Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas


State Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

JUSMIRA S.Kep.
A1C121023

PRESEPTOR LAHAN PRESEPTOR INSTITUSI

(……………...……………) (…..…………………...…....)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS MEGAREZKY
MAKASSAR
2022
A. KASUS ( MASALAH UTAMA)
Defisit perawatan diri.
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhanya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan
terganggu perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya
(Damaiyanti 2020).
2. Tanda Dan Gejala
Adapun tanda dan gejala defisit perawatan diri menurut (fitria, 2018) adalah
sebagai berikut :
a. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidak mampuan dalam membersikan badan,
memperoleh atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air
mandi, mendapatkan perlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta
masuk dan keluar kamar mmandi
b. Berpakaian/bershias
Klien mempunyai kelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh aatau menukarpakaian.
Klian juga memiliki ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam,
memilih pakain, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing
tarikmelepaskan pakaian, mengguankan kaos kaki, mempertahankan
penampilan pada tingkat yang memuaskan, mengambil pakaian dan
mengenakan sepatu.
c. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan,
mempersiapkan makanan, menangani perkakas, mengunya makanan

1
menggunakan alat tambahan, mendapatkan makanan, membuka container,
memanipulasi makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam
wadahlalu memasukannya ke mulut, melengkai makan, mencerna
makanan menurut, cara yang diterima masyarakat, mengambil cangkir
atau gelas, serta mencerna cukup makanan dengan aman.
d. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan
jamban atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi
pakaian untuk toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK
dengan tepat, dan menyiram toilet atau kamar kecil (Rusdi , 2018)
Menurut Depkes (2017), tanda dan gejala klien dengan defisin
perawatan diri adalah :
1) Fisik
 Badan bauh, pakaian kotor
 Rambut dan kulit kotor
 Kuku panjang dan kotor
 Gigi kotor disertai mulut bauh
 Penampilan tidak rapih
2) Psikologis
 Malas, tidak ada inisiatif
 Menarik diri, isolasi diri
 Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina
3) Sosial
 Interaksi kurang
 Kegiatan kurang
 Tidak mampu berperilaku sesuai normal
 Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

2
3. Etiologi
Penyebab kurangnya perawatan diri adalah kelelahan fisik dan penurunan
kesadaran. Penyebab kurang perawatan diri adalah:

a. Faktor predisposisi

1) Perkembangan

keluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan


inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang


menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan
diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang


penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami iindividu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
Dampak yang sering timbul pada mmasalah personel hygiene :

3
1) Dampak fisik

Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak


terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan membrane
mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada
kuku

2) Dampak psikososial

Masalah sosial yang berhubungan dengan personel hygiene adalah


gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Yusuf
Ah,dkk, 2019).
4. Proses Terjadinya Defisit Perawatan Diri Pada Pasien Gangguan Jiwa
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi
akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri,
dan toileting (buang air besar/ buang air kecil) secara mandiri (Zaini, 2019).
5. Patofisiologi
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya
gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya
gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat
mengalami defisit perawatan diri yang signifikan.Tidak memerhatikan
kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama episode psikotik.
Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi
sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan sehari-hari . Faktor
biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan ketidakseimbangan dari
neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai manifestasi adanya
gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien Secara biologi riset

4
neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya dapat
melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan
hypothalamus. Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi
dipermukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup
serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi.
Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini
akan menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan
perubahan kebribadian. Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang
sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan
dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama
yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir
dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal
dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku
maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan,
toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri. Hypotalamus
adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood
dan motivasi.Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood
dan motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu.
Kondisi seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri ,
dimana klien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat
dirinya.
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena
ketidakseimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya: Dopamine
fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan

5
pemecahan masalah secara volunter. Transmisi dopamin berimplikasi pada
penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat
mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan
psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit perawatan diri
memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan untuk
melakukan perawatan diri. Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu
makan, tidur, alam perasaan, halusinasi, persepsi nyeri, muntah.
Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif
(alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika terjadi penurunan serotonin
akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah maladaptif. Pada
klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat terlihat
dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti : mandi,
berganti pakaian, makan dan toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan
orientasi; proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar
norepinephrine akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang
ditampilkan klien cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau
makan maupun tidak mau berhias dan toileting (Widiyawati, 2020).

6
6. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak

Penjelasan :

a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu
untuk berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien
seimbang, klien masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres
kadang-kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli
dan tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat
merawat diri sendiri adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.

2) Bina hubungan saling percaya.

3) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.

4) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.

5) Membimbing dan menolong klien merawat diri.

6) Bantu klien merawat diri

7
7) Ajarkan ketrampilan secara bertahap

8) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

9) Ciptakan lingkungan yang mendukung

10) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.

11) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.

12) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya,
kamar mandi yang dekat dan tertutup (Wuryaningsih & i, 2020).
7. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana,
tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif
dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus
berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan
mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya (Zaini, 2019).
8. Jenis

Menurut Nanda (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :

a. Defisit perawatan diri: mandi;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/


berkativitas perawatan diri untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri : berpakaian ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan beriasuntuk diri sendiri

8
c. Defisit perawatan diri: makan ;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas


sendiri

d. Defisit perawatan diri: eliminasi ;

Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan elimiinasi


sendiri

9. Perilaku

Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku
klien tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa
bersalah atau bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal
menyediakan kehidupan penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal
menyediakan kehidupan dirumah dan dukungan (Widiyawati, 2020)
10. Mekanisme Koping

1) Regresi

Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2) Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
3) Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik
atau semuanya buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan
negatif didalam diri sendiri.
4) Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu.

9
11. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan perawatan
medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih membutuhkan
terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik (Ruswadi, 2021).

C. POHON MASALAH
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

10
D. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB
E. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
No Pasien Keluarga
SP1p SP1k
1 Dentifikasi masalah perawatan diri: kebersihan Diskusikan masalah yang dirasakan dalam
diri, berdandan, makan/ minum, BAB/ BAK merawat pasien
2 Jelaskan pentingnya kebersihan diri Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan
proses terjadinya deficit perawatan diri
(gunakan booklet)
3 Jelaskan cara dan alat kebersihan diri Jelaskan cara merawat deficit perawatan diri
4 Latih cara menjaga kebersihan diri: mandi dang Latih du acara merawat: kebersihan diri dan
anti pakaian, sikat gigi, cuci ranbut, potong kuku berdandan
5 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
mandi, sikat gigi (2 kali/ hari), cuci rambut (2 memberikan pujian
kali/ minggu), potong kuku (1 kali/ minggu)
SPIIp SPIIk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri. Beri pujian Evaluasi kegiatan dalam merawat/ melatih
pasien kebersihan diri. Beri pujian
2 Jelaskan cara dan alat untuk berdandan Latih dua (yang lain) cara merawat: makan
& minum, BAB & BAK
3 Latih cara berdandan setelah kebersihan diri: Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan
sisiran, rias muka untuk perempuan, sisiran, cukuran memberi pujian
untuk pria
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk
kebersihan diri dan berdandan
SPIIIp SPIIIk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan. Beri pujian melatih pasien kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
11
2 Jelaskan cara dan alat makan dan minum Bombing keluarga merawat kebersihan diri
dan berdandan dan makan & minum pasien
3 Latih cara makan dan minum yang baik Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan
kebersihan diri, berdandan dan makan & minum
yang baik
SPIVp SPIVk
1 Evaluasi kegiatan kebersihan diri dan
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
berdandan. Beri pujian melatih pasien kebersihan diri dan
berdandan. Beri pujian
2 Jelaskan cara dan alat makan dan minum Bombing keluarga merawat kebersihan diri
dan berdandan dan makan & minum pasien
3 Latih cara makan dan minum yang baik Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan berikan pujian
4 Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan

kebersihan diri, berdandan dan makan & minum


yang baik
SPVp SPVk

Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: kebersihan


Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
diri, berdandan, makan & minum, BAB & BAK. melatih kebersihan diri: kebersihan diri,
Beri pujian berdandan, makan & minum, BAB & BAK
beri pujian
Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien

Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga


melakukan
control ke RSJ/ PKM
Nilai apakah perawatan diri telah baik

kebersihan diri, berdandan dan makan & minum


yang baik
12
SPVp SPVk
1 Evaluasi kegiatan latihan perawatan diri: kebersihan
Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/
diri, berdandan, makan & minum, BAB & BAK. melatih kebersihan diri: kebersihan diri,
Beri pujian berdandan, makan & minum, BAB & BAK
beri pujian
2 Latih kegiatan harian Nilai kemampuan keluarga merawat pasien
3 Nilai kemampuan yang telah mandiri Nilai kemampuan keluarga melakukan
control ke RSJ/ PKM
4 Nilai apakah perawatan diri telah baik

13
DAFTAR PUSTAKA

Ruswadi, I. (2021). Keperawatan Jiwa : Panduan Praktis Untuk


Mahasiswa Keperawatan. Jawa Barat: Penerbit Adab ( CV Adanu
Abimata).

Widiyawati, W. (2020). Keperawatan Jiwa. Malang: Literasi Nusantara.

Wuryaningsih, W. E., & i. (2020). Keperawatan Kesehatan Jiwa 1.


Kalimantan: UPT Pecetakan dan Penerbitan Universitas Jember.

Zaini, M. (2019). Asuhan Keperawatan Masalah Psikososial di Pelayanan


Klinis dan Komunitas. Yogyakarta: Deepublish ( CV BUDI
UTAMA).
Damaiyanti Murhripah, Iskandar. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa.
PT Refika Aitama.Bandung

Rusdi Deden Darmawan. (2018). Keperawatan Jiwa;Konsep Dan Kerangka Kerja


Asuhan Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing.Yogyakarta

Yusuf Ah,dkk. (2019). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba


Medika.Jakarta

14

Anda mungkin juga menyukai