Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun dalam rangka


memenuhi Tugas stase
Keperawatan Jiwa

Di susun Oleh :

Nur Janna

14420212146

CI LAHAN CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

2022
A. KASUS ( MASALAH UTAMA)
Defisit perawatan diri.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH

1. Pengertian

Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannyya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Damaiyanti
2020).
2. Tanda Dan Gejala

Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut (fitria, 2018) adalah sebagai
berikut :
1. Mandi/ hygiene

Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersikan badan, memperoleh


atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan pperlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mmandi
2. Berpakaian/bershias

Klienmempunyai kkelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan


pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh aatau menukarpakaian.
Klian juga memiliki ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam,
memilih pakain, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarikmelepaskan pakaian, mengguankan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
3. Makan

Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,


mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunya makanan,
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam wadahlalu
memasukannya ke mulut, melengkai makan, mencerna makanan menurut,
cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta
mencerna cukup makanan dengan aman
4. Eliminasi

Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan


jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat,
dan menyiram toilet atau kamar kecil (Rusdi , 2018).
Menurut Depkes (2017), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah :
a. Fisik

1) Badan bauh, pakaian kotor

2) Rambut dan kulit kotor

3) Kuku panjang dan kotor

4) Gigi kotor disertai mulut bauh

5) Penampilan tidak rapih

b. Psikologis

1) Malas, tidak ada inisiatif

2) Menarik diri, isolasi diri

3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina


c. Sosial

1) Interaksi kurang

2) Kegiatan kurang

3) Tidak mampu berperilaku sesuai normal

4) Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

3. Etiologi

Penyebab kurangnya perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan


kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri adalah:
1. Faktor predisposisi

a. Perkembangan

Eluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan


inisiatif terganggu.
b. Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan


perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang


menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan diri.
d. Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.

Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri

2. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang
dialami iindividu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan
perawatan diri.
Dampak yang sering timbul pada mmasalah personel hygiene :

1. Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
2. Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personel hygiene adalah gangguan


kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai, kebutuhan harga
diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Yusuf Ah,dkk, 2019)..

4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa

Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air
besar/ buang air kecil) secara mandiri (Zaini, 2019).

5. Patofisiologi

Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan


jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit
perawatan diri yang signifikan.Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias
biasa terjadi terutama selama episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat
preokupasi dengan ide- ide waham atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan
aktivitas dalam kehidupan sehari-hari . Faktor biologis terkait dengan adanya
neuropatologi dan ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat
dinilai sebagai manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien
Secara biologi
riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan hypothalamus.
Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan medial masing-
masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya adalah
mengatur persyarafan otonom dan emosi. Menyimpan dan menyatukan informasi
berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan pengolahan
informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa gejala klinik
seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian. Lobus Frontal berperan penting
menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling
berhubungan dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral
utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir
dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku maladaptif
seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan, toileting.
Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri. Hypotalamus adalah bagian
dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang menghubungkan otak
tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah sebagai respon tingkah
laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan motivasi.Kerusakan hipotalamus
membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan
dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien
dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan
dukungan untuk dapat merawat dirinya. Ganguan defisit perawatan diri juga dapat
terjadi karena ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya:
Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter. Transmisi dopamin berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor
(perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku
yang menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika terjadi
penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah
maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti :
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan
dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien
cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau
berhias dan toileting (Widiyawati, 2020).
6. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan Tidak melakukan


diri seimbang diri kadang tidak

Penjelasan :

a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien
masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-kadang
klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan diri saat stressor.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.

2) Bina hubungan saling percaya.


3) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

4) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

5) Membimbing dan menolong klien merawat diri.

6) Bantu klien merawat diri

7) Ajarkan ketrampilan secara bertahap

8) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

9) Ciptakan lingkungan yang mendukung

10) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

11) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

12) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup (Wuryaningsih & i, 2020).
7. Fase

Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa tidak
aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan yang
penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa
aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada
kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan
adekuatnya (Zaini, 2019).
8. Jenis

Menurut Nanda (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :

1. Defisit perawatan diri: mandi;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan

mandi/ berkativitas perawatan diri untuk diri sendiri

2. Defisit perawatan diri : berpakaian ;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


berpakaian dan beriasuntuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan ;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri

4. Defisit perawatan diri: eliminasi ;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan elimiinasi sendiri

9. Perilaku

Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien
tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
dirumah dan dukungan (Widiyawati, 2020)

10. Mekanisme Koping

1) Regresi

Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan (Denial)

Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas


tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
3) Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan negatif didalam
diri sendiri.
4) Intelektualisasi

Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman


yang mengganggu.

11. Penatalaksanaan

Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan


medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik (Ruswadi, 2021).

C. POHON MASALAH

Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB


E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Dentifikasi masalah perawatan diri: kebersihan Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
diri, berdandan, makan/ minum, BAB/ BAK merawat pasien
2 Jelaskan pentingnya kebersihan diri Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
proses terjadinya deficit perawatan diri
(gunakan booklet)
3 Jelaskan cara dan alat kebersihan diri Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri
4 Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dang Latih du acara merawat: kebersihan diri dan
anti pakaian, sikat gigi, cuci ranbut, potong kuku berdandan
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
mandi, sikat gigi (2 kali/ hari), cuci rambut (2 dan memberikan pujian
kali/ minggu), potong kuku (1 kali/ minggu)
SPIIp SPIIk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian Evaluasi kegiatan dalam merawat/ melatih
pasien kebersihan diri. Beri pujian
2 Jelaskan cara dan alat untuk berdandan Latih dua (yang lain) cara merawat: makan &
minum, BAB & BAK
3 Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
sisiran, rias muka untuk perempuan, sisiran, dan memberi pujian
cukuran untuk pria
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan. Beri pujian melatih pasien kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
2 Jelaskan cara dan alat makan dan minum Bombing keluarga merawat kebersihan diri
dan berdandan dan makan & minum pasien
3 Latih cara makan dan minum yang baik Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri, berdandan dan makan & minum
yang baik
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan. Beri pujian melatih pasien kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
2 Jelaskan cara dan alat makan dan minum Bombing keluarga merawat kebersihan diri
dan berdandan dan makan & minum pasien
3 Latih cara makan dan minum yang baik Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
berikan pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri, berdandan dan makan & minum
yang baik
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
kebersihan diri, berdandan, makan & minum, melatih kebersihan diri: kebersihan diri,
BAB & BAK. Beri pujian berdandan, makan & minum, BAB & BAK
beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga melakukan
control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah perawatan diri telah baik
DAFTAR PUSTAKA

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jawa
Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu Abimata).
Widiyawati, W. (2020). Keperawatan Jiwa. Malang: Literasi Nusantara.

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Kalimantan: UPT Pecetakan
dan Penerbitan Universitas Jember.

Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Masalah Psikososial di Pelayanan Klinis dan Komunitas.
Yogyakarta: Deepublish ( CV BUDI UTAMA).
Damaiyanti Murhripah, Iskandar. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa.
PT Refika Aitama.Bandung

Rusdi Deden Darmawan. (2018). Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing.Yogyakarta

Yusuf Ah,dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.Jakarta

Anda mungkin juga menyukai