Anda di halaman 1dari 49

CASE REPORT

“KEJANG DEMAM”
Diva Iole Humaira
Maharani Sekar Ningrum
Veronica Debora
Wita Aulia

PRECEPTOR:
dr. Ferdiansyah, Sp.A
dr. Elvi Suryati, Sp.A
Identitas
Nama : An. GRR
Nama Ayah : Tn. B
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 48 tahun
Usia : 2 tahun 2 bulan
Pekerjaan : Wiraswasta
Agama : Islam
Pendidikan : SMP
Suku : Jawa
Alamat : Pasir Gintung
Nama Ibu : Ny. R
Umur : 37 tahun
Berat Badan : 9 kg
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SMA
Masuk RSAM :
Sabtu, 18 agustus
2018

Pemeriksaan :
Anamnesis :
Senin, 20
Alloanamnesis
agustus 2018
Keluhan •Kejang
Utama

Keluhan •Demam
Tambahan •Diare
Riwayat Penyakit Sekarang
• Pasien datang dengan keluhan kejang 5 jam SMRS, kejang terjadi
1 kali dengan interval kejang kurang lebih 5 menit dan os tidak sadar saat
kejang. Kejang terjadi kekakuan pada bagian kaki pasien dan mata pasien
menatap ke arah atas. Tidak ada disorientasi setelah kejang, muntah (-),
sesak (-), penurunan kesadaran (-). Setelah kejang tidak ditemukan
kelemahan pada pergerakan pasien. Os kemudian dibawa ke RSAM dan
kejang kembali sebanyak 6x dengan interval 5 menit dan durasi lebih
kurang 5 menit. Antara kejang tidak terdapat penurunan kesadaran. Saat
di UGD os langsung dipasang infus dan diberikan IVFD KaEN 3A 9 tpm.
Os tidak kejang saat di UGD. Saat tiba di bangsal, tak lama kemudian os
kejang dan diberi diazepam iv, setelah itu kejang berhenti sebentar. 3
menit kemudian os kejang lagi lalu diberi diazepam iv ulang. Os kembali
kejang lalu diberikan fenitoin iv. Os baru berhenti kejang setelah diberikan
fenitoin iv.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Orang tua pasien mengatakan bahwa seminggu sebelum
kejang pasien diare. Diare terjadi selama 7 hari, banyaknya 3x
dalam sehari, lebih kurang seperempat gelas belimbing,
berbau busuk, disertai lendir dan ampas namun tidak ada
darah. Ibu kemudian membawa pasien ke bidan dan oleh
bidan diberikan obat diare berupa antibiotik dan zink. Os sudah
tidak BAB cair lagi saat di rumah sakit. Pada 1 hari sebelum
kejang os mual muntah disertai demam. Muntah terjadi >5x,
bercampur makanan, kemudian sore harinya os demam. Ibu os
kemudian membawa os ke bidan dan sudah mendapatkan
obat penurun panas dan turun saat malam harinya. Pagi
menjelang subuh pasien kembali demam dan terjadi kejang
pertama. Riwayat batuk pilek, nyeri saat berkemih, atau nyeri
pada telinga disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
• Pasien tidak pernah mengalami kejang sebelumnya.
• Riwayat jatuh dari tempat tidur dan kepala terbentur 1 minggu
yang lalu, riwayat kejang sebelumnya (-), muntah (-), benjol (-)
Riwayat Penyakit Keluarga
• Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat kejang sebelumnya,
epilepsy (-)
Riwayat Kehamilan
• (P3A0). Ibu pasien rutin melakukan pemeriksaan kehamilan ke bidan.
Sebelumnya ibu pasien sudah melakukan imunisasi TT sebanyak 2
kali. Tidak ada penyulit selama kehamilan, ibu pasien tidak meminum
obat obatan rutin selama kehamilan, konsumsi tablet besi (+).

Riwayat Persalinan
• Pervaginam, dibantu oleh bidan, UG : 39 minggu, tidak ada
penyulit selama persalinan, KPD (-), perdarahan (-), lahir segera
menangis, BBL 3500 gram, PB 48 cm, tidak ada kebiruan dan
kelainan saat kelahiran, gerak aktif. Cacat (-), kuning (-)
Riwayat Makanan Riwayat Imunisasi

• 0-6 bulan : ASI eksklusif • BCG : 1x


• 6-8 bulan : ASI + bubur sun • DPT : 3x
• 9-12 bulan : ASI + nasi tim • Campak : 1x
• 1 tahun : ASI + susu • Hepatitis B : 4x
formula + makanan • Polio : 4x
keluarga
Pemeriksaan Fisik
(Senin, 18 Agustus 2018 Pkl 07.00 di Bangsal RSAM
205)

Status Present
Keadaan Umum : Tampak Sakit Status Generalis
Sedang
Pucat : (-)
Kesadaran : Compos Mentis
Sianosis : (-)
Suhu : 36,9°C
Ikterus : (-)
Nadi :129x/menit
Edema : (-)
RR : 33x/menit
BB : 9 kg Turgor : (-)

TB : 103 cm Pembesaran KGB: (-)


Status Gizi
• WHO Child Growth Standards
• BB/U : (-2) – (-3) SD  gizi kurang
• TB/U : (-1) – (-2) SD  normal
• BMI/U : (-2) – (-3) SD  kurus
Leher
Kepala : normocephal
Bentuk : Normal
Rambut : hitam, tidak mudah di cabut
Trakea : Deviasi (-)
UUB : telah menutup
KGB : pembesaran (-)
Mata :edema palpebra ( - / - ), CA ( - / - )
JVP :Tidak dilakukan
SI ( - / - )
pemeriksaan
Telinga : Sekret ( - / - ), nyeri tekan tragus (-
)
Thorax
Hidung : deviasi ( - ), sekret ( - / - ), nafas
Bentuk : normochest
cuping hidung (-)
Rektrasi :
Mulut : sianosis ( - ), lidah kotor ( - ),
 Suprasternal : (-)
tenggorokan hiperemis, uvula simetris, tonsil
 Substernal : (-)
tidak ada pembesaran (-/-)
 Intercostal : (-)
 Subcostal : (-)
Jantung Paru Abdomen

• I : IC tidak terlihat • Bentuk : simteris, • I : datar, distensi (-),


• P : IC teraba kuat, normal luka (-), benjolan (-)
reguler, thrill (-) • I : pengembangn • A : BU (+), 12x/menit
• P:- paru kanan kiri (+/+), • P :timpani
• A : BJ 1 dan 2 luka (-/-) • P :nyeri tekan (-),
reguler, murmur, • P : pengembangan hepatosplenomegali
gallop (-) paru (+/+), nyeri (-/-) (-)
• P : sonor
• A :vesikuler (+),
wheezing (-), ronkhi
(-)
Ekstremitas

• Sup : hangat, sianosis (-), udem (-), CRT < 3 s


• Inf : hangat, sianosis (-), udem (-), CRT < 3 s

Status Neurologis
Motorik 5 5
5 5 Tanda Rangsang Meningeal
Refleks Fisiologis (+) Kaku kuduk : (-)
Brudzinsky I : (-)
Refleks Patologis (-)
Brudzinsky II : (-)
Lasseque sign : (-)
Sensorik Kernig sign : (-)
Anestesi (-), hipoestesi (-)
Pemeriksaan Penunjang
• Tanggal 18 Agustus 2018

Jenis Hasil Nilai Rujukan

Leukosit 9,1 x 103 /μL 5,5 x 103 -15,5 x 103

Eritrosit 4,8 jt /μL 3.9 jt -5.0 jt

Hemoglobin 11,9 g/dL 11,5-13,0

Hematokrit 35 % 34-39

MCV 72 fL 75-87

MCH 25 pg 24-30

MCHC 34 g/dL 31-37

Trombosit 330 x /μL 250 x 103 -550 x 103


Pemeriksaan Penunjang

Jenis Hasil Nilai Rujukan

Basofil 0% 0-1

Eosinofil 3% 0-3

Batang 0% 5-11

Segmen 39 % 23-45

Limfosit 43 % 35-65

Monosit 15 % 3-6

LED 10 mm/jam 0-10


Pemeriksaan Penunjang
• Elektrolit tanggal 18 Agustus 2018

Jenis Hasil Nilai Rujukan

Natrium 133 mmol/L 135-145

Kalium 3,9 mmol/L 3,5-5,0

Kalsium 9,6 mg/dl 8,6-10,0

Chlorida 98 mmol/L 96-106


Follow Up
S O A P
Status
Keluhan Assesment Penatalaksanaan

20/08/2018 KU : Sakit sedang Kejang demam • IVFD KaEN 9 tpm


KS : Compos mentis kompleks
Demam (-), batuk (-), Nadi : 129 x/min • Inj ceftriaxon 900
pilek (-), kejang (-), BAB SpO2 : 93% mg/24 jam
RR : 33 x/menit
cair (-), BAK (+) tidak ada T : 36,9°C
• Inj ranitidin 9 mg/12
keluhan BB : 9 Kg jam
Kepala • Zink 1x25 mg
Simetris, tidak ada kelainan
Mata: konjungtiva tidak anemis, sklera tidak • Diazepam oral 3 x
ikterik. 1,5 mg
Hidung: Sekret dari hidung (-), pernapasan
cuping hidung (-)
R/ pulang
Mulut: faring hiperemis (-), lidah kotor (-), Edukasi jika kejang 
pembesaran tonsil (-/-) bawa ke tenaga
Leher: pembesaran KGB (-), deviasi trakea (-)
Paru kesehatan terdekat
I :Simetris, retraksi (-), sesak(-)
P :Ekspansi
kanan=kiri
A : vesikular
Jantung
I : Ictus cordis tak terlihat
P : Ictus cordis teraba, reguler, thrill (-)
P:-
A : BJ I/II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
I : datar
A : Bising usus (+)
P : Timpani (+)
P : Nyeri tekan (-), hepar (-) teraba, lien (-)
teraba
Ekstremitas :
Ekstremitas
superior : Oedem -/-, sianosis -/-, hangat, crt <
3s inferior : Oedem -/-, sianosis -/-, hangat, crt
<3s
RESUME
Pasien An. G laki-laki 2 tahun dengan berat badan 9 kg, datang dengan keluhan
kejang sebanyak 6 kali 5 jam SMRS, interval kurang dari 5 menit. Kejang didahului
oleh demam dan setelah kejang pasien tidak mengalami penurunan kesadaran.
Riwayat kejang sebelumnya disangkal. Batuk pilek (-), nyeri tenggorokan (-), nyeri
telinga (-), sesak (-), nyeri perut (-), BAB (+) cair, BAK dbn. Pasien sudah
mendapatkan terapi diare dari bidan. Riwayat kejang pada keluarga disangkal.
Pemeriksaan fisik ditemukan kepala leher dalam batas normal, thorax abdomen
dan ekstremitas dbn. Refleks fisiologis (+), refleks patologis (-), kaku kuduk (-).
Hasil pemeriksaan penunjang Leukosit 9,1 x 103/ul, Hb 11,9 gr/dl, Ht 35%, MCV 72
fl, trombosit 330.000/ul, natrium 133 mmol/L, kalium 3,9 mmol/L, kalsium 9,6 mg/dl,
chlorida 98 mmol/L

Diagnosis Banding Diagnosis Kerja

• Kejang • Kejang Demam Kompleks


• Kejang demam kompleks • Diare akut tanpa dehidrasi
• ETOF e.c bakteri
• Diare akut tanpa dehidrasi
• Diare akut tanpa
dehidrasi ec virus
• Diare tanpa dehidrasi ec
bakteri
Tatalaksana
Non Medika Mentosa Medika Mentosa (IGD)

Tirah Baring IVFD KaEN 9 tpm

Oksigen 2 liter/menit

Stesolid 5 mg supp (jika kejang)

PCT fls 9cc (extra)

PCT syr 3x1 cth

Diazepam oral 3 x 1,2 mg


Tatalaksana
Medika Mentosa
(bangsal )
IVFD KaEN 3A 9 tpm

IVFD ceftriaxon 900 mg/24 jam

Inj ranitidin 9 mg/24 jam

Zink 1x20 mg

Diazepam oral 3 x 1,5 mg

PCT fls 4x10 cc

Phenitoin 50 mg/12 jam


Kejang Demam

• Bangkitan kejang yang terjadi


pada anak usia 6 bulan – 5
Definisi tahun yang mengalami
kenaikan suhu (>38° C) bukan
karna proses intrakranial

• Kejang terjadi karena kenaikan suhu tubuh, bukan karna gangguan


elektrolit atau metabolik lainnya
• Bila ada riwayat kejang tanpa demam sebelumnya maka tidak disebut
sebagai kejang demam
• Anak berumum 1-6 bulan masih dapat mengalami kejang demam namun
jarang sekali
• Pada bayi usia <1 bulan termasuk kedalam kejang neonatus
Epidemiologi
• 85% kejang pertama sebelum usia 4 tahun,
terbanyak pada usia 17-23 bulan
• Di Amerika Serikat insiden kejang demam
berkisar antara 2-5% pada anak <5 tahun
• Angka kejadian kejang demam di Asia tinggi dan
80-90% adalah kejang demam sederhana
• Angka kematian kejang demam 0,64%-0,75%,
sebagian sembuh sempurna dan 2-7%
berkembang menjadi epilepsi
Kejang
KLASIFIKASI

Demam

Sederhana Kompleks
Kejang Demam Sederhana
• <15 menit
• Bentuk kejang umum (tonik dan atau
klonik)
• Tidak berulang dalam 24 jam
Kejang Demam Kompleks
• Kejang lama >15 menit
• Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau
kejang umum yang didahului kejang parsial
• Berulang atau >1x dalam waktu 24 jam
• Kejang lama  kejang yang berlangsung >15 menit atau kejang berulang >2x
dan diantara bangkitan kejang anak tidak sadar
• Kejang fokal  kejang parsial satu sisi atau kejang umum yang didahului
kejang parsial
• Kejang berulang  kejang ≥2x dalam 1 hari dan diantara 2 bangkitan kejang
anak sadar

PATOGENESIS
KEJANG
DEMAM
Kemungkinan Berulangnya Kejang
Demam
Faktor Risiko :
• Riwayat kejang demam atau epilepsi dalam keluarga
• usia <12 bulan
• Suhu tubuh >39°C
• Interval waktu yang singkat antara awitan demam dan
kejang
• Apabila kejang demam pertama merupakan kejang
demam kompleks
Faktor Risiko Terjadinya Epilepsi

Faktor Risiko :
• Terdapat kelainan neurologis atau perkembangan yang
jelas sebelum kejang demam pertama
• Kejang demam kompleks
• Riwayat epilepsi pada orangtua atau saudara kandung
• Kejang demam sederhana yang berulang 4 episode atau
lebih dalam satu tahun
ANAMNESIS
PENEGAKAN

Hal-hal yang ditanyakan saat anamnesis :


DIAGNOSIS

1. Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang


2. Suhu sebelum/saat kejang, frekuensi dalam 24 jam, interval,
keadaan anak pasca kejang
3. Penyebab demam di luar infeksi susunan saraf pusat (gejala
infeksi saluran napas akut/ISPA, infeksi saluran kemih/ISK.
Otitis media akut/OMA, dll)
4. Riwayat perkembangan, riwayat kejang demam dan epilepsi
dalam keluarga
5. Singkirkan penyebab kejang yang lain (misalnya
diare/muntah yang mengakibatkan gangguan elektrolit,
sesak yang mengakibatkan hipoksemia, asupan kurang
yang dapat menyebabkan hipoglikemia)
PEMERIKSAAN FISIK
PENEGAKAN
DIAGNOSIS

Pemeriksaan fisik yang dilakukan antara lain :


1. Kesadaran : apakah terdapat penurunan kesadaran
2. Suhu tubuh: apakah terdapat demam
3. Tanda rangsang meningeal: kaku kuduk, Bruzinski I dan II,
Kernique, Lasuque dan pemeriksaan nervus cranial
4. Tanda peningkatan tekanan intrakranial: ubun ubun besar
(UUB) membonjol, papil edema
5. Tanda infeksi di luar susunan saraf pusat seperti infeksi
saluran pernapasan, faringitis, otitis media, infeksi saluran
kemih dan lain sebagainya yang merupakan penyebab
demam
6. Pemeriksaan neurologi: tonus, motorik, reflex fisiologis,
reflex patologis
Pemeriksaan lab
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Pungsi Lumbal

Elektroensefalografi (EEG)

Pencitraan
Pemeriksaan Lab
• Tidak dikerjakan secara rutin tetapi dapat
dilakukan untuk evaluasi sumber infeksi
PEMERIKSAAN

• Pemeriksaan yang dilakukan : darah perifer,


PENUNJANG

elektrolit, gula darah


Elektroensefalografi (EEG)
• Hanya dilakukan pada kejang fokal untuk
menentukan adanya fokus kejang di otak
yang membutuhkan evaluasi lebih lanjut
Pencitraan
• Pem. Neuroimaging (CT-Scan atau MRI )
tidak rutin
• Dilakukan jika terdapat indikasi : hemiparesis
atau paresis nervus kranialis
PUNGSI LUMBAL
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Indikasi pungsi lumbal :


1. Terdapat tanda dan gejala rangsang
meningeal
2. Terdapat kecurigaan adanya infeksi SSP
berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan
klinis
3. Dipertimbangkan pada anak dengan kejang
disertai demam yang sebelumnya telah
mendapat antibiotik dan pemberian antibiotik
tersebut dapat mengaburkan tanda dan
gejala meningitis
Tatalaksana Kejang Demam
Obat anti konvulsan intermitten
Obat antikonvulsan yang diberikan hanya pada saat
demam
Profilaksis intermitten diberikan pada kejang demam
dengan salah satu faktor risiko :
• Kelainan neurologis berat
• Berulang 4 kali atau lebih dalam setahun
• Usia <6bulan
• Bila kejang terjadi pada suhu tubuh <39° C
• Apabila pada episode kejang dema m sebelumnya, suhu tubuh
meningkat dengan cepat

Obat yang dapat diberikan :


• Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/kali per oral
• Diazepam rektal 0,5 mg/kgBB/kali (5 mg untuk BB <12 kg dan 10 mg untuk BB
≥12 kg)
Obat antikonvulsan rumat
Indikasi pengobatan rumatan :
• Kejang fokal
• Kejang lama >15 menit
• Terdapat kelainan neurologi yang nyata sesudah kejang :
palsi serebral, hidrosefalus, hemiparesis
• Pengobatan diberikan selama 1 tahun, penghentian
pengobatan rumat untuk kejang demam tidak
membutuhkan Tappering off tetapi dilakukan pada saat
anak tidak demam

Obat yang dapat diberikan :


• Asam Valproat, 15-40 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis
• Fenobarbital, 3-4 mg/kgBB/hari dalam 1-2 dosis
ANALISA KASUS
DASAR Sudah tepat
DIAGNOSIS
Dasar Diagnosis

Anamnesis
• Kejang yang didahului demam
• Kejang 6x
• Interval antar kejang <5 menit
• Kejang selama 5 menit
• Antar bangkitan tidak terdapat penurunan
kesadaran
• Bentuk kejang awalnya kedua kaki kaku lalu mata
pasien terbelalak ke arah atas belakang
• Riwayat kejang sebelumnya disangkal
• Berdasarkan anamnesis  didapatkan diagnosa
banding berupa ETOF
Dasar Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
• Kesadaran compos mentis
• Nilai kekuatan otot 5  motorik baik
• Refleks fisiologis (+) dan refleks patologis
(-)
• Rangsang meningeal (-)
• Tanda trauma (-)
• Disorientasi pasca kejang (-)
• Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik 
tidak terdapat kelainan neurologis yang
nyata setelah kejang
Dasar Diagnosis

Jenis Kejang Demam


• kejang demam kompleks 
terdapat bangkitan kejang
sebanyak 7x dalam 24 jam,
bentuk kejang dari parsial ke
umum
• Terdapat kekurangan pada kasus
ini dikarenakan waktu saat
demam tidak mencapai >15 menit
• Dasar
tatalaksana • Pada kasus ini
penatalaksanaannya
kurang tepat
Dasar Tatalaksana
• Pada kasus ini, tatalaksana awal tidak diberikan
kepada pasien karena orang tua pasien belum
mengerti tatalaksana awal dan tidak segera
membawa pasien ke fasilitas kesehatan terdekat

Pemberian profilaksis saat kejang


• Diazepam per oral, dosis 0,3 mg/kgBB
• Untuk mengurangi angka kejadian bangkitan kejang bernulang
Pemberian profilaksis intermiten
• Pemberian profilaksis intermiten pada kasus ini memenuhi 2
kriteria dari 5, yaitu : kejang terjadi pada suhu >39°C, dan pada
saat kejang peningkatan suhu terjadi dengan cepat
Dasar Tatalaksana
Terapi Antipiretik
• Pada kasus ini, terapi antipiretik diberikan untuk menurunkan demam dan
sebagai antikonvulsan intermitten
Terapi Cairan KaEN 3A
• Merupakan pilihan yang tepat
• Dikarenakan anak mengalami diare sehingga terjadi kehilangan cairan dan
ketidakseimbangan elektrolit
• Infus KaEN 3A mengandug bahan aktif seperti garam anhydrous,
potassium chloride, sodium chloride, dan sodium lactate yang dapat
digunakan untuk cairan dan nutrisi pengganti, kekurangan kalium,
ketidakseimbangan elektrolit, darah, dan kehilangan cairan
Terapi Antibiotik
• BAB cair, disertai ampas dan lendir  disebabkan oleh bakteri
• Ceftriaxone  sefalosporin generasi ketiga spektrum luas (gram + dan -)
• Antibiotik yang diberikan seharusnya bukan ceftriaxon tetapi tergantung
dari bakteri penyebab diare yang didapatka dari pemeriksaan kultur feses
Dasar Tatalaksana
Terapi Ranitidin
• Antagonis reseptor H2 yang dapat mengurangi sekresi asam lambung
• Pada kasus ini, terapi ranitidin diberikan karena pasien mengeluhkan
mual, muntah
• Tidak terdapat nyeri perut pada pasien seharusnya terapi ranitidain
tidak diberikan
Terapi Zinc
• Untuk mengganti kehilangan zinc saat diare, membantu
penyembuhan diare, meningkatkan sistem kekebalan tubuh

Terapi Phenitoin
• Ditujukan sebagai tatalaksana kejang akut
• Dapat diberikan apabila diazepam rektal dan IV tidak dapat
menghentikan atau memutus kejang
DAFTAR PUSTAKA
• Pusponegoro HD, Widodo DP, Ismael S, Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam, Unit Kerja Koordinasi
Neurologi, Ikatan Dokter Anak Indonesia, 2006. Staf Pengajar IKA FKUI.
• Buku Ajar Kesehatan Anak. 1995. Jakarta Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
• Dadiyanto, dkk. 2011. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. Semarang : FK UNDIP.
• Deliana, Melda. 2002. Tatalaksana Kejang Demam pada Anak. Sari Pediatri Vol. 4, No. 02. 59-62
• Departemen Ilmu Kesehatan Anak. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak. 2011. Semarang: BadanPenerbit
Universitas Diponegoro
• Fuadi F. .2010. Faktor Risiko Bangkitan Kejang Demam pada Anak (Tesis), Universitas Diponegoro, Semarang,
Jawa Tengah
• Lumbantobing, S.M., 2004. Kejang Demam. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas.
• Hassan & Alatas, dkk, 2002, Buku Kuliah 2 Ilmu Kesehatan Anak, cetakan kesepuluh, Bagian Ilmu Kesehatan
Anak Universitas Indonesia Jakarta
• Hirz D.G., 1997. Febrile Seizures. Ped in Rev;18:5-9.
• Mansjoer, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid2, Media Aesculapius, Jakarta
• Ngastiyah, 1997, Perawatan anak sakit, cetakan I, EGC, Jakarta
• ILAE, Commission on Epidemiology and Prognosis. Epilepsia. 1993;34;592 B Ismael S. KPPIK-XI, 1983
• Shah SS, Alpern ER, Zwerling L, Reid JR, McGowan KL, Bell LM., 2002. Low risk of bacteremia in children with
febrile seizures. Arch Pediatr Adolesc Med;156:469-72.
• SoetomenggoloTS. 1998. Kejang Demam dalam Buku Ajar Neurologi.Jakarta: IDAI.
• Chiu SS, Tse CY, Lau YL, Peiris M., 2001. Influenza A infection is an important cause of febrile seizures.
Pediatrics;108:1-7.
• Baumann, R.J, Kao,A., 2012. Febrile Seizures. (http://emedicine.medscape.com/article/1176205-
overview#a0199
• Macnair T, Febrile Convulsions, website http://www.bbc.co.uk/health/conditions/febrileconvulsions2.shtml-
38k.
• Febrile Seizure,.website http://www.mayoclinic.com/health/febrile_seizures/DS00346/DSECTION=10
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai