SITUASI GLOBAL • Menurut WHO lebih dari 8 juta bayi di seluruh dunia setiap tahunnya lahir dengan kelainan bawaan. Di Amerika Serikat hampir 120.000 bayi lahir dengan kelainan bawaan setiap tahun. Kelainan bawaan merupakan salah satu penyebab utama dari kematian bayi. • Data WHO menyebutkan bahwa dari 2,68 juta kematian bayi, 11,3% disebabkan oleh kelainan bawaan SITUASI NASIONAL • Menurut Global Report on Birth Defects yang dirilis oleh March of Dimes Birth Defects Foundation pada tahun 2006, prevalensi bayi dengan kelainan bawaan di Indonesia adalah 59,3 per 1.000 kelahiran hidup. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia Tenggara, Indonesia masih termasuk negara dengan prevalensi bayi dengan kelainan bawaan yang cukup tinggi. • Kelainan bawaan dan kelahiran prematur merupakan penyebab penting kematian, penyakit kronis dan disabilitas pada anak. • Pada tahun 2010, World Health Assembly meluncurkan resolusi yang menganjurkan pelaksanaan upaya pencegahan primer dan tatalaksana anak dengan kelainan bawaan melalui: 1. Penyusunan dan pemantapan registrasi dan sistem surveilans; 2. Peningkatan keahlian dan kapasitas; 3. Pemantapan penelitian dan kajian tentang penyebab, diagnosis dan upaya pencegahan; 4. Peningkatan upaya kerjasama internasional • Kementerian Kesehatan telah melakukan surveilans sentinel kelainan bawaan di rumah sakit sejak September 2014. • Rumah sakit yang diikutsertakan dalam surveilans ini hingga saat ini adalah sebanyak 28 rumah sakit di 18 provinsi. • Tujuan umum dari surveilans kelainan bawaan adalah menurunkan angka kejadian kelainan bawaan yang kemudian dapat menurunkan angka kesakitan, kelainan (disabilitas), dan kematian bayi dan anak yang disebabkan karena kelainan bawaan melalui kegiatan surveilans. • Tujuan khusus surveilans kelainan bawaan di Indonesia adalah: 1. Mendapatkan data dasar mengenai kejadian kelainan bawaan; 2. Mengidentikasi populasi yang at increased risk terhadap kelainan bawaan; 3. Monitor tren prevalensi kelainan bawaan; 4. Mengidentikasi adanya kluster kelainan bawaan di populasi; 5. Mengetahui faktor risiko terhadap terjadinya kelainan bawaan; 6. Mengestimasi kebutuhan pelayanan terhadap kelainan bawaan; 7. Menentukan program atau intervensi yang tepat untuk menurunkan prevalensi kelainan bawaan dan kematian perinatal; 8. Memberikan dasar untuk penelitian epidemiologi dan program pencegahan. • Kasus kelainan bawaan yang dilakukan surveilans dipilih dengan berdasarkan kriteria berikut: 1. Mempunyai dampak besar terhadap kesehatan masyarakat; 2. Mudah dikenali pada saat/segera setelah lahir; 3. Dapat dicegah dengan upaya pencegahan primer; 4. Diagnosis serta terapi dininya sangat berpengaruh terhadap tingkat kesehatan penderitanya. DEFINISI DAN KLASIFIKASI • Menurut WHO, kelainan bawaan adalah kelainan struktural atau fungsional, termasuk gangguan metabolik, yang ditemukan sejak lahir. • Menurut ICD-10, kelainan bawaan diklasikasikan menjadi 11 kelompok, yaitu kelainan bawaan pada: 1. Sistem saraf; 2. Organ mata, telinga, wajah, dan leher; 3. Sistem peredaran darah; 4. Sistem pernapasan; 5. Celah bibir dan celah langit-langit; 6. Sistem pencernaan; 7. Organ reproduksi; 8. Saluran kemih; 9. Sistem otot dan rangka; 10. Kelainan bawaan lainnya; dan 11. Kelainan yang disebabkan oleh kromosom yang abnormal. • Kelainan bawaan dapat diidentikasi pada sebelum kelahiran, saat lahir, maupun di kemudian hari setelah bayi lahir. • Kelainan bawaan dapat mempengaruhi bentuk organ, fungsi organ, maupun keduanya. • Kelainan bawaan pada bayi bervariasi dari tingkat ringan hingga berat. Kesehatan dan kemampuan bertahan bayi dengan kelainan bawaan bergantung pada bagian organ tubuh yang mengalami kelainan. PENYEBAB • Kelainan bawaan dapat terjadi dalam setiap fase kehamilan. Umumnya kelainan terjadi pada fase trimester pertama kehamilan di saat proses pembentukan organ tubuh. • Selain itu, ada pula kelainan yang terjadi di trimester selanjutnya karena pada masa tersebut jaringan dan organ masih terus tumbuh dan berkembang. Sekitar 50% kelainan bawaan tidak diketahui penyebabnya, FAKTOR RESIKO • namun ada beberapa faktor risiko yang mempengaruhi, yaitu: 1. Faktor genetik Gen merupakan faktor utama yang mempengaruhi kelainan bawaan. Bayi dalam kandungan mungkin mewarisi gen yang memiliki kelainan (anomali) ataupun terjadi mutasi genetik pada saat perkembangan janin. Orangtua yang memiliki ikatan saudara (pernikahan sedarah) dapat meningkatkan terjadinya kelainan bawaan dan dua kali lipat meningkatkan risiko kematian neonatal dan anak, gangguan intelektual, disabilitas mental dan kelainan lainnya 2. Faktor sosial ekonomi dan demogra • Kemiskinan merupakan faktor risiko yang penting. Diperkirakan 94% kelainan bawaan terjadi di negara berkembang dengan prevalensi malnutrisi yang cukup tinggi dan paparan terhadap zat/faktor yang menambah risiko terjadinya gangguan janin, terutama infeksi dan alkohol. • Usia ibu saat hamil juga berpengaruh. Semakin bertambahnya usia, semakin tinggi risiko terjadinya kelainan pada kromosom seperti Sindrom Down. 3. Faktor lingkungan • Pajanan pada ibu hamil seperti pestisida, obat, alkohol, tembakau, timbal, merkuri dan bahan psikoaktif lainnya, zat kimia tertentu, rokok, dan radiasi dapat meningkatkan risiko bayi mengalami kelainan bawaan. • Bekerja maupun tinggal di daerah pertambangan atau daerah pembuangan limbah juga meningkatkan risiko terjadi kelainan bawaan. 4. Infeksi Infeksi Silis dan Rubella pada ibu hamil merupakan salah satu penyebab kelainan bawaan, umumnya terjadi di negara berkembang. Infeksi virus Zika yang baru-baru ini terjadi menyebabkan peningkatan bayi lahir dengan mikrosefali (ukuran kepala yang lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak seusia). 5. Status gizi Kurangnya konsumsi iodium dan asam folat pada ibu hamil meningkatkan risiko bayi dengan neural tube defect sedangkan konsumsi vitamin A yang berlebihan dapat mempengaruhi perkembangan janin. Obesitas serta Diabetes mellitus juga berhubungan dengan beberapa kelainan bawaan. • Ibu hamil yang memiliki satu atau lebih risiko belum tentu akan melahirkan bayi dengan kelainan bawaan. • Ada pula ibu yang melahirkan bayi dengan kelainan bawaan tanpa adanya risiko seperti disebutkan di atas. • Hal yang utama adalah selalu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan (dokter kandungan atau bidan) selama kehamilan untuk mengurangi kemungkinan terjadinya kelainan bawaan DETEKSI • Deteksi dini terhadap kelainan bawaan dapat dilakukan saat sebelum kehamilan, saat masa kehamilan dan ketika bayi lahir. 1. Deteksi Deteksi pada masa sebelum kehamilan Pada masa ini dilakukan deteksi melalui riwayat kesehatan keluarga, apakah ada risiko penyakit tertentu dalam keluarga atau apakah salah satu dari orangtua merupakan pembawa (carrier) terhadap penyakit tertentu. Deteksi ini penting dilakukan di daerah yang banyak kejadian perkawinan antar-keluarga 2. Deteksi pada masa kehamilan Kondisi kesehatan ibu hamil menjadi salah satu risiko yang dapat meningkatkan terjadinya kelainan bawaan, seperti usia ibu hamil, perilaku konsumsi alkohol, perilaku merokok, dan lainnya. USG dapat mendeteksi kelainan struktur organ dan Sindrom Down pada trimester pertama dan kelainan organ yang lebih berat tingkat keparahannya pada trimester berikutnya. 3. Deteksi pada saat kelahiran • Beberapa kelainan bawaan seperti Anensefali, Celah bibir, dan Talipes/Club foot dapat dideteksi secara langsung. UPAYA PENCEGAHAN 1. Peningkatan gizi wanita sepanjang usia reproduksi dengan memastikan terpenuhinya kebutuhan vitamin dan mineral (khususnya asam folat dan iodium). Bagi wanita yang berencana untuk hamil, sebaiknya rutin mengkonsumsi Tablet Tambah Darah (TTD) yang mengandung 400 mikrogram asam folat setiap harinya, maksimal sebulan sebelum kehamilan dan dilanjutkan selama masa kehamilan. Asam folat dapat diperoleh dari makanan seperti kacang-kacangan dan alpukat serta suplemen asam folat 2. Pencegahan atau pembatasan konsumsi substansi berbahaya, khususnya alkohol, rokok/tembakau dan zat adiktif lainnya. Ibu hamil sebaiknya menghindari mengkonsumsi alkohol, rokok, dan obat-obatan terlarang. Tidak ada batasan aman alkohol untuk dikonsumsi ibu hamil. Rokok sangat berbahaya bagi ibu hamil, bahkan asap rokok dapat meningkatkan risiko kesehatan selama kehamilan 3. Pengelolaan Diabetes Mellitus melalui konseling, pengendalian berat badan, diet dan pemberian insulin bila diperlukan. Wanita yang merencanakan kehamilan harus menjaga berat badan agar tetap ideal. Wanita dengan berat badan berlebih dan obesitas berisiko lebih besar mengalami komplikasi saat kehamilan. Diet gizi seimbang, olahraga teratur, dan kontrol gula darah khususnya pada penderita diabetes dapat meningkatkan kesehatan ibu hamil dan tentunya mengurangi risiko terjadinya kelainan pada janin. 4. Pencegahan paparan bagi ibu hamil terhadap zat-zat berbahaya, misalnya logam berat, pestisida, obat-obat tertentu. Beberapa jenis infeksi dapat berbahaya bagi kesehatan ibu hamil dan janin. Untuk mencegah pajanan infeksi, sebaiknya ibu hamil menerapkan hal-hal berikut: menghindari mengunjungi daerah berisiko infeksi virus Zika, Cacar air, dan Rubella, cuci tangan dengan sabun, tidak mengkonsumsi makanan mentah, dan menghindari memelihara hewan yang berisiko seperti kucing (toxoplasma). 5. Peningkatan cakupan vaksinasi, terutama untuk Virus Rubella untuk anak dan perempuan dewasa (paling lambat tiga bulan sebelum hamil). Beberapa penyakit dapat dicegah dengan vaksinasi. Wanita yang merencanakan kehamilan juga sebaiknya mempertimbangkan vaksinasi untuk mencegah infeksi dari beberapa penyakit seperti Rubella. Beberapa tes dilakukan sebagai deteksi dini kemungkinan adanya infeksi pada tubuh seperti Rubella, Cacar air, Silis, dan dilakukan pengobatan jika memang sudah terinfeksi. 6. Peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil, petugas kesehatan, dan pihak-pihak yang terlibat dalam upaya pencegahan kelainan bawaan. Ibu hamil sebaiknya segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan setelah mengetahui dirinya hamil. Kunjungan antenatal dilakukan rutin setiap bulan atau minimal enam kali selama kehamilan untuk memantau perkembangan janin dan sebagai deteksi dini jika terjadi kelainan pada organ dan infeksi lainnya. • Petugas kesehatan perlu menjelaskan setiap pilihan tindakan dengan rinci agar bila pasangan mempunyai faktor keturunan/risiko kelainan bawaan dapat memahami masalah yang akan dihadapi dan mempersiapkan diri untuk menjalani pilihan dengan sebaik mungkin PENGOBATAN • Dalam melakukan tatalaksana kelainan bawaan tersebut diperlukan kerjasama yang mantap antardisiplin ilmu terkait. Banyak jenis kelainan bawaan secara struktur organ dapat diperbaiki dengan cara operasi/bedah pediatrik. Untuk kelainan bawaan secara fungsi organ seperti Thalassemia, kelainan sel sabit, dan Hipotiroid sudah bisa dilakukan pengobatan sejak dini. Namun di negara berkembang, kedua jenis terapi tersebut tidak selalu mudah dilakukan karena berbagai kendala. • Demikian juga halnya dengan perawatan kelainan bawaan di berbagai tingkat pelayanan. Peran orangtua dan keluarga dalam perawatan bayi dengan kelainan bawaan sangat besar. Perawatan khusus, termasuk upaya rehabilitatif, mungkin diperlukan dalam jangka waktu panjang, bahkan mungkin seumur hidup. THANK YOU