13
6. Pengkajian Medikasi: Lansia sering memiliki penggunaan obat yang
kompleks dan risiko tinggi terhadap interaksi obat. Pengkajian medikasi
melibatkan peninjauan obat-obatan yang sedang dikonsumsi, termasuk dosis,
kepatuhan, efek samping yang mungkin, dan kemungkinan interaksi obat-
obatan.
7. Pengkajian Risiko Jatuh: Lansia memiliki risiko yang lebih tinggi untuk jatuh
karena berbagai faktor seperti kelemahan otot, masalah keseimbangan,
gangguan penglihatan, dan penggunaan obat-obatan tertentu. Pengkajian
risiko jatuh harus mencakup evaluasi lingkungan, keseimbangan postural,
dan riwayat jatuh sebelumnya.
Topik 3.
Konsep Diagnosis Keperawatan Gerontik
14
klien.
6. Nyeri Kronis: Nyeri kronis adalah masalah umum pada lansia dan dapat
memengaruhi kualitas hidup mereka secara signifikan. Diagnosis ini
memungkinkan perawat untuk merencanakan strategi manajemen nyeri yang
sesuai dan meningkatkan kenyamanan klien.
7. Resiko Kerusakan Kulit: Lansia rentan terhadap kerusakan kulit seperti luka
tekan karena penurunan elastisitas kulit dan mobilitas yang terbatas.
Diagnosis ini memungkinkan perawat untuk merencanakan intervensi
pencegahan seperti perubahan posisi, penggunaan alat bantu, dan
perawatan kulit yang tepat.
Topik 4
Perencanaan Keperawatan Gerontik
15
6. Edukasi Klien dan Keluarga:
Perawat perlu memberikan edukasi kepada klien dan keluarga tentang
kondisi kesehatan, tindakan perawatan yang direncanakan, dan cara
mengelola kondisi tersebut secara mandiri. Edukasi yang tepat dapat
membantu meningkatkan pemahaman dan kemandirian klien dalam
mengelola kesehatan mereka.
7. Perencanaan Pemulangan atau Perawatan Lanjutan:
Jika klien membutuhkan perawatan lanjutan atau perlu dipindahkan ke
lingkungan perawatan yang lebih sesuai, perawat harus merencanakan
pemulangan atau perawatan lanjutan dengan mempertimbangkan kebutuhan
dan preferensi klien serta sumber daya yang tersedia.
Topik 5
Konsep Pelaksanaan Keperawatan Gerontik
16
Lansia sering mengalami perubahan emosional dan psikologis yang
signifikan, seperti kesepian, kecemasan, atau depresi. Perawat gerontik perlu
memberikan dukungan psikososial yang adekuat melalui pendengaran aktif,
memberikan perhatian, dan menyediakan lingkungan yang nyaman dan
mendukung.
6. Pemberian Perawatan Kolaboratif:
Pelaksanaan keperawatan gerontik sering melibatkan kerja sama dengan
berbagai anggota tim kesehatan, seperti dokter, terapis fisik, terapis okupasi,
dan pekerja sosial. Perawat perlu berkolaborasi dengan tim ini untuk
memberikan perawatan yang holistik dan terkoordinasi.
7. Pemberian Edukasi Kesehatan:
Selain memberikan perawatan langsung, perawat gerontik juga bertanggung
jawab untuk memberikan edukasi kesehatan kepada klien dan keluarga
tentang kondisi kesehatan, pengelolaan obat-obatan, perawatan diri, dan
tanda-tanda peringatan yang perlu diperhatikan.
Topik 6
Evaluasi Keperawatan Gerontik
17
reaksi terhadap perawatan yang diberikan.
4. Menganalisis Efektivitas Intervensi:
Perawat perlu menganalisis efektivitas intervensi perawatan yang telah
dilakukan untuk menentukan apakah strategi yang digunakan telah berhasil
atau perlu disesuaikan. Ini melibatkan penilaian terhadap apakah intervensi
tersebut telah mencapai tujuan yang ditetapkan dan apakah ada perubahan
yang diperlukan dalam rencana perawatan.
5. Merencanakan Perubahan dan Penyesuaian:
Berdasarkan hasil evaluasi, perawat perlu merencanakan perubahan dan
penyesuaian dalam rencana perawatan jika diperlukan. Ini dapat meliputi
revisi tujuan perawatan, modifikasi intervensi yang digunakan, atau
penambahan strategi baru untuk mencapai hasil yang diinginkan.
6. Melakukan Komunikasi dengan Tim Kesehatan:
Evaluasi keperawatan gerontik juga melibatkan komunikasi dengan anggota
tim kesehatan lainnya, seperti dokter, terapis, dan pekerja sosial, untuk
berbagi hasil evaluasi dan merencanakan tindak lanjut yang sesuai.
Kolaborasi antar anggota tim sangat penting untuk memastikan perawatan
yang terkoordinasi dan holistik bagi klien lansia.
18
PENUTUP
Dalam keperawatan gerontik, telah dibahas berbagai konsep penting yang meliputi
pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi perawatan bagi klien lansia.
Memahami dan menerapkan konsep-konsep ini sangatlah krusial bagi perawat yang bekerja
dengan populasi lansia, mengingat kompleksitas dan keunikan kebutuhan kesehatan mereka.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Walker, A., & Hennessy, C. H. (Eds.). (2004). Growing older: Quality of life in
old age. Open University Press;
2. World Health Organization. (2015). World report on ageing and health.
World Health Organization;
3. Blackburn, E. H., & Epel, E. S. (2017). The Telomere Effect: A Revolutionary
Approach to Living Younger, Healthier, Longer;
4. Carstensen, L. L., Turan, B., Scheibe, S., Ram, N., Ersner-Hershfield, H.,
Samanez-Larkin, G. R., ... & Nesselroade, J. R. (2011). Emotional
experience improves with age: evidence based on over 10 years of
experience sampling. Psychology and Aging, 26(1), 21-33;
5. Victor, C. R. (2013). The Social Context of Ageing: A Textbook of
Gerontology. Routledge;
6. Hikichi, H., Kondo, K., & Kawachi, I. (2016). Social Interaction and Cognitive
Decline: Results of a 7-Year Community Intervention. Alzheimer Disease &
Associated Disorders, 30(1), 15–20;
7. Lopez-Otin, C., Blasco, M. A., Partridge, L., Serrano, M., & Kroemer, G.
(2013). The hallmarks of aging. Cell, 153(6), 1194-1217;
8. Rokhman, M. F., & Sulistyawati, S. (2019). Penerapan konsep pelayanan
kesehatan holistik pada posyandu lansia dalam meningkatkan kesehatan
lansia. Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal), 7(2), 312-320;
9. Davey, J. A., Nana, G. R., O'Dea, N., & Byles, J. E. (2017). Enabling the
participation of older people in the context of an Australian Indigenous
community. Health Promotion International, 32(2), 310-319;
10. Pangestika, N. A., Soetjipto, Soetjipto, & Purwanta, R. E. (2017). The
Effectiveness of Implementation Integrated Service Post in the Elderly Nursing
Home. Indian Journal of Public Health Research & Development, 8(4), 1260-
1264;
11. Eliopoulos, C. (2018). Gerontological Nursing. Lippincott Williams & Wilkins;
12. Tabloski, P. A. (2018). Gerontological Nursing: The Essential Guide to
Clinical Practice. Pearson;
13. Butcher, H. K., Bulechek, G. M., Dochterman, J. M. M., & Wagner, C. M. (2018).
Nursing Interventions Classification (NIC). Elsevier Health Sciences
20
21