Oleh:
OKTIA RAHMI
2014901094
CI KLINIK CI AKADEMIK
(...............................) (....................................)
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-75 tahun
(Potter, 2005). Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak,
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari, berjalan secara
terus-manerus, dan berkesinambungan (Depkes RI, 2001). Menurut Keliat (1999) dalam
Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai tahap akhir perkembangan pada daur
kehidupan manusia sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998
Tentang Kesehatan dikatakan bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai
usia lebih dari 60 tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik
dan tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat mereka
2. Karakteristik Lansia
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), lansia memiliki karakteristik sebagai
berikut:
1) Berusia lebih dari 60 tahun (sesuai dengan Pasal 1 Ayat (2) UU No. 13 tentang
kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit, dari
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi adaftif hingga kondisi
maladaptif
3. Klasifikasi Lansia
3) Lansia Resiko Tinggi, Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan (Depkes RI, 2003)
4) Lansia Potensial, Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan
5) Lansia Tidak Potensial, Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga
4. Tipe Lansia
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman, mempunyai
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang dengan kegiatan
baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta memenuhi
undangan.
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
jasmani, kehilangan kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar,
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai
konsep habis (“habis gelap datang terang”), mengikuti kegiatan beribadat, ringan
Menurut Erickson, kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap
tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
1. Pengertian
Penyakit reumatik adalah penyakit inflamasi non- bakterial yang bersifat sistemik,
progesif, cenderung kronik dan mengenai sendi serta jaringan ikat sendi secara simetris
Reumatik dapat terjadi pada semua jenjang umur dari kanak-kanak sampai usia lanjut.
Namun resiko akan meningkat dengan meningkatnya umur (Felson dalam Budi Darmojo,
1999).
Artritis Reumatoid adalah penyakit autoimun sistemik kronis yang tidak diketahui
mengarah pada destruksi kartilago sendi dan deformitas lebih lanjut (Susan Martin Tucker,
1998).
Artritis Reumatoid (AR) adalah kelainan inflamasi yang terutama mengenai membran
sinovial dari persendian dan umumnya ditandai dengan dengan nyeri persendian, kaku sendi,
Artritis rematoid adalah suatu penyakit inflamasi kronik dengan manifestasi utama
poliartritis progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh (Arif Mansjour, 2001)
2. Etiologi
Etiologi penyakit ini tidak diketahui secara pasti. Namun ada beberapa faktor resiko
Dari semua faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis, faktor penuaan adalah yang
terkuat. Akan tetapi perlu diingat bahwa osteoartritis bukan akibat penuaan saja.
Perubahan tulang rawan sendi pada penuaan berbeda dengan eprubahan pada
osteoartritis.
Wanita lebih sering terkena osteosrtritis lutut dan sendi. Sedangkan laki-laki lebih
sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan dan leher. Secara keseluruhan,
dibawah 45 tahun, frekuensi psteoartritis kurang lebih sama antara pada laki-laki dan
wanita, tetapi diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih
banyak pada wanita daripada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis osteoartritis.
3. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi osteoartritis pada masingn-masing suku bangsa. Hal ini
mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup maupun perbedaan pada frekuensi
4. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks histokompatibilitas
Berat badan yang berlebih, nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya osteoartritis, baik pada wanita maupun pria. Kegemukan ternyata tidak
hanya berkaitan dengan oateoartritis pada sendi yang menanggung beban berlebihan,
tapi juga dnegan osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula). Olehkarena itu
diduga terdapat faktor lain (metabolit) yang berpperan pada timbulnya kaitan tersebut.
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus berkaitan
cedera sendi yang berkaitan dengan resiko osteoartritis yang lebih tinggi.
7. Kelainan pertumbuhan
8. Kepadatan tulang
osteoartritis. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih padat (keras) tidak
membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh tulang rawan sendi.
3. Jenis Reumatik
a. Reumatik Sendi (Artikuler)
artikuler). Penyakit ini ada beberapa macam yang paling sering ditemukan yaitu:
b. Artritis Reumatoid
sekitarnya, terutama di persendian tangan dan kaki yang sifatnya simetris (terjadi pada
pembesaran (Hipertrofi) dan menebal sehingga terjadi hambatan aliran darah yang
yang menebal kemudian dilapisi oleh jaringan granular yang disebut panus. Panus
pembentukan jaringan parut. Proses ini secara perlahan akan merusak sendi dan
c. Osteoatritis
Adalah sekelompok penyakit yang tumpang tindih dengan penyebab yang belum
yang sama.Proses penyakitnya berawal dari masalah rawan sendi (kartilago), dan
kapsul dan jaringan sinovial, serta jaringan ikat sekitar persendian (periartikular).
Pada stadium lanjut, rawan sendi mengalami kerusakan yang ditandai dengan adanya
fibrilasi, fisur, dan ulserasi yang dalam pada permukaan sendi. Etiologi penyakit ini
tidak diketahui dengan pasti. Ada beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan
dengan penyakit ini, yaitu : Usia lebih dari 40 tahun, Jenis kelamin wanita lebih
sering, Suku bangsa, genetik, kegemukan dan penyakit metabolik, cedera sendi,
pekerjaan, dan olah raga, kelainan pertumbuhan, kepadatan tulang, dan lain-lain.
d. Atritis Gout
Reumatik gout merupakan jenis penyakit yang pengobatannya mudah dan efektif.
Namun bila diabaikan, gout juga dapat menyebabkan kerusakan sendi. Penyakit ini
timbul akibat kristal monosodium urat di persendian meningkat. Timbunan kristal ini
menimbulkan peradangan jaringan yang memicu timbulnya reumatik gout akut. Pada
berkaitan dengan kombinasi faktor genetic dan faktor hormonal yang menyebabkan
atau bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran asam urat dari tubuh.
Penyakit gout sekunder disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam
urat karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan dengan kadar purin yang tinggi.
Purin adalah salah satu senyawa basa organic yang menyusun asam nukleat (asam inti
dari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur pembentuk protein.
Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit darah (penyakit sumsum
yang tinggi. Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya
terdapat kadar benda-benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi.
Benda-benda keton yang meninggi akan menyebabkan asam urat juga ikut meninggi.
artikuler rheumatism).
a. Fibrosis
Merupakan peradangan di jaringan ikat terutama di batang tubuh dan anggota gerak.
Fibrosis lebih sering ditemukan oleh perempuan usia lanjut, penyebabnya adalah
faktor kejiwaan
Tendonitis adalah peradangan pada tendon yang menimbulkan nyeri lokal di tempat
c. Entesopati
Adalah tempat di mana tendon dan ligamen melekat pada tulang. Entesis ini dapat
mengalami peradangan yang disebut entesopati. Kejadian ini bisa timbul akibat
d. Bursitis
Adalah peradangan bursa yang terjadi di tempat perlekatan tendon atau otot ke tulang.
Peradangan bursa juga bisa disebabkan oleh reumatik gout dan pseudogout.
e. Back Pain
intervertebralis, bertambahnya usia dan pekerjaan fisik yang berat, atau sikap postur
tubuh yang salah sewaktu berjalan, berdiri maupun duduk. Penyebab lainnya bisa
f. Nyeri pinggang
Kelainan ini merupakan keluhan umum karena semua orang pernah mengalaminya.
Nyeri terdapat kedaerah pinggang kebawah (lumbosakral dan sakroiliaka) Yang dapat
bisa menjalar ke lengan atas bagian depan, lengan bawah dan belikat, terutama bila
lengan diangkat keatas atau digerakkan kesamping. Akibat pergerakan sendi bahu
menjadi terbatas.
4. Manifestasi klinis
Gejala utama dari osteoartritis adalah adanya nyeri pada sendi yang terkena, terutama
waktu bergerak. Umumnya timbul secara perlahan-lahan. Mula-mula terasa kaku, kemudian
timbul rasa nyeri yang berkurang dnegan istirahat. Terdapat hambatan pada pergerakan sendi,
kaku pagi, krepitasi, pembesaran sendi dn perubahan gaya jalan. Lebih lanjut lagi terdapat
mungkin dijumpai karena adanya sinovitis, terdiri dari nyeri tekan, gangguan gerak, rasa
1. Nyeri sendi
Keluhan ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan gerakan dan
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan pelan-pelan sejalan dengan
3. Kaku pagi
Pada beberapa pasien, nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti duduk dari
4. Krepitasi
Pasien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan yang paling
Hampir semua pasien osteoartritis pergelangan kaki, tumit, lutut atau panggul
berkembang menjadi pincang. Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain
merupakan ancaman yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
5. Patofisiologi
eksudat febrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, sinovial menjadi
menebal, terutama pada sendi artikular kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi
membentuk pannus, atau penutup yang menutupi kartilago. Pannus masuk ke tulang sub
chondria. Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi
kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara permukaan sendi, karena
jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang
menyebabkan tendon dan ligamen jadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi
dari persendian. Invasi dari tulang sub chondrial bisa menyebkan osteoporosis setempat.
Lamanya arthritis rhematoid berbeda dari tiap orang. Ditandai dengan masa adanya
serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan
pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Yang lain. terutama yang mempunyai faktor
rhematoid (seropositif gangguan rhematoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif.
6. Pathway
7. Pemeriksaan penunjang
a. Sinar X dari sendi yang sakit : menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak,
erosi sendi, dan osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal)
berkembang menjadi formasi kista tulang, memperkecil jarak sendi dan subluksasio.
d. Aspirasi cairan sinovial : mungkin menunjukkan volume yang lebih besar dari
panas.
f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsi, FNA (Fine Needle Aspiration) atau
atroskopi; cairan sendi terlihat keruh karena mengandung banyak leukosit dan kurang
g. Kriteria diagnostik Artritis Reumatoid adalah terdapat poli- arthritis yang simetris
yang mengenai sendi-sendi proksimal jari tangan dan kaki serta menetap sekurang-
kurangnya 6 minggu atau lebih bila ditemukan nodul subkutan atau gambaran erosi
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat
b. Istirahatkan sendi yang sakit, dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang
sakit.
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyer
Golongan bahan Makanan yang boleh diberikan Makanan yang tidak boleh
makanan diberikan
Karbohidrat Semua –Sardin, kerang, jantung, hati, usus,
Protein hewani Daging atau ayam, ikan tongkol, limpa, paru-paru, otak, ekstrak
bandeng 50 gr/hari, telur, susu, keju daging/ kaldu, bebek, angsa, burung.
Protein nabati Kacang-kacangan kering 25 gr atau buncis, kembang kol, bayam, jamur
maksimum 50 gr sehari
Buah-buahan Semua macam buah
mengandung soda
berat badan, bila terlalu gemuk dan mempertahankannya dalam batas normal. Bahan
makanan yang boleh dan yang tidak boleh diberikan pada penderita osteoartritis:
9. Komplikasi
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
pada pembuluh darah yang disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat.
1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
(misalnya mata, jantung, paru-paru, ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau
b. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
Perasaan tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien
c. Pemeriksaan fisik
d. Aktivitas/istirahat
Gejala : Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi;
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang, pekerjaan,
keletihan.
Tanda : Malaise
Keterbatasan rentang gerak; atrofi otot, kulit, kontraktor/ kelaianan pada sendi.
e. Kardiovaskuler
Gejala : Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis: pucat intermitten, sianosis,
f. Integritas ego
Gejala : Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan, ketidakmampuan,
Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi (misalnya ketergantungan
g. Makanan/ cairan
h. Hygiene
Ketergantungan
i. Neurosensori
Gejala : Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
j. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan
k. Keamanan
Gejala : Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki. Kesulitan
l. Interaksi social
Gejala : Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi
pada pasien yang mengalami deformitas pada sendi-sendi karena ia merasakan adanya
berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya
2. Diagnosa keperawatan
Standar Diagnosa
Keperawatan Tujuan dan Kriteria hasil Intrevensi Keperawatan
No Indonesia (SDKI) (SLKI) (SIKI)
Observasi
Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri
keperawatan 1x 24 jam
diharapkan tingkat nyeri 1. Identifikasi lokasi,
menurun Kriteria Hasil: karakteristik, frekuensi,
intensitas nyeri.
Nyeri akut b/d Keluhan nyeri berkurang 2. Identifikasi skala nyeri
Kondisi 3. Indentifikasi factor
Tampak meringis menurun
muskuloskeletal penyebab nyeri
1 Kronis Sikap protektif menurun. 4. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Teraupeutik
5. Berikan teknik non
farmakologi (kompres jahe
merah)
6. Kontak lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(suhu,
pencahayaan,kebisingan)
7. Fasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi
1. Jelaskan penyebab dan
pemicu nyeri
2. Jelasakan strategi pereda
nyeri
3. Anjurkan monitor nyer
secara mandiri
4. Anjurkan teknik
nonfarmakologis untuk
,emgurangi nyeri.
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian amalgetik
(jika perlu)
Defisit Setelah dilakukan Observasi
pengetahuan b/d tindakan 1.Identifikasi informasi uang
kurangterpapar keperawatan 1x 24 akan disampaikan
informasi jam di harapkan 2.Identifikasi pemahaman
pengetahuan tentang kondisi kesehatan
meningkat Kriteria saat ini
Hasil: 3.Identifikasi kesiapan
1. Kepatuhan menerima informasi.
meningkat
2. Pengetahuan Terapeutik
meningkat 1. Lakukan penguatan potensi
pasien dan kleuarga untuk
menerima informasi
2. Libatkan pengambilan
keputusan dalam untuk
menerima informasi
3. Fasilitasi mengenali kondisi
tubuh yang membutuhkan
layanan keperawatan
4. Berikan nomor kontak yang
dapat dihubungi
jika pasien membutuhkan
bantuan
5. Catat identitas dan nomor
kontak pasien untuk
mengingatkan atau follow up
kondisi pasien
6. Fasilitasi akses pelayanan
pada saat dibutuhkan
Edukasi
1. Berikan informasi berupa
alur, leafket atau gambar
untuk memudahkan pasien
mendapatkan informasi
kesehatan
2. Anjurkan keluarga
mendampingi pasien
3. Gangguan Setealh dilakukan Observasi
mobilitas fisik b/d tindakan perawatan 1. identifikasi kesiapan dan
gangguan selama 1x 24 jam kemampuan menerima
muskuloskeletal didapatkan informasi
mobilisasi fisik 2. identifikasi indikasi dan
meningkat Kriteria kontra indikasi mobilisasi
Hasil: 3. monitor kemajuan pasien/
- Pergerakan sendi keluarga dalam melakukan
meningkat mobilisasi
- Status neurologi
membaik terapeutik
- Aktivitas tidak 1. persiapan materi, media,
dibantu lagi dan alat-alat seperti bantal,
gait belt
2. jadwalkan waktu
pendidikan kesehatan
sesuai sekepakatan dengan
pasien dengan keluarga
3. berikan kesempatan pada
pasien dan keluarga untuk
bertanya
edukasi
1. jelasakan prosedur,
tujuan, indikasi, dan kotra
indikasi mobilisasi serta
dampak imobilisasi
2. ajarkan cara
mengidentifikasi sarana
dan prasarana yang
mendukung untuk
mobilisasi di rumah.
3. Demotrasi cara melatih
rentang gerak (misalkan
gerakan dilaukan dengan
perlahan, dimulai darai
kepala ke esktremitas,
gerakan semua persendian
sesuai dengan rentang
gerak normal, cara melatih
rentang gerak para sisi
ekstremitas yang parese
dengan menggunkan
ekstremitas yang normal,
frekuensi tiap gerakan))
4. Gangguan citra Setalh dilakukan Observasi
tubuh b/d proses tindakan keprawatan 1. Identifikasi harapan citra
penyakit selam 1x 24 jam tubuh berdasarkan tahap
diharapkan perkembangan
pemikiran positif 2. Identifikasi budaya, agama,
terhadap citra tubuh jenis kelamin, dan umur
Kriteria Hasil: terkaid citra tubuh
- Harga diri 3. Identifikasi perubahan citra
meningkat tubh yang mengakibatkan
- Identitas diri isolasi sosial
positif - Status 4. Monitor frekuensi pernyatan
coping positif kritik terhadap diri sendiri
5. Monitor apakah pasien bisa
melihat bagain tubuh yang
berubah
Teraupetik
1. Diskusiakn perubahn tubh
dan fungsinya
2. Diskusikan perbedaan
penampilan fisik terhadap
harga diri
3. Diskusikan perubahn akibat
pubertas kehamilan dan
penuaan
4. Diskusikan kondisi stress
yang memperngaruhi cintra
tubuh (luka,penyakit,
pembedahan)
5. Diskusikan cara
mengembangkan harapan
citra tubh secara relitis
6. Diskusiakn persepsi pasien
dan keluarga tentang
perubahn citra tubuh
Edukasi
1. Jelaskan kepada keluarga
tentang perawatanperubahan
citra tubh
2. Ancurkan mengungkapkan
gambaran diri terhadap citra
tubuh
3. Anjurkan mengikuti
kelompok pendukung (misal
kelompok sebaya)
4. Latih fungsi tubuh yang
dimiliki
5. Defisit perawatan Setalh dilakukan Observasi
diri b/d gangguan tindkan keperawatan 1. Identifikasi pengetahuan
muskuloskeletal selama 1x24 jam di tentang perawatan diri
harapkan keberishan 2. Identifikasi masalah dan
diri meningkat hambatan perawatan diri
Kriteria Hasil yang dialami
- Kenyaman 3. Identifikasi metode
meningkat pembelajaran yang sesuai
- Kebersihan diri (diskusi, tanya jawab,
meningkat penggunan alat bantu,audio
atau visual, lisan, tulisan)
Teraupetik
1. rencanakan strategi
edukasi, termsuk tujuan yang
realitis
2. jadwalkan waktu dan
intensitas pembelajaran
sesuai penyakit
3. berikan penguatan
positif terhadap kemampuan
yang di dapat
edukasi
1. ajarkan perawatan diri,
praktek keperawan diri, dan
aktivitas kehidupan sehhari-
hari
2. anjurkan mendemostrasikan
praktek perawatan diri sesuai
kemampuan
3. anjurkan mengulang kembali
informasi edukasi tentang
perawatan mandiri
3. Implementasi
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
4. Evaluasi
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
Pada tahap evaluasi ini terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan
respon klien disebut evaluasi proses, dan kegiatan melakukan evaluasi dengan
target tujuan yang diharapkan disebut sebagai evaluasi hasil (Hidayat, A.A.A,
2008).
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta. 2011
Jakarta. 2010
Stanley, Mickey. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Alih Bahasa; Nety Juniarti,
Jakarta. 2006