Anda di halaman 1dari 24

MAKALAH

NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN

Dosen: Resty prima kartika,S.SiT,M.Kes

Disusun oleh :

NUR HALIMAH (1814757)

AKADEMI KEBIDANAN ISLAM AL-HIKMAH

JEPARA

2019-2020

Kata Pengantar
Puji syukur senantiasa kami pajatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
semua limpahan rahmat-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan penyusunan
makalah yang berjudu NEONATUS DENGAN KELAINAN BAWAAN ini
meskipun dengan sangat sederhana.

Harapan saya semoga makalah yang telah tersusun ini dapat bermanfaat
sebagai salah satu rujukan maupun pedoman bagi para pembaca, menambah
wawasan serta pengalaman, sehingga nantinya saya dapat memperbaiki
bentuk ataupun isi makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Sebagai penulis, saya mengakui bahwasanya masih banyak kekurangan yang


terkandung di dalamnya. Oleh sebab itu, dengan penuh kerendahan hati saya
berharap kepada para pembaca untuk memberikan kritik dan saran demi
lebih memperbaiki makalah ini. Terima Kasih.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kelainan kongenital adalah kelainan dalam pertumbuhan janin yang terjadi sejak konsepsi dan
selama dalam kandungan. Diperkirakan 10-20% dari kematian janin dalam kandungan dan
kematian neonatal disebabkan oleh kelainan kongenital. Khusunya pada bayi berat badan rendah
diperkirakan kira-kiraa 20% diantaranya meninggal karena kelainan kongenital dalam minggu
pertama kehidupannya. Malformasi kongenital merupakan kausa penting terjadinya keguguran,
lahir mati, dan kematian neonatal.
Mortalitas dan morbiditas pada bayi pada saat ini masih sangat tinggi pada bayi yang mengalami
penyakit bawaan. Salah satu sebab morbiditas pada bayi adalah atresia duedoni esophagus,
meningokel eosephalokel, hidrosephalus, fimosis, hipospadia dan kelainan metabolik dan
endokrin. Sebagian besar penyakit bawaan pada bayi disebabkan oleh kelainan genetik dan
kebiasaan ibu pada saat hamil mengkonsumsi alkohol, rokok dan narkotika.
Dari uraian diatas diharapkan seorang bidan dapat melakukan penanganan secara terpadu. Dari
masalah yang ada diatas setidaknya dapat memberikan pertolongan pertama dengan dapat untuk
menekan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi, tetapi jika kondisi lebih parah kita harus
melakukan rujukan.
Berdasarkan hal-hal diatas, makalah yang berjudul “Asuhan Neonatus dengan Cacat Bawaan dan
Penatalaksanaannya” ini disusun untuk mengkaji lebih jauh mengenai neonatus dengan kelainan
kongenital serta penatalaksanaannya sehingga sebagai seorang bidan kita mampu memberikan
asuhan neonatus dengan tujuan meminimalisir angka kematian dan kesakitan pada neonatus
sehingga tugas mutlak seorang bidan dan terpenuhi dengan baik.

B. Tujuan
Adapun Tujuan dalam penulisaan makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian kelainan congenital/ cacat bawaan pada neonatus.
2. Untuk mengetahui penyebab kelainan congenital
3. Untuk mengetahui diagnosis kelainan kongenital
4. Untuk mengetahui kelainan kongenital pada neonatus dan penatalaksanaannya
5. Untuk mengetahui cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonatus

C. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini, adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan cacat bawaan/ kelainan congenital pada neonatus?
2. Apa saja yang penyebab kelainan kongenital?
3. Bagaimana menentukan diagnosis kelainan congenital pada neonatus?
4. Apa saja kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus dan penatalaksanaannya?
5. Bagaimana cara pencegahan kelainan congenital atau cacat bawaan pada neonatus?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi
Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang timbul sejak
kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum kelahiran, pada saat
kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran. Kelainan kongenital dapat merupakan
sebab penting terjadinya abortus, lahir mati atau kematian segera setelah lahir. Kematian bayi
dalam bulan-bulan pertama kehidupannya sering diakibatkan oleh kelainan kongenital yang
cukup berat, hal ini seakan-akan merupakan suatu seleksi alam terhadap kelangsungan hidup
bayi yang dilahirkan.
Bayi yang dilahirkan dengan kelainan kongenital besar, umumnya akan dilahirkan sebagai bayi
berat lahir rendah bahkan sering pula sebagai bayi kecil untuk masa kehamilannya. Bayi berat
lahir rendah dengan kelainan kongenital berat, kira-kira 20% meninggal dalam minggu pertama
kehidupannya. Disamping pemeriksaan fisik, radiologi dan laboratorium untuk menegakkan
diagnosa kelainan kongenital setelah bayi lahir dikenal pula adanya diagnosis pre/- ante natal
kelainan kongenital dengan beberapa cara pemeriksaan tertentu misalnya pemeriksaan
ultrasonografi, pemeriksaan air ketuban dan darah janin.

B. Diagnosis
Kelainan kongenital seperti anensefalus, fokomelia ( akibat thalidomide) setelah bayi lahir
mudah di diagnosa.
Beberapa pemeriksaan yang dapat membantu diagnosis adalah :
1. Anamnesis tentang kelainan-kelainan dalam keluarga
2. Kelainan dalam kehamilan, misalnya adanya hidramnion, kematian janin dalam rhim, dan
sebagainya
3. Pemeriksaan sel-sel dalam air ketuban melalui amniosentesis
4. Pemeriksaan radiologik
5. Ultrasonografi

C. Etiologi
Penyebab langsung kelainan kongenital sering kali sukar diketahui. Pertumbuhan embrional dan
fetal dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti faktor genetik, faktor lingkungan atau kedua faktor
secara bersamaan.
Beberapa faktor etiologi yang diduga dapat mempengaruhi terjadinya kelainan kongenital antara
lain:
1) Kelainan Genetik dan Kromosom
Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan
kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel
biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan ("dominant
traits") atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi
adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah
selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran, maka telah dapat
diperiksa kemungkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat
dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal
trisomi 21 sebagai sindroma down. Kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner.
2) Faktor Mekanik
Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk
organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam
pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.
3) Faktor Infeksi
Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode
organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Infeksi pada trimesrer pertama di
samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan
terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus
Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama
dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem
pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada
trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus
sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai
ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus,
atau mikroftalmia.
4) Faktor Obat
Beberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan
diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu
jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang
dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang
diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya
dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak
diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari
pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar
dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada
pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang
tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan
dan akibatnya terhadap bayi.
5) Faktor Umur Ibu
Telah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh
ibu yang mendekati masa menopause. Kejadian mongolisme akan meningkat pada ibu usia di
atas 30 tahun dan akan lebih tinggi lagi pada usia 40 tahun ke atas.
6) Faktor hormonal
Faktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi
yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk
mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.
7) Faktor radiasi
Radiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital
pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua dikhawatirkan akan dapat
mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital
pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya
dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.
8) Faktor gizi
Kekurangan beberapa zat yang pnting selama hamil dapat menimbulkan pada janin. Frekuensi
kelainan kongenital lebih tinggi pad ibu-ibu dengan gizi yang kurang selama kehamilan. Salah
satu zat dalam pertumbuhan janin adalah asam folat. Kekurangan asam folat dapat meningkatkan
resiko terjadinya spina bifida atau kelainan tabung saraf lainnya.
9) Faktor-faktor lain
Banyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan
faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial,
hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali
penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.

D. Macam-Macam Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan Pada Neonatus


1. Encephalocele
 Enchepalokel jarang ditemukan, merupakan cacat pada daerah oksipitalØ dimana terjadi
penonjolan meningen yang mengandung jaringan otak dan cairan liguor.
 Terapi: eksisi kantong dan menyelamatkan sebanyak mungkin jaringan otak kemudian menutup
cacat tersebutØ
 Perawatan Pra-Bedah: cegah jaringan saraf terpapar yaitu lesiØ ditutupi kassa steril atau kassa
yang tidak lengket, pertahankan suhu tubuh, catat aktivitas tungkai dan sfingter anal, catat
lingkar kepala, foto tulang belakang, foto lesi.
 Perawatan pasca bedah: jamin intake, rawat luka operasi, posisi bayiØ di ubah tiap 1 jam,
monitor BAK/ BAB, ukur lingkar kepala tiap hari, beri dukungan bagi orang tua/ penjelasan
pada orang tua mengenai kelainan ini.
2. Hidrocephalus
 Definisi: keadaan dimana terjadi penimbunan cairan serebrospinalØ dalam ventrikel otak,
sehingga kepala menjadi besar. Jumlah cairan bisa mencapai 1,5 liter bahkan ada sampai 5 liter,
sehingga tekanan intrakranial sangat tinggi.
 Hidroscephalus ada dua, yaitu:
a. Hidrocephalus tak berhubungan (obstruktif) : tekanan CSS meningkat karena aliran CSS
dihambat di suatu tempat di dalam sistem ventrikel
b. Hidrosefalus berhubungan (komunikans) : tekanan CSS meningkat karena CSS tidak ventrikel
di absorbsi dari ruang subarachnoid, tetap tidak terdapat gangguan dalam sistem.
 Penyebab: Obstruksi sirkulasi likuor (sering terdapat pada bayi)Ø yaitu kelainan bawaan,
infeksi, perdarahan, sekres yang berlebihan, gangguan reasorbsi likuor.
 Gejala klinik: Muntah, Nyeri kepala, kesadaran menurun, kepala besar,Ø sutura tengkorak
belum menutup dan teraba melebar, sklera tampak di atas iris (Sunset Sign), ubun-ubun besar
melebar atau tidak menutup pada waktunya, dahi tampak melebar dengan kulit kepala yang
menipis, tegang dan mengkilat, bola mata terdorong kebawah.
 Pemeriksaan yang dilakukan: USG, CT Scan, VentrikulografiØ
 Ada tiga prinsip pengobatan hidrosefalus:Ø
a. Mengurangi produksi CSS yaitu merusak sebagian fleksus koroidalis dengan pembedahan.
Obat diamox mempunyai khasiat inhibisi pembentukan CSS.
b. Memperbaiki hubungan antara tempat produksi CSS dengan tempat absorbsi yaitu
menghubungkan ventrikel dengan subarachnoid.
c. Pengeluaran cairan CSS ke dalam organ ekstrakranial yaitu caara terbaik ke dalam vena
jugularis dan jantung melalui kateter yang berventil yang memungkinkan penagliran CSS ke satu
arah. Tindakan ini mudah terjadi infeksi sekunder/ sepsis
 Penatalaksanaannya:Ø
a. Kesadaran menurun: pasien diberikan makanan melalui sonde, dan secara bertahap jika
kesadaran mulai ada dapat diberikan susu per oral.
b. Pasien dipasang infus dengan cairan glukosa (5-10%) dan NaCl 0,9 %
c. Monitor tetesan infus agar tidak terlalu cepat karena dapat menampah tekanan pada otak
d. Kepala pasien harus di alasi bantal yang lembut.
e. Perhatikan agar kulit kepala tetap kering
f. Ubah posisi kepala tiap dua jam, jika tampak kulit kemerahan posisi di ubah tiap satu jam.
g. Jika terjadi lecet beri salep dan tutup dengan kassa
h. Tutup mata dengan kassa steril tiap pasien tidur
i. Jelaskan kepada orang tua bahwa penyakit ini berat dan sukar pengobatannya
j. Jelaskan tentang penyakit anaknya
3. Labioskizis dan Labiopalatoskizis
 Celah bibir dan celah langit-langit adalah suatu kelainan bawaan yangØ terjadi pada bibir bagian
atas serta langit-langit lunak dan langit-langit keras mulut.
 Celah bibir (Labioskizis) adalah suatu ketidaksempurnaan padaØ penyambungan bibir bagian
atas, yang biasanya berlokasi tepat di bawah hidung.
 Celah langit-langit (palatoskizis) adalah suatu saluran abnormal yangØ melewati langit-langit
mulutdan menuju ke saluran udara di hidung.
 Etiologi: mungkin mutasi genetik atau teratogen (zat yang dapatØ menyebabkan kelainan pada
janin, contohnya virus atau bahan kimia).
 Manifestasi klinik: Labioskisis yaitu distorsi pada hidung, tampakØ sebagian atau keduanya dan
adanya celah pada bibir. Palatoskisis yaitu tampak ada celah pada palatum, ada rongga pada
hidung, distorsi hidung, teraba ada celah atau terbukanya langit-langit saat diperiksa dengan jari,
kesukaran dalam menghisap atau makan.
 Komplikasi: gangguaan bicara dan pendengaran, terjadinya otitis media, aspirasi, disstress
pernapasan.
 Penatalaksanaan:
a. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan posisi kepala bayi sedikit ditegakkan, berikan minum
dengan menggunakan sendok atau pipet, cegah bayi tersedak, tepuk punggung bayi setiap 15
mL-30 mL minuman yang diminum, tetapi jangan diangkat dot selama bayi masih mengisap.
b. Jelaskan pada orang tua tentang prosedur operasi, puasa enam jam, pemberian infus,
perhatikan keadaan umum bayi.
c. Jelaskan pembedahan pada labio sebelum kecacatan palato, perbaikan dengan pembedahan
usia 2-3 hari atau sampai beberapa minggu. Pembedahan pada palato dilakukan pada waktu 6
bulan dan 5 tahun, ada juga antara 6 bulan dan 2 tahun, tergantung pada derajat kecacatan. Untuk
menutup celah bibir berdasarkan kriteria rule of ten yaitu umur > 10 minggu (3 bulan), >5 kg,
leukosit > 1000/ uL. Cara operasi yang umum dipakai adalah cara mungkin (15-24 bulan)
sebelum anak mampu bicara. Awal fasilitas penutupan adalah untuk perkembangan bicara.
d. Prosedur perawatan setelah operasi: rangsangan untuk menelan atau menghisap, dapat
menggunakan jari-jari dengan cuci tangan yang bersih atau dot sekitar mulut 7-10 hari, bila
sudah toleran berikan minum pada bayi, dan makanan lunak sesuai usia dan dietnya.
e. Peran bidan: memberi dukungan dan keyakinan ibu, menjelaskan pada ibu yang terpenting
untuk saat ini, adalah memberi bayi cukup minum untuk memastikan pertumbuhan sampai
operasi dapat dilakukan. Apabila hanya labioskiziz dapat menganjurkan ibu untuk tetap
menyusui. Apabila kasus labiopalatoskizis pemberian ASI peras untuk memenuhi kevbutuhan
nutrisinya. Bila masalah minum teratasi BB naik, rujuk bayi untuk operasi.
4. Atresia esofagus
 Atresia esofagus yaitu pada ujung esofagus buntu yang biasanyaØ disertai kelainan bawaan
lainnya yaitu kelainan jantung bawaan dan kelainan gastrointestinal.
 Etiologi: Tidak diketahui, kemungkinan terjadi secara multifactor. Faktor genetic, yaitu Sindrom
Trisomi 21,13, dan 18.
 Gambaran klinik : Liur selalu meleleh dari mulut bayi dan berbuih, apabila air liur masuk ke
dalam trakea akan terjadi aspirasi
 Kelainan bawaan ini biasanya terjadi pada bayi yang baru lahir dengan kurang bulan. Bayi
tersebut sering mengalami sianosis apabila cairan lambung masuk ke dalam paru-paru.
 Penatalaksanaan : Dengan operasi, sebelum operasi bayi diletakkan setengah duduk untuk
mencegah tregurgitas cairan lambung ke dalam lambung. Lakukan pengisapan cairan lambung
untuk mencegah aspirasi bayi dirawat dalam inkubator,ubah posisi lebih sering, lakukan
pengisapan lendir, rangsang bayi untuk menangis agar paru-paru berkembang.
5. Atresia Ani dan Recti
 Definisi : Tidak adanya lubang tetap pada anus atau tidak komplit perkembangan embrionik
pada distal usus ( anus ) atau tertutupnya secara abnormal.
 Penyebab : ketidaksempurnaan proses pemisahan septum anorektal.
 Gambaran klinik : bayi muntah-muntah pada 24-48 jam setelah lahir dan tidak terdapat defekasi
mekonium atau urine bercampur mekonium
 Atresia Ani terdapat empat golongan yaitu stenisis rektum yang lebih rendah atau pada anus,
membran anus menetap, anus inperforata dan ujung rektum yang buntu terletak pada macam-
macam jarak dari perinium, lubang anus terpisah dengan ujung rektum yang buntu.
 Pemeriksaan diagnostik : Yaitu pemeriksaan fisik rektum kepatenan rektum dan dapat dilakukan
colok dubur dengan menggunakan jari atau termometer yang dimasukkan sepanjang 2 cm ke
dalam anus, kalau ada kelainan termometr dan jari tidak dapat masuk. Bila anus terlihat normal
dan terdapat penyumbatan lebih tinggi dari perinium, gejala akan timbul dalam 24-48 jam setelah
lahir berupa perut kembung, muntah berwarna hijau. Pemeriksaan radiologi untuk mengetahui
sampai dimana terdapat penyumbatan.
 Penatalaksanaan : Pembedahan yaitu eksisi membran anal, fisula yaitu dengan kolostomi
sementara dan setelah umur 3 bulan dilakukan koreksi sekaligus, dengan mempersiapkan operasi
dan penjelasan kepada orang tua mengenai kelainan anaknya serta tindakan yang akan dilakukan.
Sebelum pembedahan bayi dipasangi infus, sering diisap cairan lambungnya, dilakukan
observasi tanda-tanda vital. Operasi dilakukan dua tahap, yaitu tahap pertama hanya dibuatkan
anus buatan dan setelah umur 3 bulan atau lebih dilakukan operasi tahapan kedua. Perawatan
pasca operasi yaitu pencegahan infeksi, penjelasan kepada orang tua cara merawat anus buatan
dan menganjurkan agar konsultasi secara teratur dan menjaga kesehatan bayi agar dapat di
lakukan oprasi tahap kedua tepat pada waktunya.
6. Hirschsprung
 Pengertian : suatu kelainan bawaan tidak terbentuknya sel ganglion para simpatis dari pleksuss
messentrikus / aurebach pada kolon bagian distal
 Hirschsprung erbagi dua yaitu segmen pendek : dari anus sampai sigmoid, segmen panjang :
kelainan melebihi sigmoid bahkan dapat mengenai seluruh kolon atau usus halus.
 Gambaran Klinik : Trias yang sering ditemukan ialah mekonium yang lambat keluar ( lebih dari
24 jam ), perut kembung, dan muntah berwarna hijau.
 Pemeriksaan colok anus yaitu jari akan merasakan jepitan, dan pada waktu ditarik akan diikuti
dengan keluarnya udara dan mekonium atau tinja yang menyemprot.
 Penatalaksanaan : hanya dengan operasi, atau biasanya pipa rektum (merupakan tindakan
sementara) dan dilakukan pembilasan dengan air garam fisiologis (bila ada instruksi dokter),
memberikan yang bergizi serta mencegah terjadinya infeksi. Masalah utama yang terjadi
gangguan defekasi (obstipasi).
7. Spina Bifida
 Adalah kelainan bawaan yang terbentuk sejak dalam kandungan. Ada sebagian komponen
tulang belakang yang tidak terbentuk. Jadi, tidak ada tulang lamina yang menutupi sumsum atau
susunan sistem saraf pusat di tulang belakang. Terjadinya kelainan ini, dimulai sejak dalam masa
pembentukan bayi dalam kandungan. Terutama pada usia 3-4 minggu kehamilan. Pada masa ini
janin sedang dalam pembentukan lempeng-lempeng saraf. Jika saat itu ada gangguan, tulang
belakang yang seharusnya menutup jadi tidak menutup. Kemungkinan penyebab gangguan ini
adalah ibu hamil kekurangan konsumsi asam folat. Pada proses perkembangan tulang belakang
dengan sarafnya itu, awalnya tulang belakang dan sumsum tumbuh di tingkat yang sama. Tapi
dalam perkembangannya kemudian, Tulang belakang tumbuh lebih cepat dari sumsum tulang.
Kalau ada gangguan pembentukan tulang belakang, perkembangannya jadi tertahan. Karena
tulang belakangnya tidak terbentuk, maka sumsum tulang jadi tersangkut pada bagian tulang
yang berlubang (defect) tadi, sehingga sumsum tulang keluar dan menonjol. Isinya bisa hanya
berupa selaput saraf dengan air saja atau saraf-sarafnya pun ikut keluar dan menonjol.
Sebetulnya, kelainan ini bisa dideteksi sejak dalam kandungan lewat pemeriksaan USG atau
dengan pemeriksaan cairan amnionnya. Bahkan kalau di luar negeri, bila diketahui si bayi
terkena kelainan ini bisa langsung dikoreksi sejak dalam kandungan.
 Gambaran klinis : Gejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda
spinalis dan akar saraf yang terkena. Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala,
sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda
spinalis maupun akar saraf yang terkena.
Gejalanya berupa:
a. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir.
b. Jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya
c. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki
d. Penurunan sensasi
e. Inkontinensia uri (beser) maupun inkontinensia tinja
f. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).

Gejala pada spina bifida okulta:


a. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang)
b. Lekukan pada daerah sakrum.
 Terdapat beberapa jenis spina bifida:
a. Spina bifida okulta : merupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra
tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol.
b. Meningokel : meningens menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu
benjolan berisi cairan di bawah kulit.
c. Mielokel : jenis spina bifida yang paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan kulit
diatasnya tampak kasar dan merah.
 Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik.
Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen.
Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan
lainnya. 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum
alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika
hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. Dilakukan
USG yang biasanya dapat menemukan adanya spina bifida.
Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban). Setelah bayi lahir, dilakukan
pemeriksaan berikut:
a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.
b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pda korda spinalis
maupun vertebra.
c. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya
kelainan.
 Penatalaksanaan :
a. Resiko terjadinya spina bifida bisa dikurangi dengan mengkonsumsi asam folat. Kekurangan
asam folat pada seorang wanita harus dikoreksi sebelum wanita tersebut hamil, karena kelainan
ini terjadi sangat dini. Kepada wanita yang berencana untuk hamil dianjurkan untuk
mengkonsumsi asam folat sebanyak 0,4 mg/hari. Kebutuhan asam folat pada wanita hamil adalah
1 mg/hari.
b. Biasanya kalau ada kelainan bawaan yang berat dan dapat mengancam nyawa si bayi, maka
begitu lahir sudah disiapkan tim dokter untuk menanganinya. Misalnya dari bedah saraf, bedah
anak, ortopedi, dan dokter saraf anak. Terlebih bila spina bifidanya terbuka dan terjadi
kebocoran, maka harus segera ditutup lewat operasi. Karena bagaimanapun, tidak bisa dibiarkan
adanya hubungan dunia luar dengan susunan saraf pusat. Tindakan operasi yang dilakukan pun
memiliki beberapa tujuan, yaitu untuk penutupan kalau ada defect atau kalau ada hubungan
langsung susunan saraf pusat dengan dunia luar. Selain itu, tujuan utama lainnya adalah operasi
untuk membebaskan jaringan saraf bila mungkin ada yang menyangkut di tulang belakang yang
defect (berlubang).
c. Bila kelainan spina bifidanya terbuka luas, bayi harus dirawat di rumah sakit dan tidak
dibolehkan pulang. "Sebab, ia termasuk bayi berisiko tinggi." Sementara pada spina bifida yang
dilapisi oleh kulit yang normal, bisa didiamkan saja, tanpa perlu tindakan operasi. "Bisa dibawa
pulang dan kontrol 3-5 bulan, asalkan dihindari dari cedera seperti jatuh atau terbentur.
d. Bila spina bifida disertai dengan hidrosefalus sebaiknya dilakukan terlebih dulu pemasangan
'selang' atau VP shunt (pintas dari rongga cairan otak ke perut). Kalau tidak, tekanan cairan dari
otak akan tinggi terus. Akibatnya, seringkali bocor dan merembes. Dengan pemasangan selang,
cairan otak dialirkan ke rongga perut sehingga tekanan cairan pun tidak terlalu tinggi. Kalau
tidak dipakaikan selang, lama-lama kepala anak akan terus membesar karena cairan otak akan
bertambah atau berproduksi terus. Pertumbuhan jaringan otak pun akan tertekan dan kalau
dibiarkan terus, bisa menjadi tipis.
e. Kalaupun ada penundaan operasi, misal karena kondisi si anak tak memungkinkan, untuk
sementara waktu diberikan obat-obatan. Terutama untuk mengurangi produksi cairan otaknya.
Selain berusaha secepat mungkin melakukan tindakan sampai kondisinya memungkinkan. Kalau
tidak, akan mengalami masalah di atas meja operasi atau sesudahnya." Pemberian obat-obatan
pun diberikan setelah atau segera sebelum operasi.
f. Sebelum melakukan tindakan pun, biasanya kondisi sarafnya dinilai lebih dahulu, apakah
masih berfungsi atau tidak. Misalnya, apakah anak mengalami kelumpuhan atau tidak. Lalu,
apakah ia bisa menahan pipis atau tidak. Jika ternyata saraf sudah tak berfungsi, Jadi, tindakan
operasi dilakukan menurut kaidah-kaidah yang berlaku dalam ilmu bedah anak. Selain itu, dicari
waktu yang terbaik untuk melakukan operasi. Kalau pada usia anak yang lebih besar, lebih
mudah untuk diambil tindakan karena fungsi organ tubuhnya sudah matang. Sementara pada
bayi, sangat riskan.
g. Selain pengobatan dengan tindakan operasi, juga dilakukan stimulasi fisioterapi dan
rehabilitasi medik untuk melatih motoriknya. Misalnya dengan menggerakan otot-ototnya supaya
tidak lemah. Jadi, fungsi-fungsi saraf yang ada harus dilatih semaksimal mungkin. Termasuk
melatih BAB dan BAK. Ini amat penting mengingat tidak mungkin untuk membuat saraf baru.
8. Omfalokel (amniokel = Eksomfalokel)
 Penyebabnya adalah kegagalan alat pada dalam kembali ke rongga abdomen pada waktu janin
berumur 10 minggu hingga menyebabkan timbulmya omfalokel. Kelainan dengan adanya
sembulan dari kantong yang berisi usus dari visera abdomen melalui defek dinding abdomen
pada umbikalis dan terlihat menonjol. Angka kematian ini tinggi bila omfalokel besar karena
kantong dapat pecah dan terjadi infeksi.
 Masalah yang dapat terjadi adalah potensial infeksi, sebelum operasi bila kantong belum pecah,
dioleskan merkurokrum setiap hari untuk mencegah infeksi. Setelah diolesi diolesi dengan kasa
steril, diatasnya ditutupi lagi dengan kapas agak tebal baru dipasang gurita.
 Penatalaksanaan : Operasi segera dilakukan setelah lahir, tetapi mengingat bahwa memasukkan
semua usus dan alat visera sekaligus ke dalam rongga abdomen akan menimbulkan tekanan yang
mendadak pada paru hingga timbul gangguan pernapasan, maka biasanya operasi ditunda
beberapa bulan.
9. Hernia Diafragma
 Terjadi karena terbentuknya sebagian diafragma sehingga isi perut masuk kedalam rongga
toraks. Kelainan yang sering ditemukan ialah penutupan tidak sempurna dari sinus
pleuroperitoneal yang terletak pada bagian posrero lateral dari diafragma.
 Gejala tergantung kepada banyaknya isi perut yang masuk kedalam toraks, akan timbul gejala
gangguan pernapasan seperti sianosis, sesak napas, retaraksi sela iga dan sublateral, perut kecil
dan cekun, suara napas tidak terdengar pada paru yang terdesak pada bunyi jantung lebih jelas
pada bagian yang berlawanan oleh karena didorong oleh isi perut.
 Diagnosis adalah dengan membuat foto toraks.
 Tindakan dengan operasi, sebelumnya dilakukan tindakan pemberian oksigen bila bayi tampak
sianosi, kepala dan dada harus lebih tinggidari pada dada dan perut, yaitu agar tekanan dari isi
perut terhadap paru berkurang dan membbiarkan daifragma bergerak dengan bebas. Posisi ini
juga dilakukan setelah operasi.
10. Atresia Koane
 Penutupan satu atau kedua saluran hidung oleh karena kelainan pertumbuhan tulang- tulang dan
jaringan ikat. Bayi akan sukar bernafas dan minum. Atresia unilateral tidak memerlukan tindakan
bedah segera, tetapi bila bilateral harus dilakukan tindakan operatif.
11. Obstruksi Usus
 Pada bayi yang di lahirkan oleh ibu dengan hidroamnion, harus dilakukan dengan tindakan
pemasukan pipa melalui mulut kelambung. Untuk mengetahui ada tidaknya atresia esofagus, bila
dapatn mencapai bila dapat mencapai lambung dan cairan lambung dapat diisap lebih dari 15 ml,
dapat diduga mungkin terdapat obstruksi usus letak tinggi, obstruksi dapat terjadi pada usus
halus dan usus besar yang dapat di sebabkan atresia, stenosis atau malrotasi.
 Gejala umum yang terjadi muntah berwarnah hijau atau kuning coklat, perut membuncit,
kadang-kadang tampak gerakan peristaltikdan terdapat obstipasi.
 Penatalaksaan: dipuaskan, pemberian cairan dan elektrolit denga parenteral, pengosongan
lambung dan usus dengan cara mengisapnya terus menerus, operasi sesuai dengan letak obstruksi
 Penyakit ini merupakan penyakit bawaan yang di sebabkan disfungsi umum kelenjar eksokrim
pancreas. kedaan ini menyababkan berkurangnya enzim pangkreas yant mengalir kelumen usus
halus sehingga isi usus halus menjadi kental dan menumbat lumen usus.
12. Atresia Duodeni
 Biasanya terjadi dibawah ampula vateri, muntah terjadi beberapa jam sesudah kelahiran. Perut
dibagian epigastrium tampak membuncit sesaat sebelum muntah. Muntah mungkin projektil dan
berwarnah hijau.
 Foto abdomen dalam posisi tegak akan memperlihatkan pelebaran lambung dan bagian
proksimal duodenum tampa adanya udara dibagian lain usus.
 Pengobatan ialah dengan oprasi. Sebelum operasi dilakukan hendaknya lambung dikosongkan
dan diberikan cairan intaravena untuk memperbaiki gangguan air dan elektrolit yangb terjadi.
13. Hipospadia
 Hipospadia adalah suatu kelainan bawaan dimana metus eksterna terletak dipermukaan ventral
penis dan lebih proksimaldari tempatnya yang normal (ujung glan penis)
 Etiologi: maskulinisasi inkomplit dari genetalia karenainvolusi yang prematur dari sel
interstisial testis
 Manifestas klinik: penis melengkung kearah bawah hal ini disebabkan adanya chordee
yaitubsuatu jaringan fibrosa yang menyebar mulai dari meatus uretra yaitu tipe glandula, distal
penila, penila, penoskrotal, scrotal dan parienal.
 Penatalaksanaan: operasi yang terdiri dari beberapa tahap yaitu operasi pelepasan chordee dan
tunneling dilakukan pada glans penis dan muaranya, bahan untuk menutup luka eksisichordee
dan pembuatan tunneling diambil dari preputium penis bagian dorsal. Oleh karena itu hipospadia
merupakan kontra indikasi mutlak untuk sirkumisi. Operasi uretroplasti, biasanya dilakukan 6
bulan setelah operasi pertama uretra dibuat dari kulit penis bagian ventral yang diinsisi secara
longitudional paralel dikedua sisis.
14. Fimosis
 Pengertian fimosis adalah penyempitan pada preposium, kelainan yang menyebabkan bayi atau
anak sukar berkemih.
 Penyebab
Adanya smegma pada ujung prepusium yang menyulitkan bayi berkemih
 Tanda dan gejala
Kulit prepusium menggelembung seperti balon dan bayi / anak menangis keras sebelum urine
keluar.
 Penanganan
Untuk menolongnya dapat dicoba dengan melebarkan lobang preposium dengan cara mendorong
kebelakang kulit prepesium tersebut dan biasanya akan terjadi luka. Untuk mencegah infeksi dan
agar luka tidak merapat lagi pada luka tersebut dioleskan salep antibiotik. Tindakan ini mula-
mula dilakukan oleh dokter selanjutnya dirumah orangtua sendiri di minta melakukannya seperti
dilakukan oleh dokter ( pada orang barat sunat dilakukan pada seorang laki-laki kerioka masih
dirawat/ketika baru lahir. Tindakan ini dimaksudkan untuk kebersihan /mencegah infeksi karena
adanya spegma bukan karena keagamaan. Setiap memandikan bayi hendaknya preposium
didorong kebelakang kemudian ujungnya dibersihkan dengan kapas yang telah dijelang dengan
air matang.
15. Epispadia
 Pengertian : Suatu kelainan bawaan pada bayi laki-laki, dengan lubang uretra terdapat bagian
punggung penis atau uretra tidak berbentuk tabung, tetapi terbuka.
 Jenis: lubang uretra terdapat dipuncak kepala penis,seluruh uretra terbuka disepanjang penis,
seluruh uretra terbuka dan lubang kandung kemih terdapat pada dinding perut.
 Gejala: lubang uretra terdapat dipunggung penis
 Diagnosis : untuk melihat beratnya epispadia, dilakukan pemeriksaan berikut radiologis, USG
system kemih kelamin.
 Penangannan: melalui pembedahan

16. Kelainan Jantung Kongenital


 Penyakit jantung kongenital atau penyakit jantung bawaan adalahØ gangguan atau kelainan
organ jantung saat lahir dan merupakan salah satu penyebab kematian terbesar akibat dari
kelainan saat lahir pada tahun pertama kehidupan.
 Penelitian membuktikan bahwa mutasi genetik, factor lingkungan, infeksi saat kehamilan, dan
keracunan dapat menyebabkan atau berperan di dalam gangguan pembentukan jantung.
Meskipun begitu, terdapat beberapa kelainan bawaan yang tidak diketahui penyebabnya.
 Pembentukan sistim kardiovaskular (jantung dan pembuluh darah) dimulai pada minggu ketiga
pertumbuhan janin. Sirkulasi janin akan berkembang sehingga janin dapat tumbuh dan
berkembang di dalam rahim dengan menggunakan plasenta (ari-ari) sebagai sumber dari nutrisi,
oksigen, dan pembuangan sisa metabolisme.
 Pemakaian obat tertentu pada kehamilan trimester pertama berperan dalam terjadinya kelainan
jantung bawaan (misalnya obat anti kejang fenitoin, talidomid, dan obat kemoterapi). Penyebab
lainnya adalah pemakaian alcohol, rubella, dan Diabetes selama hamil.
17. Kelainan Metabolik dan Endokrin
 Pengertian
Merupakan gangguan metabolisme ataupun endokrin yang terjadi pada bayi baru lahir.
 Klafikasi dan penyebab
 Gangguan metabolik yaitu:ü
• Hipertermia
• Hipotermia
• Edema, terdapat pada 150 imunisasi rhesus berat pada bayi dari ibu penderita DM.
• Tetani, biasanya ditemukan pada hipoparatiroidisme fisiologik sepintas yaitu karena
berkurangnya kesanggupan ginjal untuk mengsekresikan fosfat pada bayi yang mendapat susu
buatan dan bayi dari ibu penderita DM atau pra DM.
 Gangguan endokrin yaitu :ü
1. Hipoplasia adrenal congenital disebabkan oleh kekurangan ACTH sebagai akibat dari
hipoplasia kelenjar pituitary hipofungsi hipothalamus pada masa kritis embrio genesis
2. Perdarahan adrenal, disebabkan oleh trauma lahir, misalnya lahir dengan letak sungsang.
3. Hipoglikemia yaitu dimana kadar gula darah kurang dari 30 mg% pada bayi cukup bulan dan
kurang dari 20 mg % pada BBLR
4. Defesiensi tiroid, terjadi secara genetik yaitu sebagai kretinisme, tetapi juga terdapat pada bayi
yang ibunya mendapatkan pengobatan toiurasil atau derivatnya waktu hamil
5. Hipertirodisme sementara, dapat dilihat pada bayi dari ibu penderita hipertioidisme atau ibu
yang mendapat obat tiroid pada waktu hamil.
6. Gondok congenital disebabkan oleh kekurangan yodium dan terdapat didaerah gondok yang
endemik
7. Hiperplasia adrenal disebabkan karena peninggian kadar kalium dan penurunan kadar natrium
dalam serum
 Tanda dan gejala
• Untuk hipotermia akut yaitu lemah, gelisah,pernafasan dan bunyi jantung lambat dan kedua
kaki dingin.
• Untuk cold injury yaitu lemah, tidak mau minum, badan dingin, oliguria, suhu tubuh 29,5 oC –
35 C. gerakan sangat kurang ; muka,kaki,tangan, dan ujung hidung merah seolah-olah bayi
dalam keadaan sehat; pengerasan jaringan subkitis atau edema.
• Tetani, yaitu mudah terangsang, muscular twicthing ; tremor dan kejang.
• Hipoplasia adrenal congenital , yaitu, lemah, muntah, diare, malas minum, dehidrasi.
• Perdarahan adrenal yaitu / renjatan nadi lemah dan cepat , pucat, dingin.
• Defesiensi tiroid yaitu konstipasi ikterus yang lemah ekstremitas dingin dan pada kulit terdapat
bercak yang menetap.
• Hipertiroidisme sementara yaitu gelisah, mudah terserang, hiperaktif , eksoftalamus, takikardia
dan takipnu.
• Gondok kongenital yaitu pembebasan pembebasan kelenjar , tiroid yang dapat menimbulkan
gejala gangguan pernapasan dan dapat menyebabkan kematian ;hiporekstensi
 Penanganan
• Hipertermia yaitu/ dengan memperbaiki suhu lingkungan dan atau pengobatan terhadap infeksi
• Hipotermia yaitu/dengan segera memesukkan bayi kedalam incubator yang suhu nya telah
diatur menurut kebutuhan bayi dan dalam keadaan telanjang supaya dapat diawasi dengan teliti
• Hipotermia sekunder yaitu/dengan mengobati penyebabnya misalnya dengan pemberian
antibiotika,larutan glukosa,o2 dan sebagainya.
• Cold injury yaitu/dengan memenaskan bayi secara perlahan-lahan,antibiotika, larutan
glukosa,o2 dan sebagainya.
• Tetani yaitu/dengan memberikan larutan kalsium glukonat 10 % sebanyak 5:10ml IV dengan
perlahan-lahan dan dengan pengawasan yang baik terhadap denyut jantung.
• Hipertiroidisme sementara yaitu dengan memberikan larutan lugol sebanyak 1 tetes 3-6
kali/sehari atau propiltiorasil atau metimasol, pemberian cairan secara IV, sedativum dan
digitalis bila terdapat tanda gagal jantung.
• Gondok congenital yaitu dengan pengangkatan sebagai kelenjar tiroid dengan disertai
pemberian hormone tiroid bila terdapat gejala penyumbatan jalan nafas yang berat.
• Hipoplasia adrenal kongenita yaitu dengan pemberian larutan garam
NaCL,deksoksikortikosteron dan asetat .
• Hiperplasia adrenal yaitu/dengan memberikan larutan garam NaCL 0,9% ta mbah larutan
glukosa seta pemberian kortikosteroid dosis tinggi.
• Perdarahan adrenal yaitu/ dengan memberikan transfuse darah dan hidrokortison
• Hipoglikemia yaitu / dengan menyuntikkan larutan glukosa 15-20 % sebanyak 4 ml/kg BB
melalui ke vena perifer.
E. Pencegahan Kelainan Kongenital/ Cacat Bawaan pada Neonatus

Beberapa kelainan bawaan tidak dapat dicegah, tetapi ada beberapa hal yang dapat dilakukan
untuk mengurangi resiko terjadinya kelainan bawaan terutama ibu dengan kehamilan di atas usia
35 tahun:
• Tidak merokok dan menghindari asap rokok
• Menghindari alkohol
• Menghindari obat terlarang
• Memakan makanan yang bergizi dan mengkonsumsi vitamin prenatal
• Melakukan olah raga dan istirahat yang cukup
• Melakukan pemeriksaan prenatal secara rutin
• Mengkonsumsi suplemen asam folat
• Menjalani vaksinasi sebagai perlindungan terhadap infeksi
• Menghindari zat-zat yang berbahaya.
Meskipun bisa dilakukan berbagai tindakan untuk mencegah terjadinya kelainan bawaan, ada
satu hal yang perlu diingat yaitu bahwa suatu kelainan bawaan bisa saja terjadi meskipun tidak
ditemukan riwayat kelainan bawaan baik dalam keluarga ayah ataupun ibu, atau meskipun orang
tua sebelumnya telah melahirkan anak-anak yang sehat.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang telah dipaparkan sebelumnya, maka kesimpulan yang
dapat dikemukakan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Kelainan kongenital merupakan kelainan dalam pertumbuhan struktur bayi yang
timbul sejak kehidupan hasil konsepsi sel telur. Kelainan bawaan dapat dikenali sebelum
kelahiran, pada saat kelahiran atau beberapa tahun kemudian setelah kelahiran.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kelainan kongenital atau cacat bawaan pada
neonatus yaitu kelainan genetik dan kromosom, faktor genetik, faktor infeksi, faktor obat,
faktor umur ibu, faktor hormonal, faktor radiasi, faktor gizi, dan faktor-faktor lainnya.
3. Kelainan kongenital yang biasanya terjadi pada neonatus yaitu encephalocele,
hidrocephalus, bibir sumbing (Labio Paltoskiziz), atressia esofagus, atrssia ani,
hirschprung, spina bifida, kelainan jantung kongenital, omfalokel.
4. Kelainan kongenital berat dapat berupa kelainan kongenital yang memerlukan tindakan
bedah, kelainan kongenital bersifat medik, dan kelainan kongenital yang memerlukan
koreksi kosmetik.
Setiap ditemukannya kelainan kongenital pada bayi baru lahir, hal ini harus dibicarakan
dengan orang tuanya tentang jenis kemungkinan faktor penyebab, langkah-langkah
penanganan dan prognosisnya.
5. Kelainan congenital atau cacat bawaan tidak dapat dicegah, melainkan resiko
terjadinya dapat dikurangi dengan tidak mengkonsumsi alcohol, menghindari rokok , obat
terlarang, makan makanan yang bergizi, olahraga teratur, menjalani vaksinasi, melakukan
pemeriksaan prenatal dengan rutin, dan menghindari zat-zat berbahaya lainnya.
B. Saran
Adapun saran yang diajukan dalam makalah ini, yaitu:
1. Dalam mempelajari asuhan neonatus, seorang calon bidan diharapkan mengetahui
kelainan kongenital atau cacat bawaan yang biasanya terjadi pada neonatus sehingga
mampu memberikan asuhan neonatus dengan baik dan sesuai dengan kewenangan
profesi.
2. Kepada pembaca, jika menggunakan makalah ini sebagai acuan dalam pembuatan
makalah atau karya tulis yang berkaitan dengan judul makalah ini, diharapkan
kekurangan yang ada pada makalah ini dapat diperbaharui dengan lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Andi & Yuniarti. 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Neonatus, Bayi,
dan Balita. Makassar: Universitas Indonesia Timur.
Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis obstetric .Jakarta: EGC.
Muslihan, Nur Wafi. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya
Narendra,Moersintowarti, ddk. 2002. Buku Ajar Tumbuh Kembang Anak dan Remaja
Edisi I. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia Sagung Seto

Anda mungkin juga menyukai