OLEH :
Komang Mia Meliani, S.Kep
NIM C2223105
TANGGAL
Diajukan Oleh :
1. Pengertian Lansia
Masa dewasa tua (lansia) dimulai setelah pensiun, biasanya antara usia 65-
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan
telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho,
2008).
Penuaan adalah suatu proses yang alamiah yang tidak dapat dihindari,
Menurut Keliat (1999) dalam Maryam (2008), Usia lanjut dikatakan sebagai
pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998 Tentang Kesehatan dikatakan
bahwa usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60
tahun (Maryam, 2008). Penuaan adalah normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan dan terjadi pada semua orang pada saat
2006).
2. Karakteristik Lansia
tentang kesehatan).
2) Kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari rentang sehat sampai sakit,
3. Klasifikasi Lansia
2003).
sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain (Depkes RI, 2003).
4. Tipe Lansia
1) Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman,
2) Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang mengganti kegiatan yang hilang
3) Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin,
4) Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik,
(Nugroho, 2008).
diri terhadap tugas perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh
sebagai berikut :
santai.
2008).
1. Definisi
Kata arthritis berasal dari dua kata Yunani. Pertama, arthron, yang
berarti sendi. Kedua, itis yang berarti peradangan. Secara harfiah, arthritis
tetapi penyakit ini juga melibatkan seluruh organ tubuh (Hidayat, 2006).
2011).
2. Klasifikasi
a. Reumatoid arthritis klasik, pada tipe ini harus terdapat 7 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
b. Reumatoid arthritis defisit, pada tipe ini harus terdapat 5 kriteria tanda
dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling sedikit
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
tanda dan gejala sendi yang harus berlangsung terus menerus, paling
a. Stadium sinovitis, pada stadium ini terjadi perubahan dini pada jaringan
sinovial yang ditandai hiperemi, edema karena kongesti, nyeri pada saat
100.000 orang pada wanita dan 29,5 per 100.000 orang pada pria. Usia
arthritis lebih tinggi pada usia yang lebih tua. Prevalensi rheumatoid
arthritis di Indonesia adalah kurang dari 0,4%. Rasio kejadian pada wanita
4. Etiologi
faktor :
b. Gangguan Metabolisme
c. Genetik
d. Faktor lain : nutrisi dan faktor lingkungan (pekerjaan dan psikososial)
a. Jenis Kelamin.
b. Umur.
Namun penyakit ini juga dapat terjadi pada dewasa tua dan anak-anak
c. Riwayat Keluarga.
d. Merokok.
5. Patofisiologi
permukaan sendi yang akan mengganggu gerak sendi. Otot akan turut
sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka terjadi adhesi diantara
dengan adanya masa serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada
orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang
lagi. Namun pada sebagian kecil individu terjadi progresif yang cepat
ditandai dengan kerusakan sendi yang terus menerus dan terjadi vaskulitis
Ankilosis fibrosa
Kekuatan sendi
a. Nyeri persendian
c. Kekakuan pada sendi terutama setelah bangun tidur pada pagi hari
d. Terbatasnya pergerakan
f. Demam (pireksia)
g. Anemia
i. Kekuatan berkurang
Pada tahap yang lanjut akan ditemukan tanda dan gejala seperti :
d. Kelemahan
e. Depresi
penyakit ini aktif. Ketika jaringan berhenti meradang, penyakit ini tidak
aktif. Remisi dapat terjadi secara spontan atau dengan pengobatan dan
pada minggu-minggu terakhir bisa bulan atau tahun. Selama remisi, gejala
penyakit ini aktif lagi (kambuh) ataupun gejala kembali (Reeves, Roux &
Lockhart, 2001).
otot dan sendi dan kekakuan. Otot dan kekauan sendi biasanya paling
dan simetris. Persendian dapat teraba hangat, bengkak, kaku pada pagi
hari berlangsung selama lebih dari 30 menit. Deformitas tangan dan kaki
penderita
komplemen ( C3 dan C4 ).
perkembangan panas.
positif sekitar 70%; pada awal penyakit faktor ini negatif. Jumlah sel
cairan sinovial yang keruh, berwarna mirip susu atau kuning gelap dan
penderita.
Program terapi dasar terdiri dari lima komponen dibawah ini yang
a. Istirahat
b. Latihan fisik
c. Panas
d. Pengobatan
diperlukan.
4) Kortikosteroid
kembali inflamasi.
tangan.
pada persendian.
baik antara pasien dan keluarganya dengan dokter atau tim pengobatan
yang merawatnya. Tanpa hubungan yang baik akan sukar untuk dapat
memelihara ketaatan pasien untuk tetap berobat dalam suatu jangka waktu
agar kadar obat yang konsisten dalam darah bisa dipertahankan sehingga
b. Pada otot dapat terjadi myosis, yaitu proses granulasi jaringan otot.
e. Terjadi splenomegali.
dan ulkus peptik yang merupakan komlikasi utama penggunaan obat anti
sehingga sukar dibedakan antara akibat lesi artikuler dan lesi neuropatik.
1. Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
pembengkakan.
sinovial
cukup tinggi apalagi pad pasien yang mengalami deformitas pada sendi-
c. Pola Eliminasi
Tuhan
2. Diagnosa Keperawatan
mobilitas
bergerak, depresi
DIAGNOSA
TUJUAN INTERVENSI
KEPERAWATAN
Nyeri akut b/d proses Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji keluhan nyeri, catat lokasi dan intensitas (skala 0-10). Catat faktor-faktor
inflamasi dan keperawatan selama 3x24 jam yang mempercepat dan tanda-tanda rasa sakit non verbal
destruksi sendi diharapkan tidak ada Keluhan 2. Berikan matras/ kasur keras, bantal kecil,. Tinggikan linen tempat tidur sesuai
nyeri, dengan kriteria : kebutuhan
1. Menunjukkan nyeri hilang/ 3. Tempatkan/ pantau penggunaan bantl, karung pasir, gulungan trokhanter, bebat,
terkontrol brace.
2. Terlihat rileks, dapat 4. Dorong untuk sering mengubah posisi,. Bantu untuk bergerak di tempat tidur,
tidur/beristirahat dan sokong sendi yang sakit di atas dan bawah, hindari gerakan yang menyentak.
berpartisipasi dalam aktivitas 5. Anjurkan pasien untuk mandi air hangat atau mandi pancuran pada waktu
sesuai kemampuan. bangun dan/atau pada waktu tidur. Sediakan waslap hangat untuk mengompres
3. Mengikuti program sendi-sendi yang sakit beberapa kali sehari. Pantau suhu air kompres, air mandi,
farmakologis yang diresepkan dan sebagainya.
4. Menggabungkan keterampilan 6. Berikan masase yang lembut
relaksasi dan aktivitas hiburan 7. Ajarkan teknik non farmakologi (relaksasi, distraksi, relaksasi progresif)
ke dalam program kontrol 8. Beri obat sebelum aktivitas/ latihan yang direncanakan sesuai petunjuk.
nyeri. 9. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk (mis:asetil salisilat)
10. Berikan kompres dingin jika dibutuhkan
Hambatan mobilitas Setelah dilakukan tindakan 1. Evaluasi/ lanjutkan pemantauan tingkat inflamasi/ rasa sakit pada sendi
fisik b/d deformitas keperawatan selama 3x24 jam 2. Pertahankan istirahat tirah baring/ duduk jika diperlukan jadwal aktivitas
skelet diharapkan mobilitas fisik baik untuk memberikan periode istirahat yang terus menerus dan tidur malam hari
dengan kriteria : yang tidak terganmggu.
1. Mempertahankan fungsi 3. Bantu dengan rentang gerak aktif/pasif, demikiqan juga latihan resistif dan
posisi dengan tidak hadirnya/ isometris jika memungkinkan
pembatasan kontraktur. 4. Ubah posisi dengan sering dengan jumlah personel cukup. Demonstrasikan/
2. Mempertahankan ataupun bantu tehnik pemindahan dan penggunaan bantuan mobilitas, mis, trapeze
meningkatkan kekuatan dan 5. Posisikan dengan bantal, kantung pasir, gulungan trokanter, bebat, brace
fungsi dari dan/ atau 6. Gunakan bantal kecil/tipis di bawah leher.
kompensasi bagian tubuh 7. Dorong pasien mempertahankan postur tegak dan duduk tinggi, berdiri, dan
3. Mendemonstrasikan tehnik/ berjalan
perilaku yang memungkinkan 8. Berikan lingkungan yang aman, misalnya menaikkan kursi, menggunakan
melakukan aktivitas pegangan tangga pada toilet, penggunaan kursi roda.
9. Kolaborasi: konsul dengan fisoterapi.
10. Kolaborasi: Berikan matras busa/ pengubah tekanan.
11. Kolaborasi: berikan obat-obatan sesuai indikasi (steroid).
Gangguan Citra Setelah dilakukan tindakan 1. Dorong pengungkapan mengenai masalah tentang proses penyakit, harapan
Tubuh / Perubahan keperawatan selama 3x24 jam masa depan.
Penampilan Peran diharapkan gangguan citra tubuh 2. Diskusikan arti dari kehilangan/ perubahan pada pasien/orang terdekat.
berhubungan dengan berkurang dengan criteria: Memastikan bagaimana pandangaqn pribadi pasien dalam memfungsikan
perubahan 1. Mengungkapkan peningkatan gaya hidup sehari-hari, termasuk aspek-aspek seksual.
kemampuan untuk rasa percaya diri dalam 3. Diskusikan persepsi pasienmengenai bagaimana orang terdekat menerima
melaksanakan tugas- kemampuan untuk keterbatasan.
tugas umum, menghadapi penyakit, 4. Akui dan terima perasaan berduka, bermusuhan, ketergantungan.
peningkatan perubahan pada gaya hidup, 5. Perhatikan perilaku menarik diri, penggunaan menyangkal atau terlalu
penggunaan energi, dan kemungkinan memperhatikan perubahan
ketidakseimbangan keterbatasan 6. Susun batasan pada perilaku mal adaptif. Bantu pasien untuk mengidentifikasi
mobilitas. 2. Menyusun rencana realistis perilaku positif yang dapat membantu koping
untuk masa depan. 7. Ikut sertakan pasien dalam merencanakan perawatan dan membuat jadwal
aktivitas
8. Bantu dalam kebutuhan perawatan yang diperlukan
9. Berikan bantuan positif bila perlu.
10. Kolaborasi: Rujuk pada konseling psikiatri, mis: perawat spesialis psikiatri,
psikolog.
11. Kolaborasi: Berikan obat-obatan sesuai petunjuk, mis; anti ansietas dan obat-
obatan peningkat alam perasaan.
Defisit perawatan Setelah dilakukan tindakan 1. Diskusikan tingkat fungsi umum (0-4) sebelum timbul awitan/ eksaserbasi
diri berhubungan keperawatan selama 3x24 jam penyakit dan potensial perubahan yang sekarang diantisipasi.
dengan kerusakan diharapkan klien dapat mengatur 2. Pertahankan mobilitas, kontrol terhadap nyeri dan program latihan.
musculoskeletal, kegiatan sehari-hari, dengan 3. Kaji hambatan terhadap partisipasi dalam perawatan diri. Identifikasi /rencana
penurunan kekuatan, criteria hasil: untuk modifikasi lingkungan
daya tahan, nyeri 1. Melaksanakan aktivitas 4. Kolaborasi: Konsul dengan ahli terapi okupasi.
pada waktu bergerak, perawatan diri pada tingkat 5. Kolaborasi: Atur evaluasi kesehatan di rumah sebelum pemulangan dengan
depresi. yang konsisten dengan evaluasi setelahnya.
kemampuan individual 6. Kolaborasi : atur konsul dengan lembaga lainnya, mis: pelayanan perawatan
2. Mendemonstrasikan rumah, ahli nutrisi.
perubahan teknik/ gaya hidup
untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
3. Mengidentifikasi sumber-
sumber pribadi/ komunitas
yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.
DAFTAR PUSTAKA
Yogyakarta. 2011
Guyton, Arthur C., Hall, John E., 2007. BUKU AJAR FISIOLOGI
Textbook of Rheumatology.Philadhelpia:Saunders Co
Hollmann DB. Arthritis & musculoskeletal disorders. In: Tierney LM, McPhee,
Kumar, V., Cotran, R. S., Robbins, S. L., 2007. BUKU AJAR PATOLOGI Edisi
7. Jakarta : EGC
Mansjoer, A., Suprohaita, Wardhani, Wahyu I., Setiowulan, W., 2000. KAPITA
Aesculapius
Price, SA. Dan Wilson LM., 1993, Patofisiologi: Konsep Klinik Proses-Proses