Anda di halaman 1dari 50

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Program Indonesia Sehat merupakan salah satu program dari agenda Nawa
Cita, yaitu meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia dan menjadi program
utama pembangunan kesehatan yang pencapaiannya direncanakan melalui rencana
strategi Kementerian Kesehatan tahun 2015-2019, yang ditetapkan melalui Keputusan
Menteri Kesehatan R.I Nomor HK.02.02/Menkes/52/2015 (Kemenkes RI, 2016).
Penerapan paradigma sehat dilakukan dengan strategi pengarus utaman kesehatan
dalam pembangunan, penguatan upaya promotif dan upaya preventif, serta
pemberdayaan masyarakat. Program jaminan kesehatan nasional (JKN) adalah suatu
program pemerintah yang bertujuan memberikan kepastian jaminan kesehatan yang
menyeluruh bagi setiap masyarakat Indonesia agar dapat hidup sehat, produktif, dan
sejahtera (UU SJSN). Program ini merupakan bagian dari sistem jaminan sosial
nasional (SJSN) yang bersifat wajib bagi seluruh penduduk melalui badan
penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kesehatan. Implementasi program JKN oleh
BPJS kesehatan dimulai sejak 1 Januari 2014 (UU SJSN, 2012).
Penderita Hipertensi Berobat Teratur juga merupakan salah satu indikator
keluarga sehat, Menurut Price (dalam Nurarif A.H., & Kusuma H. (2016), Hipertensi
adalah sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan
diastolik sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi menderita
penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti penyakit saraf, ginjal, dan
pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin besar resikonya. Menurut
American Heart Associationatau AHA dalam Kemenkes (2018), hipertensi merupakan
silent killer dimana gejalanya sangat bermacam-macam pada setiap individu dan
hampir sama dengan penyakit lain. Gejala-gejala tersebut adalah sakit kepalaatau rasa
berat ditengkuk. Vertigo, jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur,
telinga berdengingatau tinnitus dan mimisan.
Di samping itu, perilaku merokok juga masuk kedalam indikator keluarga sehat
dalam program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yaitu
indikator anggota keluarga tidak ada yang merokok. Program PIS-PK merupakan
pendekatan pelayanan kesehatan yang berkesinambungan (continuum of care)
dilakukan terhadap seluruh tahapan siklus hidup manusia (life cycle), sejak masih
dalam kandungan sampai menjadi lansia. Oleh karena itu, fokus pelayanan kesehatan
harus pada keluarga. Individu-individu harus dilihat sebagai bagian dari keluarganya.
Kesehatan keluarga diukur keberhasilannya melalui Indeks Keluarga Sehat atau IKS
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2016).
Menurut hasil RISKESDAS tahun 2018 data penyakit tidak menular seperti
hipertensi dengan prevalensi sebesar 658.201 penderita di Indonesia, sedangkan untuk
data penyakit menular seperti penyakit Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA) di
Indonesia sebesar 1.017.290 penderita di Indonesia. Di Kabupaten Madiun data
penyakit menular seperti ISPA sebesar 5% penderita, dan sedangkan untuk penyakit
tidak menular seperti hipertensi sebesar 17,02%. Dari data tersebut banyaknya kasus
penderita penyakit menular dan tidak menular masih banyak, kekurangan pengetahuan
menjadikan faktor utama, seperti pengtahuan tentang pengobatan penyakit, dampak
jangka Panjang maupun pendek dari penyakit tersebut. Kurangnya akses pelayanan
kesehatan di daerah perdesaan juga merupakan faktor Pendidikan kesehatan maupun
layana kesehatan terhambat. Solusi dari masalah tersebut yaitu dengan melakukan
tindakan berupa Pendidikan Kesehatan yaitu penyuluhan agar membangun
pemberdayaan masyarakat yang inisiatif dalam melakukan aktivitas social.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja masalah kesehatan di Desa Winong, Kecamatan Gemarang,
Kabupaten Madiun?
2. Apa saja prioritas masalah kesehatan di Desa Winong, Kecamatan
Gemarang, Kabupaten Madiun ?
3. Bagaimana alternative pemecahan masalah kesehatan di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun ?
4. Bagimana implementasi pemecahan masalah kesehatan di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun ?
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mengidentifikasi masalah kesehatan mayarakat di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui apa saja masalah kesehatan di Desa Winong, Kecamatan
Gemarang, Kabupaten Madiun
2. Menggambarkan prioritas masalah kesehatan di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
3. Menentukan alternatif pemecahan masalah kesehatan di Desa
Winong, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
4. Menentukan implementasi kesehatan di Desa Winong, Kecamatan
Gemarang, Kabupaten Madiun
1.4 Manfaat
1.4.1 Manfaat bagi Puskesmas Gemarang
1. Mengetahui masalah-masalah kesehatan di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
2. Untuk membantu menurunkan masalah yang ada di Desa Winong,
Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun

1.4.2 Manfaat bagi Desa Winong


Sebagai bahan evaluasi terhadap masalah kesehatan uang ada di Desa
Winong, Kecamatan Gemarang, Kabupaten Madiun
1.4.3 Manfaat bagi STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun
Sebagai informasi dan sumber belajar untuk meningkatkan dan
mengembangkan materi perkuliahan
BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 Konsep Penyakit Menular dan Tidak Menular


2.1.1 Pengertian Penyakit Menular
Ada beberapa pengertian mengenai penyakit antara lain menurut Gold Medical
Dictionary penyakit adalah kegagalan dari mekanisme adaptasi suatu organisme untuk
bereaksi secara tepat terhadap rangsangan atau tekanan sehingga timbul gangguan
pada fungsi struktur, bagian, organ atau sistem dari tubuh. Sedangkan menurutArrest
Hofte Amsterdam, penyakit bukan hanya berupa kelainan yang terlihat dari luar saja,
tetapi juga suatu keadaan terganggu dari keteraturan fungsi dari tubuh. Dari kedua
pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penyakit adalah suatu keadaan
gangguan bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada didalam keadaan yang tidak
normal. Menurut Natoadmodjo (2003) Penyakit menular adalah penyakit yang dapat
ditularkan (berpindah dari orang yang satu ke orang yang lain, baik secara langsung
maupun melalui perantara).
2.1.2 Pengertian Penyakit Tidak Menular
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit yang tidak dapat
ditularkan sehingga dianggap tidak mengancam kondisi orang lain. PTM
merupakan beban kesehatan utama di negara-negara berkembang dan negara
industri. Berdasarkan laporan WHO, di kawasan Asia Tenggara paling serring
ditemui lima PTM dengan tingkat kesakitan dan kematian yang sangat tinggi,
beberapa di antaranya adalah penyakit Jantung (Kardiovaskuler), DM, kanker,
penyakit pernafasan obstruksi kronik dan penyakit karena kecelakaan.
Kebanyakan PTM dikategorikan sebagai penyakit degeneratif dan cenderung
diderita oleh orang yang berusia lanjut.
Istilah Penyakit Tidak Menular memiliki kesamaan arti dengan :
1. Penyakit Kronik
Penyakit kronik juga merujuk pada PTM mengingat kasus PTM
yang umumnya bersifat kronik/menahun/lama. Akan tetapi, beberapa
PTM juga bersifat mendadak atau akut, misalnya keracunan.
2. Penyakit Non–Infeksi
Sebutan penyakit non-infeksi digunakan mengingat PTM umumnya
tidak disebabkan oleh mikro-organisme. Meskipun demikian, mikro-
organisme juga merupakan salah satu penyebab PTM.

3. New Communicable Disease


Hal ini dikarenakan anggapan bahwa PTM dapat menular melalui
gaya hidup (Life Style). Gaya hidup saat ini bisa dikatakan sebagai
penyebab penularan berbagai penyakit, beberapa contoh di antaranya yaitu
pola makan, kehidupan seksual, dan komunikasi global. Misalnya, asupan
makan dengan kandungan kolestrol tinggi merupakan salah satu faktor
penyebab meningkatnya kasus penyakit jantung.
2.1.2.1 Jenis-Jenis Penyakit Tidak Menular
Berikut ini kami sampaikan kembali tentang defenisi penyakit tidak menular
yaitu penyakit yang tidak dapat ditularkan kepada orang lain. Penyakit tidak menular
umumnya disebabkan oleh faktor keturunan dan gaya hidup yang tidak sehat.
Sesorang yang dekat atau bersentuhan dengan penderita tetap tidak akan tertular
penyakit tersebut.
Penyakit tidak menular dijabarkan sebagai penyakit yang disebabkan oleh
menurunnya organ manusia ataupun penyakit yang termasuk dalam kategori penyakit
degenerarif (faktor usia). Beberapa contoh penyakit tidak menular adalah penyakit
jantung, stroke, diabetes dan penyakit lainnya. Penyakit tidak menular umumnya
diderita oleh seseorang yang tidak menjaga kesehatan dan tidak mampu menjaga pola
kesehatan tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa orang yang
mengalami sakit tidak menular tidak disebabkan oleh bakteri, virus, maupun juga
kuman. Oleh karena itu, pengidap penyakit tidak menular tidak perlu cemas dalam
menangani penyakitnya.
Saat ini di Indoneisa terdapat kurang lebih 30 jenis penyakit tidak menular yaitu :

1. Hipertensi 16. Glukoma


2. Diabetes 17. Gagal Ginjal
3. Ashma Bronchiale 18. Alzheimer
4. Osteoporosis 19. Varises
5. Depresi 20. Keloid
6. Keracunan makanan/minuman 21. Usus buntu
7. Sariawan 22. Varikokel
8. Rematik 23. Amandel
9. Stroke 24. Ambien
10. Kanker 25. Asam Urat
11. Maag 26. Kolesterol
12. Asam Lambung 27. Migrain
13. Tukak Lambung 28. Vertigo
14. Obesitas 29. Katarak
15. Diabetes Mellitus 30. Penyakit Jiwa

2.2 Konsep Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


2.2.1 Definisi Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Tekanan Darah Tinggi (hipertensi) adalah suatu peningkatan tekanan darah di
dalam arteri. Secara umum, hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana
tekanan yang abnormal tinggi di dalam arteri menyebabkan meningkatknya resiko
terhadap stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal.
(Wahyu Rahayu, 2015). Pada pemriksaan tekanan darah akan didapat dua angka.
Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi (sistolik), angka
yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (diastolik). Tekanan darah
ditulis sebagai tekanan sistolik garis miring tekanan diastolik, misalnya 120/80
mmHg. (Wahyu Rahayu, 2015)
Pada hipertensi sistolik terisolasi, tekanan sistolik mencapai 140 mmHg atau
lebih, tetapi tekanan diastolik kurang dari 90 mmHg dan tekanan diastolik masih
dalam kisaran normal. Hipertensi ini sering terjadi pada usia lanjut. Sejalan dengan
bertambahnya usia, hampir setiap orang mengalami kenaikan tekanan darah, tekanan
sistolik terus meningkat sampai usia 55-60 tahun, kemudian berkurang secara perlahan
atau bahkan menurun drastis. (Wahyu Rahayu, 2015). Hipertensi maligna adalah
hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati, akan menimbulkan kematian
dalam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang terjadi, hanya 1 dari setiap 200 penderita
hipertensi.(Wahyu Rahayu, 2015)
Menurut Smith Tom, 1995 Hipertensi dapat didefiniskan sebagai tekanan darah
persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya
diatas 90 mmHg. Hipertensi diakatakan ringan apabila tekanan diastoliknya antara 95-
104 mmHg, hipertensi sedang jika tekanan diastoliknya antara 105 dan 114 mmHg
dan hipertensi beraat bila tekanan diastoliknya 115 mmHg atau lebih. Pembagian ini
berdasarkan peningkatan tekanan diastolik karena dianggap lebih serius dari
peningkatan sistolik (Padila, 2013)
2.2.2 Klasifikasi Tekanan Darah
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan
anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada
dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik dimana akan lebih tinggi
pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah
dalam satu hari juga berbeda, paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada
saat tidur malam hari. (Wahyu Rahayu, 2015)

Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah


Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik
Normal < 130 mmHg < 85 mmHg
Normal tinggi 130-139 mmHg 85-89 mmHg
Stadium 1 ( Hipertensi 140-159 mmHg 90-99 mmHg
ringan )
Stadium 2 ( Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg
sedang)
Stadium 3 (Hipertensi 180-209 mmHg 110-119 mmHg
berat)
Stadium 4 (Hipertensi 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih
maglina)

2.2.3 Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)


Menurut Lany Gunawan (2001) dalam Padila (2013), hipertensi berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu :
1. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya.
2. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain. Hipertensi
primer terdapat pada lebih dari 90% penderita hipertensi, sedangkan 10% sisanya
disebabkan oleh hipertensi sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui
dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor
yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut
:
1. Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar
untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi.
2. Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur (jika umur
bertambah maka TD meningkat), jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi daripada
perempuan) dan ras (ras kulit hitam lebih banyak daripada kulit putih)
3. Kebiasaan hidup
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi
garam yang tinggi (melebihi sari 30 gr), kegemukan atau makan berlebihan, stress dan
pengaruh lain misanya merokok. Minum akohol, minum obat-obatan (ephedrine,
prednison, epineprin).
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak
dipusat vasomotor, pada medulla di otak. Dari pusat vasomotor bermula jaras saraf
simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla
spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui sistem saraf
simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetikolin,
yang akan merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana
dengan dilepaskannya norepineprin mengakibatkan kontriksi pembuluh darah.
Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon
pembuluh darah terhadap rangsang vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat
sensitive terhadap norepineprin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi. (Padila, 2013)
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokontriksi. Medulla adrenal mensekresi
epineprin yang menyebabkan vasokontriksi. Konteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokontriktor pembuluh darah.
Vaskontriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan
rennin. Rennin merangsang pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah
menjadi angiotensi II, suatu vasokontriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini meyebabkan retensi natrium dan
air oleh tubulus ginjal, mneyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor
ini cenderung mencetuskan keadaan hipertensi. (Padila, 2013)
Menurut Brunner & Suddarth (2002), untuk pertimbangan gerontologi.
Perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer bertanggungjawab
pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut
meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam
relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh
jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer. (Padila, 2013)

2.2.5 Tanda dan Gejala


Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi : (Menurut Edward K
Chung, 1995 dalam Padila, 2013)
1. Tidak ada gejala
Tidak ada gejala yang soesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteru oleh dokter yang
memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa jika
tekanan arteri tidak terukur.
2. Gejala yang lazim
Sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai hipertensi
meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini merupakan
gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari pertolongan
medis. Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala,
meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya
berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak).
Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, pendarahan dari hidung, pusing,
wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita
hipertensi maupun seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika
hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala sebagai
berikut :
a. Sakit kepala
b. Kelelahan
c. Mual
d. Muntah
e. Sesak nafas
f. Gelisah
g. Pandangan menjadi kabur

2.2.6 Pemeriksaan Penunjang


Berikut ini adalah pemeriksaan penunjang untuk penderita hipertensi : (Padila,
2013)
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik secara menyeluruh
2. Pemeriksaan Retina (selaput peka cahaya pada permukaan dalam bagian
belakang mata) merupakan satu-satunya bagian tubuh yang secara langsung
bisa menunjukkan adanya efek dari hipertensi terhadap arteriola (pembuluh
darah kecil). Dengan anggapan bahwa perubahan yang terjadi di dalam retina
mirip dengan perubahan yang terjadi di dalam pembuluh darah lainnya di
dalam tubuh, seperti ginjal. Untuk memeriksa retina, digunakan suatu
oftalmoskop. Dengan menentukan derajat kerusakan retina (retinopati), maka
bisa ditentukan beratnya hipertensi.
3. Pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui kerusakan organ seperti ginjal
dan jantung. Pemeriksaan awal pada keruskaan ginjal bisa diketahui dengan
melalui peemerisaan air kemih. Dan pemeriksaan jantung bisa ditemukan pada
elektrokardiografi (EKG) dan foto rontgen dada.
4. EKG untuk mengetahui hipertropi ventrikel kiri
5. Urinalisa untuk mengetahui protein dalam urin, darah, glukosa
6. Pemeriksaan : renogram, pielogram intravena arteriogram renal,
pemeriksaan fungsi ginjal terpisah dan penentuan kadar urin
7. Foto dada dan CT scan.

2.2.7 Penatalaksanaan
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan
mortalitas akbiat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan
pencapaian dan pemelirahaan tekanan darah diabwah 140/90 mmHg. Prinsip
pengelolaan penyakit hieprtensi meliputi : (Padila, 2013)
2.2.7.1 Terapi tanpa obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan
dan sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat. Terapi tanpa
obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah :
a. Retriksi garam secara moderat dari 20 gr/hr menjadi 5 gr/hr
b. Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
c. Penurunan berat badan
d. Penurunan asupan etanol
e. Menghentikan merokok
f. Diet tinggi kalium
2. Latihan fisik
Latihan fisik atau olahraga yang teratur dan terarah yang dianjurkan
untuk penderita hipertensi.
3. Edukasi psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a. Teknik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu teknik yang dipakai untuk
menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang
secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal. Penerapan
biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik
seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis
seperti kecemasan dan ketegangan.
b. Teknik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau teknik yang bertujuan
untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih
penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi
rileks.
4. Pendidikan Kesehatan (Penyuluhan)
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan
pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya
sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah
komplikasi lebih lanjut.
2.2.7.2 Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah
saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar
penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu
dilakukan seumur hidup penderita. Pengobatan standar yang dianjurkan oleh
Komite Dokter Ahli Hipertensi (Joint National Commite on Detection,
Evaluation and Treatment pf High Blood Pressure, USA, 1988)
menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta, antagonis kalsium, atau
penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal pertama dengan
memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada penderita.
Pengobatannya meliputi :
1. Step 1 : Obat pilihan pertama : diuretika, beta bloker, Ca antagonis, ACE
inhibitor
2. Step 2 : alternatif yang bisa diberikan
a. Dosis obat pertama dinaikkan
b. Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
c. Ditambah obat kedua jenis lain, dapat berupa diuretika, beta bloker,
Ca antagonis, Alpa bloker, Clonidin, Reserphin, Vasodilator.
3. Step : alternatif yang bisa ditempuh
a. Obat kedua diganti
b. Ditambah obat ketiga jenis lain
4. Step 4 : alternatif pemberian obatnya
a. Ditambah obat ketiga dan keempat
b. Re-evaluasi dan konsultasi
2.1.8 Teknik Mengukur Tensi Darah
1. Yang diperiksa duduk santai dengan lengan rileks diatas meja. Telapak
tangan menghadap keatas, dan otot lengan tidak boleh menegang.
2. Letakkan perangkat tensimeter di dekat lengan yang diperiksa, dengan skala
menghadap ke pemeriksa. Pemeriksa bisa duduk atau berdiri di hadapan
diperiksa.
3. Pasang kain pembalut (cuff) tensimeter di lengan atas, dengan bagian bawah
pembalutnya berada disekitar 3 cm diatas lipat siku. Ketepatan posisi
pemasangan ini akan mempengaruhi hasil. Bebatan hendaknya tidak terlampau
ketat dan tidak juga terlalu longgar.
4. Letakkan ujung stetoskop pada lipat siku tempat denyut nadi paling keras
teraba dengan tangan kiri. Pasangkan stetoskop ujung satunya di kedua liang
telinga.
5. Pegang bola karet tensimeter dengan tangan kanan. Putar katup di pangkal
bola pemompa dengan jempol dan telunjuk jarum jam untuk menutup selang.
Sambil stetoskop di tangan kiri menekan, lalu pompakan bola karetnya
sehingga tampak air raksa berangsur-angsur naik sehingga bunyi detak jantung
masih terdengar di telinga. Stop memompa setelah bunyi detak jantung
menghilang. Naikkan pemompaan 30 milimeter air raksa di atas sejak bunyi
detak jantung menghilang.
6. Putar balik pemutar katup kebalikan arah jarum jam secara perlahan dengan
jempol dan telunjuk tangan kanan setelah selesai memompa. Atur pengenduran
katup pemutar, agar laju turunnya air raksa sekitar 3 milimeter per detik.
Perhatikan turunnya air raksa pada skala saat pertama kali bunyi detak jantung
mulai terdengar. Saat itulah yang ditetapkan sebagai nilai tekanan atas/sistolik.
Sementara itu, air raksa terus turun. Perhatikan juga skala air raksa saat bunyi
detak jantung sudah menghilang. Saat itulah ditetapkan sebagai nilai tekanan
bawah/diastolik. Lalu, kendurkan terus katup sampai air raksa sampai turun
tuntas ke bawah skala nol. Cata berapa hasil sistolik dan diastoliknya, dan
itulah nilai tensi darah yang dihasilkan. (Ulfah Nurrahmani dan Helmanu
Kurniadi, 2015
2.3 Konsep Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
2.3.1 Pengertian

Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari program Sistem

Jaminan Kesehatan Nasional (SJSN). Berdasarkan Undang-Undang No. 40

tahun 2004, SJSN diselenggarakan oleh beberapa Badan Penyelenggara

Jaminan Sosial yaitu Perusahaan Perseroan Jaminan Sosial Tenaga Kerja

(Jamsostek), Perusahaan Perseroan Dana Tabungan dan Asuransi Pegawai

Negeri (Taspen), Perusahaan Perseroan Asuransi Sosial Angkatan Bersenjata

Republik Indonesia (ASABRI), dan Perusahaan Perseroan Asuransi Kesehatan

Indonesia (Askes). Setelah Pembentukan BPJS berdasarkan Undang-Undang

No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial, maka

keempat lembaga tersebut bertransformasi menjadi Badan Penyelenggaraan

Jaminan Sosial (BPJS) Undang-Undang ini merupakan pelaksanaan dari

Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional yang mengamanatkan pembentukan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial. Karena merupakan bagian dari SJSN, maka

JKN diselenggarakan bersifat wajib (Mandatory) hal ini berdasarkan Undang-

Undang No.40 Tahun 2004, yang bertujuan melindungi PendudukIndonesia

dalam sistem Asuransi sehingga dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan

masyarakat (Kemenkes, 2014).

2.3.2 Prinsip-Prinsip

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, prinsip-prinsip

JKN adalah sebagai berikut:


a. Prinsip Gotong Royong, prinsip ini dapat diartikan bahwa peserta JKN

saling membantu dalam menanggung beban biaya jaminan, yang mampu

membantu yang kurang mampu, dan yang sehat membantu yang sakit atau

yang beresiko tinggi. Hal ini dapat terwujud karena kepersertaan JKN

bersifat wajib bagi seluruh penduduk yang disesuaikan dengan tingkat

pendapatan peserta.

b. Prinsip Nirlaba, berarti tujuan utama BPJS adalah memenuhi kepentingan

peserta BPJS agar dapat memberikan manfaat bagi peserta, bukan untuk

mencari laba/keuntungan.

c. Prinsip Keterbukaan, yang berati ada kemudahan dalam mengakses tentang

informasi BPJS. Informasi itu harus lengkap, benar, dan jeelas bagi peserta.

d. Prinsip Kehati-hatian, berkaitan dalam pengelolaan dana dilakukan dengan

cermat, teliti, aman, dan tertib.

e. Prinsip Akuntabilitas, berarti dalam melaksanakan program dan dalam

pengelolaan dana dilakukan dengan akurat dan dapat


dipertanggungjawabkan.
f. Prinsip Portabilitas, jaminan bersifat berkelanjutan sekalipun peserta

berpindah tempat tinggal atau pekerjaan selama peserta tetap berada di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

g. Prinsip Kepesertaan Wajib, yaitu secara bertahap mengharuskan seluruh

penduduk Negara Kesatuan Republik Indonesia menjadi

peserta.
h. Prinsip Dana Amanat, Sumber dana yang berasal dari iuran peserta

merupakan titipan yang akan kembali digunakan untuk kepentingan

peserta.

i. Prinsip Hasil Pengelolaan Dana Jaminan Sosial, hasil yang berupa

keuntungan digunakan untuk pengembangan program dan kepentingan

peserta.

2.3.3 Manfaat JKN

Manfaat JKN seperti yang tertuang dalam Undang-Undang No. 40


Tahun 2004 adalah pelayanan kesehatan perseorangan yang bukan hanya
pelayanan kesehatan yang berupa kuratif dan rehabilitatif, tetapi juga mencakup
pelayanan promotif dan preventif, termasuk obat-obatan dan bahan medis habis
pakai yang diperlukan.
Pelayanan kesehehatan yang dimaksud di sini adalah pelayanan
kesehatan yang terdiri atas manfaat medis dan manfaat non medis. Yang
dimaksud dengan manfaat medis berupa penyuluhan kesehatan,
pemeriksaan penunjang diagnostik, konsultasi, transfusi, tindakan medis dan
perawatan, bahan medis habis pakai, obat-obatan, rehabilitasi medis, pelayanan
kedokteran forensik, serta pelayanan jenasah. Manfaat medis yang diterima
peserta JKN ini tidak dipengaruhi oleh besaran iuran yang dibayar peserta.
Sedangkan yang termasuk dalam manfaat non medis adalah akomodasi layanan
rawat inap dan ambulan yang digunakan untuk pasien rujukan. Manfaat non
medis ini berbeda tiap peserta, bergantung pada besaran iuran yang dibayarkan
peserta (Perpres No. 12 Tahun 2013).
2.3.4 Kepesertaan

Berdasarkan Undang-Undang No.40 Tahun 2004, salah satu prinsip dari


JKN adalah kepesertaan bersifat wajib, yang artinya seluruh Penduduk
Indonesia akan menjadi peserta JKN. Kepesertaan ini akan dilakukan secara
bertahap dan diharapkan pada tahun 2019 seluruh penduduk Indonesia sudah
menjadi peserta JKN.
Berdasarkan Peraturan Presiden No. 111 Tahun 2013, kepesertaan

JKN terdiri atas:


a. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan meliputi orang

yang tergolong fakir miskin dan orang tidak mampu.

b. Peserta bukan PBI adalah Peserta yang tidak tergolong fakir miskin dan

orang tidak mampu yang terdiri atas:

1) Pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a Pegawai Negeri Sipil;

b Anggota TNI;

c Anggota Polri;

d Pejabat Negara;

e Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri;

f Pegawai Swasta; dan

g Pekerja yang tidak termasuk huruf a sampai dengan

huruf f yang menerima Upah.

2) Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, yaitu:

a Pekerja di luar hubungan kerja atau Pekerja mandiri dan

b Pekerja yang tidak termasuk huruf a yang bukan

penerima Upah.

c Pekerja sebagaimana dimaksud huruf a dan huruf b,

termasuk warga negara asing yang bekerja di Indonesia

paling singkat 6 (enam) bulan.


2.3.5 Prosedur Pendaftaran Peserta

Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS


(http://bpjskesehatan.go.id) tata cara pendaftaran peserta JKN dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pendaftaran bagi Penerima Bantuan Iuran / PBI

Pendaftaran peserta PBI, yang terdiri atas Fakir Miskin dan Orang Tidak
mampu untuk dapat mejadi peserta, pendataan pesrta PBI ini dilakukan oleh
lembaga penyelenggara urusan Pemerintahan di bidang statistik (Badan Pusat
Statistik) yang diverifikasi dan divalidasi oleh Kementerian Sosial. Peserta PBI
juga dapat didaftarkan oleh
Pemerintah Daerah berdasarkan SK Gubernur/Bupati/Walikota bagi Pemda
yang mengintegrasikan program Jamkesda ke program JKN.
b. Pendafataran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah / PPU

1) Perusahaan/Badan usaha mendaftarkan seluruh karyawan beserta

anggota keluarganya ke Kantor BPJS Kesehatan dengan

melampirkan berkas berikut:

a) Formulir Registrasi Badan Usaha/Badan Hukum Lainnya.

b) Data-data Migrasi karyawan dan anggota keluarganya dengan

format yang ditentukan oleh BPJS Kesehatan.

2) Perusahaan/Badan Usaha akan menerima nomor Virtual Account (VA)

yang digunakan untuk pembayaran ke Bank yang telah bekerja sama

(BRI/Mandiri/BNI).

3) Selanjutnya, Bukti Pembayaran iuran diserahkan ke Kantor BPJS

Kesehatan

4) Pencetakkan kartu JKN atau bisa juga mencetak e-ID secara mandiri

oleh Perusahaan/Badan Usaha.


c. Pendaftaran bagi Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah/PBPU dan

Bukan Pekerja

1) Pendaftaran PBPU dan Bukan Pekerja

a) Calon peserta mendaftar secara perorangan (bukan secara kolektif)

di Kantor BPJS Kesehatan

b) Mendaftarkan seluruh anggota keluarga sesuai dengan jumlah

anggota yang terdapat pada Kartu Keluarga

c) Mengisi formulir Daftar Isian Peserta (DIP) dan melampirkan,

fotokopi Kartu Keluarga (KK), fotokopi KTP/Paspor (masingmasing

satu lembar), fotokopi Buku Tabungan salah satu peserta yang ada d

idalam Kartu Keluarga, pasfoto 3 x 4

(masing-masing sebanyak 1 lembar).

d) Mendapat Nomor Virtual Account (VA).

e) Melakukan pembayaran iuran ke Bank yang bekerja sama

(BRI/Mandiri/BNI) sesuai dengan Nomor VA.

f) Bukti pembayaran iuran diserahkan ke kantor BPJS Kesehatan untuk

dicetakkan kartu JKN. Selain di Kantor BPJS Kesehatan,

pendaftaran dapat melalui Website BPJS Kesehatan

2) Pendaftaran Bukan Pekerja Melalui Entitas Berbadan Hukum

(Pensiunan BUMN/BUMD)

Untuk pendaftaran pensiunan yang dana pensiunnya dikelola


oleh entitas berbadan hukum dilakukan dengan mengisi formulir
registrasi dan formulir migrasi data peserta, dan dapat didaftarkan secara
kolektif melalui entitas berbadan hukum.
2.3.6 Hak dan Kewajiban Peserta

Hak dan kewajiban peserta JKN berdasarkan Peraturan Badan

Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan No. 1 Tahun 2014 tentang

Penyelenggaraan Jaminan Sosial Kesehatan adalah sebagai berikut:

a. Hak Peserta:

1) Mendapatkan identitas peserta sebagai bukti kepesertaan untuk


memperoleh pelayanan kesehatan.
2) Mendapatkan Nomor virtual account, yang digunakan pada saat

pembayaran iuran.

3) Memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama untuk memperoleh layanan

kesehatan, dengan syarat fasilitas kesehatan tersebut telah bekerjasama

dengan BPJS.

4) Memperoleh pelayanan promotif, preventif kuratif, dan rehabilitatif

termasuk obat, alat kesehatan dan bahan medis habis pakai sesuai

dengan kebutuhan medis peserta yang dilakukan oleh fasilitas kesehatan

yang bekerjasama dengan BPJS.

5) Menyampaikan pengaduan jika peserta merasa haknya tidak

terpenuhi.

6) Mendapatkan informasi yang tepat dan akurat tentang pelayanan

kesehatan.

7) Peserta bebas mengikuti program asuransi kesehatan tambahan.

b. Kewajiban Peserta:

1) Membayar iuran sesuai besaran iuran yang telah ditetapkan


2) Melaporkan perubahan data dan status kepesertaan seperti perubahan

fasilitas kesehatan tingkat pertama, tempat tinggal, tempat bekerja,

golongan, jenis kepesertaan, susunan keluarga, atau ada anggota

keluarga tambahan.

3) Melaporkan jika terjadi kerusakan atau kehilangan kartu identitas

peserta jaminan kesehatan.

2.3.7 Pembiayaan

a. Iuran

Berdasarkan Peraturan Presiden No. 12 Tahun 2013 Tentang


Jaminan Kesehatan, yang dimaksud dengan “Iuran Jaminan Kesehatan
adalah sejumlah uang yang dibayarkan secara teratur oleh Peserta,
Pemberi Kerja dan/atau Pemerintah untuk program Jaminan

Kesehatan”.

b. Pembayaran Iuran

Bagi peserta PBI, pembayaran iuran ditanggung oleh pemerintah.


Setiap Peserta Non PBI wajib membayar iuran yang besarnya
ditetapkan berdasarkan persentase dari upah (untuk pekerja penerima
upah) atau suatu jumlah nominal tertentu (bukan penerima upah dan PBI).
Untuk Peserta Pekerja Penerima Upah, maka setiap Pemberi Kerja wajib
memungut iuran dari pekerjanya dan menanggung sebagian iuran peserta
yang menjadi tanggung jawabnya. Jika terjadi keterlambatan pembayaran
iuran JKN, maka akan dikenakan denda administratif sebesar 2% (dua
persen) perbulan dari total iuran yang tertunggak dan dibayar oleh Pemberi
Kerja.
Peserta Pekerja Bukan Penerima Upah dan Peserta Bukan Pekerja iuran
dibayar oleh peserta yang bersangkutan. Pembayarkan iuran JKN dilakukan
setiap bulan kepada BPJS Kesehatan secara berkala yang dilakukan paling
lambat tanggal 10 setiap bulan (Perpres
No. 111 tahun 2013).
c. Besaran Iuran

Berdasarkan Informasi pada situs resmi BPJS


(http://bpjskesehatan.go.id) besaran iuran bagi pesarta JKN adalah sebagai
berikut:

1) Peserta Penerima Bantun Iuran (PBI) Jaminan Kesehatan, seluruh

bulanan ditanggung oleh Pemerintah.

2) Iuran peserta Non PBI untuk Pekerja Penerima Upah yang bekerja pada

Lembaga Pemerintahan terdiri dari Pegawai Negeri Sipil, anggota TNI,

anggota Polri, pejabat negara, dan pegawai pemerintah non pegawai

negeri sebesar 5% (lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan

ketentuan : 3% (tiga persen) dibayar oleh pemberi kerja dan 2% (dua

persen) dibayar oleh peserta.

Sedangkan untuk Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di


BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 5% ( lima persen) dari Gaji atau
Upah per bulan dengan ketentuan : 4% (empat persen) dibayar oleh
Pemberi Kerja dan 1% (satu persen) dibayar oleh Peserta.
3) Jika ada anggota keluarga tambahan bagi peserta Pekerja Penerima

Upah yang terdiri dari anak ke 4 dan seterusnya, ayah, ibu dan mertua,

besaran iuran sebesar sebesar 1% (satu persen) dari dari gaji atau upah

per orang per bulan, dibayar oleh pekerja penerima upah.

4) Besaran iuran bagi kerabat lain dari pekerja penerima upah, peserta

pekerja bukan penerima upah serta iuran peserta bukan pekerja adalah

sebesar:
a) Sebesar Rp. 25.500,- (dua puluh lima ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat non medis ruang

perawatan Kelas III.

b) Sebesar Rp. 42.500,- (empat puluh dua ribu lima ratus rupiah) per

orang per bulan dengan manfaat non medis ruang

perawatan Kelas II.

c) Sebesar Rp. 59.500,- (lima puluh sembilan ribu lima ratus rupiah)

per orang per bulan dengan manfaat non medis ruang perawatan

Kelas I.

5) Besaran Iuran Jaminan Kesehatan bagi Veteran, Perintis Kemerdekaan,

dan janda, duda, atau anak yatim piatu dari Veteran atau Perintis

Kemerdekaan, iurannya ditetapkan sebesar 5% (lima persen) dari 45%

(empat puluh lima persen) gaji pokok Pegawai Negeri Sipil golongan

III/a dengan masa kerja 14 (empat belas) tahun per bulan, ditanggung

oleh Pemerintah.

2.4 Konsep Perilaku Merokok

2.4.1 Pengertian Perilaku Merokok


Perilaku merokok adalah suatu aktivitas menghisap asap tembakau yang
dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali keluar (Amstrong,
1990). Menurut Sitepoe (2000) perilaku merokok didefinisikan sebagai
aktivitas membakar tembakau yang kemudian dihisap asapnya, baik langsung
menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap yang dihisap melalui
mulut disebut mainstream smoke, sedangkan asap rokok yang terbentuk pada
ujung rokok yang terbakar serta asap rokok yang dihembuskan ke udara oleh
perokok disebut sidestream smoke. Sidestream smoke atau asap sidestream
mengakibatkan seseorang menjadi perokok pasif.
Menurut Aula (2010) perilaku merokok merupakan suatu fenomena yang
muncul dalam masyarakat, dimana sebagian besar masyarakat sudah
mengetahui dampak negatif merokok, namun bersikeras menghalalkan
tindakan merokok. Menurut Levy (1984) perilaku merokok adalah suatu
aktifitas yang dilakukan seseorang berupa mambakar dan menghisap rokok ke
dalam tubuh serta dapat menimbulkan asap yang dapat terhisap oleh
orangorang disekitarnya. Dari beberapa pendapat ahli di atas, peneliti menarik
kesimpulan bahwa perilaku merokok adalah suatu aktivitas menghisap asap
tembakau yang dibakar ke dalam tubuh dan menghembuskannya kembali
keluar.

2.4.2 Aspek Perilaku Merokok

Menurut Aritonang (1997) aspek-aspek perilaku merokok, yaitu:

1) Fungsi merokok
Individu menjadikan merokok sebagai penghibur bagi berbagai
keperluan, menunjukkan bahwa memiliki fungsi yang begitu penting bagi
kehidupannya. Dalam kehidupan sehari-hari Fungsi merokok ditunjukkan
dengan perasaan yang dialami si perokok, seperti perasaan yang positif
maupun perasaan negatif. Bagi perokok, dengan merokok membantu untuk
mencari inspirasi/ ide, menghilangkan rasa kantuk, mengakrabkan suasana.
2) Intensitas merokok
Intensitas perilaku merokok adalah keadaan, tingkatan atau banyak
sedikitnya aktivitas seseorang dalam membakar tembakau dan
menghisapnya dalam kurun waktu tertentu. Klasifikasi perokok
berdasarkan banyaknya rokok yang dihisap yaitu:
1) Perokok berat yang menghisap lebih dari 15 batang rokok dalam sehari
2) Perokok sedang yang menghisap 5-14 batang rokok dalam sehari
3) Perokok ringan yang menghisap 1-4 batang rokok dalam sehari
c. Tempat merokok
Tipe perokok berdasarkan tempatnya yaitu:
1) Merokok di tempat-tempat umum/ruang publik
a) Kelompok homogeny (sama-sama perokok), secara bergerombol
perokok menikmati kebiasaannya. Umumnya perokok masih
menghargai orang lain, karena itu perokok menempatkan diri di
smoking area.
b) Kelompok yang heterogeny (merokok di tengah orang-orang lain
yang tidak merokok, anak kecil, orang jompo, orang sakit dan lain-
lain).
2) Merokok di tempat-tempat yang bersifat pribadi
a) Kantor atau di kamar tidur pribadi Perokok memilih tempattempat
seperti ini yang sebagai tempat merokok digolongkan kepada
individu yang kurang menjaga kebersihan diri, penuh rasa gelisah
yang mencekam.
b) Toilet Perokok jenis ini dapat digolongkan sebagai orang yang suka
berfantasi.

d. Waktu merokok
Perilaku merokok dipengaruhi oleh keadaan yang dialaminya pada saat
itu, misalnya ketika sedang berkumpul dengan teman, cuaca yang dingin,
setelah dimarahi orang tua dan lain-lain.
Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo 2009) menyatakan bahwa setiap
individu dapat menggambarkan setiap perilaku menurut tiga aspek berikut:

a. Frekuensi
Sering tidaknya perilaku muncul mungkin cara yang paling sederhana
untuk mencatat perilaku hanya dengan menghitung jumlah munculnya
perilaku tersebut. Frekuensi sangatlah bermanfaat untuk mengetahui sejauh
mana perilaku merokok seseorang muncul atau tidak. Dari frekuensi dapat
diketahui perilaku merokok seseorang yang sebenarnya sehingga
pengumpulan data frekuensi menjadi salah satu ukuran yang paling banyak
digunakan untuk mengetahui perilaku merokok seseorang.
b. Lamanya berlangsung
Waktu yang diperlukan seseorang untuk melakukan setiap tindakan
(seseorang menghisap rokok lama atu tidak). Jika suatu perilaku
mempunyai permulaan dan akhir tertentu, tetapi dalam jangka waktu yang
berbeda untuk masing-masing peristiwa, maka pengukuran lamanya
berlangsung lebih bermanfaat lagi. Aspek lamanya berlangsung ini
sangatlah berpengaruh bagi perilaku merokok seseorang, apakah seseorang
dalam menghisap rokoknya lama atau tidak.
c. Intensitas
Banyaknya daya yang dikeluarkan oleh perilaku tersebut. Aspek ini
digunakan untuk mengukur seberapa dalam dan seberapa banyak seseorang
menghisap rokok. Dimensi intensitas mungkin merupakan cara yang paling
sebjektif dalam mengukur perilaku merokok seseorang.
Berdasarkan pendapat-pendapat ahli di atas, dapat diperoleh
kesimpulan bahwa aspek-aspek perilaku merokok menurut Aritonang
(1997) yaitu; fungsi merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan
waktu merokok. Sedangkan aspek-aspek perilaku merokok menurut
Twiford & Soekaji (dalam Sulistyo, 2009) yaitu; frekuensi, lamanya
berlangsung dan intensitas.
Dari penjabaran aspek-aspek perilaku merokok dari beberapa pendapat
ahli di atas, peneliti akan menggunakan aspek-aspek perilaku merokok
menurut Aritonang sebagai indikator untuk penyusunan skala, yaitu
meliputi; fungsi merokok, intensitas merokok, tempat merokok dan waktu
merokok, karena aspek-aspek tersebut lebih rinci sehingga diharapkan
dapat mengungkapkan data lebih dalam tentang perilaku merokok. Dari
studi pustaka yang dilakukan peneliti, aspek-aspek perilaku merokok
menurut Aritonang juga banyak digunakan dalam penelitian yang
digunakan sebagai skala untuk mengukur perilaku merokok seperti
penelitian Sinapar (2015), Santoso (2015), Perwitasari (2006).

2.4.3 Faktor-faktor Perilaku Merokok

Subanada (2004) menyatakan faktor-faktor yang menyebabkan perilaku


merokok:

a. Faktor Psikologis
Merokok dapat menjadi sebuah cara bagi individu untuk santai dan
kesenangan, tekanan-tekanan teman sebaya, penampilan diri, sifat ingin
tahu, stres, kebosanan dan ingin kelihatan gagah merupakan hal-hal yang
dapat mengkontribusi mulainya merokok. Selain itu, individu dengan
gangguan cemas bisa menggunakan rokok untuk menghilangkan
kecemasan yang mereka alami. Menurut Yoder & Staudohar (1982)
mengatakan bahwa jika pencetus stres antara lain permasalahan yang
terjadi ditempat kerja, stres tersebut digolongkan sebagai stres kerja.
Menurut Anwar (1990) stres kerja adalah suatu perasaan yang menekan
atau rasa tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaannya.
b. Faktor Biologis
Faktor genetik dapat dapat mempengaruhi seseorang untuk mempunyai
ketergantungan terhadap rokok. faktor lain yang mungkin mengkontribusi
perkembangan kecanduan nikotin adalah merasakan adanya efek
bermanfaat dari nikotin. Proses biologinya yaitu nikotin diterima reseptor
asetilkotin-nikotinik yang kemudian membagi ke jalur imbalan dan jalur
adrenergenik. Pada jalur imbalan, perokok akan merasakan nikmat,
memacu sistem dopaminergik. Hasilnya perokok akan merasa lebih tenang,
daya pikir serasa lebih cemerlang, dan mampu menekan rasa lapar. Di jalur
adrenergik, zat ini akan mengaktifkan sistem adrenergik pada bagian otak
lokus seruleus yang mengeluarkan sorotin. Meningkatnya sorotin
menimbulkan rangsangan rasa senang sekaligus keinginan mencari rokok
lagi. Hal inilah yang menyebabkan perokok sangat sulit meninggalkan
rokok, karena sudah ketergantungan pada nikotin. Ketika ia berhenti
merokok rasa nikmat yang diperolehnya akan berkurang.

c. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan berkaitan dengan penggunaan tembakau antara lain
orang tua, saudara kandung maupun teman sebaya yang merokok, reklame
tembakau, artis pada reklame tembakau di media. Orang tua memegang
peranan terpenting, selain itu juga reklame tembakau diperkirakan
mempunyai pengaruh yang lebih kuat daripada pengaruh orang tua atau
teman sebaya, hal ini mungkin karena me mpengaruhi persepsi remaja
terhadap penampilan dan manfaat rokok.
Menurut Ronald (2013), faktor-faktor perilaku merokok dapat dibagi
dalam beberapa golongan sekalipun sesungguhnya faktor-faktor itu saling
berkaitan satu sama lain :
a. Faktor Genetik
Beberapa studi menyebutkan faktor genetik sebagai penentu
dalam timbulnya perilaku merokok dan bahwa kecenderungan
menderita kanker, ekstraversi dan sosok tubuh piknis serta tendensi
untuk merokok adalah faktor yang diwarisi bersama-sama. Studi
menggunakan pasangan kembar membuktikan adanya pengaruh
genetik, karena kembar identik, walaupun dibesarkan terpisah, akan
memiliki pola kebiasaan merokok yang samabila dibandingkan dengan
kembarnon-identik. Akan tetapi secara umum, faktor turunan ini
kurang berarti bila dibandingkan dengan faktor lingkungan dalam
menentukan perilaku merokok yang akan timbul.
b. Faktor Kepribadian (personality)
Banyak peneliti mencoba menetapkan tipe kepribadian perokok.
Tetapi studi statistik tak dapat memberi perbedaan yang cukup besar
antara pribadi orang yang merokok dan yang tidak. Oleh karena itu tes-
tes kepribadian kurang bermanfaat dalam memprediksi apakah
seseorang akan menjadi perokok. Individu agaknya bernafsu sekali
untuk cepat berhak seperti orang dewasa. Di perguruan tinggi individu
biasanya memiliki 17 prestasi akademik kurang, tanpa minat belajar
dan kurang patuh pada otoritas. Asosiasi ini sudah secara konsisten
ditemukan sejak permulaan abad ini. Dibandingkan dengan yang tidak
merokok, individu lebih impulsif, haus sensasi, gemar menempuh
bahaya dan risiko dan berani melawan penguasa. individu lebih mudah
bercerai, beralih pekerjaan, mendapat kecelakaan lalu lintas, dan
enggan mengenakan ikat pinggang keselamatan dalam mobil. Banyak
dari perilaku ini sesuai dengan sifat kepribadian extrovert dan
antisosial yang sudah terbukti berhubungan dengan kebiasaan
merokok.
c. Faktor Sosial
Beberapa penelitian telah mengungkap adanya pola yang
konsisten dalam beberapa faktor sosial penting. Faktor ini terutama
menjadi dominan dalam memengaruhi keputusan untuk memulai
merokok dan hanya menjadi faktor sekunder dalam memelihara
kelanjutan kebiasaan merokok. Kelas sosial, teladan dan izin orangtua,
jenis sekolah, dan usia meninggalkan sekolah semua menjadi faktor
yang kuat, tetapi yang paling berpengaruh adalah jumlah teman-teman
yang merokok. Diantaranya menyatakan “tidak ada” temannya yang
merokok, dibandingkan dengan jumlah 62 persen perokok dikalangan
individu yang menjawab “semua” pada jumlah teman yang merokok.
Ilustrasi lain dari pengaruh sosial ini ditunjukkan oleh perubahan
dalam pola merokok dikalangan wanita berusia di atas 40 tahun.
Bukan saja jumlah perokok semakin banyak, tetapi perokok mulai
merokok pada usia lebih muda. Masa kini, terutama pada wanita muda,
pola merokok wanita sudah menyerupai pada laki-laki. Perubahan ini
sejalan dengan perubahan peran wanita dan sikap masyarakat terhadap
wanita yang merokok.
d. Faktor Kejiwaan (psikodinamik)
Dua teori yang paling masuk akal adalah bahwa merokok itu
adalah suatu kegiatan kompensasi dari kehilangan kenikmatan oral
yang dini atau adanya suatu rasa rendah diri yang tidak nyata. Freud
yang juga merupakan pecandu rokok berat, menyebut bahwa sebagian
anak-anak terdapat peningkatan pembangkit kenikmatan di daerah
bibir yang bila berkelanjutan dalam perkembangannya akan membuat
seseorang mau merokok. Ahli lainnya berpendapat bahwa merokok
adalah semacam pemuasan kebutuhan oral yang tidak dipenuhi semasa
bayi. Kegiatan ini biasanya dilakukan sebagai pengganti merokok pada
individu yang sedang mencoba berhenti merokok.
e. Faktor Sensorimotorik
Buat sebagian perokok, kegiatan merokok itu sendirilah yang
membentuk kebiasaan tersebut, bukan efek psikososial atau
farmakologiknya. Sosok sebungkus rokok, membukanya, mengambil
dan memegang sebatang rokok, menyalakannya, mengisap,
mengeluarkan sambil mengamati asap rokok, aroma, rasa dan juga
bunyinya semua berperan dalam terciptanya kebiasaan ini.
f. Faktor Farmakologis
Nikotin mencapai otak dalam waktu singkat, mungkin pada
menit pertama sejak dihisap. Cara kerja bahan ini sangat kompleks.
Pada dosis 24 sama dengan yang di dalam rokok, bahan ini dapat
menimbulkan stimulasi dan rangsangan di satu sisi tetapi juga relaksasi
disisi lainnya. Efek ini tergantung bukan saja pada dosis dan kondisi
tubuh seseorang, tetapi juga pada suasana hati (mood) dan situasi. Oleh
karena itu bila kita sedang marah atau takut, efeknya adalah
menenangkan.Tetapi dalam keadaan lelah atau bosan, bahan itu akan
merangsang dan memacu semangat. Dalam pengertian ini nikotin
berfungsi untuk menjaga keseimbangan mood dalam situasi stres. Dari
uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa menurut Subanada (2004)
perilaku merokok dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu: (1) psikologis
meliputi: sifat ingin tahu, stres, stres kerja, kebosanan dan ingin
kelihatan gagah; (2) faktor lingkungan meliputi: pengaruh orang tua
yang merokok, pengaruh saudara kandung maupun teman sebaya yang
merokok, reklame tembakau dan artis pada reklame tembakau di
media; (3) dan faktor biologis meliputi: faktor genetik.
Ronald (2013) menyatakan bahwa perilaku merokok
dipengaruhi oleh faktor genetik, faktor kepribadian, faktor sosial,
faktor kejiwaan, faktor sensori motorik, dan faktor farmakologis.
Adapun faktor yang dipilih dalam penelitian ini ialah faktor
psikologis yang di dalamnya terdapat stres. Menurut Sopiah (2011)
stres ada dua macam yaitu eustres dan distres yang muncul sebagai
akibat reaksi seseorang terhadap pekerjaan dan lingkungan kerjanya
disebut stres kerja. Peneliti menjadikan stres kerja sebagai variabel
prediktor karena individu yang mengalami stres kerja akan
mempengaruhi perilakunya terhadap sesuatu, baik terhadap
pekerjaannya sendiri maupun relasi dengan orang lain, bahkan
terhadap kesehatan diri. Hal ini sejalan dengan penelitian Kussrini
(2014) yang menyatakan ada hubungan signifikan antara stres kerja
dengan perilaku merokok pada wanita karir. Penelitian menunjukkan
bahwa hubungan antara stres kerja dengan perilaku merokok ada
hubungan yang positif. Hal tersebut berarti semakin tinggi stres kerja
maka cenderung semakin tinggi pula perilaku merokok pada wanita
yang bekerja.

2.4.4 Dampak Rokok

Bahaya merokok bagi kesehatan menurut Tandra (2003) dalam


Poltekes Depkes Jakarta I (2012) adalah dapat menimbulkan berbagai
penyakit. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk dari merokok,
baik secara langsung maupun tidak langsung.

Rokok memiliki 4000 zat kimia berbahaya untuk kesehatan diantaranya


adalah nikotin yang bersifat adiktif dan tar yang bersifat karsinogenik. Rokok
memang hanya memiliki 8-20 mg nikotin yan setelah dibakar 25 persennya
akan masuk kedalam darah. Namun, jumlah kecil ini hanya membutuhkan
waktu 15 detik untuk sampai ke otak.

Dengan merokok mengurangi jumlah sel-sel berfilia (rambut getar),


menambah sel lendir sehinga menghambat oksigen ke paru-paru sampai
resiki delapan kali lebih besar terkena kanker dibandingkan mereka yang
hidup sehat tanpa rokok (Zulkifli, 2008).

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh kebiasaan menghisap rokok


yang mungkin saja tidak terjadi dalam waktu singkat namun memberikan
perokok potensi lebih besar. Beberapa diantaranya antara lain :

1. Impotensi
Merokok dapat menyebabkan penurunan seksual karena aliran darah ke
penis berkurang sehingga tidak terjadi ereksi.
2. Osteoporosis
Karbon monoksida dalam asap rokok dapat mengurangi daya angkat
oksigen darah perokok sebesar 15 persen, mengakibatkan karapuhan
tulang sehingga lebih mudah patah dan membutuhkan waktu 80 persen
lebih lama untuk penyembuhan.
3. Pada Kehamilan
Merokok selama kehamilan menyebabkan pertumbuhan janin lambat dan
dapat meningkatkan resiko Berat Badan Lahir Rendah (BBLR). Resiko
keguguran pada wanita perokok 2-3 kali lebih sering karena karbon
monoksida dalam asap rokok dapat menurunkan kadar oksigen.
4. Jantung Koroner
Penyakit jantung adalah salah satu penyebab kematian utama di
indonesia. Sekitar 40 persen kematian disebabkan oleh gangguan sirkulasi
darah, dimana 2,5 juta adalah penyakit jantung koroner. Perlu diketahui
bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang hingga
50% pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan
(trombosit) dan pengapuran dinding pembuluh darah (aterosklerosis),
merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Penyakit Pembuluh
Darah Perifer (PPDP) yang melibatkan pembuluh darah arteri dan vena di
tungkai bawah atau tangan sering ditemukan pada dewasa muda perokok
berat, biasanya akan berakhir dengan amputasi (PoltekesDepkes Jakarta I,
2002).
5. Sistem Pernapasan

Kerugian jangka pendek sistem pernapasan akibat rokok adalah


kemampuan rokok untuk membunuh sel rambut getar (silia) disaluran
pernapasan. Ini adalah awal dari bronkitis, iritasi, batuk. Sedangkan untuk
jangka panjang berupa kanker paru, hilangnya elasitas paru-paru dan
bronkitis kronis.

BAB III

ANALISIS MASALAH

3.1 Analisis Situasi

3.1.1 Analisis Situasi Wilayah Kerja Puskesmas


Puskesmas Gemarang sebagai unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kabupaten
Madiun yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di
wilayah Kecamatan Gemarang.
1. Identitas Puskesmas Gemarang
Nama Puskesmas : Gemarang
Alamat Puskesmas :Jln.TGP No.17 Ds.Gemarang
Kec.Gemarang
Desa/Kelurahan : Gemarang
Kecamatan : Gemarang
Kabupaten : Madiun
Kode Pos : 63156
No. Telp :
No. Fax :-
Email :-
Karakteristik Puskesmas
Letak Administrasi : Kecamatan
Letak Geografis : Dataran Rendah
Letak Strategis : Perbatasan Kabupaten.
3.1.2 Visi, Misi, Dan Strategi Puskesmas Gemarang
1.VISI : “Terwujudnya Kecamatan Gemarang Lebih Sehat dan Mandiri 2020”.
2.Misi
1. Meningkatkan derajat kesehatan keluarga melalui peningkatan pelayanan kesehatan
dan pemberdayaan masyarakat sadar gizi.
2. Peningkatan akses pelayanan kesehatan yang bermutu, bermutu dan merata.
3. Peningkatan profesionalisme aparatur Puskesmas Gemarang dalam rangka
optimalisasi manajemen pelayanan kesehatan.
3. Strategi Puskesmas Gemarang
“PROFESIONAL,INOVATIF, TIM AKTIF,RAMAH”(PINTAR)
a.P ( PROFESIONAL )
Selalu melakukan pelayanan dengan cepat dan tepat untuk memberikan yang terbaik Indikator :
1.Pendidikan
2.bekerja sesuai SOP
3.Disiplin (Waktu, Kelengkapan Seragam Dinas)
4.bekerja sesuai sistem manajemen
b.IN ( INOVATIF )
Selalu mendayagunakan kemampuan dan keahlian untuk mengembangkan tehnologi tepat guna,
Indikator
1.Pemanfaatan Teknologi tepat guna
2.Ada inovasi program dan pelayanan
3.Menyelenggarakan pelayanan mengacu kepada kebutuhan dan harapan masyarakat
c.TA ( Tim Aktif )
Dalam memberikan pelayanan mengedepankan kerja sama tim indikator1
1.kegiatan yg dilaksanakan Lintas program
2.Kegiatan melibatkan lintas sektor
d.R ( Ramah )
Memberikan pelayanan yang berkualitas dengan indikator 5 S
1. Senyum
2. Salam
3. Sapa
4. Sopan
5. Santun

Tabel 3.1 Jenis Tenaga Kerja Puskesmas Gemarang

No Tenaga Kesehatan Nama Tenaga Kesehatan


1. Dokter Umum 1. dr. Rahmat Ramadhani
    2. dr. Fajar Suryanto
2. Dokter Gigi 1. Drg Nungki Tyas Susanti
3.  Perawat 1. Sumiran
    2. Eko Wibowo
    3. Eko Susilowati
    4. Nur Widayatiningsih
    5. Henri Nur Sunaryanto
    6. Nurul Khasanah
    7. Wahid Abdullah
    8. Yoyok Afandi
    9. Prenica Juliani M
    10. Neni Krestiana Umami
    11. Anis Wahyuningtyas S
    12. Reni Purwitasari
    13. Didik Wahyudianto
    14. Eko Budiwahyono
    15. Didik Mariyadi
    16. Braka Anugrah M
    17. Dyah Fitrianingtyas
    18 Nhan Ayu Anyndhita P
    19. Yuliani
20. Rizky Karuniawati S
21. Elga Putra Windika
22. Wahyu Okta Kurniawan
23. Dian Eka Prastya
24. Kristanto Wibisono
4. Perawat Gigi 1. Tatang Radito
5. Bidan 1. Sri Soewarni
    2. Mudhakhiroh Zuni A
    3. Ida Handayani
    4. Sulistiyowati
    5. Indah Sukmayani
    6. Yuni Astutik Probo D
    7. Siska Ary Ria
    8. Ike Arnita
    9. Aristya Megawati
    10. Erma Kumarawati
    11. Suhartatik
    12. Sri Rubiani
    13. Avin Rihadhina
    14. Yekti Utami Yulianingrum
    15. Sri Yuliani
    16. Indah Lestari
    17. Wuri Setyaningsih
18. Resti Enggar
19. Retti Wicahyaningsih
20. Riski Paramitasari
21. Retno Nur Wijayanti
22. Ayu Tyas Kukuh S
6. Apoteker -  
7. Asisten Apoteker 1. Novi Dian Pujiana
8. Analis Kesehatan 1. Puji Rahayu
9. Sanitarian 1. Murdijono
10. Ahli Gizi 1. Muryaningsih
11. Promkes 1. Miswandi
12. Fisioterapis 1. Yuniar Murod H
13. Tenaga administrasi 1. Heri Priyanto
  2. Gandung Heriwiyantoro
    3. Warni
    4. Lina Dwi Purnawati
    5. Siswo Yuliarso

Tabel 3.1 Wilayah Kerja Puskesmas Gemarang

Penduduk
Jumlah Jumlah
No Desa L+P
Dusun Kk
L P

1 2 3 4 5 6 7

1 Batok 6 1855 2302 2348 4650

2 Durenan 4 1889 2430 2479 4909

3 Gemarang 4 1453 1886 1925 3811

4 Nampu 4 1278 1911 1934 3845

5 Sebayi 4 1095 1502 1534 3036

6 Tawangrejo 7 2512 3133 3197 6330

7 Winong 4 2038 2685 2740 5425

Jumlah 35 12092 15568 15887 31455


3.2 Analisis Situasi Desa Winong

1. Letak Geografis

Desa Winong salah satu dari 7 desa yang ada di Kecamatan Gemarang yang terletak kurang lebih
2 km kearah timur dari Kecamatan Gemarang, Desa Winong mempunyai wilayah seluas :
1,050,964 ha dengan jumlah penduduk : ± 6323 dengan jumlah Kepala Keluarga : ± 1893

Batas – batas wilayah :

Sebelah Utara : Desa Gemarang, Kec.Gemarang

Sebelah Timur : Desa Sudimoroharjo, Kec.Sawahan, Kab.Nganjuk

Sebelah Selatan : Desa Durenan, Kec. Gemarang

Sebelah Barat : Desa Batok dan Desa Tawangrejo, Kec.Gemarang

Desa Winong dibagi menjadi 4 (empat) dusun, yaitu :

1. Dusun Gebangan

2. Dusun Tumpakasri

3. Dusun Winong

4. Dusun Badur

2. Kondisi Sosial Pendidikan

Desa Winongi termasuk Desa yang kurang maju dalam hal pendidikan. Hal ini disebabkan
karena tidak adanya sarana pendidikan yang memadai. Di Desa Winong terdapat 2 PAUD, 2 TK,
2 SD, 1 SMK. Hal ini dikarenakan dana pendidikan yang ada di Desa Winong untuk
melengkapi sarana pendidikan belum merata dan kurangnya kesadaran masyarakat akan
pentingnya pendidikan.
3.3 Identifikasi Masalah

3.3.1 Metode Desain

Metode yang digunakan dalam kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) adalah metode

pengambilan data sekunder dari puskesmas gemarang. Masalah diartikan upaya perubahan

terencana terhadap individu, kelompok maupun komunitas. Intervensi merupakan cara atau

strategi memberikan bantuan kepada masyarakat dalam memberikan kesejahteraan kesehatan.

Intervensi masalah pada umumnya mengarah kepada identifikasi serta mengatasi dari masalah-

masalah kesehatan dalam komunitas secara menyeluruh dalam terminologi angka kematian,

angka kesakitan dan mengidentifikasi korelasi atau hubungannya dengan tujuan untuk

mengetahui faktor risiko atau keutuhan komunitas akan pelayanan kesehatan.

3.3.2 Data Sekunder

Sumber data dalam penelitian ini merupakan subyek dari mana data diperoleh.Dalam hal

ini, sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder berupa dari buku,

jurnal ilmiah dan artikel.

3.4 Prioritas Masalah

Selanjutnya untuk menentukan Prioritas masalah menjadi 3 prioritas masalah kesehatan

ditentukan dengan metode USG. Untuk lebih jelasnya pengertian urgency, seriuosness, dan

growth dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Urgency: Seberapa mendesak issue tersebut harus dibahas dikaitkan dengan waktu yang

tersedia serta seberapa keras tekanan waktu tersebut untuk memecahkan masalah yang

menyebabkan issue tadi.


b. Seriuosness: Seberapa serius issue tersebut perlu dibahas dikaitkan dengan akibat yang

muncul dengan penundaan pemecahan masalah yang menimbulkan issue tersebut atau akibat

yang menimbulkan masalah lain, jika masalah penyebab issue tidak dipecahkan.

c. Growth: Seberapa kemungkinan issue tersebut menjadi berkembang dikaitkan kemungkinan

masalah penyebab issue semakin memburuk jika dibiarkan.

3.5 Tabel Analisis Prioritas Masalah Dengan Metode USG

No Upaya Target Pencapaian U S G Total Rangking


Kesehatan

1. PENDERITA 100% 35,9% 4 5 4 13 1


HIPERTENSI
BEROBAT
TERATUR

No Upaya Target Pencapaian U S G Total Rangking


Kesehatan

1. ANGGOTA 100% 47,2% 3 4 3 10 2


KELUARGA
TIDAK ADA
YANG
MEROKOK

No Upaya Target Pencapaian U S G Total Rangking


Kesehatan

1. KELUARGA 100% 55,4% 3 4 3 10 3


SUDAH
MENJADI
ANGGOTA JKN
No Upaya Kesehatan Target Pencap U S G Total Rangking
aian

1. KELUARGA 100% 82,5% 3 3 3 9 4


MEMILIKI AKSES
ATAU
MENGGUNAKAN
JAMBAN
KELUARGA

No Upaya Target Pencapaian U S G Total Rangking


Kesehatan

1. KELUARGA 100% 69,3% 2 3 2 7 5


MENGIKUTI
PROGRAM KB

Keterangan :

Skala Urgensi Skala Seriousness Skala Growth

1= Tidak Mendesak 1 = Tidak Serius 1=Tidak Berkembang

2= Kurang Mendesak 2= Kurang Serius 2=Kurang Berkembang

3= Cukup Mendesak 3= Cukup Serius 3=Cukup Berkembang

4= Mendesak 4= Serius 4= Berkembang

5= Sangat Mendesak 5= Sangat Serius 5=Sangat


Berkembang
Berdasarkan tabel diatas, 3 prioritas masalah kesehatan di Desa Gunungan ditentukan sesuai

dengan 3 jumlah terbanyak dari hasil USG yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1. PENDERITA HIPERTENSI BEROBAT TERATUR


2. ANGGOTA KELUARGA TIDAK ADA YANG MEROKOK
3. KELUARGA SUDAH MENJADI ANGGOTA JKN

3.6 Pemecahan Masalah dan Alternatif Solusi

3.6.1 Gambar Diagram pohon Hipertensi

a.Pengobatan yang lama sehingga


pasien merasakan bosen
b. Konsumsi Alkohol, kopi
3.7 Pe
c.Terlalu banyak mengkonsumsi
rila garam
d.Merokok
3.6
Hipertensi Penyuluhan
tentang
3.5 L a. Lingkungan Padat penduduk Hipertensi
i b. Kurangnya kesadaran dalam dan
pola hidup sehat
pengobatan
3.4
3.3 P Hipertensi
e
l
a. Kurangnya penyuluhan tentang
a penyakit Hipertensi
3.1 b. Kurangnya
perencanaan kunjungan
rumah untuk penemuan
kasus Hipertensi

Menurut diagram diatas untuk mengurangi masalah Hipertensi di Desa Winong kelompok kami

memberikan alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut :

a. Penyuluhan

Penyuluhan mengenai Hipertensi dan pengobatan nya agar masyarakat sadar bahwa Hipertensi

dapat dicegah melalui pola hidup sehat seperti rutin berolahraga, serta mengkonsumsi makanan
yang sehat dan melakukan pengobatan secara rutin . Dengan adanya kegiatan ini diharapkan

masyarakat di Desa Winong dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Winong.

3.6.2 Gambar Diagram Pohon Merokok

a. kebiasaan merokok
3.13 b. sebagai penghilang kesedihan
Perilak

Merokok
Penyuluhan
tentang
3.12 a. Mayoritas penduduk merokok bahayanya
Ling b. Kurangnya kesadaran dalam merokok
pola hidup sehat
3.11
3.10
Pelay
a
a. Kurangnya penyuluhan tentang
n bahayanya merokok
3.8 b. Kurangnya
perencanaan kunjungan
rumah untuk penemuan
kasus merokok

Menurut diagram diatas untuk mengurangi masalah Merokok di Desa Winong kelompok kami

memberikan alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut :

b. Penyuluhan

Penyuluhan mengenai Merokok dan pengobatan nya agar masyarakat sadar bahwa Merokok

dapat dicegah melalui pola hidup sehat seperti rutin berolahraga, serta mengkonsumsi makanan

yang sehat dan melakukan pengobatan secara rutin . Dengan adanya kegiatan ini diharapkan

masyarakat di Desa Winong dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Winong.
Niat

Kurangnya kesadaran dari


masing individu.
Perilaku Belum ada tempat
Tidak mau menerima Penyuluhan
Perilaku pembuangan sampah di
perubahan
Lingkungan kepadamasyarakat
pengelolaan3.6.3 Gambar Diagram Pohon Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Desa Gunungan. Tentang pengelolaan
sampah Pelayanan Kurangnyaorang
Pengaruh penyuluhan
sekitar. sampah.
kesehatan a. Kurangnyatentang
kepeduliansosialisasi
dengan
3.19 kesehatan tentang bahaya
Perilak b. Rendahnya membuang
prepsepsi masyarakat
sampah dan
akan jaminan kesehatan
memilah sampah.
3.20
JKN Kurang optimalnya
program untuk
pengelolaan sampah 3.22
3.18 a. Kurangnya pengetahuan
Ling masyarakat tentang jaminan
Penyu
kesehatan lu
b. keterbatasan perekonomian
3.17 masyarakat untuk mendaftar ke
jaminan kesehatan
Pelay
3.21
a
a. Kurangnya penyuluhan tentang
n Jaminan Kesehatan Nasional
3.15b. Kurangnya
perencanaan kunjungan
rumah untuk penemuan
kasus Jaminan Kesehatan

Menurut diagram diatas untuk mengurangi masalah JKN di Desa Winong kelompok kami

memberikan alternatif penyelesaian masalah sebagai berikut :

c. Penyuluhan

Penyuluhan mengenai Merokok dan pengobatan nya agar masyarakat sadar bahwa Merokok

dapat dicegah melalui pola hidup sehat seperti rutin berolahraga, serta mengkonsumsi makanan

yang sehat dan melakukan pengobatan secara rutin . Dengan adanya kegiatan ini diharapkan

masyarakat di Desa Winong dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat desa Winong.

Niat
masing individu.
Perilaku Belum ada tempat
Tidak mau menerima Penyuluhan
Perilaku pembuangan sampah di
perubahan
Lingkungan kepadamasyarakat
pengelolaan Desa Gunungan. Tentang pengelolaan
sampah Pelayanan Kurangnyaorang
Pengaruh penyuluhan
sekitar. sampah.
kesehatan tentang sosialisasi
tentang bahaya
membuang sampah dan
memilah sampah.

Kurang optimalnya
program untuk
pengelolaan sampah

3.7 Implementasi Program

Program yang dilaksanakan di Desa Winong Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun

berdasarkan persetujuan dari Musyawarah Masyarakat Desa adalah penyuluhan tentang

Hipertensi dan pengobatannya, penyuluhan tentang bahayanya merokok, penyuluhan tentang

JKN. Pada saat penyuluhan mahasiswa menggunakan media PPT dan penyebaran leaflet .

IMPLEMENTASI MEDIA PENANGGUNG JAWAB

1. Melakukan penyuluhan 1. PPT 1. Rahmawati


tentang Pendidikan kesehatan 2. Leaflet 2. Freditya
penderita hipertensi berobat
teratur
2. Penyebaran leaflet

1. Melakukan penyuluhan 1. PPT 1. Iffah


tentang Bahayanya Merokok

1. Melakukan penyuluhan 1. PPT 1. Fila


tentang pentingnya Jaminan
Kesehatan Nasional (JKN)
Niat

Kurangnya kesadaran dari


masing individu.
Perilaku Belum ada tempat
Tidak mau menerima Penyuluhan
Perilaku pembuangan
perubahan sampah di
Lingkungan kepadamasyarakat
pengelolaan Desa Gunungan. Tentang pengelolaan
sampah Pelayanan Kurangnyaorang
Pengaruh penyuluhan
sekitar. sampah.
kesehatan tentang sosialisasi
tentang bahaya
membuang sampah dan
memilah sampah.

Kurang optimalnya
program untuk
pengelolaan sampah
BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hipertensi

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Desa Winong terdapat warga yang menderita hipertensi 35,9% dari seluruh jumlah penduduk.
Maka dari itu untuk mengurangi angka kejadian terjadinya hipertensi di Desa Winong kelompok
mahasiswa kuliah kerja nyata memberikan intervensi tentang penyuluhan penyakit hipertensi di
posyandu lansia dan penyebaran leaflet tentang hipertensi kepada masyarakat Desa Winong.
Dengan rincian hasil intervensi sebagai berikut:

Penyuluhan pada masyarakat tentang hipertensi yang dilakukan di desa Winong dengan
media power point dan penyebaran leaflet pada masyarakat untuk memudahkan masyarakat
dalam memahami topik yang akan diberikan serta kelompok berharap masyarakat mengerti
tentang penyakit hipertensi lebih dalam.

4.2 Merokok

Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) di
Desa Winong Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun terdapat keluarga tidak ada yang
merokok sebanyak 47,2% dari seluruh jumluh penduduk. Maka dari itu untuk meningkatkan
pengetahuan masyarakat tentang bahaya merokok di Desa Winong Kecamatan Gemarang
Kabupaten Madiun kelompok mahasiswa KKN memberikan intervensi yaitu dengan cara
melakukan penyuluhan dan penyebaran leaflet tentang bahaya merokok kepada masyarakat di
Desa Winong Kecamatan Gemarang Kabupaten Madiun. Dengan rincian hasil intervensi sebagai
berikut :

Penyuluhan kepada masyarakat tentang bahaya merokok di Desa Winong Kecamatan


Gemarang Kabupaten Madiun yang dilakukan dengan penjelasan melalui media power point
dan penyebaran leafleat yang akan mempermudah masyarakat untuk memahami topik yang akan
diberikan serta kelompok berharap masyarakat mampu mengerti tentang bahaya merokok.

4.3 Jaminan Kesehatan Nasional /JKN

Berdasarkan hasil diskusi yang dilakukan oleh kelompok KKN (Kuliah Kerja Nyata)
Didesa winong kecamatan Gemarang kabupaten Madiun terdapat masyarakat yang
menggunakan fasilitas negara yaitu JKN sebanyak 55,4,% dari seluruh jumlah masyarakat yang
disurvei. Maka dari itu untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang manfaat jaminan
kesehatan nasional di Desa Winong maka kelompok mahasiswa kuliah kerja nyata memberikan
intervensi yaitu penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat tentang jaminan kesehatan nasional
di desa Winong. Dengan rincian hasil intervensi sebagai berikut:

Penyuluhan tentang pengetahuan masyarakat tentang jaminan kesehatan nasional yang


dilakukan di desa Winong dengan media penyebaran leaflet dan juga penjelasan melalui power
point yang dapat memudahkan masyarakat dalam memahami topik yang akan diberikan serta
kelompok berharap masyarakat mampu sedikit mengerti manfaat dari jaminan kesehatan
nasional.
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil survey yang dilakukan oleh kelompok 12 di Desa Winong

dapat disimpulkan bahwa :

1. Desa Winong salah satu dari 7 desa yang ada di Kecamatan Gemarang yang terletak
kurang lebih 2 km kearah timur dari Kecamatan Gemarang, Desa Winong mempunyai
wilayah seluas : 1,050,964 ha dengan jumlah penduduk : ± 6323 dengan jumlah Kepala
Keluarga : ± 1893
2. Berdasarkan hasil data sekunder dari kelompok kami, mendapatkan prioritas masalah

penderita hipertensi berobat teratur, Anggota keluarga tidak merokok, Keluarga sudah

menjadi anggota JKN, Keluarga memiliki akses atau menggunakan jamban keluarga,

Keluarga mengikuti program KB

3. Dari 5 prioritas masalah tersebut dan berdasarkan data sekunder yang diperoleh adalah

penderita hipertensi berobat teratur tercapai 35,9% dari target 100%, anggota tidak

merokok tercapai 47,2% dari target 100%, keluarga sudah menjadi anggota JKN tercapai

55,4% dari target 100%, Keluarga memiliki akses atau menggunakan jamban keluarga

tercapai 82,5% dari target 100%, Keluarga mengikuti program KB 69,3% dari target

100%.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil survei dari kelompok 12, penulis atau penyusun menyarankan:
1. Bagi Masyararakat Winong
a. Peningkatan pengetahuan tentang kesehatan
2. Bagi Instansi Kesehatan
a. Meningkatkan progam penyuluhan secara berkesinambungan.
b. Di harapkan mampu meningkatkan pelayanan kesehatan

3. Bagi Program Studi S1 Keperawatan


Untuk kedepannya dari program studi S1 Keperawatan dapat memberikan informasi
dan ilmu tentang kesehatan di lingkungan masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA

Kurniawan Deny. 2018. Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi Masyarakat Dalam Pemanfaatan


Jaminan Kesehatan Nasional Di Wilayah Kerja Puskesmas Tamalanrea Jaya Kota Makasar.
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.
Klag, M.J, dkk. 2013. “Coffe Intake and Risk of Hypertension”. Arch Intern Med
Nuraini, Bianti. 2015. “Risk Factors Of Hypertension”. Lampung. Volume 4 Nomor 5 Halaman
12-17
Nurrahmani, Ulfah & Kurniadi, Helmanu. 2015. “Gejala Penyakit Jantung Koroner, Kolesterol
Tinggi, Diabetes Militus, Hipertensi”. Yogyakarta: Istana Media
Padila. 2013. “Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam”. Yogyakarta: Nuha Medika
Rahayu Utaminingsih, Wahyu. 2015. “Mengenal dan Mencegah Penyakit Diabetes, Hipertensi,
Jantung dan Stroke Untuk Hidup Lebih Berkualitas”. Yogyakarta: Media Ilmu
Kementrian Kesehatan.2018. Laporan Nasional RISKESDAS. Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Setiaji Bambang, Hidayati.2017. Perilaku Merokok Masyarakat Di Kecamatan Ciampea
Kabupaten Bogor Jawa Barat. Bogor. Volume 2 Nomor 2.

Anda mungkin juga menyukai