Anda di halaman 1dari 58

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN

ARTRITIS REUMATOID

Disusun Oleh :
Nama : Besse Lisa KaroLina
NIM : 14420212119

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2022
BAB 1
Pendahuluan
1. Latar belakang
Masalah-masalh keperawatan akibat penuaan usia terjadi pada berbagai
sistem tubuh salah satunya ada rematik.rematik penyakit infalamsi non bakterial
yang besifat sistemik, progresif,cenderung menghiraukan faktor-faktor pencetus
rematik seperti menkomsumsi santan, banyak masyarakat yang sudah mengetahui
taetapi sudah mengkomsumsinya dan kebiasaan masyarakat saat mereka terkena
rematik mekomsumsi kangkung yang tumbuh liar di sawah meraka percaya bahwa
menkonsumsi nya akan sembuh dari penyakit.
WHO (2017) mendata penderita gangguan sendi di Indonesia mencapai
81% dari populasi hanya 24% yang pergi kedokter, sedangkan 71%nya cenderung
langsung mengkomsumsi obat-obatan pereda nyeri yang terjual bebas. Angka ini
menempatkan Indonesia sebagai Negara yang paling tinggi menderita gangguan
sendi jika dibandingkan di Negara-negara di Asia lainnya seperti Hongkong,
Malaysia, singapura, dan Taiwan. Fakto-faktor yang mempengaruhi penyakit sendi
adalah umur. Jenis kelamin, genetic, obesitas,dan penyakit metabolic, cedera
sendi, pekerjaan dan olahraga. Hasil riset kesehatan dasar (Riskesdes)tahun 2018
untuk penyakit sendi secara nasional nasional pravalensinya berdasarkan diagnosis
dokter umur 65-74 tahun (18.6%), umur >75 tahun (18.9%), berdasarkan jenis
kelamin laki-laki (6.1%) perempuan (8.9%). 1 Penyakit sendi tertinggi tahun 2018
adalah Aceh (13.3%), diikuti bengkulu (12%), papua (10.3%), dan bali (11.7%).
Prevalensi penyakit sendi berdasarkan diagnosis dokter menurut karakteristik
tertinggi adalah tidak/belumpernah sekolah (13.7%) dan petani/buruh tani (9.90%).
Peningkatan jumlah populasi lansia yang mengalami penyakit reumatik juga
terjadi di Jawa Timur, berdasarkan data statistik Indonesia (2017), di Jawa Timur
jumlah lansia adalah 173.606 orang, dengan status kesehatan baik 64.818 orang,
cukup baik 72.705 orang dan status kesehatan kurang baik36.083 orang. Data dari
Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto didapatkan jumlah 10 penyakit terbesar di
Kabupaten Mojokerto pada tahun 2017 yang pertama adalah penyakit reumatik
(16,76%), kemudian diikuti hipertensi (14,96%), ISPA (13,15%), Maag (12,17%),
Alergi (10.73%) dan yang terakhir adalah mata (3,38%). Di Puskesmas Kecamatan
Kutorejo dalam dua bulan terakhir juga menunjukkan bahwa mayoritas lansia
mengalami penyakit reumatik yaitu berjumlah 180 orang, adapun secara
keseluruhan angka kesakitan penyakit reumatik Puskesmas se Kabupaten
Mojokerto yaitu 3.047 orang (Budi, S. Herman. (2013). Di Desa Wonodadi pada
tanggal 20 Agustus 2020 di dapatkan data 10 dari 21 lansia menderita penyakit
artritis reumatoid.( Sutiami, Kader Lansia desa Wonodadi)
2. Tujuan
1. Tujuan Umum Mengidentifikasi asuhan keperawatan lansia Tn.N dengan
masalah keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis rheumatoid di
Desa parangcarangmenng
2. Tujuan Khusus
a. Mengkaji lansia asuhan keperawatan lansia Tn.N dengan masalah
keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis rheumatoid di
Desa Parangcarangmeng
b. Diagnose keperawatan asuhan keperawatan lansia Tn.N dengan
masalah keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis
rheumatoid di Desa Parangcarangmemg
c. Merencanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan lansia Tn.N
dengan masalah keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis
rheumatoid di Desa parangcarangmeng
d. Melaksanakan tindakan keperawatan asuhan keperawatan lansia Tn.N
dengan masalah keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis
rheumatoid di Desa parangcarangmeng
e. Mengevaluasi asuhan keperawatan lansia Tn.Ndengan masalah
keperawatan nyeri akut pada diagnose medis artritis rheumatoid di
Desa Parangcarangmeng
f. Mendokumentasikan tindakan keperawatan asuhan keperawatan lansia
Tn.N dengan masalah keperawatan nyeri akut pada diagnose medis
artritis rheumatoid di Desa parangcarangmeng
3. Manfaat
Bagian ini berisi uraian manfaat penelitian tentang artritis reumatik yang
sangat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang dapatdimanfaatkan
oleh ilmuan lain untuk mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama
di bidang kesehatan.
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Keperawatan Gerontik


1. Definisi Lansia
Lanjut Usia adalah bagian dari proses tumbuh kembang. Manusia
tidak secara tiba-tiba menjadi tua. Hal ini normal, dengan perubahan fisik dan
tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi pada semua orang pada saat
mereka mencapai usia tahap perkembangan kronologis tertentu. Dimasa ini
lansia akan mengalami keunduran fisik secara bertahap (Triningtyas &
Muhayati, 2018)

Lansia adalah seseorang yang karena usianya mengalami perubahan


biologis, fisik, kejiwaan dan sosial, perubahan ini akan memberikan
pengaruh pada seluruh aspek kehidupan, termasuk kesehatanya, oleh karena
itu kesehatan lansia perlu mendapat perhatian khusus dengan tetap
dipelihara dan ditingkatkan agar selama mungkin dapat hidup secara
produktif sesuai dengan kemampuanya sehingga dapat ikut serta berperan
aktif dalam pembangunan (Marlita et al., 2018).

Menua adalah suatu proses yang dimulai saat konsepsi dan


merupakan bagian normal dari masa pertumbuhan dan perkembangan serta
merupakan penurunan kemampuan dalam mengganti sel-sel yang rusak
(Triningtyas & Muhayati, 2018)

2. Batasan-Batasan Umur Lanjut Usia


Lanjut usia dibagi oleh sejumlah pihak dalam berbagai klasifikasi
dan batasan. Menurut WHO Menurut Badan Kesehatan Dunia (World
HealthOrganization) yang dikatakan lanjut usia tersebut di bagi kedalam tiga
kategoriyaitu, (Suwanti et al., 2019) :
a. Usial lanjut : 60-74 tahun
b. Usia tua : 75-89 tahun
c. Usia sangat lanjut : > 90 tahun
Departemen Kesehatan RI membagi lansia sebagiai berikut:
a. Kelompok menjelang usia lanjut (45-54 th) sebagai masa vibrilitas
b. Kelompok usia lanjut (55-64 th) sebagai presenium
c. Kelompok usia lanjut (65 th >) sebagai senium
Menurut organisasi kesehatan Dunia lanjut usia dikelompokkan menjad :
a. Usia pertengahan (middle age), ialah kelompok usia 45 sampai 59 tahun
b. Lanjut usia (elderly) : antara 60 dan 74 tahun
c. Lanjut usia tua (old) : antara 75 dan 90 tahun
d. Usia sangat tua (very old) : diatas 90 tahun

3. Teori-Teori Menua
Mengelompokkan teori proses menua dalam 2 bidang, yakni biologi dan
sosiologis. Masing-masing bidang tersebut kemudian dipecah lagi kedalam
beberapa bagian sebagai berikut (Triningtyas & Muhayati, 2018) :
1) Teori Biologi
a. Teori Genetik
 Teori Genetic Clock
Teori ini merupakan teori instrinsik yang menjelaskan bahwa ada
jam biologis di dalam tubuh yang berfungsi untuk mengatur gen dab
menentukan proses penuaan. Proses menua ini telah terprogram
secara genetic untuk speises-speises tertentu. Umumnya, di dalam
inti sel setiap speises memiliki suatu jam genetic/jam biologis
sendiri dan setiap dari mereka mempunyai batas usia yang berbeda-
beda yang telah diputar menurut replika tertentu.
 Teori Mutasi Somatik
Teori ini meyakini bahwa penuaan terjadi karena adanya mutase
somatic akibat pengaruh lingkungan yang buruk.
b. Teori Nongenetik
 Teori penurunan sistem imun tubuh (auto-immune theory)
Pengulangan mutase dapat menyebabkan penurunan kemampuan
sistem imun tubuh mengenali dirinya sendiri (self-recognition.
 Teori kerusakan akibat radikal bebas (free radical theory)
Teori ini terbentuk karena adanya proses metabolism atau proses
pernafasan didalam mitokondria. Radikal bebas (asap kendaraan,
asap rokok, zat pengawet dan radiasi sinar UV) yang tidak stabil
mengakibatkan oksidasi oksigen bahan organik, yang kemudian
membuat sel tidak dapat
 Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa lemak, protein, karbohidrat, dan
asam nukleat (molekul kolagen) yang bereaksi dengan zat kimia dan
radiasi, mengubah fungsi jaringan.
 Teori fisiologis
Teori ini terdiri atas teori oksidasi stress dan teori dipakaiaus
(wear and tear theory), di mana terjadinya kelebihan usaha pada
stress menyebabkan sel tubuh lelah terpakai.
2) Teori Sosiologi
a. Teori Interaksi Sosial
Kemampuan lansia dalam mempertahankan interaksi sosial
merupakan kunci mempertahankan status sosialnya. Teori ini
menjelaskan mengapa lansia bertindak pada situasi tertentu. Pokok-
pokok social exchange theory menurut Nugroho (2006) dikutip
Ratnawati (2017) antara lain:
 Masyarakat terdiri atas aktor sosial yang berupaya mencapai
tujuannya masing-masing.
 Dalam upaya tersebut, terjadi interaksi sosial yang memerlukan
biaya dan waktu.
 Untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai, seorang aktor
mengeluarkan biaya.
b. Teori aktivitas atau kegiatan

Menurut Nugroho (2006) dikutip Ratnawati (2017), teori ini


menyatakan bahwa lanjut usia yang sukses adalah mereka yang aktif
dan banyak ikut serta dalam kegiatan sosial. Para lansia akan
merasakan kepuasan bila dapat melakukan aktivitas dan
mempertahankan aktivitas tersebut selama mungkin. Padahal secara
alamiah mereka akan mengalami penurunan jumlah kekuatan secara
langsung.
c. Teori kepribadian berlanjut (continuity theory)
Teori ini menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi pada seorang
lansia sangat dipengaruhi oleh tipe personalitas yang dimilikinya
(Nugroho, 2006; Ratnawati, 2017). Menurutnya, ada kesinambungan
dalam siklus kehidupan lansia, dimana dimungkinkan pengalaman
hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada
saat ia menjadi lansia.
d. Teori pembebasan atau penarikan diri (disangagement)
Teori yang pertama kali diajukan oleh Cumming dan Hendri (1961)
dikutip Ratnawati (2017) ini menjelaskan bahwa dengan bertambah
lanjutnya usia, seseorang berangsur-angsur mulai akan melepaskan diri
dari kehidupan sosialnya atau menarik diri dari pergaulan sekitarnya
dengan demikian, kondisi ini akan berdampak pada penurunan
interaksi sosial lansia, baik secara kualitas maupun kuntitas sehingga
lanjut usia mengalami kehilangan ganda (Triple loss): Kehilangan
peran (loss of role), hambatan kontak sosial (restriction of contact and
a relationship), berkurangnya komitmen (reduced commitment to
social mores and values).
4. Perubahan-Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia
a. Perubahan Fisik
Sistem keseluruhan Berkurangnya tinggi dan berat badan,
bertambahnya fat to lean body, mass ratio, dan berkurangnya cairan tubuh
(Marlita et al., 2018).
1) Sistem integument
Kulit wajah, leher, lengan, dan tangan menjadi lebih kering dan
keriput karena menurunnya cairan, hilangnya jaringan adiposa, kulit
pucat, dan terdapat bitnik-bintik hitam akibat menurunnya aliran darah
ke kulit, menurunnya sel-sel yang memproduksi pigmen, kuku jari
tangan dan kaki menjadi tebal serta rapuh. Pada wanita usia lebih dari
60 tahun, rambut wajah meningkat, rambut menipis, warna rambut
kelabu, serta kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya. Fungsi
kulit sebagai proteksi sudah menurun.
2) Sistem Muscular
Kecepatan dan kekuatan kontraksi otot skeletal berkurang,
pengecilan otot akibat menurunnya serabut otot, namun pada otot polos
tidak begitu terpengaruh.
3) Sistem kardiovaskuler
Massa jantung bertambah, ventrikel kiri mengalami hipertrofi
dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada
jaringan ikat dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi SA note dan
jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat. Konsumsi oksigen
pada tingkat maksimal berkurang, sehingga kapasitas paru menurun.
Latihan berguna untuk meningkatkan maksimum, mengurangi tekanan
darah, dan berat badan.
4) Sistem Perkemihan
Ginjal mengecil, nefron menjadi atrofi, aliran darah ke ginjal
menurun sampai 50%, filtrasi glomelurus menurun sampai 50%, fungsi
tubulus berkurang akibatnya kurang mampu memekatkan urine, BJ
urine menurun, proteinuria, BUN meningkat, ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat, kapasitas kandung kemih menurun 200 ml karena
otot-otot yang melemah, frekuensi berkemih meningkat, kandung
kemih sulit dikosongkan pada pria akibat retensi urine meningkat.
Pembesaran prostat (75% usia di atas 65 tahun), bertambahnya aliran
darah renal, berkurangnya osmolalitas urine clearance, berat ginjal
menurun 30-50%, jumlah neufron menurun, dan kemampuan
memekatkan atau mengencerkan urine oleh ginjal menurun.
5) Sistem Pernafasan
Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku,
menurunnya aktivitas silia, berkurangnya elastisitas paru, alveoli
ukurannya melebar dari biasanya, jumlah alveoli berkurang, oksigen
arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO2 pada arteri tidak berganti,
berkurangnya maximal oxygen uptake, dan berkurangnya reflex batuk.
6) Sistem Gastrointestinal
Indera pengecap menurun; adanya iritasi yang kronis, dari
selaput lender, atropi indera pengecap (80%), hilangnya sensitifitas dari
saraf pengecap di lidah terutama rasa tentang rasa asin, asam dan pahit.
Pada lambung, rasa lapar menurun (sensitifitas lapar menurun), asam
lambung menurun, waktu mengosongkan menurun. Peristaltik lemah
dan biasanya timbul konstipasi. Fungsi absobsi (daya absobsi
terganggu). Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan dan berkurangnya aliran darah.
7) Sistem Penglihatan
Perubahan sistem penglihatan pada lansia erat kaitannya dengan
presbiopi. Lensa kehilangan elasitas dan kaku. Otot penyangga lensa
lemah, ketajaman penglihatan dan daya akomodasi dari jarak jauh atau
dekat berkurang, menurunya lapang pandang (berkurang luas pandang,
berkurangnya sensitivitas terhadap warna: menurunnya kemampuan
membedakan warna hijau atau biru pada skala dan depth perception).
8) Sistem Pendengaran
Presbiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena
hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam,
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia di atas umur
65 tahun.
9) Sistem Persyarafan
Berkurangnya berat otak sekitar 10-20%, berkurangnya sel
kortikal, reaksi menjadi lambat, kurang sensitive terhadap sentuhan,
berkurangnya aktifitas sel T, bertambahnya waktu jawaban motorik,
hantaran neuron motorik melemah, dan kemunduran fungsi saraf
otonom.
10) Sistem Endokrin
Produksi hamper semua hormone menurun, fungsi parathyroid
dan sekresinya tidak berubah, berkurangnya ACTH, TSH, FSH, dan
LH. Menurunnya aktifitas tiroid akibatnya basal metabolism menurun,
menurunnya produksi aldosterone, menurunnya sekresi hormone
gonand (progesterone, esterogen dan aldosteron) bertambahnya insulin,
norefinefrin, parathormone, vasopressin, berkurangnya tridotironin, dan
psikomotor menjadi lambat.
11) Sistem reproduksi
Selaput lender vagina menurun atau kering, menciutnya
ovarium dan uterus, atrofi payudara, testis masih dapat memproduksi
sperma meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur dan
dorongan seks menetap sampai diatas umur 70 tahun asalkan kondisi
kesehatan baik, penghentian produksi ovum pada saat menopause.
b. Perubahan Kognitif
Menurut Emmelia Ratnawati (2017) faktor-faktor yang mempemgaruhi
perubahan kongnitif antara lain:
1) Perubahan fisik, khususnya organ perasa
2) Kesehatan umum
3) Tingkat pendidikan
4) Keturunan (hereditas)
5) Lingkungan
Pada lansia, seringkali memori jangka pendek, pikiran, kemampuan
berbicara, dan kemampuan motorik terpengaruh. Lansia akan kehilangan
kemampuan dan pengetahuan yang telah didapatkan sebelumnya. Lansia
cenderung mengalami demensia.
c. Perubahan Psikososial
1) Pensiun
Perubahan psikososial yang dialami lansia erat kaitannya
dengan keterbatasan produktivitas kerjanya. Oleh karena itu, seorang
lansia yang memasuki masa-masa pensiun akan mengalami kehilangan
sebagai berikut:
a. Kehilangan finansial (pendapatan berkurang).
b. Kehilangan status atau jabatan pada posisi tertentu ketika masih
bekerja dulu
c. Kehilangan kegiatan atau aktivitas.
2) Merasakan atau sadar akan kematian (sense of awareness of mortality).
3) Perubahan dalam cara hidup, yaitu memasuki rumah perawatan
bergerak lebih cepat.
4) Kemampuan ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic
depribation).
5) Adanya penyakit kronis dan ketidakmampuan fisik.
6) Timbulnya kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial.
7) Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik (perubahan gambaran diri,
perubahan konsep diri).

B. Konsep Aspek Legal Etik Keperawatan


Etika dan moral merupakan sumber dalam merumuskan standar dan prinsip-prinsip
yang menjadi penuntun dalam berprilaku serta membuat keputusan untuk
melindungi hakhak manusia. Etika diperlukan oleh semua profesi termasuk juga
keperawatan yang mendasari prinsip-prinsip suatu profesi dan tercermin dalam
standar praktek profesional, seperti, (Budiono, 2016):

Aspek legal etik keperawatan menuru Etika yang mendasari pelayanan


keperawatan (Suharyati and dkk, 2020), yaitu :

1. Autonomy (Kemandirian)Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan


individu yang menuntut pembedaan diri, dan perawat haruslah bisa
menghormati dan menghargai kemandirian ini.

2. Beneficence (Berbuat Baik) Prinsip ini menuntut perawat untuk melakukan hal
yang baik sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dalam melakukan
pelayanan keperawatan.

3. Justice (Keadilan) Nilai ini direfleksikan ketika perawat bekerja sesuai ilmu
dan kiat keperawatan dengan memperhatikan keadilan sesuai standar praktik
dan hukum yang berlaku.

4. Non-Maleficence (Tidak Merugikan) Prinsip ini berarti seorang perawat dalam


melakukan pelayanannya sesuai dengan ilmu dan kiat keperawatan dengan
tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.

5. Veracity (Kejujuran) Prinsip ini tidak hanya dimiliki oleh perawat namun harus
dimiliki oleh seluruh pemberi layanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setia klien untuk meyakinkan agar klien mengerti. Informasi
yang diberikan harus akurat, komprehensif, dan objektif. Kebenaran
merupakan dasar membina hubungan saling percaya. Klien memiliki otonomi
sehingga mereka berhak mendapatkan informasi yang ia ingin tahu.
6. Fidelity (Menepati Janji) Tanggung jawab besar seorang perawat adalah
meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit memulihkan kesehatan, dan
meminimalkan penderitaan. Untuk mencapai itu perawat harus memiliki
komitmen menepati janji dan menghargai komitmennya kepada orang lain.

7. Confidentiality (Kerahasiaan) Kerahasiaan adalah informasi tentang klien


harus dijaga privasi klien. Dokumentasi tentang keadaan kesehatan klien hanya
bisa dibaca guna keperluan pengobatan, upaya peningkatan kesehatan klien dan
atau atas permintaan pengadilan. Diskusi tentang klien diluar area pelayanan
harus dihindari.

8. Accountability (Akuntabilitas) Akuntabilitas adalah standar yang pasti bahwa


tindakan seorang professional dapat dinilai dalam berbagai kondisi tanpa
terkecuali.
C. Konsep Asuhan Keperawatan

1. Pengertian Artritis Reumatoid

Artritis reumatoid merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis yang


tidak diketahui penyebabnya, diakrekteristikkan oleh kerusakan dan
proliferasi membran sinovial yang menyebabkan kerusakan pada
tulang sendi,ankilosis, dan deformitas
2. Etiologi Artritis Reumatoid

Penyebab utama penyakit artritis reumatoid masih belum diketahui


secara pasti. Ada beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab
artritis rheumatoid menurut (Purwoastuti, 2019) yaitu:
a. Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.

b. Endokrin. Kecenderungan wanita untuk menderita artritis reumatoid


dan sering dijumpainya remisi pada wanita yang sedang hamil
menimbulkan dugaan terdapatnya faktor keseimbangan hormonal
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh pada penyakit ini.
Walaupun demikian karena pemberian hormon estrogen eksternal
tidak pernah menghasilkan perbaikan sebagaimana yang diharapkan,
sehingga kini belum berhasi dipastikan bahwa faktor hormonal mem
ang merupakan penyebab penyakit ini.

c. Autoimmun. Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh


faktor autoimun dan infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen
tipe II, faktor infeksi mungkin disebabkan oleh karena virus dan
organisme mikroplasma atau grup difterioid yang menghasilkan
antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi penderita.
d. Faktor genetik serta pemicu lingkungan. Faktor genetik dan beberapa
faktor lingkungan telah lama diduga berperan dalam timbulnya
penyakitini. Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk
kompleks histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4
dengan artritis reumatoid seropositif. Pengemban HLA-DR4 memiliki
resiko relatif 4:1 untuk menderita penyakit ini.

3. Patofisiologi Artritis Reumatoid


Dari penelitian mutakhir diketahui bahwa patogenesis artritis reumatoid
terjadi akibat rantai peristiwa imunologis sebagai berikut; Suatu antigen
penyebab artritis reumatoid yang berada pada membran sinovial, akan
diproses oleh antigen presenting cells (APC) yang terdiri dari berbagai
jenis sel seperti sel sinoviosit A, sel dendritik atau makrofag yang
semuanya mengekspresi determinan HLA-DR pada membran selnya.
Antigen yang telah diproses akan dikenali dan diikat oleh sel CD4+
bersama dengan determinan HLA-DR yang terdapat pada permukaan
membran APC tersebut membentuk suatu kompleks trimolekular.
Kompleks trimolekular ini dengan bantuan interleukin-1 (IL-1) yang
dibebaskan oleh monosit atau makrofag selanjutnya akan menyebabkan
terjadinya aktivasi sel CD4+ .Pada tahap selanjutnya kompleks antigen
trimolekular tersebut akan mengekspresi reseptor interleukin-2 (IL-2)
Pada permukaan CD4+. IL- 2 yang diekskresi oleh sel CD4+ akan
mengikatkan diri pada reseptor spesifik pada permukaannya sendiri dan
akan menyebabkan terjadinya mitosis dan proliferasi sel tersebut.
Proliferasi sel CD4+ ini akan berlangsung terus selamaantigen tetap
berada dalam lingkunan tersebut. Selain IL-2, CD4+ yang telah
teraktivasi juga mensekresi berbagai limfokin lain seperti gamma-
interferon, tumor necrosis factor b (TNF-b), interleukin-3 (IL-3),
interleukin-4 (IL-4), granulocyte-macrophage colony stimulating factor
(GM-CSF) serta beberapa mediator lain yang
bekerja merangsang makrofag untuk meningkatkan aktivitas
fagositosisnya dan merangsang proliferasi dan aktivasi sel B untuk
memproduksi antibodi. Produksi antibodi oleh sel B ini dibantu oleh IL-
1, IL- 2, dan IL-4 (Susane, 2017).
Setelah berikatan dengan antigen yang sesuai, antibodi yang dihasilkan
akan membentuk kompleks imun yang akan berdifusi secara bebas ke
dalam ruang sendi. Pengendapan kompleks imun akan mengaktivasi
sistemkomplemen yang akan membebaskan komponen-komplemen C5a.
Komponen-komplemen C5a merupakan faktor kemotaktik yang selain
meningkatkan permeabilitas vaskular juga dapat menarik lebih banyak
sel polimorfonuklear (PMN) dan monosit ke arah lokasi tersebut.
Pemeriksaan histopatologis membran sinovial menunjukkan bahwa lesi
yang paling dini dijumpai pada artritis reumatoid adalah peningkatan
permeabilitas mikrovaskular membran sinovial, infiltrasi sel PMN dan
pengendapan fibrin pada membran synovial (Susane, 2017)
Fagositosis kompleks imun oleh sel radang akan disertai oleh
pembentukan dan pembebasan radikal oksigen bebas, leukotrien,
prostaglandin dan protease neutral (collagenase dan stromelysin) yang
akan menyebabkan erosi rawan sendi dan tulang. Radikal oksigen bebas
dapat menyebabkan terjadinya depolimerisasi hialuronat sehingga
mengakibatkan terjadinya penurunan viskositas cairan sendi. Selain itu
radikal oksigen bebas juga merusak kolagen dan proteoglikan rawan
sendi (Susane, 2017).
Prostaglandin E2 (PGE2) memiliki efek vasodilator yang kuat dandapat
merangsang terjadinya resorpsi tulang osteoklastik dengan bantuan IL-1
dan TNF-b. Rantai peristiwa imunologis ini sebenarnya akan terhenti bila
antigen penyebab dapat dihilangkan dari lingkungan tersebut. Akan
tetapi pada artritis reumatoid, antigen atau komponen antigen umumnya
akan menetap pada struktur persendian, sehingga proses destruksi sendi
akan berlangsung terus. Tidak terhentinya destruksi persendian pada
artritis reumatoid kemungkinan juga disebabkan oleh terdapatnya faktor
reumatoid. Faktor reumatoid adalah suatu autoantibodi terhadap epitop
fraksi Fc IgG yang dijumpai pada 70-90 % pasien artritis reumatoid.
Faktor reumatoid akan berikatan dengan komplemen atau mengalami
agregasi sendiri, sehingga proses peradangan akan berlanjut terus.
Pengendapan kompleks imun juga menyebabkan terjadinya degranulasi
mast cell yang menyebabkan terjadinya pembebasan histamin dan
berbagai enzim proteolitik serta aktivasi jalur asam arakidonat
Masuknya sel radang ke dalam membran sinovial akibat pengendapan
kompleks imun menyebabkan terbentuknya pannus yang merupakan
elemen yang paling destruktif dalam patogenesis artritis reumatoid.
Pannus merupakan jaringan granulasi yang terdiri dari sel fibroblas yang
berproliferasi, mikrovaskular dan berbagai jenis sel radang. Secara
histopatologis pada daerah perbatasan rawan sendi dan pannus
terdapatnya sel mononukleus, umumnya banyak dijumpai kerusakan
jaringan kolagen danproteoglikan (Purwoastuti E. , 2018).
4. Pathway

Reaksi faktor R dgn Antibiodi , faktor metabolic, Infeksi Kecenderuangan virus

NYERI Reaksi peradangan

Kurangai Informasi tentang Sianoval Meningkat


Proses penyakit
Pannus
Defisit Pengetahuan
Infiltrasi ke dalam Os Subconria

Kerusakan kartilago dan tulang Hambatan nutrisi pada cartilage artikularis

Tendon dan ligamen melemah Kartilago nekrosis

Hilangan kekuatan otot Erosi Kartilago

Adhesi pada permukaan sendi


Resiko cedera
Ankilosi fibrosa dan tulang
Gangguan Mobilitas
Kekuatan sendi Fisik
5. Manifestasi Klinik Artritis Reumatoid

Jika pasien artritis reumatoid pada lansia tidak diistirahatkan, maka


penyakit ini akan berkembang menjadi empat tahap menurut (Hembing,
2018) yaitu:
1. Terdapat radang sendi dengan pembengkakan membran sinovial dan
kelebihan produksi cairan sinovial. Tidak ada perubahan yang bersifat
merusak terlihat pada radiografi. Bukti osteoporosis mungkin ada.
2. Secara radiologis, kerusakan tulang pipih atau tulang rawan dapat
dilihat. Pasien mungkin mengalami keterbatasan gerak tetapi tidak ada
deformitas sendi.
3. Jaringan ikat fibrosa yang keras menggantikan pannus, sehingga
mengurangi ruang gerak sendi. Ankilosis fibrosa mengakibatkan
penurunan gerakan sendi, perubahan kesejajaran tubuh, dan
deformitas. Secara radiologis terlihat adanya kerusakan kartilago dan
tulang.
4. Ketika jaringan fibrosa mengalami kalsifikasi, ankilosis tulang dapat
mengakibatkan terjadinya imobilisasi sendi secara total. Atrofi otot
yang meluas dan luka pada jaringan lunak seperti medula-nodula
mungkin terjadi.Pada lansia artritis reumatoid dapat digolongkan ke
dalam tigakelompok, menurut (Stanley, 2017) yaitu :

a. Kelompok 1

Artritis reumatoid klasik. Sendi-sendi kecil pada kaki dan tangan


sebagian besar terlibat. Terdapat faktor reumatoid, dan nodula-
nodula reumatoid yang sering terjadi. Penyakit dalam kelompok ini
dapat mendorong ke arah kerusakan sendi yang progresif.
b. Kelompok 2
Termasuk ke dalam klien yang memenuhi syarat dari American
Rheumatologic Association untuk artritis reumatoid karena merek.
mempunyai radang sinovitis yang terus-menerus dan simetris,
sering melibatkan pergelangan tangan dan sendi-sendi jari.
c. Kelompok 3
Sinovitis terutama memengaruhi bagian proksimal sendi, bahu dan
panggul. Awitannya mendadak, sering ditandai dengan kekuatan
pada pagi hari. Pergelangan tangan pasien sering mengalami hal
ini, dengan adanya bengkak, nyeri tekan, penurunan kekuatan
genggaman, dan sindrome karpal tunnel.
Kelompok ini mewakili suatu penyakit yang dapat sembuh
sendiri yang dapat dikendalikan secara baik dengan menggunakan
prednison dosis rendah atau agens anti inflamasi dan memiliki pro
gnosis yang baik.

6. Komplikasi Artritis Reumatoid


Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis
dan ulkus peptik yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat
antiinflamasi nonsteroid (OAINS) atau obat pengubah perjalanan
penyakit (disease modifying antirheumatoid drugs, DMARD) yang
menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada artritis
rheumatoid (Suratun, 2017).

7. Pemeriksaan Diagnostik Artritis Reumatoid


Ada beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mendiagnostik
pasien dengan Artritis Reumatoid menurut (Isbagio, 2019) antara lain:
a. Pemeriksaan cairan synovial:
1) Warna kuning sampai putih dengan derajat kekeruhan yang
menggambarkan peningkatan jumlah sel darah putih.
2) Leukosit 5.000–50.000/mm3 menggambarkan adanya proses
inflamasi yang didominasi oleh sel neutrophil (65%).
3) Rheumatoid factor positif, kadarnya lebih tinggi dari serum dan
berbanding terbalik dengan cairan sinovium.
b. Pemeriksaan darah tepi:
1) Leukosit : normal atau meningkat ( <>3 ). Leukosit menurun bila
terdapat splenomegali; keadaan ini dikenal sebagai Felty’s
Syndrome.
2) Anemia normositik atau mikrositik, tipe penyakit kronis.

c. Pemeriksaan kadar sero-imunologi:

1) Rheumatoid factor + Ig M -75% penderita; 95% + pada penderita


dengan nodul subkutan.
2) Anti CCP antibody positif telah dapat ditemukan pada arthritis
rheumatoid dini.

8. Penatalaksanaan Artritis Reumatoid


1. Tujuan utama dari program penatalaksanaan perawatan adalah
sebagai berikut :
a Untuk menghilangkan nyeri dan peradangan.
b. Untuk mempertahankan fungsi sendi dan kemampuan
maksimal dari penderita.
c. Untuk mencegah dan atau memperbaiki deformitas yang
terjadi pada sendi.
d. Mempertahankan kemandirian sehingga tidak bergantung pada
orang lain.
9. Prognosis

Pasien dengan faktor rheumatoid seropositif memiliki morbiditas yang


lebih berat. Remisi spontan umum ditemukan dalam dua tahun
pertama. Remisi total jarang ditemukan pada 50-90% pasien dengan
penyakit progresif dan setelah lima tahun pemberian terapi obat anti-
rematik (Putri, 2018).

Lima puluh persen skor maksimum untuk penyempitan sendi dan erosi
radiografik ditemukan dalam lima tahun perjalanan penyakit. Pasien
dengan tingkat edukasi formal tinggi memiliki tingkat morbiditas dan
mortalitas yang lebih baik (Putri, 2018).
Penanda prognosis baik adalah:

1. Respon baik terhadap terapi


2. Terapi dini dan agresif

3. Pencapaian tujuan terapi dengan remisi total dalam 2 tahun

4. Gangguan terbatas pada tangan dan kaki

Penanda prognosis buruk adalah:

1. Faktor rheumatoid positif

2. Antibodi anti-CCP

3. Nodul rheumatoid

4. Peningkatan penanda inflamasi seperti LED dan CRP

5. Peningkatan jumlah sendi yang membengkak

6. Erosi radiologik dini

7. Penurunan kemampuan fungsional dini

8. Tingkat sosio ekonomi rendah


10. Konsep Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a) Data

Data dasar pengkajian pasien tergantung pada keparahan dan


keterlibatan organ-organ lainnya (misalnya mata, jantung, paru-paru,
ginjal), tahapan misalnya eksaserbasi akut atau remisi dan keberadaaan
bersama bentuk-bentuk arthritis lainnya

b) Aktivitas/ istirahat

a. Gejala: Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan


stres pada sendi, kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral
dansimetris. Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup,
waktusenggang, pekerjaan, keletihan.

b. Tanda: Malaise Keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit,


kontraktor/ kelaianan pada sendi.
c) Kardiovaskuler

Gejala: Fenomena Raynaud jari tangan/ kaki (mis; pucat intermitten,


sianosis, kemudian kemerahan pada jari sebelum warna kembali
normal).
d) Integritas ego

Gejala: Faktor-faktor stres akut/ kronis: mis; finansial, pekerjaan,


ketidakmampuan, faktor faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberda
yaan (situasi ketidakmampuan) ancaman pada konsep diri, citra tubuh,
identitas pribadi (misalnya ketergantungan pada orang lain).
e) Makanan/ cairan
a. Gejala: Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi
makanan/ cairan adekuat: mual, anoreksia Kesulitan untuk
mengunyah

b. Tanda: Penurunan berat badan Kekeringan pada membran mukosa


f) Hygiene

Gejala: Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan


pribadi. Ketergantungan.
g) Neurosensori

a. Gejala: Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi


pada jari tangan.
b. Tanda: Pembengkakan sendi simetris.

h) Nyeri/ kenyamanan

Gejala: Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan
jaringan lunak pada sendi).
i) Keamanan

Gejala: Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutaneus. Lesi kulit, ulkus


kaki. Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/pemeliharaan
rumah tangga. Demam ringan menetap Kekeringan pada meta dan
membran mukosa.
2) Diagnosa Keperawatan (PPNI, 2017)

1. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi muskuloskeletal kronis

2. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi

3. Risiko cedera berhubungan dengan kontraktur sendi

4. Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan penyakit


rematik
3) Rencana Keperawatan (PPNI, 2017)

Tujuan
No Diagnosa Intervensi Rasional
dan kriteria hasil
keperawatan
Setelah diberikan 1. Kaji keluhan nyeri, 1. Membantu
1. Nyeri kronis
asuhan keperawatan kualitas,lokasi, intensitas menentukan
berhubungan
selama 3x24 jam dan waktu. kebutuhanmanajemen
dengan kondisi
diharapkan skala nyeri 2. Berikan posisi nyaman nyeri dan keefektifan
muskuloskeletal
berkurang dengan waktu tidur/duduk di program.
kronis
kriteria hasil: kursi. 2. Mengetahui
- Skala nyeri berkurang 3. Tingkatkan istirahat di kondisiumum
tempat tidur sesuai pasien
- Kemampuan
indikasi 3. Penyakit
mengenali
4. Anjurkan mandi air berat/eksaserbasi,
penyebab nyeri
hangat/pancuran pada tirahbaring
meningkat.
waktu bangun. Sediakan diperlukan untuk
- Kemampuan
waslap hangat untuk membatasi nyeri
menggunakan tehnik
non-farmakologis Mengompres atau cedera sendi.
meningkat. Keluhan sendi yang sakit beberapa 4. Mengistirahatkan
nyeri menurun. sendiyang sakit
(PPNI, 2016) dan
mempertahankan
posisi netral.
5. Panas meningkatkan
relaksasi otot dan
mobilitas,
menurunkanrasa sakit
dan kekakuan di pagi
hari.
Setelah diberikan 1. Identifikasi 1. Agar pasien dan
2. Defisit
asuhan keperawatan kesiapan dan keluarga dapat
pengetahuan
selama 3x24 jam kemampuan menerima informasi
berhubungan
diharapkan pasien menerima informasi tetang penyakit yang
dengan kurang
dapat melaksanakan 2. Sediakan materi dan dialami pasien.
terpapar
aktivitas perawatan mediapendidikan 2. Agar pasien dapat
informasi
diri dengan kriteria kesehatan mengetahui lebih
hasil: 3. Berikan kesempatan banyak informasi
- Perilaku sesuai untukbertanya tentang perilakuhidup
anjuran 4. Jelaskan faktor resiko sehat.
meningkat yangdapat 3. Pasien dapat
- Perilaku sesuai mempengaruhi menerapkan dalam
pengetahuan kesehatan kehidupan sehari-hari
meningkat 5. Ajarkan perilaku 4. Agar pasien dapat
- Pertanyaan tentang hidupbersih dan megetahui hal-hal
masalah yang sehat. yang dapat
dihadapi menurun mempengaruhi
- Persepsi yang keliru kesehatan.
terhadap masalah 5. Agar pasien dan
menurun keluarga dapat
- Menjalani mengetahui pola hidup
pemeriksaan yang sehat dan bersih yang
tidak tepat menurun

Perilaku membaik
Setelah diberikan
3. Risiko cedera 1. Lindungi klien dari 1. Karena klien rentan
asuhan keperawatan
berhubungan kecelakaan jatuh. untuk mengalami fraktur
dengan kontraktur selama 3x24 jam patologis bahkan oleh
2. Hindarkan klien dari satu
sendi diharapkan pasien tidak benturan ringan
posisi yang menetap,
menderita cidera dengan sekalipun.
ubah posisi klien dengan
kriteriahasil:
hati-hati. 2. Perubahan posisi
- Kontrol gerakan
berguna untuk mencegah
3. Bantu klien memenuhi
meningkat
terjadinya
kebutuhan sehari-hari
- Keseimbangan penekananpunggung dan
selamaterjadi kelemahan
gerakan memperlancar aliran
fisik.
meningkat darah serta mencegah
4. Atur aktivitas yang tidak
- Ketegangan otot terjadinya dekubitus.
melelahkan klien.
menurun
3. Kelemahan yang dialami
5. Ajarkan cara melindungi
- Ekspresi wajah oleh pasien
diri trauma fisik seperti
kesakitan hiperparatiroid dapat
cara mengubah posisi
menurun mengganggu proses
tubuh, dan cara berjalan
- Gangguan mobilitas pemenuhan ADL pasien.
serta menghindari
menurun
4. Aktivitas yang berlebihan
perubahan posisi yang
- Frekuensi nadi membaik dapat memperparah
tiba-tiba
- Pola istirahat/ tidur penyakitpasien.
Membaik
5. Mencegah terjadinya
cedera pada pasien

Setelah diberikan asuhan 1. Identifikasi adanya 1. Untuk mengetahui


4. Gangguan
keperawatan selama nyeri dan keluhan batasan gerakan
Mobilitas Fisik
3x24 jam diharapkan fisik lainnya yangakan dilakukan
berhubungan
mobilitas fisik meningkat 2. Fasilitasi melakukan 2. Agar pasien
dengan gangguan
dengan kriteria hasil : pergerakan melakukan
penyakit rematik
- Pergerakan 3. Libatkan keluarga pergerakan dan
ekstremitas untuk membantu memperlancar aliran
meningkat pasien melakukan darah
- Kekuatan otot pergerakan 3. Memaksimalkan
meningkat 4. Ajarkan mobilisasi latihan pergerakan
sederhana yang 4. Agar keluarga
- Rentang gerak
harus dilakukan pasien dapat
(ROM)
(kepada keluarga) mengetahui lebih
meningkat
banyak informasi
- Nyeri menurun

- Kecemasan menurun
- Kaku sendi menurun

- Kelemahan fisik
menurun
4) Implementasi Keperawatan

Tahap pelaksanaan Implementasi / pelaksanaan merupakan salah satu


tahap dari proses keperawatan keluarga dimana perawat mendapatkan
kesempatan untuk membangkitkan minat keluarga untuk mendapatkan
perbaikan kearah perilaku hidup sehat. Pelaksanaan tindakan keperawatan
keluarga didasarkan kepada asuhan keperawatan yang telah disusun
(YUANA, 2020)

5) Evaluasi Keperawatan

Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil,


implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat
keberhasilan bila hasil dan evaluasi tidak berhasil sebagian perlu disusun
rencana keperawatan yang baru (YUANA, 2020)
DAFTAR PUSTAKA

YUANA, W. (2020). Dengan Tb Paru Di Wilayah Kerja Widi Yuana Nim :


P031914401R072 Kementerian Kesehatan Ri Politeknik Kesehatan Kemenkes Riau
Jurusan Keperawatan Prodi D-Iii Keperawatan Tahun 2020.
PPNI. (2017). Standar diagnosis Keperawatan Indonesia; Defenisi dan Indikator Diagnostik.
Jakarta : Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI).
PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasioanl Indonesia.
Isbagio, H. (2019). Pendekatan diagnostik penyakit rematik. Subbagian Reumatologi
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.Jakarta:
Cermin Dunia Kedokteran h.12.26.
Keswara, U. R. (2018). Kegiatan Penyuluhan Tentang Rematik Pada Lansia DiWilayah
Kerja. Jurnal Kreativitas Pengabdian Kepada Masyarakat, Volume 1nomor 1, 17-18.
Malara, R. d. (2017).
Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kekambuhan Penyakit Rematik Diwilayah
Puskesmas Beo Kabupaten Talaud. e-journal Keperawatan (e-Kp) Volume 5 Nomor 1,
Mei 2017 , 2
Marlita, L., Saputra, R., & Yamin, M. (2018). Kemandirian Lansia Dalam Melakukan
Activity Daily Living ( Adl ) Di Upt Pstw Khusnul Khotimah. Jurnal Keperawatan
Abdurrab, 1(2), 64-68
Purwoastuti, E. (2018). Waspadai Gangguan Rheumatoid Arthritis. Yogyakarta: PT.
Gramedia.
Purwoastuti, E. (2019). Waspadai Gangguan Rheumatoid Arthritis. Yogyakarta:
PT.Gramedia.
Putri, A. J. (2018). Rheumatoid Arthritis. http://www.welfare.ie/en/downloads/protoc
ol14.pdf.
Ratnawati, E, (2017). Asuhan keperawatan gerontik. Yogyakarta : Pustaka baru Smith.
(2017). Penyakit Radang Sendi. Jakarta: Rineke Cipta.
Susane, S. (2017). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah (Edisi 8) Vol.3.
Jakarta:EGC.
Suwanti, S., Purwaningsih, P., & Setyoningrum, U. (2019). Pengaruh Senam Terhadap
Tekanan Darah Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Penelitian Perawat Professional, 1(1), 1-
12. Https//Doi.Org/10.37287/Jppp.Vlil.15
Triningtyas, D. A., & Muhayati, S. (2018). Konseling Lansia: Upaya Lanjut Usia Dalam
Membangun Kemandirian Hidup Dan Penerimaan Diri TerhadapKesiapan Memasuki
Masa Pension (Studi Pada Lansia Di Bina Keluarga Lansia Posyandu Cempaka Kabupaten
Ngawi) . JKI (Jurnal Konseling Indonesia), 4(1), 16-21.
Https://Doi.Org/10.21067/Jki.V4il.273
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian
A. Pengkajian fungsional klien
1. Identitas Diri Klien
Nama lengkap : Tn.N
Tempat/tgl lahir : Parangcarangmeng 31-12-1960
Jenis kelamin : laki-laki
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Makassar
Pendidikan terakhir : SD
Pekerjaan : pedagang
Alamat : Jl. Parangcarangmeng rt02
Keluarga/ Orang Lain yang Lebih Penting/Dekat
yang Dapat Dihubungi: istri
2. Riwayat Hidup
Pasangan :Ny. C
Hidup : Ya
Status kesehatan : Sehat
Umur : 55Tahun
Pekerjaan : IRT
Meninggal :-
Tahun Meninggal :-
Penyebab kematian : -
Anak-anak : Memiliki 3 orang anak
Hidup : Ya
Nama & Alamat :-
Meninggal :-
Tahun meninggal :-
Penyebab kematian : -
3. Riwayat Pekerjaan Dan Status Ekonomi
Pekerjaan saat ini : Pedagan
Pekerjaan sebelumnya : Irt
Sumber pendapatan :
4. Riwayat Tempat Tinggal (Gambar Denah Rumah)
Tn. Z memiliki luas rumah 17 x 8 meter2
Tipe tempat tinggal : Rumah Pribadi
Jumlah kamar : 3 kamar
Jumlah orang yang tinggal dirumah : 3 orang
Jumlah tingkat :-
Derajat privasi :-
Tetangga terdekat :-
5. Riwayat Aktivitas di Waktu Luang
Hobi/minat : memasak
Keanggotaan organisasi :-
Liburan/perjalanan : -
6. Sistem Pelayanan Kesehatan Yang Digunakan
Dokter/Perawat :
Rumah Sakit/Puskesmas : Puskesmas
Klinik :-
Pelayanan Kesehatan dirumah :-
Lain-Lain :-
7. Deskripsi Aktivitas selama 24 jam (Uraikan
bersama jam-nya) :
8. Riwayat Kesehatan
Keluhan-keluhan utama (metode PQRST) :
P : Nyeri pada area lutut sebelah kanan dan kiri
Q : Tertusuk-tusuk
R : Di sendi jari-jari kaki
S : Skala 4
T : 15-20 menit
Pengetahuan mengenai kondisi kesehatan saat ini :-
 Pemahaman terhadap proses penuaan :
-
 Status kesehatan umum sejak 6 bulan terakhir
:-
 Status kesehatan umum sejak 5 tahun yang lalu
:
Lutut kiri dan kanan nyeri secara ekstremitas bawah
dan mempunyai riwayat hipertensi
o Penyakit masa kanak-kanak : Batuk demam, dan
Flu
o Penyakit serius kronik : Gout arthritis (asam urat)
o Trauma :-
o Perawatan di RS (catat alasan masuk, tanggal, tempat,
dan lama rawat) :Di puskesmas
o Riwayat operasi: (catat jenis, tanggal, tempat, alasan
operasi):-
o Status obstetric :
-
o
9. Obat-obatan
 Nama obat dan dosis : ibupropen, cholchine
 Bagaimana/kapan menggunakannya : 3x1
 Dokter yang menginstruksikan :-
 Tanggal resep :-
 Masalah-Masalah Berkaitan Dengan Konsumsi Obat:
 Defisit(Uraikan jika ada keterbatasan dalam konsumsi
obat
 Efek samping yang tidak menyenangkan
 Persepsi keefektifan
 Kesulitan memperoleh

10. Riwayat Alergi :


 Obat-obatan : tidak ada
 Makanan : klien mengatakan makan 3x sehari
dengan porsin yang sejenis makanan nasi,sayur dan
lauk pauk
 Alergi lain :-

11. Nutrisi
 Uraikan jenis makanan untuk pagi, siang, dan malam:
3x1 nasi sayur lauk pauk
 BB saat ini :-
 Riwayat peningkatan/penurunan BB :
 Frekuensi makanan :-
 Masalah-masalah yang mempengaruhi masukan makanan
(mis : pendapat tidak adekuat, kurang transportasi,
masalah menelan/mengunyah, stress emosional) :
 Kebiasaan sebelum, saat atau setelah makan
12. Riwayat Keluarga

? ? ? ?

62 55

? ? ?
ˀ
Keterangan :
: Laki-laki : Klien
: Perempuan
: Garis Keturunan
: Garis Serumah
ˀ : tidak di ketahui
GI : Ibu klien memiliki arthritis (rematik)
G II : Klien tinggal serumah dengan suaminya
dan klien menderita penyakit rematik
dan memiliki riwayat hipertensi
Beri tanda cek √ untuk setiap tanda – gejala yang ditemukan,
disertai keterangan jika Ya
Hemopoetik Kepala
Perdarahan/memar Sakit kepala
Pembengkakan Trauma masa lalu
kelenjar limfe
Anemia Pusing
Riwayat transfusi Gatal kulit kepala
darah
Leher Hidung & Sinus
Kekakuan Rinorea
Nyeri/nyeri tekan Rabas
Benjolan/massa Epistaksis
Keterbatasan gerak Obstruksi
Mata Mendengkur
Nyeri Nyeri pada sinus
Air mata berlebihan Alergi
Pruritus Riwayat infeksi
Bengkak sekitar Penampilan
mata kemampuan olfkatori
Floater Payudara
Diplopia Benjolan/massa
Kabur Nyeri/nyeri tekan
Fotofobia Bengkak
Riwayat infeksi Keluar cairan dari
putting susu
Tanggal pemeriksaan mata Perubahan pada putting
terakhir susu
Dampak pada aktivitas Pola
sehari-hari pemeriksaan payudara
sendiri
Telinga Tanggal dan hasil
memogram terakhir
Perubahan pendengaran Kardiovaskular
Rabas Nyeri dada
Tinnitus Palpitasi
Vertigo Sesak nafas
Sensitivitas pendengaran Dipsnea pada aktifitas
Alat-alat prostesa Dipsnea
noktural paroksimal
Riwayat infeksi Murmur
Tanggal pemeriksaan paling Edema
akhir
Kebiasaan Varises
perawatan telinga
Dampak pada aktivitas Kaki timpang
sehari-hari
Parestesia
Mulut dan
tenggerokann
Sakit tenggerokan Perubahan warna kaki
Lesi/ ulkus Perkemihan
Perubahan suara Disuria
Kesulitan menelan Menetes
Perdarahan gusi Ragu-ragu
Karies/ sudah tanggal Hematuria
Gigi palsu Polyuria
Riwayat infeksi Oliguria
Tanggal pemeriksaan Nokturia
gigi terakhir
Frekuensi mengosok Inkontinensia
gigi
Masalah dan kebiasaan Nyeri saat berkemih
membersihkan gigi palsu
Pernapasan Batu
Batuk Infeksi
Sesak nafas Genitoreproduksi
Wanita
Hemoptysis Lesi
Sputum Rabas
Mengi Dyspareunia
Asma/alergi pernapasan Perdarahan pasca
sanggama
Tanggal dan hasil Nyeri pelvic
pemeriksaan dada
terakhir
Gastrointestinal Sistokel/rektokel/
prolaks
Disfagia Pennyakit kelamin
Tidak dapat mencerna Infeksi
Nyeri ulu hati Masalah aktivitas
seksual
Mual muntah Riwayat menopause
(usia,gejala, masalah
pasca menopause
Hematemesis Tanggal dan hasil pap
paling akhir
Perubahan nafsu makan Muskuloskeletal
Intoleran makanan Nyeri persendian √
Ulkus Kekakuan √
Nyeri Pembengkakan sendi √
Ikterik Deformitas
Benjolan/massa Spasme
Perubahan kebiasaan Kram
defekasi
Diare Kelemahan otot
Konstipasi Masalah cara berjalan
Melena Nyeri punggung
Hemoroid Protesa
Perdarahan rectum Kebiasaan
latihan/olahraga
Pola defekasi biasanya Dampak pada aktivitas
sehari-hari
System Endokrin Psikososial
Intoleran terhadap Cemas √
panas
Intoleran terhadap Depresi
dingin
Goiter Insomnia
Pigmentasi kulit/tekstur Menangis
Perubahan rambut Gugup
Polifagia Takut
Polydipsia Masalah dalam
pengambilan keputusan
Polyuria Kesulitan
berkonsentrasi
System saraf Mekanisme koping
Sakit kepala Stress saat ini
Kejang Persepsi tentang
kematian
Sinkope/serangan Dampak pada aktivitas
jantung sehari-hari
Paralisis
Paresis
Masalah koordinasi
Tie/tremor/spasme
Parastesia
Cedera kepala
Masalah memori
Tingkat kemandiriann melakukan aktivitas dasar sehari-hari :
Skala Depresi:
Fungsi intelektual/memori
Masalah-masalah kesehatan lain –lain yang ditemukan
Tingkat kemandirian melakukan Aktivitas dasar sehari-sehari

KLASIFIKASI DATA

Data Subyektif Data Objektif


 Klien mengatakan nyeri lutut kiri  Wajah klien Nampak meringis
dan kanan  P : Nyeri pada area tangan dan
 Klien mengatakan semenjak lutut sebelah kiri
kakinya sakit dia merasa tidak Q : tertususk- tusuk
R : bagian lutut ekstremitas bawah
mampu melakukan aktivitas
S : Skala 4
 Klien mengatakan lutut kirinya T : 15-20 menit
 Klien Nampak gelisah
nyeri pada saat melakukan aktivitas
 Tanda-Tanda Vital
 Klien mengatakan nyeri lutut lebih
TD : 150/90 mmHg
buruk apabila jongkok, naik tangga,
P : 24x/menit
turun tangga, setelah lama berjalan N : 105x/menit
S : 36,5℃
dan berdiri
 Saat palpasi ditemukan nyeri tekan
 Klien mengatakan kesulitan tidur
pada persendian
pada siang hari dan malam hari
 Terasa dingin saat lutut disentuh
ketika sakit lutunya dating
 Teraba kravitasi pada lutut
 Pasien mengatakan pola tidur tidak
 Klien nampak menguap
menentu
A. Pengkajian fungsional klien

Skor Kriteria
(A) Kemandirian dalam hal makan, minum, berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan
Mandi
B Kemandirian dalam semual hal kecil , kecuali satu dari fungsi tersebut
C Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
Tambahan
D Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian dan satu
fungsi tambahan
E Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi, berpakaian, ke
kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali berpakaian, ke kamar kecil,
dan satu fungsi tambahan
G Kemandirian dalam aktivitas hidup sehari-hari, kecuali mandi dan satu fungsi
Tambahan
Lain- Tergantung pada sedikitnya dua fungsi, tetapi tidak dapat diklasifikasikan sebagai
lain C,D,E atau F
Keterangan: Skor yang didapatkan pasien yaitu A, karena
pasien bisa melakukan 6 kegiatan dengan mandiri
B. Bathel Indeks
No KRITERIA Nila
i
1 Makan 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan
memotong, mengoles
mentega dll.
3. Mandiri √
2 Mandi 1. Tergantung orang lain
2. Mandiri √
3 Perawatan diri 1. Membutuhkan
bantuan orang lain
2. Mandiri dalam
perawatan muka,
rambut, gigi, dan
bercukur √
4 Berpakaian 1. Tergantung orang lain
2. Sebagian dibantu
(misal
mengancing baju)
3. Mandiri √
5 Buang air kecil 1. Inkontinensia atau
pakai
kateter dan tidak
terkontrol
2. Kadang Inkontinensia
(maks, 1x24 jam)
3. Kontinensia (teratur
untuk lebih dari 7 hari)

6 Buang air besar 1. Inkontinensia (tidak
teratur atau perlu
enema)
2. Kadang Inkontensia
(sekali seminggu)
3. Kontinensia (teratur) √
7 Penggunaan toilet 1. Tergantung bantuan
orang lain
2. Membutuhkanbantuan,
tapi dapat melakukan
beberapa hal sendiri
3. Mandiri √
8 Transfer 1. Tidak mampu
2. Butuh bantuan untuk
bisa duduk (2 orang)
3. Bantuan kecil (1 orang)
4. Mandiri √
9 Mobilitas 1. Immobile (tidak
mampu)
2. Menggunakan kursi
roda
3. Berjalan dengan
bantuan satu orang
4. Mandiri
(meskipun
menggunakan alat
bantu seperti, tongkat)

10 Naik turun tangga 1. Tidak mampu
2. Membutuhkan
bantuan (alat bantu)
3. Mandiri√
Score 20
Total
Interpretasi hasil : 20 : Mandiri
21-61 :Ketergantungan Ringan
9-11 : Ketergantungan Sedang
62-90 : Ketergantungan Berat
100 : Mandiri

Skor yang didapat yaitu 20, yang mana pasien bisa melakukan kegiatan secara
mandiri
C. Pengkajian status kognitif
a. Short Portable Mental Status Questionaire (SPMSQ)

BENAR SALAH NO PERTANYAAN


√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang ini?
√ 03 Apa nama Tempat ini
√ 04 Dimana alamat anada?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir? (minimal tahun lahir)
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari setiap angka
√ 10
baru, semua secara menurun

Keterangan

Salah 0-3 : Fungsi intelektual utuh


Salah 4-5 :kerusakan intelektual ringan
Salah 6-8 : kerusakan intelektual sedang
Salah 9-10: kerusakan inteltual berat

Didapatkan hasil pasien menjawab semua pertanyaan dengan benar, kesimpulannya yaitu

intelektual pasien masih utuh

b. Mini Mental Status Exam (MMSE)


ASPEK NILAI NILAI
NO KRITERIA
KOGNITIF MAKS. KLIEN
1 Orientasi Menyebutkan dengan benar:
 Tahun (2021)
 Musim (hujan)
5 5
 Tanggal (5)
 Hari (senin)
 Bulan (desember)
Orientasi Dimana kita sekarang berada?
 Negara Indonesia
5 5  Propinsi sulawesi selatan
 Kota GOWA

2 Registrasi Sebutkan nama 3 obyek (oleh pemeriksa) 1 detik


untuk mengatakan masing-masing obyek. Kemudian
tanyakan kepada klien ketiga obyek tadi (untuk
3 3 disebutkan) Obyek (kertas),Obyek (pena)dan Obyek
(kursi)
3 Perhatian Minta klien untuk memulai dari angka 100 kemudian
dan kalkulasi dikurangi 7 sampai 5 kali/tingkat 93,86,79,72 dan 65
5 5
4 Mengingat Minta klien untuk mengulangi ketiga obyek pada no.2
3 3 (registrasi) tadi. Bila benar, 1 point untuk masing-
masing obyek
5 Bahasa Tunjukkan pada klien suatu benda dan tanyakan
namanya pada klien (misal jam tangan) dan
(misal pensil) Minta klien untuk mengulang
kata berikut: ”tak adajika, dan, atau, tetapi”.
Bila benar, nilai 1 point.
 Pernyataan benar 2 buah (contoh: tak ada, tetapi).
Minta klien uuntuk mengikuti perintah berikut yang
terdiri dari 3 langkah:
”ambil kertas di tangan anda, lipat dua dan taruh di
lantai”
9 9  Ambil kertas di tangan anda
 Lipat dua
 Taruh di lantai
Perintahkan pada klien untuk hal berikut (bila aktivitas
sesuai perintah nilai 1 point)
 ”tutup mata anda”
Perintahkan pada klien untuk menulis satu kalimat
atau menyalin gambar
 Tulis satu kalimat
 Menyalin gambar

TOTAL NILAI 30 30
Interpretasi:

Nilai 24-30 : tidak ada

kelainan kognitifNilai 18-23

: kelainan kognitif ringan

Nilai 0-17 : kelainan kognitif berat

Total nilai yang didapatkan yaitu 30, kesimpulannya pasien tidak ada
kelainan kognitif
D. Pengkajian fungsi soasial

URAIAN Fungsi skor


NO
1 Saya puas bahwa saya dapat kembali pada Adaptation 1
keluarga (teman-teman) saya untuk
membantu pada waktu sesuatu meyusahkan
22222
saya
Saya puas dengan cara keluarga (teman- partneship 1
teman) saya membicarakan sesuatu dengan
saya dan mengungkapkan masalah dengan
2
saya
Saya menerima dan mendukung keinginan Growh 1
saya untuk melakukan aktivitas atau arah baru
Saya mengekspresikan efek dan berespon Affction 1
terhadap emosi-emosi saya seperti
marah,sedih dan mencintai
Saya puas dengan waktu bersama-sama Resolve 1
Ket. Selalu =2 kadang-kadang =1, Hampir tidak pernah=0

Total 5
E. Pengkajian aspek spiritual
a. Apakah secara teratur melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan agamanya?

(Iya, secara teratur)

b. Apakah secara teratur mengikuti atau terlibat aktif dalam kegiatan

keagamaan, misalnya pengajian dan penyantunan anak yatim atau fakir

miskin?(Mengikuti pengajian 2 kali seminggu)

c. Bagaimana cara lansia menyelesaikan masalah apakah dengan berdoa? (Dengan

berdoa dan beribadah)

d. Apakah lansia terlihat tabah dan tawakal?(Iya, tidak mengeluh)

e. Bagaimana sikap lansia terhadap proses penuaan? (Menerima dan ikhlas

menjalani proses penuaan)

f. Apakah dirinya merasa di butuhkan atau tidak? (Iya, merasa dibutuhkan oleh

keluarga)

g. Apakah optimis dalam memandang suatu kehidupan?(Iya, Tn. N mengatakan

segala sesuatu sudah ada yang mengatur)

h. Bagaimana mengatasi stres yang di alami? (Dengan beribadah/curhat dengan teman

Tn. N)
F. Pengkajian fungsi keseimbangan
NNNO TES KOORDINASI KETERANGAN NILAI
1 Berdiri dengan postur tubuh 4
nomal
2 Berdiri dengan postur normal 3
menutup mata
3 Berdiri 1 kaki 3
4 Bediri fleksi trunk dan berdiri 3
keposisi netral
5 Berdiri dengan kaki rapat 3
6 Berdiri tempatkan tumit sala 3
satu kaki di depan jari kaki
lain
7 Berjalan sepanjang garis lurus 4
8 Berjalan mengikuti tanda 4
gambar pada lantai
9 Berjalan menyamping 4
10 Berjalan mundur 4
11 Berjalan mengikuti lingkarang 4
12 Berjalan pada tumit 3
13 Berjalan dengan ujung kaki

Jumlah 42
2. Format asuhan keperawatan
A. Analisa data
No Data Fokus Etiologi Problem
1. DS: Kerusakan lapisan sendi Nyeri
 klien mengatakan nyeri yaitu membran synovium

lutut kiri dan kanan Peradangan berlangsung
 klien mengatakan terus menerus

semenjak kakinya sakit Terdapat penimbunan sel
dia merasa tidak mampu darah putih dan
pembentukan jaringan
melakukan aktivitas parut
 klien mengatakan lutut 
Membran synovium
kirinya nyeri pada saat hipeartropi dan menebal
melakukan aktivitas 
Menghambat aliran darah
 Klien mengatakan nyeri ke sendi
lutut lebih buruk apabila 
Nekrosi merusak jaringan
jongkok, naik tangga, sendi
turun tangga, setelah 
Nyeri
lama berjalan dan berdiri

DO :
 Wajah nampak meringis
 P : Nyeri pada area
tangan dan lutut sebelah
kiri
Q : tertususk- tusuk
R : bagian lutut ekstremitas
bawah
S : Skala 4
T : 15-20menit
 Saat palpasi ditemukan
nyeri tekan pada
persendian

DS : Kaku pada area Gangguan


2.  klien mengatakan persendian pola tidur

kesulitan tidur pada siang Terjadi inflamasi
hari dan malam hari 
Nekrosis dan kerusakan
ketika sakit lutunya dalam ruang sendi

dating
Nyeri
 klien mengatakan pola 
tidur tidak menentu Gangguan pola tidur

DO:
 Terasa dingin saat lutut
disentuh
 Teraba krapitasi pada
lutut
 klien nampak menguap
 TTV
TD:150/90 MmHg
P: 24xmenit
N: 105x/menit
S:36,5 C

B. Rencana Asuhan keperawatan

TUJUAN/
No DIAGNOSA INTERVENSI RASIONAL
INTERVENSI
1 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
berhubungan tindakan Observasi 1. Untuk mengetahui
dengan agen keperawatan 1. Identifikasi lokasi, skala intensitas,
pencedara selama 1x8 jam karakteristik, durasi dan nyeri
fisiologis maka manajemen durasi, frekuensi,
nyeri menurun kualitas, intensitas
dengan kriteria nyeri
hasil : 2. Identifikasi skala 2. Agar dapat menilai
 Keluhan nyeri nyeri tingkat nyeri
menurun 3. Identifikasi factor 3. Agar dapat sebagai
 Meringis yang memperberat acuan untuk
menurun dan memperingan mengetahui kondisi
 Tekanan darah nyeri apa saja yang dapat
membaik memperberat atau
memperingankan
nyeri klien mis.pada
saat peningkatan
Terapeutik aktivitas
4. Berikan teknik non 4. Untuk meringankan
farmakologis untuk atau mengurangi
mengurangi rasa nyeri sampai pada
nyeri tingkat yng dapat
Edukasi diterima pasien
5. Anjurkan 5. Untuk meringankan
menggunakan atau mengurangi
analgetik secara nyeri sampai pada
tepat tingkat yang dapat
Kolaborasi diterima pasien
6. Kolaborasi 6. Untuk mengurangi
pemeberian rasa nyeri yang
analgetik, jika dirasakan oleh klien
perlu

2 Gangguan Setelah dilakukan Dukungan tidur


pola tidur b/d Tindakan Observasi
kurang keperawatan 1. Identifikasi pola 1. Memberikan
kontrol tidur selama 1x8 jam aktifitas pola tidur informasi kepada
diharapkan pasien
gangguan pola 2. Identifikasi factor 2. Mendukung/merelasa
tidur berkurang pengganggu tidur si sebelum tidur
dengan kriteria Terapeutik
hasil: 3. Lakukan prosedur 3. Membantu
 Keluhan sulit untuk menemukan derajat
tidur menurun meningkatkan kerusakan dan
 Keluhan sering kenyamanan kesulitan terhadap
terjaga Edukasi keadaan yang dialami
menurun. 4. Jelaskan pentingnya 4. Untuk
 Keluhan pola tidur cukup selama mengidentifikasi
tidur berubah sakit kekuatan dan
menurun kelemahan serta dapat
memberikan
informasi mengenai
pemulihan
C. Catatan Perkembangan Pasien

TGL Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Nam
a
Rabu 15:00 Nyeri akut 1. Mengidentifikasi S:
07 berhubungan dengan lokasi, karakteristik,  Klien mengatakan nyeri lutut
Desemb agen pencedara durasi, frekuensi, kiri dan kanan
er 2022 fisiologis kualitas, intensitas
DS: nyeri  Klien mengatakan semenjak
 Klien mengatakan Hasil : kakinya sakit dia merasa
nyeri lutut kiri dan P: Nyeri pada area tidak mampu melakukan
tangan dan lutut
kanan sebelah kiri aktivitas
 Klien mengatakan Q : tertususk- tusuk
 Klien mengatakan lutut
R : bagian lutut
semenjak kakinya ekstremitas bawah kirinya nyeri pada saat
sakit dia merasa S : Skala 4
melakukan aktivitas
T : 15-20 menit
tidak mampu 2. Memberikan tehnik
melakukan tehnik relaksasi napas O:
dalam pasien merasa  Wajah nampak meringis
aktivitas
nyerinya sedikit P : Nyeri pada area
 Klien mengatakan berkurang
tangan dan lutut sebelah kiri
lutut kirinya nyeri Hasil : Agar
mengurangi rasa nyeri Q : tertususk- tusuk
pada saat R : bagian lutut ekstremitas
yang dirasakan pasien
melakukan bawah
maka perawat
S : Skala 4
aktivitas memberikan analgetik T : 15-20 menit
 Klien mengatakan
3. Mengidentifikasi  Klien Nampak gelisah
skala nyeri’
nyeri lutut lebih  Saat palpasi ditemukan nyeri
Hasil : Skala nyeri
buruk apabila yang dirasakan pasien tekan pada persendian
jongkok, naik yaitu skala nyeri 3  Tanda-Tanda Vital
atau nyeri sedang
tangga, turun TD : 150/90 mmHg
P : 24x/menit
tangga, setelah N : 105x/menit
lama berjalan dan S : 36,5℃
berdiri
A: nyeri akut belum teratasi
ditandai dengan:
 Keluhan nyeri menurun
DO :  Pasien nampak sudah
 Wajah nampak tidak Meringis
 Pasien nampak sudah
meringis tidak gelisah lagi
P : Nyeri pada
P: lanjutkan intervensi
area tangan dan
lutut sebelah kiri
Q : tertususk- tusuk
R : bagian lutut
ekstremitas bawah
S: Skala 6
T: 5-menit
 Klien Nampak
gelisah
 Tanda-Tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
P : 24x/menit
N : 105x/menit
S : 36,5℃
 Saat palpasi
ditemukan nyeri
tekan pada
persendian

Kamis 15.00 Gangguan pola tidur 1. Mengidentifikasi pola S:


07 b/d control kurang aktifitas pola tidur  Klien mengatakan kesulitan
desembe tidur Hasil: Pasien mengatakan tidur pada siang hari dan
r 2022 DS : pola tidur menentu
2. Mengidentifikasi faktor malam hari ketika sakit
 Klien pengganggu tidur lutunya dating
mengatakan Hasil:Pasien mengatakan  Pasien mengatakan pola
nyeri kepala berkurang tidur tidak menentu
kesulitan tidur
3. Melakukan prosedur O:
pada siang hari untuk meningkatkan  Terasa dingin saat lutut
dan malam hari kenyamanan
Hasil: Pasien cuman bisa disentuh
ketika sakit
duduk  Teraba krapitasi pada lutut
lutunya dating 4. Menjelaskan pentingnya
 klien nampak menguap
 Pasien tidur cukup selama sakit
Hasil: Pasien memahami  TTV
mengatakan pola
tidur tidak yang dijelaskan perawat TD:140/80 MmHg
menentu P: 24xmenit
N: 99x/menit
DO: S:36,5 C
 Terasa dingin .
A: Gangguan pola tidur belum
saat lutut
teratasi di tandai dengan :
disentuh  Keluhan sering terjaga
 Teraba krapitasi menurun.
 Keluhan pola tidur
pada lutut
berubah menurun
 klien nampak P: per tahankan Intervensi
menguap
 TTV
TD:140/80 MmHg
P: 24xmenit
N: 99x/menit
S:36,5 C

TGL Jam Diagnosa Implementasi Evaluasi TTD


Nam
a
jumat 15:00 Nyeri akut 4. Mengidentifikasi S:
09 berhubungan dengan lokasi, karakteristik,  Klien mengatakan nyeri lutut
Desemb agen pencedara durasi, frekuensi, kiri dan kanan
er 2022 fisiologis kualitas, intensitas
DS: nyeri  Klien mengatakan semenjak
 Klien mengatakan Hasil : kakinya sakit dia merasa
nyeri lutut kiri dan P: Nyeri pada area tidak mampu melakukan
tangan dan lutut
kanan sebelah kiri aktivitas
 Klien mengatakan Q : tertususk- tusuk
 Klien mengatakan lutut
R : bagian lutut
semenjak kakinya ekstremitas bawah kirinya nyeri pada saat
sakit dia merasa S : Skala 4
melakukan aktivitas
T : 15-20 menit
tidak mampu 5. Memberikan tehnik
melakukan tehnik relaksasi napas O:
dalam pasien merasa  Wajah nampak meringis
aktivitas
nyerinya sedikit P : Nyeri pada area
 Klien mengatakan berkurang
tangan dan lutut sebelah kiri
lutut kirinya nyeri Hasil : Agar
mengurangi rasa nyeri Q : tertususk- tusuk
pada saat R : bagian lutut ekstremitas
yang dirasakan pasien
melakukan maka perawat bawah
aktivitas memberikan analgetik S : Skala 4
6. Mengidentifikasi T : 15-20 menit
 Klien mengatakan skala nyeri’  Klien Nampak gelisah
nyeri lutut lebih Hasil : Skala nyeri  Saat palpasi ditemukan nyeri
buruk apabila yang dirasakan pasien tekan pada persendian
yaitu skala nyeri 3
jongkok, naik
atau nyeri sedang  Tanda-Tanda Vital
tangga, turun TD : 150/90 mmHg
tangga, setelah P : 24x/menit
N : 105x/menit
lama berjalan dan S : 36,5℃
berdiri
A: nyeri akut belum teratasi
ditandai dengan:
 Keluhan nyeri menurun
DO :  Pasien nampak sudah
 Wajah nampak tidak Meringis
 Pasien nampak sudah
meringis
tidak gelisah lagi
 P : Nyeri pada area
tangan dan lutut P: pertahankan intervensi
sebelah kiri
Q : tertususk- tusuk
R : bagian lutut
ekstremitas bawah
S: Skala 4
T: 15-20menit
 Klien Nampak
gelisah
 Tanda-Tanda Vital
TD : 150/90 mmHg
P : 24x/menit
N : 105x/menit
S : 36,5℃
 Saat palpasi
ditemukan nyeri
tekan pada
persendian

Anda mungkin juga menyukai