Disusun Oleh:
Dini Apriliani
J.0105.19.012
CIMAHI
2020
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PADA LANSIA DENGAN OSTEOARTRITIS
1. Pengertian
lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun
(Dewi, 2014). Proses menua adalah proses alamiah kehidupan yang terjadi mulai dari
awal seseorang hidup, dan memiliki beberapa fase yaitu anak, dewasa dan tua
(Kholifah, 2016).
yang berisiko untuk terjadinya jatuh pada lanjut usia (Susilo, 2017).
Menurut beberapa ahli dalam Efendi (2009), yang mencangkup batasan umur
Pasal 1 Ayat 2 yang berbunyi “Bahwa lanjut usia adalah seseorang yang telah
tumbuh kembang sebelumnya melakukan kegiatan sehari-hari dengan teratur dan baik
serta membina hubungan yang serasi dengan orang-orang disekitarnya, maka pada
usia lanjut ia akan tetap melakukan kegiatan yang biasa ia lakukan pada tahap
dan lain-lain.
4. Tipe Lansia
lingkungan, kodisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho 2000 dalam
b. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan yang hilang dengan yang baru, selektif dalam mencari
Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak
d. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan
e. Tipe bingung
5. Proses Penuaan
Proses menua adalah kombinasi berbagai macam faktor yang saling berkaitan.
Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan yang terkait waktu
yang bersifat universal, intrinsik, progresif dan detrimental. Keadaan tersebut dapat
c. Tidak ada satu faktor pun yang dapat mencegah proses menua.
B. Konsep Osteoartritis
1. Pengertian
seluruh komponen sendi, dan memiliki karakteristik hilang serta rusaknya tulang
rawan, sendi yang terlokalisasi, inflamasi, pembentukan tulang baru pada pinggir
sendi, perubahan tulang subkondral, berbagai derajat sinovitis ringan, dan penebalan
kapsul sendi. Tetapi umumnya ditemukan di lutut, tangan, panggul, dan tulang
adalah penyakit yang paling umum dan paling sering melumpuhkan gangguan sendi,
penyakit ini disebabkan oleh beberapa macam faktor. seiring bertambahnya usia,
osteoartritis sering dimulai pada usia 40 tahun, 90% populasi mengalami perubahan
merupakan suatu penyakit degeneratif pada persendian yang bersifat kronis dan
merupakan bentuk arthritis yang paling umum terjadi yang menyebabkan nyeri dan
2. Etiologi
(terkait dengan faktor resiko yang diketahui). Walaupun proses penuaan berkaitan
penyebab yang pasti (tidak diketahui) dan tidak disebabkan oleh penyakit sistematik
pertumbuhan, faktor keturunan (herediter), dan immobilisasi yang terlalu lama. Kasus
a. Umur : dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis yaitu, faktor penuaan
dengan bertambahnya umur. Perubahan fisik dan biokimia yang terjadi sejalan
dengan bertambahnya usia dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air, dan
b. Jenis kelamin : wanita lebih sering terkena osteoartritis pada lutut dan sendi, lelaki
lebih sering terkena pada paha, pergelangan tangan dan leher. Secara
keseluruhan, dibawah 5 tahun frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki-
laki dan wanita. Akan tetapi diatas 50 tahun (setelah menaupose) frekuensi
osteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada laki-laki. Hal ini menunjukkan
c. Faktor genetik : beberapa kasus orang lahir dengan kelainan sendi tulang akan
diberikan pada setiap persendian terutama lutut sehingga persendian dan tulang
e. Riwayat trauma lutut : trauma dapat mengakibatkan rusaknya rawan sendi, baik
yang bersifat trauma akut maupun trauma berulang yang melebihi kekuatan otot
f. Kebiasaan kerja dengan Beban Berat : terdapat hubungna yang signifikan antara
3. Patofisiologi
dan progresif lambat, yang seakan-akan merupakan proses penuaan, rawan sendi
pada bagian tepi sendi. Proses degenerasi ini disebabkan oleh proses pemecahan
kondrosit yang merupakan unsur penting rawan sendi. Pemecahan tersebut diduga
sehingga mengakibatkan kerusakan tulang rawan. Sendi yang paling sering terkena
adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti panggul lutut dan kolumna
Hal ini disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi lainnya akan
menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan ekstrinsik sehingga
menyebabkan fraktur ada ligamen atau adanya perubahan metabolisme sendi yang
pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi dan kehancuran, tulang
menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang menyebabkan nyeri, kaki
Pergeseran tulang
Klasifikasi ligamen
Osteoarthritis
Proses penyakit
Efusi sendi Deformitas sendi memanjang
a. Nyeri sendi : Keluhan ini merupakan keluhan utama pasien dengan Osteoartritis.
Beberapa gerakan tertentu terkadang dapat menimbulkan rasa nyeri yang berlebih.
b. Kaku di pagi hari : Rasa kaku pada sendi dapat timbul setelah pasien berdiam diri
atau tidak melakukan banyak gerakan, seperti duduk di kursi atau mobil dalam
waktu yang cukup lama, bahkan setelah bangun tidur di pagi hari (Soeroso, 2009).
c. Hambatan gerakan sendi : Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat secara
d. Krepitasi : Krepitasi atau rasa gemeratak yang timbul pada sendi yang sakit.
f. Perubahan gaya berjalan : Gejala ini merupakan gejala yang menyusahkan pasien
terlebih pada pasien lanjut usia. Keadaan ini selalu berhubungan dengan nyeri
g. Tanda- tanda peradangan, tanda- tanda peradangan pada sendi (nyeri ekan,
6. Pemeriksaan diagnostic
tulang.
lainnya. Faktor rheumatoid bisa ditemukan dalam serum, karena factor ini
meningkat secara normal pada peningkatan usia. Laju endap darah eritrosit
7. Penatalaksanaan
sendi dan mengatasi nyeri guna mempertahankan mobilitas sendi dan mengurangi
antara lain:
tekanan berulang pada sendi dan upaya dalam penurunan berat badan.
b. Terapi fisik : Osteoartritis lutut akan menyebabkan kondisi difuse atropi pada otot
kuadrisep. Latihan kekuatan otot akan menurunkan konsidi difuse atrofi. Terapi
memiliki pengaruh besar dalam penurunan skala nyeri sendi (Stevenson et al,
2012).
d. Terapi obat simptomatis : NSAIDs adalah obat yang digunakan untuk mengurangi
e. Pebedahan
8. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi bila osteoartritis tidak ditangani yaitu terjadi
1. Pengkajian
a. Identitas
b. Keluhan utama
Pasien datang dengan keluhan sakit pada persendian, bengkak, dan terasa kaku.
Kaji pengetahuan klien tentang penyakitnya, saat klien sakit tindakan yang
2) Nutrisi/metabolic
Kaji makanan yang dikonsumsi oleh klien, porsi sehari, jenis makanan, dan
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi BAB dan BAK, ada nyeri atau tidak saat BAB/BAK dan warna
Kaji kemampuan klien saat beraktivitas dan dapat melakukan mandiri, dibantu
Kaji pola istirahat, kualitas dan kuantitas tidur, kalau terganggu kaji penyebabnya
6) Pola kognitif-perseptual
Status mental klien, kaji nyeri dengan Provokasi (penyebab), Qualitas nyerinya
seperti apa), Region (di daerah mana yang nyeri), Scala (skala nyeri 1-10), Time
Pola persepsi diri perlu dikaji, meliputi; harga diri, ideal diri, identitas diri,
gambaran diri.
e. Pemeriksaan fisik
1) Indeks Katz
Pengkajian menggunakan indeks kemandirian katz untuk aktivitas
kehidupan sehari-hari yang berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal: makan, kontinen (BAB/BAK), berpindah, ke
kamar mandi, mandi dan berpakaian. Indeks Katz adalah pemeriksaan
disimpulkan dengan system penilaian yang didasarkan pada tingkat bantuan
orang lain dalam melakukan aktivitas fungsionalnya.
2) Status mental dan kognitif gerontik
a) Short Portable Mental Status Questioner (SPMSQ)
Digunakan untuk mendeteksi adanya tingkat kerusakan intelektual.
Pengujian terdiri atas 10 pertanyaan yang berkenan dengan orientasi,
riwayat pribadi, memori dalam hubungannya dengan kemampuan
perawatan diri, memori jangka panjang dan kemampuan matematis atau
perhitungan (Pfeiffer, 2002).
b) MiniMental Status Exam (MMSE)
Mini mental status exam (MMSE) menguji aspek kognitif dari fungsi
mental: orientasi, registrasi, perhatian dan kalkulasi, mengingat kembali dan
bahasa. Nilai kemungkinan ada 30, dengan nilai 21 atau kurang biasanya
indikasi adanya kerusakan kognitif yang memerlukan penyelidikan lanjut.
Pemeriksaan memerlukan hanya beberapa menit untuk melengkapi dan
dengan mudah dinilai, tetapi tidak dapat digunakan sendiri untuk tujuan
diagnostic. karena pemeriksaan MMSE mengukur beratnya kerusakan
kognitif dan mendemonstrasikan perubahan kognitif pada waktu dan
dengan tindakan. Ini merupakan suatu alat yang berguna untuk mengkaji
kemajuan klien yang berhubungan dengan intervensi. Alat pengukur status
afektif bdigunakan untuk membedakan jenis depresi serius yang
mempengaruhi fungsi-fungsi dari suasana hati.
Pengkajian Khusus
1. Masalah kesehatan kronis
Analisis hasil :
Score : ≤ 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis
Score : 26-50 : masalah kesehatan kronis sedang
Score : ≥ 51 : masalah kesehatan kronis berat
2. Fungsi kognitif
No Item pertanyaan Benar Salah
Hari apa sekarang ?
1. Jawab
: Selasa
Tanggal berapa sekarang?
2. Jawab
: 17 April
Apa nama tempat ini?
3. Jawab
: Toilet
Dimana Alamat Bapak / ibu?
4. Jawab
: Bali
Berapa umur Bapak / ibu sekarang?
5. Jawab
: lahir 1965
Kapan Bapak / Ibu lahir?
6. Jawab
: Lupa
Siapa Presiden Indonesia sekarang?
7. Jawab
: Lupa
Siapa Presiden Indonesia sebelumnya?
8. Jawab
: Lupa
Siapa nama ibu anda?
9. Jawab
: Susi
Coba hitung dari angka 20 dengan pengurangan
3?
10.
Jawab
: 17, 14, 11, 8, 5, 2
Jumlah salah
Analisis hasil :
Salah 0 – 3 Fungsi intelektual utuh
Salah 4 – 5 kerusakan intelektual ringan
Salah 6 – 8 kerusakan intelektual sedang
Salah 9 – 10 kerusakan intelektual berat
3. Status fungsional
Mandiri Tergantung
No Aktivitas
( 1 ) (0 )
1. Di kamar mandi (menggosok, membersihkan, dan
mengeringkan badan)
2. Menyiapkan pakaian, membuka pakaian,mengenakannya
Analisa hasil :
Nilai 0-5 : normal
Nilai 6-15 : depresi ringan sampai sedang
Nilai 16-30 : depresi berat
2. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut/kronis berhubungan dengan agen cedera biologis, distensi jaringan oleh
akumulasi cairan/proses inflamasi, distruksi sendi.
b. Hambatan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal, nyeri,
ketidaknyamanan, penurunan kekuatan otot
c. Defisit perawatan diri berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik
serta psikologis yang disebabkan oleh penyakit atau terapi
d. Resiko trauma berhubungan dengan keterbatasan ketahanan fisik, perubahan
fungsi sendi
e. Kurang pengetahuan (kebutuhan belajar) mengenai penyakit, prognosis dan
kebutuhan perawatan dan pengobatan berhubungan dengan kurangnya
pemahaman/mengingat kesalahan interpretasi informasi.
3. Intervensi Keperawatan
Diagnosa Rencana Keperawatan
No
Keperawatan Tujuan Intervensi Rasional
1. Nyeri b/d Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu dalam
agen cedera asuhan keperawatan catat lokasi dan menentukan
biologis, selama ….x… intensitas nyeri kebutuhan
distensi pertemuan diharapkan (skala 0 – 10), managemen
jaringan oleh nyeri berkurang atau catat faktor-faktor nyeri dan
akumulasi terkontrol dengan yang keefektifan
cairan, kriteria hasil : mempercepat dan program.
destruksi a. Mampu mengontrol tanda-tanda rasa
sendi nyeri nyeri.
b. Melaporkan bahwa 2. Berikan matras 2. Matras yang
nyeri berkurang atau kasur empuk, lembut/empuk,
dengan bantal kecil. bantal yang
menggunakan besar akan
manajemen nyeri mencegah
c. Mampu mengenali pemeliharaan
nyeri (skala, kesejajaran tubuh
intensitas, frekuensi yang tepat,
dan tanda nyeri) menempatkan
d. Menyatakan rasa setres pada sendi
nyaman setelah yang sakit.
nyeri berkurang 3. Tinggikan linen 3. Peninggian linen
e. Tanda vital dalam tempat tidur sesuai tempat tidur
rentang normal kebutuhan. menurunkan
tekanan pada
sendi yang
terinflamasi /
nyeri
4. Dorong untuk 4. Mencegah
sering mengubah terjadinya
posisi. Bantu kelelahan umum
pasien untuk dan kekakuan
bergerak di tempat sendi.
tidur, sokong sendi Menstabilkan
yang sakit di atas sendi,
dan di bawah, mengurangi
hindari gerakan gerakan/rasa
yang menyentak. sakit pada sendi.
5. Berikan masase 5. Meningkatkan
yang lembut relaksasi/mengur
angi tegangan
otot
6. Ajarkan dan 6. Dapat membantu
anjurkan senam mengurangi nyeri
ergonomis klien
7. kolaborasi beri 7. Meningkatkan
obat sebelum relaksasi,
aktivitas atau mengurangi
latihan yang tegangan otot,
direncanakan memudahkan
sesuai petunjuk untuk ikut serta
seperti asetil dalam terapi.
salisilat.
2. Gangguan/ Setelah diberikan 1. Pertahankan 1. Untuk mencegah
kerusakan asuhan keperawatan istirahat tirah kelelahan dan
mobilitas fisik selama ….x….. jam, baring/duduk jika mempertahankan
b/d deformitas diharapkanhambatan diperlukan. kekuatan.
skeletal, mobilisasi fisik dapat 2. Bantu bergerak 2. Meningkatkan
nyeri, diatasi dengan kriteria : dengan bantuan fungsi sendi,
ketidaknyama a. Klien meningkat seminimal kekuatan otot
nan, dalam aktivitas fisik mungkin. dan stamina
penurunan b. Mengerti tujuan dari 3. Dorong klien umum.
.kekuatan otot peningkatan mempertahankan 3. Memaksimalkan
mobilitas postur tegak, fungsi sendi dan
c. Memperagakan duduk tinggi, mempertahankan
penggunaan alat berdiri dan mobilitas.
Bantu untuk berjalan.
mobilisasi (walker) 4. Berikan 4. Menghindari
lingkungan yang cedera akibat
aman dan kecelakaan
menganjurkan seperti jatuh.
untuk
menggunakan alat
bantu.
5. Berikan obat- 5. Untuk menekan
obatan sesuai inflamasi sistemik
indikasi seperti akut.
steroid.