Anda di halaman 1dari 56

MAKALAH KEPERAWATAN KOMUNITAS

ASKEP KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN POPULASI : PENYAKIT KRONIK

DISUSUN OLEH :

Kelompok 5 Kep 5 A

Rizky Yola Nofita 1914201037


Sari Intan 1914201038
Sesra Med Madurisa 1914201039
Silfira Rosella 1914201040
Tiara 1914201041
Vella Febrina Efita 1914201042
Windy Yunengzah F 1914201043
Wiwin Putri H 1914201044
Yuli Marnis T 1914201046

DOSEN PEMBIMBING:

Ns. Helmanis Suci, S.Kep, M. Kep

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES ALIFAH PADANG

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Penyakit Kronik)”.

Makalah ini telah kami susun dengan maksimal. Terlepas dari itu, kami menyadari bahwa
masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu, kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
makalah ini.

03,November 2021

penulis
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara
berkembang. Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari
penyakit kronis sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang
terdiri dari 49%, dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11%
untuk cedera. Dominasi penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui
kalangan ahli kesehatan (Nugent, 2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada
terutama di negara-negara kaya dan bahwa penyakit menular ada terutama di negara-
negara berkembang. Pembagian sederhana ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut
Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea Selatan adalah contoh negara-negara yang
relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat kematian utama karena penyakit
kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang sekalipun, seperti India dan
Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti Rusia dan China,
menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis daripada penyakit
menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara berkembang
dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang semakin
mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.
Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut
dengan penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia
Tenggara. Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah
contoh penyakit tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data
dari WHO di AsiaTenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh
penyakit tidak menular, 35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7%
disebabkan luka (Tawilah, 2017).
Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi penyebab kematian terbanyak.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016), proporsi angka
kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi
49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari
seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker,
dan PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan,
bahkan bertahun-tahun.
Cedera tertentu dapat menyebabkan rasa sakit kronis. Hal ini terutama berlaku
pada cedera saraf. Sakit kepala migrain dan arthritis adalah kondisi lain yang juga bisa
memproduksi rasa sakit kronis. Pengobatan penyakit kronik seringkali memakan waktu
lama dan memerlukan biaya besar. Beberapa jenis penyakit tidak menular adalah
penyakit kronik yang dapat mengganggu ekonomi penderita dan keluarganya. Selain itu,
salah satu dampak komplikasi yang dapat terjadi adalah kecacatan termasuk kecacatan
permanen.Oleh karena itu, terdapat kebutuhan mendesak untuk mengobati faktor-faktor
yang menjaga dan memperburuk pengalaman rasa sakit agar dapat mengurangi
penderitaan manusia, biaya perawatan penyembuhan menjadi lebih efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan penyakit kronik?
2. Bagaimana klasifikasi internasional tentang fungsi, kecacatan, dan kesehatan?
3. Bagaimana laporan kesehatan dunia?
4. Bagaimana laporan dunia tentang disabilitas?
5. Apa saja empat tujuan menyeluruh untuk orang sehat 2020?
6. Bagaimana Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Kebutuhan ILL Yang Cacat Dan Kronis?
7. Apa saja Peluang yang Terlewatkan Oleh Penyedia Perawatan Kesehatan atau Peluang
yang Terlewatkan Untuk Memengaruhi Kualitas Hidup?
8. Bagaimana Kesenjangan dan Diskriminasi Perawatan Kesehatan?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien dengan Penyakit Kronik ?

1.3 Tujuan Penulisan


1.3.1. Tujuan Umum
Adapunpenulismenyusunmakalahinibertujuanuntukmemperolehpengetahuan
tentangAsuhan Keperawatan Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit Kronik
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Agar pembaca memahami apa yang dimaksud dengan penyakit kronik
2. Agar pembaca memahami klasifikasi internasional tentang fungsi, kecacatan, dan
kesehatan
3. Agar pembaca mengetahui tentang laporan kesehatan dunia
4. Agar pembaca mengetahui laporan dunia tentang disabilitas
5. Agar pembaca mengatahuiempat tujuan menyeluruh untuk orang sehat 2020
6. Agar pembaca mengetahui Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Kebutuhan ILL
Yang Cacat Dan Kronis
7. Agar pembaca memahami mengenai Kesenjangan dan Diskriminasi Perawatan
Kesehatan
8. Agar pembaca memahami tentang Asuhan Keperawatan pada Kasus Pasien dengan
Penyakit

1.4. Manfaat
Diharapkan mendatangkan manfaat kepada pembaca untuk dapat menambah pengetahuan
serta wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Populasi ; Penyakit
Kronik, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar mengajar khususnya untuk
mahasiswa jurusan keperawatan
BAB II TINJAUAN

TEORI

2.1 Definisi Penyakit Kronik


Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural. Penyakit kronik
gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu menjadi perhatian penderita hingga
menimbulkan deficit mayor yang jelas. Kesembuhan bukan tujuan utama dalam penanganan
penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan perawatan yang berguna
untukmengatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit kronik
kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level yang
optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan pada
penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan mordibitas
(ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah untuk
memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic yang harus
disadari oleh perawat pemberi layanan.(Buku Ajar Keperawatan Gerontik,2014)
Penyakit kronis adalah penyakit yang berkepanjangan, tidak sembuh secara spontan, dan
jarang disembuhkan sepenuhnya penyakit ini dapat dicegah, dan mereka menimbulkan
beban yang signifikan dalam hal kematian, mordibitas, dan biaya pribadi dan sosial.
(Allender, 2014) (Community & Public Health Nursing)

2.2 Program Posbindu PTM


Merupakan bentuk peran serta masyarakat dalam kegiatan monitoring dan deteksi dini faktor
risiko PTM (merokok, pola makan tidak sehat, kurang aktifitas fisik, obesitas, stress,
hipertensi, hiperglikemi, hiperkolesterol) secara terpadu, rutin dan periodik, serta
menindaklanjutinya secara dini faktor risiko yang ditemukan melalui konseling kesehatan
dan segera merujuknya ke fasilitas pelayanan kesehatan dasar.
Kegiatan ini dikembangkan sebagai bentuk kewaspadaan dini, mengingat hampir semua faktor
resiko PTM tidak memberikan gejala kepada yang mengalaminya. Kegiatan posbindu PTM
diintegrasikan (diposkan) ke kegiatan masyarakat yang sudah aktif berjalan baik di sekolah, di
tempat kerja, maupun di lingkungan tempat tinggal misalnya kegiatan uks, karang taruna,
majelis taklim/jemaat ibadah, klub jantung sehat/klub kesehatan lain, PKK, Dharma Wanita,
pabrik, kelompok nelayan dan lain-lain.(Buku Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016)

2.3 Sasaran Kegiatan Posbindu PTM


Adalah usia remaja, dewasa dan lanjut usia. Pada kegiatan Posbindu PTM ini dilakukan
konseling kesehatan seperti konseling diet, konseling berhenti merokok, sharing pengalaman
pengobatan seperti pengobatan alternative, ramuan jamu saintifik, dan obat tradisional
lainnya. Selain itu dilakukan juga kegiatan bersama seperti olahraga atau senam bersama,
penyuluhan, dan demo masak makanan sehat.
Melalui kegiatan Posbindu PTM, penyakit tidak menular dan faktor risikonya diharapkan
dapat dideteksi dan ditindak lanjuti secara dini, dengan demikian angka kesakitan, kematian,
dan kecacatan akibat PTM dapat dikendalikan. .(Buku Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun
2016)

2.4 Klasifikasi internasional tentang fungsi, kecacatan, dan kesehatan


Klasifikasi internasional tentang fungsi, disabilitas, dan kesehatan (ICF), yang diterbitkan
oleh organisasi kesehatan dunia (WHO) pada tahun 2001, mencerminkan pendekatan yang
muncul dan lebih positif terhadap kondisi kronis dan melumpuhkan. Sistem klasifikasi ini
menggantikan klasifikasi internasional untuk gangguan, disabilitas, dan cacat (ICIDH)
(WHO, 1980).Berkontribusi pada perspektif yang muncul ini, konsep-konsep berikut
menggambarkan ICF dalam kaitannya dengan kesehatan (WHO, 2001, hal.10):
1. Fungsi tubuh adalah fungsi fisiologis sistem tubuh dan termasuk fungsi psikologis.
2. Struktur tubuh adalah bagian anatomi tubuh seperti organ, anggota badan, dan
komponennya.
3. Gangguan adalah masalah dalam fungsi atau struktur tubuh, seperti penyimpangan atau
kehilangan yang signifikan.
4. Aktivitas adalah pelaksanaan tugas atau tindakan oleh seorang individu.
5. Partisipasi adalah keterlibatan dalam situasi kehidupan, termasuk peran dan kegiatan
pribadi dan antar pribadi.
6. Keterbatasan aktivitas adalah kesulitan yang mungkin dimiliki seseorang dalam
menjalankan kegiatan.
7. Perbatasan partisipasi adalah masalah yang mungkin dialami seseorang ketika terlibat
dalam situasi kehidupan.
8. Faktor lingkungan membentuk lingkungan fisik, sosial, dan sikap di mana orang hidup
dan menjalankan kehidupan mereka.
9. Faktor pribadi adalah ciri-ciri latar belakang individu, kehidupan, dan kehidupan yang
bukan bagian dari kondisi kesehatan atau status kesehatan, seperti jenis kelamin, ras, usia,
kondisi kesehatan lainnya, kebugaran, kebiasaan gaya hidup, pengasuhan, gaya koping,
latar belakang sosial, pendidikan, profesi, pengalaman masa lalu dan saat ini, keseluruhan
pola perilaku dan gaya karakter, aset psikologis individu, dan karakteristik lainnya -
semua atau yang mana pun dapat berperan dalam kecacatan di tingkat mana pun.
(Allender, 2014) (Community & Public Health Nursing)

2.5 Laporan kesehatan dunia


WHO mengidentifikasi 10 risiko kesehatan utama:
1. Kurang berat badan
2. Seks yang tidak aman
3. Tekanan darah tinggi
4. Konsumsi tembakau
5. Konsumsi alkohol
6. Air yang tidak aman, sanitasi, dan kebersihan
7. Kekurangan zat besi
8. Asap dalam ruangan dari bahan bakar padat
9. Kolesterol tinggi
10. Obesitas (WHO, 2002,2009). (Allender, 2014) (Community & Public Health Nursing)
Karena nutrisi sangat terkait dengan kesehatan, ketidakseimbangan nutrisi dapat
menyebabkan penyakit kronis yang parah, kecacatan, dan kematian dini. Dari 10 risiko
kesehatan terkemuka, lima berhubungan langsung dengan konsumsi: berat badan kurang,
hipertensi, defisiensi besi, kolesterol tinggi, dan obesitas (WHO, 2009) (Allender, 2014)
(Community & Public Health Nursing)

2.6 Laporan dunia tentang disabilitas


Rekomendasi dari laporan dunia 2011 tentang kecacatan meliputi:
1. Akses yang memungkinkan ke semua sistem dan layanan utama.
2. Investasi dalam program dan layanan khusus untuk penyandang cacat.
3. Mengadopsi strategi disabilitas nasional dan rencana aksi
4. Melibatkan penyandang cacat.
5. Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia.
6. Menyediakan dana yang memadai dan meningkatkan keterjangkauan
7. Meningkatkan kesadaran dan pemahaman publik
8. Meningkatkan pengumpulan data kecacatan
9. Memperkuat dan mendukung penelitian tentang disabilitas (WHO & Bank Dunia, 2011).
(Allender, 2014) (Community & Public Health Nursing)
2.7 Empat tujuan menyeluruh untuk orang sehat 2020 adalah sebagai berikut:
1. Mempertahankan kualitas tinggi, hidup lebih lama bebas dari penyakit yang dapat
dicegah, cacat, cedera, dan kematian dini
2. Menerima keadilan kesehatan, menghilangkan kesenjangan, dan meningkatkan kesehatan
dari semua kelompok
3. Membuat lingkungan sosial dan fisik yang mempromosikan kesehatan yang baik untuk
semua
4. Mempromosikan kualitas hidup, perkembangan yang sehat, dan perilaku sehat di semua
umur (USDHHS, ODPHP, 2012a).(Allender, 2014) (Community & Public Health
Nursing)
Kesehatan para penyandang cacat dipengaruhi oleh banyak faktor sosial dan fisik. Dengan
menggunakan ICF dan prinsip-prinsip aksi WHO untuk bertindak dalam mengatasi
faktorfaktor penentu kesehatan, orang-orang sehat mengidentifikasi tiga area untuk tindakan
kesehatan masyarakat untuk tahun 2020:

1. Meningkatkan kondisi kehidupan sehari-hari dengan:


a. Mendorong masyarakat untuk dapat diakses sehingga semua dapat hidup, bergerak,
dan berinteraksi dengan lingkungan mereka
b. Meningkatkan kehidupan masyarakat
c. Menghilangkan hambatan di lingkungan menggunakan konsep desain universal fisik
dan perubahan kebijakan operasional
2. Mengatasi distribusi sumber daya yang tidak merata di antara para penyandang cacat dan
mereka yang tidak cacat dengan meningkatkan:
a. Perawatan kesehatan yang sesuai untuk penyandang cacat
b. Peluang pendidikan dan pekerjaan

3. Perluas basis pengetahuan dan tingkatkan kesadaran tentang faktor-faktor penentu


kesehatan bagi para penyandang cacat dengan meningkatkan:
a. Pasukan penyandang disabilitas dalam upaya pengumpulan data kesehatan masyarakat
sepanjang umur
b. Pasukan penyandang cacat dalam kegiatan promosi kesehatan
c. Perluas peluang disabilitas dan pelatihan kesehatan untuk profesional kesehatan
masyarakat dan perawatan kesehatan (USDHHS, ODPHP, 2012c).Partisipasi sosial
d. Akses Ke teknologi yang dibutuhkan dan dukungan bantuan (Allender, 2014)
(Community & Public Health Nursing

2.8 Promosi Kesehatan Dan Pencegahan Kebutuhan ILL Yang Cacat Dan Kronis
1. Kesalahpahaman Menghambat Peningkatan
Salah satu aspek yang paling berpengaruh dari orang sehat 2010 adalah bahwa hal itu
mendorong perubahan dalam pemikiran dalam komunitas perawatan kesehatan tentang
promosi kesehatan dan kebutuhan pencegahan penyakit dari para penyandang cacat.
Pergeseran ini sangat penting untuk memperbaiki kurangnya promosi kesehatan dan
kegiatan pencegahan penyakit untuk populasi ini yang telah menyebabkan peningkatan
jumlah dan luasnya kondisi sekunder, yang didefinisikan sebagai masalah medis, sosial,
emosional, mental, keluarga, atau masyarakat. Bahwa seseorang dengan kondisi cacat
kemungkinan mengalami '' (USDHHS, 2000, hal.6-25)
Promosi kesehatan yang digunakan pada orang sehat 2010: "upaya untuk menciptakan
gaya hidup sehat dan lingkungan yang sehat untuk mencegah kondisi medis dan sekunder
lainnya, seperti mengajar orang bagaimana mengatasi kebutuhan perawatan kesehatan
mereka dan meningkatkan peluang untuk berpartisipasi dalam kegiatan kehidupan biasa"
(USDHHS, 2000, hal.6-25). Orang sehat 2020 tidak memisahkan "promosi kesehatan"
karena komite perencanaannya menemukan bahwa seluruh dokumen terkait dengan
promosi kesehatan; untuk mendefinisikan promosi kesehatan dalam dokumen mungkin
membatasi maknanya, ketika komite percaya bahwa promosi kesehatan harus dilihat
secara luas (USDHHS, ODPHP, 2009). (Allender, 2014) (Community & Public Health
Nursing)

2.9 Peluang yang Terlewatkan Oleh Penyedia Perawatan Kesehatan atau Peluang
yang Terlewatkan Untuk Memengaruhi Kualitas Hidup
Kita semua, baik yang sehat, cacat, atau sakit kronis, membutuhkan elemen-elemen dasar
untuk menjaga kesehatan, termasuk udara dan air bersih, tempat yang aman untuk hidup,
sinar matahari, olahraga, makanan bergizi, sosialisasi, dan kesempatan untuk berhasil
dalam pengejaran kehidupan. . Seperti terbukti dengan sendirinya seperti elemen-elemen
yang mempromosikan kesehatan ini, bagi jutaan orang yang berurusan dengan disabilitas,
penyakit kronis, atau keduanya, kebutuhan dasar semacam itu mungkin terlalu sering
mengambil tempat kedua dari masalah lain. Sama-sama bermasalah bahwa promosi
kesehatan dan tindakan pencegahan penyakit, seringkali tidak ada atau kurang.
Fokus sistem penyediaan layanan kesehatan semakin sedikit yang mengarah pada upaya
pencegahan sekunder dan tersier, dan penekanan terbatas ditempatkan pada promosi
kesehatan dan kebutuhan pencegahan primer untuk populasi. Meskipun ini menjadi
perhatian bagi semua penyandang cacat dan penyakit kronis karena mereka lebih
cenderung mengabaikan kebutuhan ini. Seperti yang ditunjukkan gambar 26-2, seluruh
area masalah dapat diatasi dengan orang yang pada dasarnya sehat tetapi tidak dengan
orang yang cacat atau sakit kronis. Beberapa bidang pencegahan sekunder dan tersier yang
unik bagi para penyandang cacat atau penyakit kronis mungkin sepenuhnya diabaikan.
Tidak diterimanya pendidikan yang mempromosikan kesehatan atau pencegahan ini, atau
tindakan-tindakan yang penting bagi kesehatan dan kesejahteraan mereka yang cacat atau
penyakit kronis, menjadi perhatian serius. Misalnya, masalah-masalah seperti seksualitas
sering tidak dieksplorasi dengan orang cacat atau sakit kronis.
Pandangan miring tentang gaya hidup, perilaku, dan kebutuhan orang-orang cacat sebagai
"berbeda" dari orang-orang yang "dibebani" adalah contoh yang jelas dari kurangnya
pemahaman oleh para profesional kesehatan dan masyarakat yang sama dan mengarah
langsung ke kesenjangan kesehatan antara yang mampu. tubuh dan populasi cacat.ada
kemungkinan bahwa kecacatan atau penyakit kronis berfungsi sebagai alasan penyajian
pertemuan individu dengan komunitas perawatan kesehatan, termasuk perawat kesehatan
masyarakat. sebagai akibatnya, kecacatan atau penyakit sering mendorong pemilihan upaya
pencegahan, dengan mengesampingkan kemungkinan masalah kesehatan lain yang sama
pentingnya. misalnya, untuk individu dengan diagnosis primer diabetes tipe 2, upaya
pencegahan sekunder sering berpusat pada penyakit itu (mis., skrining untuk retinopati
diabetik). kebutuhan untuk merujuk klien untuk tes pap atau mammogram dasar mungkin
diabaikan. juga rencana perawatan saya termasuk konsultasi dengan seorang diktit tetapi
gagal untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk kegiatan waktu luang, aktivitas fisik yang
teratur, diet yang bervariasi dan menarik, udara segar dan sinar matahari, dan sosialisasi -
yang semuanya dapat membantu mencegah perkembangan depresi, akibat umum dari
penyakit kronis. Sebuah studi oleh Wei, findley, dan sambamoorthi (2006) memaparkan
risiko kehilangan peluang untuk layanan pencegahan klinis di kalangan wanita. dari 3.183
orang yang dijadikan sampel dalam penelitian ini, 23% dinonaktifkan. Ketika
dibandingkan dengan peserta penelitian lain, perempuan cacat cenderung kurang menerima
skrining kanker (mammogram dan Pap smear) dalam interval yang direkomendasikan.
Menariknya, kelompok ini lebih mungkin menerima vaksinasi influenza, skrining
kolesterol, dan skrining kolorektal seperti yang direkomendasikan. para peneliti
menemukan bahwa, secara keseluruhan memiliki sumber perawatan dan asuransi
kesehatan yang biasa adalah prediksi penerimaan layanan pencegahan. mereka
menekankan perlunya meningkatkan perawatan kesehatan wanita dengan mengidentifikasi
mereka yang paling berisiko dan upaya penargetan untuk mengurangi kesenjangan.
Fitzmaurice, kanarek, dan fitzgerald (2011) mengidentifikasi perilaku faktor risiko gaya
hidup spesifik pada orang dewasa usia kerja dengan disabilitas. Menggunakan data dari
sistem risiko faktor perilaku survaillance (BRFSS) tahun 2003, para autor mengeksplorasi
status merokok, berat badan, diet, penggunaan alkohol, aktivitas fisik, dan vaksinasi
influenza dan pneumokokus di antara sekitar 200.000 orang dewasa yang tinggal di usia
kerja. Temuan mereka menunjukkan bahwa orang dewasa penyandang cacat dengan
keterbatasan aktivitas dan penggunaan alat bantu mungkin berisiko lebih tinggi untuk
perilaku gaya hidup yang buruk terkait dengan berat badan dan aktivitas fisik, tetapi
memiliki penggunaan alkohol yang lebih rendah dan peningkatan tingkat vaksinasi
dibandingkan dengan responden yang tidak cacat.

Dengan tantangan yang dihadapi oleh para penyandang cacat untuk mempertahankan
pekerjaan, kebutuhan untuk memasukkan skrining untuk risiko perilaku gaya hidup dalam
semua kunjungan perawatan kesehatan rutin dipandang sebagai hal yang vital.
Kedua studi menunjukkan perlunya perhatian berkelanjutan terhadap kebutuhan promosi
kesehatan individu yang rentan ini dan untuk mengambil setiap kesempatan untuk
mengatasi kebutuhan tersebut.

2.10 Kesenjangan dan Diskriminasi Perawatan Kesehatan


Ini adalah kekhawatiran yang semakin meningkat bagi mereka yang cacat, dan kepada
keluarga dan advokat mereka, bahwa jenis dan kualitas layanan terkait kesehatan, rujukan,
dan perawatan yang mereka terima mungkin tidak sesuai dengan keadaan mereka. Hal ini
mengakibatkan peningkatan penyakit dan kecacatan dan berpotensi menurunkan kualitas
atau lamanya hidup. Salah satu contoh nyata dari kesenjangan ini melibatkan sampel
nasional penerima medicaid wanita berpenghasilan rendah.
2.11 Keluarga dengan cacat atau kronis sakit anggota
1. Peran Keluarga dalam Advokasi
Keluarga yang mencakup anggota dengan penyakit kronis atau cacat menghadapi banyak
tantangan. Mereka diwajibkan untuk menavigasi sistem perawatan kesehatan yang
mereka mungkin tahu sedikit tentang dan yang mereka sering merasa bertentangan.
Mereka melayani sebagai pendukung untuk anggota keluarga mereka yang membutuhkan
(apakah anak, pasangan, atau orang tua) dan dapat menjadi lelah atau frustrasi dengan
upaya mereka, terutama jika mereka telah kurang berhasil dalam mencapai tujuan
mereka. Banyak dipaksa untuk meminta atau menuntut bantuan dari lembaga perawatan
kesehatan, pelayanan sosial, atau sumber transportasi untuk mencapai tingkat perawatan
yang dibutuhkan oleh anggota keluarga. Banyak diminta untuk membuka rumah mereka
untuk orang lain (misalnya, masyarakat / perawat kesehatan masyarakat, pekerja sosial)
untuk mengakses layanan. Keluarga mungkin memiliki sedikit pengertian layanan apa
yang mereka berhak karena hambatan bahasa, kebijakan agensi yang sulit, atau
pemberian layanan yang terputus-putus.

Perawat kesehatan masyarakat biasanya tidak perawatan kesehatan profesional pertama


bahwa keluarga pertemuan. Mereka mungkin sudah telah melalui perjuangan panjang
untuk menerima bantuan. Dalam keadaan ini, perawat sering dihadapkan oleh keluarga
frustrasi bahwa tidak percaya lagi “profesional.” Perawat harus lagi kepercayaan dan
keyakinan dari keluarga dengan mempraktikkan konsistensi, berikut melalui dengan
tindakan yang dijanjikan, dan selalu jujur. Tidak semua masalah yang wajah-wajah
keluarga dapat diperbaiki dan bahkan untuk masalah yang memiliki solusi, waktu dan
usaha mungkin diperlukan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan.

2. Dampak pada Keluarga


Memiliki anggota keluarga yang sakit kronis sering berarti bahwa individu yang bekerja
harus mengambil cuti dari pekerjaan. Meskipun beberapa perlindungan hukum yang
disediakan di bawah keluarga dan cuti medis tindakan 1993, tindakan tidak berlaku
dalam segala situasi. Lebih penting lagi, memungkinkan hanya untuk waktu; itu tidak
mandat pembayaran selama periode tersebut.
Anggota keluarga mungkin harus memilih antara mengambil waktu yang belum dibayar
dan terus bekerja ketika berhadapan dengan kebutuhan anggota keluarga sebaik mungkin.
Beberapa orang memilih untuk bekerja paruh waktu atau tidak bekerja sama sekali,
sehingga mereka dapat merawat anggota keluarga. Pada saat banyak keluarga memiliki
dua penerima untuk membantu memenuhi komitmen keuangan, keluarga ini mungkin
harus mengandalkan hanya satu penghasilan. Keterbatasan pendapatan sangat sulit ketika
kita menganggap segudang kebutuhan penyandang cacat dan sakit kronis,
Keluarga individu dengan cacat atau penyakit kronis berada pada peningkatan risiko
untuk sejumlah konsekuensi negatif. Meskipun keluarga bervariasi dalam tingkat risiko
atau gangguan, perawat kesehatan masyarakat harus mengakui dampak potensial dari
kebutuhan anggota tergantung pada seluruh keluarga. Keluarga mungkin menderita
kesulitan keuangan, kesehatan fisik atau mental yang buruk, dan berbagai tantangan
lainnya. Mereka sering tidak siap untuk menangani sistem yang rumit yang harus diakses
untuk mendapatkan perawatan yang dibutuhkan.

Perawat kesehatan masyarakat berada dalam posisi yang optimal untuk menafsirkan
sistem-sistem dengan keluarga dan melakukan advokasi untuk membutuhkan perawatan,
layanan, dan peralatan. Perawat harus melihat keluarga secara holistik, mengenali
kebutuhan tambahan yang mungkin berkembang sebagai akibat dari situasi saat ini
mereka hadapi.

2.12 Organisasi yang melayani kebutuhan orang cacat dan sakit kronis
1. Pemerintah
NCD adalah, agen federal independen kecil bertugas membuat rekomendasi kepada
presiden, kongres dan lembaga federal lainnya tentang masalah yang dihadapi Amerika
dengan cacat. Staf NCD dipimpin oleh 15 appointess Presiden, yang semuanya
dikonfirmasi oleh senat AS. Pada tahun 1986, NCD direkomendasikan bahwa Kongres
memberlakukan hukum hak-hak sipil bagi penyandang cacat dan memberikan rancangan
undang-undang awal, yang menyebabkan ADA pada tahun 1990. NCD saat ini
memenuhi peran penasehat mengenai kebijakan kecacatan, program, prosedur dan
praktek-praktek yang meningkatkan sama kesempatan oleh “(1) Mengadakan pemangku
kepentingan untuk memperoleh masukan yang tepat waktu dan relevan untuk
rekomendasi dan langkahlangkah tindakan; (2) Mengumpulkan dan menganalisis data
dan informasi lainnya; (3) Melibatkan dan mempengaruhi perdebatan saat ini dan agenda;
(4) mengidentifikasi dan merumuskan solusi untuk muncul dan lama tantangan; dan (5)
menyediakan alat-alat untuk memfasilitasi pelaksanaan afektif.
2. Pribadi
Banyak organisasi swasta lokal, nasional, dan internasional berbagai cacat dan penyakit
kronis.Asosiasi Nasional Of The Deaf (NAD), yang berkantor pusat di Washington, DC,
adalah organisasi nirlaba swasta yang didirikan pada tahun 1880. Sebagai organisasi AS
tertua yang melayani komunitas tuna rungu, misinya adalah untuk “melestarikan,
melindungi dan mempromosikan sipil, manusia dan hak-hak linguistik dari semua orang
Amerika”(NAD, 2012).

Organisasi Nasional untuk Penyandang Cacat (NOD), hadquartered di Washington, DC,


bekerja pada pernyataan misi “untuk memperluas partisipasi dan kontribusi Amerika 54
juta laki-laki, wanita, dan anak-anak cacat di semua aspek kehidupan” (NOD, 2012) . The
NOD situs Web menghubungkan pengunjung ke beragam sumber di keterlibatan
masyarakat, topik ekonomi / lapangan kerja dan masalah akses.
(NOD, 2010), penerus NOD sebelumnya NOD/Harris Survey of Americans with
Disabilities, dimulai pada tahun 1986 (NOD, 2004). Survei ini berusaha untuk
menggambarkan kesenjangan antara orang-orang dengan dan tanpa cacat dalam hal
pekerjaan, pendapatan, pendidikan, perawatan kesehatan, akses transportasi, penghibur
atau keluar, bersosialisasi, menghadiri layanan keagamaan, politik pendaftaran partisipasi
/ pemilih, kepuasan hidup, dan tren
The American Council of the Blind (ACB) didirikan pada tahun 1961 dan memiliki
tujuan saat ini "untuk bekerja menuju kemandirian, keamanan, kesetaraan kesempatan,
dan peningkatan kualitas hidup untuk semua orang buta dan tunanetra" (ACB, 2011),
Sebagai organisasi "orang buta" daripada "untuk orang buta", ACB diarahkan baik secara
harfiah maupun melalui prinsip-prinsip intinya oleh orang-orang tunanetra dan tunanetra
(ACB, 2011). Layanan yang dicatat oleh organisasi meliputi informasi dan rujukan,
bantuan beasiswa, pendidikan publik, dan konsultasi industri, serta pemantauan
pemerintah, konsultasi, dan advokasi
Organisasi lain yang menangani masalah yang mempengaruhi tunanetra dan tunanetra
adalah National Federation of the Blind (NFB). Didirikan pada tahun 1940, tujuannya
adalah "integrasi penuh orang buta ke dalam masyarakat berdasarkan kesetaraan. Tujuan
ini melibatkan penghapusan diskriminasi hukum, ekonomi, dan sosial pendidikan
masyarakat ke konsep-konsep baru tentang kebutaan; dan pencapaian oleh semua orang
buta dari hak untuk berolahraga secara maksimal bakat dan kapasitas individu mereka
"(NFB, 2012)

3. Desain Universal
"Desain universal adalah desain produk dan lingkungan yang dapat digunakan oleh
semua orang, sejauh mungkin, tanpa perlu adaptasi atau desain khusus" (Mace, n.d.).
Istilah "Desain Universal" telah dikaitkan dengan Ron Mace, pendiri Pusat Desain
Universal (North Carolina State University). Mace, yang menderita polio saat kecil,
meninggal mendadak pada 1998, meninggalkan warisan advokasi yang panjang atas
nama aksesibilitas dalam desain (Center for Universal Design, 2010)

Masalah aksesibilitas bukanlah hal baru. ADA (dibahas sebelumnya) membahas


masalahmasalah akses dalam pekerjaan, pembangunan pemerintahan, dan akomodasi
publik. Pedoman Aksesibilitas Perumahan (USDHUD, 2012) mulai berlaku pada tahun
1991, memberikan desain dan konstruksi tempat tinggal multi-keluarga (empat atau lebih
unit) sesuai dengan persyaratan aksesibilitas. Ketentuan spesifik meliputi:
a. Bagian umum dari penggunaan umum dan penggunaan umum siap diakses dan dapat
digunakan oleh orang-orang cacat
b. Semua pintu di dalam tempat tinggal yang dirancang untuk memungkinkan jalan
masuk ke dan di dalam bangunan cukup lebar untuk memungkinkan jalan oleh orang-
orang di kursi roda.
c. Semua bangunan di dalam hunian tersebut mengandung fitur desain adaptif berikut:
1) Rute yang dapat diakses ke dan melalui hunian
2) sakelar lampu, outlet listrik, termostat, dan kontrol lingkungan lainnya di lokasi
yang dapat diakses
3) Bala bantuan di dinding kamar mandi untuk memungkinkan instalasi nanti ambil
bar
4) Dapur dan kamar mandi yang dapat digunakan sedemikian rupa sehingga individu
yang menggunakan kursi roda dapat bermanuver tentang ruang (USDHUD, 2012)

2.13 Organisasi yang melayani kebutuhan orang cacat dan sakit kronis di Indonesia
1. Yayasan jantung indonesia (YJI)

Yayasan Jantung Indonesia (Inggris: Indonesian Heart Foundation) adalah lembaga


nirlaba yang fokus kepada peningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan
pentingnya upaya pencegahan Penyakit Jantung dan Pembuluh darah melalui
pemasyarakatan Panca Usaha Jantung Sehat. Sejarah Yayasan membawa kita kembali ke
tahun 1974 ketika anak perempuan berusia 10 tahun yang bernama Dewi Sartika
menjalani operasi jantung untuk menyelamatkan nyawannya yang sepenuhnya dibiayai
dari sumbangan masyarakat. Dari peristiwa itulah Yayasan Jantung Indonesia Dewi
Sartika didirikan pada 4 Oktober 1974 dengan tujuan utama membantu operasi Jantung
dari keluarga tidak mampu. Pada tahun 1978 Yayasan Jantung Indonesia Dewi Sartika
masuk sebagai anggota Federasi Jantung Sedunia, dan dengan semakin aktifnya Yayasan
di tingkat Nasional maka pada 9 November 1981 Yayasan Jantung Indonesia Dewi
Sartika berubah menjadi Yayasan Jantung Indonesia.
2. Yayasan hipertensi paru indonesia

Yayasan Hipertensi Paru Indonesia diawali oleh beberapa pasien Hipertensi


Paru/Pulmonal yang bertemu di group Facebook yang kemudian dilanjutkan dengan
pertemuan fisik pertama tgl 23 Maret 2012 di Cilandak Town Square, Jakarta.Hipertensi
Paru masih sangat langka di Indonesia, minimal 25.000 pasien belum terdiagnosa karena
tingkat awareness yang masih rendah di masyarakat maupun kalangan medis.Selain itu
biaya pengobatan yang mahal dan tidak terjangkau juga menjadi kendali utama pasien
dan keluarga, padahal Hipertensi Paru sangat fatal apabila tidak diobati dengan baik.

Dengan berbagai latar belakang untuk memudahkan kegiatan advokasi dsb diatas, kami
pada akhirnya memutuskan komunitas ini untuk sebaiknya berbadan hukum resmi dengan
mendirikan Yayasan Hipertensi Paru Indonesia yang telah disahkan oleh kemenhukam
pada tanggal 24 Desember 2014.

3. Yayasan kanker indonesia

Yayasan Kanker Indonesia (YKI) adalah organisasi nirlaba yang bersifat sosial dan
kemanusiaan di bidang kesehatan, khususnya dalam upaya penanggulangan kanker dan
memiliki jaringan kerja di seluruh provinsi di Indonesia. Tujuannya adalah bersama
Pemerintah dan masyarakat membangun manusia Indonesia seutuhnya dan mengujudkan
derajat kesehatan rakyat yang optimal dalam “Menuju Indonesia Sehat”. Khususnya
mengupayakan penanggulangan kanker dengan menyelenggarakan kegiatan di bidang
promotif, preventif dan suportif.

Berdasarkan kepedulian dan keprihatinan terhadap semakin bayaknya penerita kanker,


rendahnya pengetahuan masyarakat dan penyakit ini serta tingginya angka kematian
penderita akibat datang pada stadium lanjut, mendorong para tokoh masyarakat termasuk
DR. Moh. Hatta dan Prof.DR.G.A Siwabessy, serta 15 orang pemerhati kesehatan lainnya
untuk mendirikan Yayasan kanker Indonesia pada tanggal 17 April 1977. YKI untuk
pertama kalinya dipimpin oleh Prof. Dr. Soedarto Pringgoutomo, SpPA, yang kemudian
sejak 1978 diketuai oleh ibu K. Umar Wirahadkusumah selama 28 tahun. Pada masa
kepemimpinan beliau diletakkan dasar-dasar organisasi dengan dukungan sarana dan
prasarana serta dikembangkan pula program kerja.

4. Yayasan peduli diabetes

Diluncurkan pada awal 2017, PeduliDiabetes.com mempunyai misi untuk menjadi


sumber informasi terbaik seputar Diabetes dan kesehatan yang didukung oleh sederet
kontributor yang ahli dibidangnya seperti team dokter, peneliti dan dosen ahli termasuk
sang Founder Albert Lutano, yang dikenal sebagai pemerhati di bidang Diabetes selama
beberapa tahun terakhir. PeduliDiabetes.com mempunyai misi untuk menjadi sumber
informasi terbaik seputar diabetes baik cara pencegahan, pengobatan dan membantu para
diabetasi untuk bisa menjalani hidup secara normal.

5. Yayasan ginjal indonesia

Yayasan Ginjal Indonesia didirikan pada 21 oktober 2016. Yayasan ini diisiasi oleh
sekumpulan orang tua pasien anak yang mengalami gagal ginjal dan menjalani
hemodialisis di RSCM. Problem tersebut kemudian perlahan-lahan coba diminimalisasi
dengan bantuan dari Yayasan Ginjal Indonesia.

6. Yayasan Difabel Mandiri Indonesia (YDMI)


Yayasan difabel mandiri indonesia didirikan tahun 2015 ada atas sadar para Penyandang
Disabilitas untuk berbagi dan berkarya dalam kemandirian

2.1. Peran komunitas/perawatan kesehatan masyarakat


Peran perawat kesehatan masyarakat sehubungan dengan kecacatan dan penyakit kronis
membutuhkan praktik yang luas dan holistik. kompleksitas masalah di sekitar kondisi ini
membutuhkan kreativitas, keuletan, kejujuran, dan yang terpenting, pengetahuan. Perawat
kesehatan masyarakat yang diberi tahu tentang masalah-masalah yang mempengaruhi
orang cacat dan sakit kronis di tingkat lokal, negara bagian dan nasional dipersiapkan
untuk menawarkan bantuan kepada klien mereka dan kepada komunitas mereka.
Pengetahuan tentang hak-hak sipil untuk individu-individu ini sangat penting dalam
melayani sebagai advokat

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Asuhan Keperawatan Komunitas dan Kasus
1. Kasus
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi Jawa
Barat, terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami penyakit
kronik yaitu Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia. 260 orang(65%) penduduk
berjenis kelamin perempuan dan 140 orang (35%) penduduk berjenis kelamin laki-laki.
60 orang (15%) penduduk merupakan penderita penyakit kronik yaitu Hipertensi tipe
primer (dikarenakan pola hidup), dan 40 orang (10%) menderita penyakit Hipertensi tipe
sekunder (dikarenakan mempunyai riwayat hipertensi sehingga menjadi komplikasi
penyakit). 60 orang (15%) penduduk yang menderita penyakit Hipertensi Primer
mengaku sangat jarang melakukan pemeriksaan tekanan darah ke pelayanan kesehatan
dikarenakan malas memeriksakan tekanan darah ke pelayanan kesehatan. 40 orang
(10%) penduduk yang menderita Hipertensi sekunder mengaku sangat jarang melakukan
aktivitas fisik dan pola konsumsi garam yang tinggi. 300 orang (75%) masyarakat
mengatakan memiliki pengetahuan yang kurang tentang penyakit Hipertensi. 60 orang
(15%) penduduk beresiko terkena hipertensi karena obesitas dan 40 orang (10%)
penduduk merupakan perokok aktif. Masyarakat di Perumahan Pelita II memiliki pola
aktivitas fisik yang kurang seperti bergotong royong dan kurangnya keikutsertaan
masyarakat dalam kegiatan senam pagi setiap hari minggu.Hanya sekitar 300 orang
(75%) masyarakat yang malas memeriksa tekanan darah ke pelayanan kesehatan dan juga
kurangnya pola aktivitas fisik. Ada sekitar 40 orang (10%) yang rutin memeriksa tekanan
darah ke pelayanan kesehatan dan sekitar 60 orang (15%) tidak rutin mengkonsumsi obat
Hipertensi.

1. Core Inti Komunitas Meliputi :


a) Riwayat kesehatan yang ada
1) Bagaimana terjadinya resiko penyakit : Tingkat obesitas yang tinggi, merokok,
malas berolahraga dan pola konsumsi makanan tinggi garam.
2) Jenis penyakit yang sering ada : Hipertensi, Stroke.
3) Mengenai siapa aja : usia dewasa dan lansia.
4) Berapa lama : > 6 bulan
5) Didaerah mana : Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos,
Kota Depok, Provinsi Jawa Barat.
6) Bagaimana upaya masyarakat : Memeriksa tekanan darah ke pelayanan
kesehatan.
7) Bagaimana program yang ada : Mengadakan program Posbindu PTM dengan
melakukan pemeriksaan rutin setiap sebulan sekali di perumahan pelita II b)
Kultur
1) Bagaimana perkembangan masyarakat itu sendiri : masyarakat masih malas
untuk mengikuti pemeriksaan rutin ke pelayanan kesehatan.
2) Bagaimana nilai/keyakinan masyarakat : hipertensi merupakan penyakit yang
wajar diderita oleh usia dewasa sampai usia lanjut.
3) Tradisi : pergi ke pelayanan kesehatan hanya saat sakit.
d) Support
1) Dukungan dari profesi : Mengadakan posbindu PTM
2) Dukungan dari masyarakat : Pembentuan kader posbindu PTM
3) Bagaimana bentuk dukungan yang ada : Mengadakan pemeriksaan setiap
sebulan sekali
e) Statistik
1) Distribusi usia :
(a) Dewasa awal 26-35 tahun : 60 orang (15%)
(b) Dewasa akhir 36-45 tahun : 160 orang (40%)
(c) Lansia awal 45-55 tahun : 80 orang (20%)
(d) Lansia akhir 56-65 tahun : 60 orang (15%)
(e) Manula >65 : 40 orang (10%)
2) Jenis kelamin
(a) Laki-laki : 140 orang (35%)
(b) Perempuan :260 0rang (65%) 3) Tingkat
pendidikan
(a) SD : 200 orang (50%)
(b) SMP : 160 orang (40%)
(c) SMA/SMK : 40 orang (10%)
(d) Penghasilan : Rp.1.500.000,-
(e) Pekerjaan
(1) Wiraswasta : 100 orang (25%)
(2) Buruh : 100 orang (25%)
(3) Pegawai negeri : 200 orang (50%)
(f) Suku
(1) Jawa : 260 orang (65%)
(2) Sunda : 100 orang (25%)
(3) Sumatera : 40 orang (10%)
(g) Mortalitas : 40 orang ( 10%)
(h) Morbiditas : 60 orang (15%)
2. Data Sub Sistem 1. Data Lingkungan Fisik
Di Perumahan Pelita II daerah Sukatani,Kecamatan Tapos, Kota Depok, Provinsi
Jawa Barat, terdapat warga sekitar 1500 jumlah penduduk, 400 orang mengalami
penyakit kronik yaitu Hipertensi diantaranya dewasa dan lansia. a) Lingkungan
fisik
(1) Bagaimana bentuk rumah
Tipe A/permanen :
95
%
Tipe B/semipermanen :
5%
(2) Kondisi rumah :
Layak huni :
80%
Tidak layak huni :
20%
(3) Halaman rumah
Memiliki halaman rumah : 15 %
Tidak memiliki halaman rumah : 85 %
(4) Pembuangan sampah : Tersedia pembuangan sampah
(5) Mandi cuci kakus(MCK) : Tidak terdapat MCK di lingkungan masyarakat
(6) Batas wilayah :Kelurahan Sukatani merupakan salah satu kelurahan yang
berada pada wilayah Kecamatan Tapos Kota Depok dengan luas wilayah +/-
508 Ha, dengan batas wilayah :

a) Sebelah Utara : Kelurahan Harjamukti Kecamatan Cimanggis Depok


b) Sebelah Timur : Desa Cimatis Kab. Bekasi dan Kelurahan Tapos
Kecamatan Tapos Depok
c) Sebelah Selatan : Kelurahan Sukamaju Baru Kecamatan Tapos Depok
d) Sebelah Barat : Kelurahan Curug Kecamatan Cimanggis Depok

(7) Bagaimana lingkungan sekitar


Tersedia saluran pembuangan air : 70%
Tidak tersedia saluran pembuangan air : 30 %
(8) Kondisi lingkungan sekitar : Bersih dan gersang karena kurangnya
tumbuhtumbuhan

(9) Geografis :

(10) Kepadatan penduduk : Padat penduduk


(11) Luas daerah :luas wilayah +/- 508 Ha
(12) Bagaimana kualitas udara : Bersih , bebas polusi
(13) Kualitas tumbuh-tumbuhan : Tumbuhannya tidak terawat
(14) Apa binatang peliharaan : Ayam , kucing , burung ,
kelinci
(15) Kondisi air : Bersih , tidak berbau
(16) Keindahan alam :
Rumah memiliki tanaman : 40 %
Rumah tidak memiliki tanaman : 60%

2. Pelayanan kesehatan dan social


(1) Pusat pelayanan umum : Puskesmas
(2) Jenisnya : Pelayanan kesehatan tipe 1
(3) Bagaimana karakteristik pemakainya : Masyarakat menengah
(4) Statistik : Statistik penderita hipertensi di perumahan pelita II 37,5 %

(5) Adekuat atau tidak


Masyarakat yang mengunjungi pelayanan : 40%
Masyarakat yang tidak mengunjungi pelayanan : 60%
(6) Dapat dicapai : Lokasi puskesmas dekat dengan lingkungan masyarakat
(7) Diterima : Pelayanan puskesmas dapat diterima oleh masyarakat
(8) Tingkat kepercayaan pengguna jasa : Kurangnya kepercayaan masyarakat

3. Ekonomi
a) Tingkat perekonomian
Menengah kebawah : 15 %
Menengah keatas : 85%
b) Sejauh mana mempengaruhi kesehatan
Yang mempengaruhi kesehatan : 60%
Tidak mempengaruhi kesehatan : 40%
c) Jumlah pengangguran : 25%
d) Persentasi masyarakat yang hidup di bawah garis kemiskinan : 15%
e) Pendapatan perbulan : Rp.1.500.000,-
f) Terdapat industri : Tidak terdapat industri
g) Pertokoan : Ada pertokoan
h) Lapangan kerja : Terdapat lapangan pekerjaan
i) Tempat warga belanja
Pasar tradisional : 70%
Pasar swalayan : 30%

4. Keamanan dan Transfortasi


a) Keadaan dan keamanan : Terdapat satpam
b) Pelayanan keamanan : kegiatan ronda malam
c) Tingkat kriminalitas : Kadang terdapat terjadinya pencurian

d) Jenis transportasi
Mobil : 20%
Motor : 80%
e) Situasi jalan : Beraspal
f) Dekat dengan pelayanan kesehatan : 500m ke pelayanan kesehatan

5. Politik dan Pemerintahan


a) Struktur organisasi di masyarakat : Terdapat PKK,karang taruna,kader.
b) Kondisi organisasi : Aktif
c) Formal atau non formal : Non formal
d) Jenis keyakinan atau nilai
Fanatik terhadap kelompok politik tertentu : 60%
Tidak fanatik terhadap kelompok politik tertentu : 40%
e) Peran serta partai politik dalam pelayanan kesehatan : Tidak terdapat peran
politik dalam pelayanan kesehatan
f) Distribusi power di masyarakat : terdapat perkumpulan pendukung partai politik
tertentu
g) Toma : Ada
h) Toga : Ada
i) Tempat berkumpul : Ada

6. Komunikasi
a) Masyarakat memperoleh informasi :
Tv : 70%
Handphone : 20%
Radio : 10%
b) Papan informasi : Terdapat papan dibalai RW
c) Jenis perkumpulan atau pertemuan : Terdapat rapat pertemuan kader dan karang
taruna
d) Alat komunikasi : Handphone dan HT

7. Pendidikan
a) Persentasi yang sekolah
Yang sekolah : 60%
Yang tidak sekolah : 40%
b) Pendidikan yang tersedia di masyarakat : Terdapat SD,SMP,SMA dilingkungan
masyarakat
c) Memerlukan pengetahuan khusus : Terdapat
d) Sarana pendidikan khusus : Tersedia
e) Pengguna : Terdapat masyarakat yang memerlukan pendidikan khusus
f) Karakteristik: ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder)

8. Rekreasi
a) Persepsi : mengurangi stres dari pekerjaan sehari-hari
b) Tempat yang sering di gunakan : Terdapat taman
c) Fasilitas rekreasi yang ada : Taman
d) Terjangkau dengan komunitas : Terjangkau
e) Tempat anak bermain :Terdapat taman kanak-kanak
3. Persepsi a) Warga masyarakat
1) Perasaan warga terhadap masyarakat : Terdapat rasa peduli terhadap masyarakat
2) Yang mereka anggap sebagai kekuatan masyarakat : saling tolong menolong 3)
Yang mereka anggap sebagai masalah masyarakat :
a. Program gerakan sehat masyarakat belum tercapai
b. Minimnya pengetahuan penyakit hipertensi
c. Kurangnya kader di wilayah tersebut
4) Ajukan pertanyaan dari berbagai kelompok yang berbeda
a. Apa yang dimaksud dengan hipertensi?
b. Berapakah tekanan darah yang normal pada seseorang?
c. Bagaimana seseorang bisa dikatakan menderita penyakit hipertensi?

5) Buat cacatan tentang siapa dan apa jawaban nya


a. Masyarakat A : yang dimaksud hipertensi itu adalah dimana tekanan darah
seseorang melebihi batas normal.
b. Masyarakat B : tekanan darah normal 120/80 mmHg.
c. Masyarakat C : tekanan darah melebihi 140/90 mmHg.

b) Persepsi perawat
1) Pernyataan umum tentang kesehatan masyarakat setempat
a. Masyarakat tidak antusias terhadap program gerakan sehat.
b. Pola konsumsi makanan tinggi garam dan malas aktivitas fisik pada
masyarakat.
c. Pelatihan kader di masyarakat belum berjalan dengan baik.
2) Apa kekuatannya
Jumlah penyakit tidak menular yang meningkat prevelensinya di masyarakat
perumahan pelita II , salah satunya adalah hipertensi 60 orang (15%)tipe primer
(dikarenakan pola hidup), dan 40 orang (10%) menderita tipe sekunder.
3) masalah yang dapat diidentifikasi penyakit tidak menular (Hipertensi).
3.2 Analisa Data
No. Data Masalah
1. DS:Dari hasil wawancara didapatkan 60
orang (15%) penduduk beresiko terkena Perilaku kesehatan cenderung beresiko
hipertensi karena obesitas dan 40 orang
(10%) penduduk merupakan perokok
aktif

DO:
1. 60 orang (15%) penduduk
merupakan penderita penyakit
kronik yaitu Hipertensi tipe primer
(dikarenakan pola hidup), dan 40
orang (10%) menderita penyakit
Hipertensi tipe sekunder
(dikarenakan mempunyai riwayat
hipertensi sehingga menjadi
komplikasi penyakit).
2. 300 orang (75%) masyarakat
mengatakan memiliki pengetahuan
yang kurang tentang penyakit
Hipertensi
2./ DS :300 orang (75%) masyarakat yang
mengatakan malas memeriksa tekanan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
darah ke pelayanan kesehatan dan juga
kurangnya pola aktivitas fisik.

DO :
1. Sekitar 60 orang (15%) tidak rutin
mengkonsumsi obat Hipertensi.
2. 300 orang (75%) masyarakat
mengatakan memiliki pengetahuan
yang kurang tentang penyakit
Hipertensi
3.3 Kriteria prioritas masalah
Dx 1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko

No. Kriteria Bobot Score Total max Pembenaran


(1-10) (1-10) 600
1. Kesadaran 10 10 100 Masyarakat sudah mengetahui masalah tentang
masyarakat akan penyakit Hipertensi yang ada di lingkunagn
masalah sekitar.

2. Motivasi 7 6 42 75% masyarakat mengatakan malas untuk


masyarakat untuk memeriksa tekanan darah ke pelayanan
menyelesaikan kesehatan.
masalah

3. Kemampuan 9 10 90 Pendidikan kesehatan yang di berikan perawat


perawat dalam untuk mengubah pola perilaku kesehatan pada
mempengaruhi masyarakat
penyelesaian
masalah

4. Ketersediaan 10 7 70 Dokter di puskesmas tersedia, tetapi kurangnya


ahli/pihak terkait keinginan masyarakat untuk datang ke
dalam penyelesaian pelayanan kesehatan
masalah

5. Beratnya 8 5 40 Tingkat penderita hipertensi yang semakin


konsekuensi jika banyak di masyarakat

masalah tidak
diselesaikan
6. Mempercepat 8 6 48 Dengan mengadakan promosi kesehatan melalui
penyelesaian posbindu PTM
masalah dengan
resolusi yang dapat
dicapai

Total Penilaian 390

Dx prioritasKetidakefektifan Manajemen Kesehatan


No. Kriteria Bobot Score Total max Pembenaran
(1-10) (1-10) 600
1. Kesadaran masyarakat 7 6 28 75% masyarakat mengatakan memiliki
akan masalah pengetahuan yang kurang tentang
Penatalaksanaan atau pengobatan
Hipertensi
2. Motivasi masyarakat 7 4 28 15% masyarakat tidak rutin mengkonsumsi
untuk menyelesaikan obat Hipertensi
masalah

3. Kemampuan perawat 6 10 60 Pendidikan kesehatan terkait pengobatan


dalam mempengaruhi tradisional bagi penderita Hipertensi.
penyelesaian masalah

4. Ketersediaan ahli/pihak 8 6 48 Tersedianya dokter di puskesmas dalam


terkait dalam memberikan pengobatan hipertensi untuk
penyelesaian masalah penderita Hipertensi

5. Beratnya konsekuensi 7 5 35 Tingkat penderita hipertensi yang semakin


jika masalah tidak banyak di masyarakat
diselesaikan

6. Mempercepat 8 5 40 Mengadakan promosi kesehatan melalui


penyelesaian posbindu PTM tentang penatalaksanaan
masalah dengan dan pengobatan untuk penderita
resolusi yang dapat Hipertensi.
dicapai
Total Penilaian 239
Total Dx 1 Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko :390

Total Dx 2 Katidakefektifan Manajemen Kesehatan :239


Dx Prioritas untuk masalah tersebut :Perilaku Kesehatan Cenderung Beresiko dengan
score 390

3.4 Rencana Tindakan


Data Pendukung Masalah Kesehatan Komunitas: Penyakit Kronik (Hipertensi)

Diagnosis
Data keperawatan NOC NIC
Kode Diagnosis Kode Hasil Kode Intervensi
DS: Dari hasil wawancara 00188 Perilaku Setelah Prevensi Primer
didapatkan 60 orang (15%) kesehatan dilakukan
cenderung
penduduk beresiko terkena berisiko tindakan 5510 Pendidikan
hipertensi karena obesitas 1632 keperawatan kesehatan tentang
dan 40 orang (10%) selama 2 perawatan hipertensi
penduduk merupakan minggu Aktivitas- aktivitas :
perokok aktif DO: perilaku
1. 60 orang (15%) penduduk kesehatan 1.Identifikasi faktor
merupakan penderita cenderung internal atau
penyakit kronik yaitu 16320 berisiko eksternal yang dapat
Hipertensi tipe primer 2 menurun mengurangi motivasi
(dikarenakan pola hidup), masyarakat untuk
dan 40 orang (10%) Prevensi memeriksa tekanan
menderita penyakit Primer darah ke pelayanan
Hipertensi tipe sekunder kesehatan.
(dikarenakan mempunyai 16320
Perilaku
riwayat hipertensi 3 Patuh :
sehingga menjadi aktivitas yang 2.Targetkan sasaran
komplikasi penyakit). Disarankan pada kelompok
2. 300 orang (75%) Indikator: berisiko tinggi
masyarakat mengatakan hipertensi dan rentang
memiliki pengetahuan Mengidentifika usia yang akan
yang kurang tentang si manfaat mendapat manfaat
penyakit Hipertensi 16321 aktivitas fisik besar dari pendidikan
1 dari 2 menjadi kesehatan.
4
3.Identifikasi
Mengidentifik karakteristik populasi
16321 asikan rentan hipertensi yang
0 hambatan mempengaruhi
untuk pemilihan strategi
melaksananka belajar.
n aktivitas
fisik dari 2 4. Identifikasi sumber
menjadi 4. daya (misalnya
tenaga,ruang,peralata
Memantau n,uang dan lain-lain)
denyut nadi yang diprlukan untuk
dari 1 menjadi melaksanakan
4 program mencegah
1837 penyakit kronik
Berpartisipasi (hipertensi).
dalam
aktivitas fisik 5.Gunakan presentasi
sehari-hari kelompok untuk
18370 yang memberikan
ditentukan dukungan dan
1 mengurangi ancaman
dari 2 menjadi bagi pembelajar yang
4. mengalami masalah
dan risiko hipertensi.
Prevensi
18370 Sekunder 6.Jelaskan faktor
2 risiko yang dapat
Manajemen mempengaruhi
diri: kesehatan
hipertensi
Indikator: 7.Ajarkan perilaku
18370 hidup bersih dan sehat
Kisaran
3
normal untuk 8.Ajarkan strategi
tekanan darah yang dapat digunakan
18370 sistolik dari 2 untuk meningkatkan
5 menjadi 4. perilaku hidup bersih
dan sehat.

01027
Kisaran Prevensi Sekunder
18337 normal untuk
09 tekanan darah Terapi
distolik dari 2 pemberhentian
menjadi 4. merokok
Aktivitas :
Target tekanan 1. jelaskan
18337 darah dari 1 manfaat berhenti
11 menjadi 4. merokok.

Komplikasi 2. jelaskan gejala


potensial
18337 fisik putus nikotin.
19
hipertensi dari 3. informasikan
2 menjadi 4. pengganti nikotin.

Penggunaan 4. informasikan
yang benar bahwa mulut kering,
dari obat yang batuk, tenggorokkan
diresepkan gatal dan sesak
1625 dari 2 menjadi merupakan gejala yang
3. mungkin terjadi
setelah berhenti
Efek samping merokok.
16250 obat dari 1
1 menjadi 3 5. Berikan
dorongan untuk
Manfaat mempertahankan gaya
modifikasi 7040 hidup bebas asap
gaya hidup rokok.
dari 1 menjadi
16250 3. Prevensi Tersier
5
Prevensi Dukungan
Tersier pengasuhan
Aktivitas :
Perilaku 1.memberikan
informasi kepada
16251 berhenti
dukungan pengasuhan
0 merokok (care giver suport)
mengenai dukungan
Indikator : pelayanan kesehatan
dan pelayanan
Mengekspresik
kesehatan komunitas
an keinginan
yang bisa diakses.
untuk berhenti
merokok dari 2
16251 menjadi 4. 2. mengajarkan
7 kepada caregiver
Mengidentifika strategi untuk dapat
si hambatan mengoptimalisasi
untuk berhenti akses pelayanan
merokok dari 2 kesehatan dan
menjadi 4. pelayanan kesehatan
komunitas.
Berpartisipasi
dalam skrining
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.
Menggunakan
terapi
pengganti
nikotin dari 1
menjadi 3.
DS:300 orang (75%) 00078 Ketidakef Prevensi Prevensi
masyarakat yang mengatakan ektifan Primer primer
malas memeriksa tekanan manajeme
darah ke pelayanan kesehatan n 1632 Perilaku 5240 Konseling
dan juga kurangnya pola kesehatan Patuh : . Aktivitas- aktivitas :
aktivitas fisik. aktivitas yang
Disarankan 1.bangun hubungan
DO:. Indikator: terapeutik yang
1. Masyarakat di Perumahan didasarkan pada
Pelita II memiliki pola 16320 Mengidentifika rasasaling percaya
aktivitas fisik yang 2 si manfaat dan saling
kurang seperti bergotong aktivitas fisik menghormati
royong dan berolahraga dari 2 menjadi
2. 300 orang (75%) 4 2. tunjukan empati,
masyarakat mengatakan kehangatan dan
memiliki pengetahuan 16320 Mengidentifik ketulusan.
yang kurang tentang 3 asikan
penyakit Hipertensi hambatan 3.tetapkan
untuk tujuantujuan
melaksananka
n aktivitas 4.berikan informasi
fisik dari 2 faktual yang tepat
menjadi 4. mengenai
hipertensi.
16321 Memantau
1 denyut nadi 5.dukung
penggantian
kebiasaan yang tidak
dari 1 menjadi diinginkan dengan
4 kebiasaan yang
1632 diinginkan
1 Berpartisipasi
0 dalam prevensi sekunder
aktivitas fisik
sehari-hari 4920 Mendengar aktif
yang . Aktivitas- aktivitas :

ditentukan 1. Buat tujuan

dari 2 menjadi interaksi

4.
2. Tunjukkan

Prevensi ketertarikan

Sekunder kepada klien

1837 Manajemen 3. Gunakan

diri: pertanyaan

hipertensi maupun

Indikator: pernyataan yang


mendorong klien
18370 Kisaran untuk
1 normal untuk mengekspresikan
tekanan darah perasaan,pikiran
sistolik dari 2 dan
menjadi 4. kekhawatiran.

4. Berespon segera
sehingga
18370 Kisaran menunjukkan
normal untuk pemahaman
2
tekanan darah
distolik dari 2 terhadap pesan
18370 menjadi 4. yang diterima
3

Target tekanan
darah dari 1 5. Klarifikasikan
18370 pesan yang
menjadi 4. diterima dengan
5
menggunakan
pertanyaan
Komplikasi
maupun
potensial memberikan
hipertensi dari umpan balik.
18337
2 menjadi 4.
09

Penggunaan
yang benar
dari obat yang

18337 diresepkan

11 dari 2 menjadi
3.

18337 Efek samping


19 obat dari 1
menjadi 3

Manfaat
modifikasi
gaya hidup
dari 1 menjadi
3.
1625
Prevensi
Tersier
Perilaku
berhenti
merokok
16250
1 Indikator :
Mengekspresik
an keinginan
untuk berhenti
merokok dari 2
16250 menjadi 4.
5
Mengidentifika
si hambatan
untuk berhenti
merokok dari 2
menjadi 4.
16251
0
Berpartisipasi
dalam skrining
untuk
membantu
masalah
kesehatan yang
etrkait dari 3
menjadi 4.
16251
7
Menggunakan
terapi
pengganti
nikotin dari 1
menjadi 3.
3. POA (Planing Of Action)
Tujuan Rencana Sasaran Waktu Tempat
Kegiatan

Setelah dilakukan kegiatan Pendidikan Dewasa 45-60 menit Balai Rw Pelita


penyuluhan mengenai kesehatan atau dan Lansia 15 april 2019 II
penyuluhan
Pendidikan kesehatan tentang jam 09.00-
tentang Hipertensi perawatan 10.00
hipertensi

Setelah dilakukan kegiatan Kegiatan Para 60 jam Balai Rw Pelita


penyuluhan mengenai menghentikan perokok 17 april 2019 II
kegiatan terapi merokok aktif Jam 10.00-
pengehentian merokok dengan sugesti 11-00
dengan sugesti diri diri
4. Implementasi dan Evaluasi

Waktu / Diagnosa Evaluasi Analisis


Tanggal Keperawata Kegiatan
n
09.00-11.00/ Perilaku Melakukan pendidikan S :Masyarakat antusias dalam
April kesehatan kesehatan tentang mengikuti pendkes yang diberikan
2019 cenderung perawatan hipertensi
beresiko a. Menjelaskanproses a. 80% warga bisa W : Fasilitas kurang memadai
penyakit menjawab apa itu masaih banyak yang belum
hipertensi bertanya

b. Menjelaskan b. 75% warga bisa O : Setelah


tentang penyebab mejawab dengan benar Di berikan pendek harapannya
Hipertensi faktor penyebab masyarakat rutin memeriksakan
hipertensi dirinya di puskesmas
c. Menjelaskan
Pengobatan c. 85% T : pada saat pendeks terjad i
Hipertesi Masyarakat kekurangan sarana media
mengatakan pahan

d. Menjelaskan tentang pengobatan

Tentang Hipertensi

Pencegahan
Hipertensi d. 70%
Masyarakat paham
tentang
pencegahan Hipertensi
5. Diagram data
1. Perbandingan Laki-laki dan Perempuan di Perumahan Pelita II

Sales

0%

Laki-Laki 140 orang


35%

perempuan 260
65%

Laki-Laki 140 orang peremuan 260


2. Perbandingan penderita hipertensi dan Penderita yang Berisiko

SALES
Penderita Hipertensi Primer 60 orang Penderita Hipertensi Sekunder 40 orang
Obesitas 60 orang Perokok aktif 40 orang

10%
15%

15%
10%

3. Faktor Penyebab Terjadinya Hipertensi

SALES
Pengetahuan yang kurang 300 orang Pola konsumsi garam yang tinggi 40 orang
Kurangnya aktifitas fisik 300 orang Tidak rutin mengkonsumsi obat 60 orang

75%

15%

10%

75%
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih dari 6 bulan
dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan sosiokultural.Kesembuhan bukan
tujuan utama dalam penanganan penyakit kronik, tujuan penanganan adalah memberikan
perawatan yang berguna untuk mengatasi gejala penyakit kronik, artinya dalam merawat klien
dengan penyakit kronik kita harus berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan
fungsi pada level yang optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. alternative, ramuan
jamu saintifik, dan obat tradisional lainnya.

4.2 Saran

Kami masih dalam tahap pembelajaran mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan silakan
pembaca memberikan kritikan pada makalah kami.
Daftar Pustaka

Allender, J. A. 2014. Community & Public Health Nursing.China:Lippincott Williams & Wilkins.

Dewi Rhosma sofia.2014.Buku Ajar Keperawatan Gerontik.Yogyakarta:DEEPUBLISH.

Buku Saku Kementrian Kesehatan RI Tahun 2016

Bulechek, M.G dkk.2013. Nursing Intervensions Classification (NIC). 6th indonesian edition. Indonesia :
Mecomedia.

Bulechek, M.G dkk.2013. Nursing Outcomes Classification (NOC). 6th indonesian edition. Indonesia : Mecomedia.

Nanda.2015.Buku Diagnosa Keperawatan dan Klasifikasi 2015-2017. Jakarta: EGC

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan Tindakan


Keperawatan.Jakarta:Dewan Pengurus Pusat PPNI

Anda mungkin juga menyukai