Dosen Pengampu:
Asrina Pitayanti., S.Kep., Ns., M.Kep
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas mata kuliah kep. gerontik dengan judul “Asuhan
Keperawatan Lanjut Usia Dengan Immobility And Functional Mobility “
Semoga bimbingan dan bantuan yang telah diberikan pada kami mendapatkan balasan
dari Allah SWT sesuai dengan amal kebajikan. Tak ada gading yang tak retak, makalah ini
pun masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu saran dan kritik dari pembaca sangat kami
harapkan yang bersifat membangun.
Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis dan
pembaca pada umumnya, untuk itu kami sampaikan terima kasih.
Madiun, Januari 2021
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati-hati daalm
mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis
(fisiological aging), diharapkan mereka tua dalam keadaan sehat(healty aging).
Penuaan itu sesuai dengan kronologis usia( penuaan primer), dipengaruhi oleh
factor endogen, perubahan dimulai dari sel jaringan organ system pada tubuh.
Berbagai perubahan terjadi pada system musculoskeletal, meliputi tulang keropos
(osteoporosis), pembesaran sendi, pengerasan tendon, keterbatasan gerak,
penipisan discus intervertebralis, dan kelemahan otot, terjadi pada proses penuaan.
Bila penuaan banyak dipengaruhi oleh factor eksogen, yaitu lingkungan, social
budaya, gaya hidup disebut penuaan sekunder. Penuaan itu tidak sesuaidengan
kronologis usia dan patologis. Factor eksogen juga dapat mempengaruhi factor
endogen sehingga dikenal dengan factor risiko. Factor risiko tersebut dapat
menyebabkan terjadinya penuaan patologis(pathological aging). Pada lansia,
struktur kolagen kurang mampu menyerap energi. Kartilago sendi mengalami
degenerasi didaerah yang menyangga tubuh dan menyembuh lebih lama. Hal
tersebut mengakibatkan terjadinya osteoarthritis. Begitu juga masa otot dan
kekuatannya juga berkurang.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas, mudah,
dan teratur yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehat. Kehilangan
kemampuan bergerak menyebabkan ketergantungan dan ini membutuhkan
tindakan keperewatan. Mobilisasi dioerlukan untuk meningkatkan kemandirian,
kesehatan, memperlambat proses penyakit, khususnya penyakit degeneratif dan
untuk aktualisasi diri (harga diri dan citra tubuh), (Mubarak, 2008). Mobilisasi
merupakan salah satu bentuk rehabilitas pada penderita stroke. Melakukan
mobilisasi sedini mungkin dapat mencegah berbagai komplikasi seperti infeksi
saluran perkemihan, kontaraktur, tromboplebitis, dekubitus, sehingga mobilisasi
dini penting secara rutin dan kontinyu. Mobilisasi penderita stroke di rumah sakit
tidak hanya dilakukan oleh fisiotherapis tetapi juga menjadi kewajiban perawat.
Mobilisasi sudah kebutuhan pokok seperti halnya makanan dan minuman,
bernafas, atau istirahat terlebih pada penderita sangat diharapkan (Bustami, 2007)
Menurut WHO, di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar
142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia meningkat 3 kali lipat
dari tahun 2013. Pada tahun 2000 jumlah Lansia sekitar 5.300.000 (7,4%) dari total
populasi, sedangkan pada tahun 2010 jumlah Lansia 24.000.000 (9,77%) dari total
populasi, dan tahun 2020 diperkirakan jumlah Lansia mencapai 28.800.000
(11,34%) dari total populasi. Data Badan Pusat Statistik menunjukkan bahwa
penduduk lanjut usia di Indonesia pada tahun 2007 berjumlah 18,7 juta jiwa
selanjutnya pada tahun 2010 meningkat menjadi 23,9juta jiwa (9,77 persen). Pada
tahun 2020 diprediksikan jumlah lanjut usia mencapai 28,8 juta jiwa (11,34 persen)
(Kemenkes RI, 2013). Berdasarkan data lansia dari berbagai sumber yang ada,
dapat dipastikan bahwa semakin tahun pertambahan jumlah penduduk semakin
bertambah, begitupula bertambahnya usia angka lansia akan semakin tinggi,
dengan bertambanya angka lansia yang semakin tinggi maka masalahmasalah
kesehatan pada lansia akan semakin beragam dan komplek.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana konsep asuhan keperawatan immobility dan functional immobility pada
lansia?
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi dan
mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar
utama dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu
(klien). Oleh karena itu, pengkajian yang benar, akurat, lengkap, dan sesuai
dengan kenyataan sangat penting dalam merumuskan suatu diagnosa
keperawatan dari dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai dengan rspon
individu, sebagaimana yang telah ditentukan dalam standar praktik keperawatan
(Sudoyo et al., 2010). Hal yang perlu dikaji, yaitu:
a. Informasi biografi
Informasi biografi meliputi tanggal lahir, alamat, jenis kelamin, usia,
status pekerjaan, status perkawinan, dan agama. Usia pasien dapat menunjukkan
tahap perkembangan baik pasien secara fisik maupun psikologis. Jenis kelamin
dan pekerjaan perlu dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya
terhadap terjadinya masalah atau penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien masalah atau penyakitnya
b. Keluhan utama
Pengkajian anamnesis keluhan utama didapat dengan menanyakan
tentang gangguan terpenting yang dirasakan pasien.Setiap keluhan utama harus
25 dinyatakan sedetail-detailnya kepada pasien dan semuanya dituliskan pada
riwayat penyakit sekarang.Pada umumnya, beberapa hal yang harus diungkapkan
pada setiap gejala adalah lama timbulnya, lokasi perjalanannya.Pasien diminta
untuk menjelaskan keluhan-keluhannya dari segala awal sampai sekarang.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Perawat menanyakan tentang penyakit-penyakit yang pernah dialami
sebelumnya. Hal-hal yang perlu dikaji meliputi:
1) Pengobatan yang lalu
Ada beberapa obat yang diminum oleh pasien pada masa lalu yang
masih relevan, seperti pemakaian obat kortikosteroid.Catat adanya efek samping
yang terjadi dimasa lalu.
2) Riwayat keluarga
Perawat menanyakan tentang penyakit yang pernah dialami oleh
keluarga.Hal ini ditanyakan karena banyak penyakit menurun dalam keluarga.
Setiap pengkajian riwayat harus dapat diadaptasi sesuai kebutuhan seorang
pasien. Setiap pola merupakan suatu rangkaian perilaku yang membantu perawat
mengumpulkan, mengorganisasikan, dan memilah-milah data (Aspiani, 2014).
Menurut (Sunaryo et al., 2015), pengkajian yang berfokus pada lansia meliputi:
a. Perubahan fisiologis Perubahan fisiologis pada lansia meliputi:
1. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik dengan pendekatan per system dimulai dari kepala ke ujung
kaki atau head to toe dapat lebih mudah dilakukan pada kondisi klinik.Pada
pemeriksaan fisik diperlukan empat modalitas dasar yang digunakan yaitu
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.Setelah pemeriksaan fisik terdapat
pemeriksaan tambahan mengenai pengukuran tinggi badan dan berat badan
untuk mengkaji tingkat kesehatan umum seseorang dan pengukuran
tandatanda vital (tekanan darah, suhu, respirasi, nadi).
2. Pengkajian kekuatan otot
3. Intervensi Keperawatan
Analisa Data
5. Intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gangguan mobilitas fisik merupakan suatu keadaan keterbatasan kemampuan
pergerakan fisik secara mandiri yang dialami seseorang Intoleransi aktifitas
merupakan suatu keadaan ketidakcukupan energi secara fisiologis atau
psikologis pada seseorang untuk bertahan aau menyelesaikan aktivitas sehri-hari
yang dibutuhkan atau diinginkan.
Upaya-upaya rehabilitasi untuk memaksimalkan mobilitas bagi lansia
melibatkan upaya multidisiplin yang terdiri dari perawat, dokter, ahli fisioterapi,
dan terapi okupasi, seorang ahli gizi, aktivitas sosial, dan keluarga serta teman-
teman.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bhawa makalah ini banyak sekali kesalahan
dan sangat jauh dari kesempurnaan. Tentunya penulis akan terus memperbaiki
makalah dengan mengacu pada sumber yang dapat dipertanggungjawabkan
nantinya. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran tentang
pembahasan makalah di atas.
Daftar pustaka
Doenges E, Moorhouse, geissler, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta, Penerbit
Buku Kedokteran, EGC, 1999
Dr. Hardywinoto, SKM, Dr. Tony Setia budhi, Ph. D.Panduan Gerontologi, Jakarta,
PTGramedia Pustaka Utama, 1999.
Joseph J. Gallo, William Reichel, Lillian M. Andersen, Buku Saku Gerontologi, Edisi 2,
Jakarta, EGC, 1998.
L. Stokckslarger, Jaime, Schaeffer, liz, Buku Saku Keperawatan Gerontik, Edisi 2, Jakarta,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, 2007.
Nanda, Panduan Diagnosa Keperawatan, Jakarta, Prima Medika, 2005.
R. Boedhi-Darmojo, H. Hadi Martono, Buku Ajar geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut), edisi
ke 2, Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2000.
Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal bedah Brunner &
Suddarth, Cetakan Ke satu, Jakarta, EGC, 2001