Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun Oleh :

YAFFI ADHITYA NUGRAHA

S18053

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA

TAHUN AJARAN 2021


A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan
dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri (Depkes 2013).Defisit perawatan
diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri
(mandi, berhias, makan, toileting) (Nurjannah, 2014).
Menurut Poter. Perry (2015), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya.
Sedangkan menurut SDKI (2017) defisit perawatan diri adalah tidak mampu
melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri.
2. Etiologi Gangguan Jiwa
Menurut Tarwoto (2015) penyebab kurang perawatan diri adalah sebagai
berikut :kelelahan fisikdan penurunan kesadaran.
Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan
diri
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwadengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya danlingkungan termasuk perawatan diri
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuanperawatan diri lingkungannya.
Situasilingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri

Faktor presipitasi
Merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah, lemas yang dialami
individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan
diri.
Menurut Depkes (2013) faktor- faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
a. Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri
misalnya: dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli
kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan personal hygiene
c. Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampo
dan alat mandi semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik
dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita diabetes mellitus
ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tidak boleh dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan seorang mengunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun , shampo dan lain-lain.
g. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan
perlu bantuan untuk melakukannya
3. Manifestasi Klinis Gangguan Jiwa
a. Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, serta kuku panjang dan kotor
b. Ketidakmampuan berhias/berpakaian, ditandai dengan rambut acak-acakan,
pakain kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki bercukur,
pada pasien perempuan tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai oleh ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makana tidak pada tempatnya
d. Ketidakmampuan eliminasi sevara mandiri, ditandai dengan buang air besar
atau buang air kecil tidak pada tempatnya, dan tidak membersihkan diri dengan
baik setelah BAB/BAB
Menurut Depkes (2013) Tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan diri
adalah:
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bau
5) Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur
5) BAK dan BAB di sembarang tempat
4. Patofisiologi
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan
merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan
toileting ( buang air besar (BAB) atau buang air kecil (BAK) secara mandiri.
(Damaiyanti, 2012).
Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan motivasi
sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi seperti ini sering
kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien butuh lebih banyak
motivasi dan dukungan untuk dapat merawat . Ganguan defisit perawatan diri juga
dapat terjadi karena ketidak seimbangan dari beberapa neurotransmitter. misalnya :
Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan
pemecahan masalah secara volunter .Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab
gangguan emosi tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir),afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini
pada klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti
tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri ( Rasmun S. 2014).
Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan diri,
makan secara mandiri,berhias diri secara mandiri, dan toileting ( buang air besar
(BAB) atau buang air kecil (BAK) secara mandiri, sehingga menyebabkan
menurunnya motivasi dalam perawatan diri terjadi perubahan penampilan seperti
Rambut kotor, acak-acakkan, badan, pakaian kotor dan bau, mulut dan gigi bau, kulit
kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat, Sehingga masalah keperawatan
yang muncul defisit perawatan diri yaitu tidak mampu melakukan atau
menyelesaikan aktivitas perawatan diri, dengan perubahan penampilan menyebabkan
merasa ingin sendiri, menarik diri , masalah yang muncul isolasi sosial.
Pohon masalah

5. Pemeriksaan Penunjang

Menurut Rasmun S. (2014). dalam pemeriksaan penunjang ada jenis alat


untuk memeriksa gangguan struktur otak yang mempengaruhi gangguan jiwa
dapat menggunakan alat sebagai berikut:
a. Electroencephalogram (EEG) adalah suatu pemeriksaan yang bertujuan
memberikan informasi penting tentang kerja dan fungsi otak.

b. Single Photon EmissonComputed Tomography (SPECT) untuk melihat


wilayah otak dan tanda-tanda abnormalitas pada otak dan menggambarkan
perubahan-perubahan aliran darah yang terjadi.

c. Magnetic Resonance Imaging (MRI) adalah suatu teknik radiologi dengan


menggunakan magnet, gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan
gambaran struktur tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang
kecil sekalipun dalam struktur tubuh atau otak.

6. Pengobatan

Menurut (Keliat, Anna dkk. 2014) pengobatannya antara lain :

a. Farmakologi

1) Obat anti psikosis : Penotizin.

2) Obat anti depresi : Amitripilin

3) Obat antu ansietas : Diasepam, bromozepam, clobozam

4) Obat anti insomia : phnebarbital.

b. Terapi

1) Terapi Keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi


masalahklien dengan memberikan perhatian :

2) Terapi Aktivitas Kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial,


atauaktivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain
untukmengembalikan keadaan klien karena maslah sebagian
orangmerupakan perasaan dan tingkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi
yangharus dilakukan :
 Manfaat perawatan diri.

 Menjaga kebersihan diri

 Tata cara makan dan minum.

 Tata cara eliminasi.

 Tata cara berhias.

3) Terapi Musik

Dengan musik klien bisa terhibur, rileks, dan bermain


untukmengembalikan kesadaran pasien

B. Asuhan Keperawatan
1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul
a) Defisit perawatan diri (D.0109)
b) Isolasi social (D.0121)
2. Diagnosa keperawatan
a. Defisit perawatan diri (D.0109)
Definisi : Tidak mampu melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan
diri.
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif :
 Menolak melakukan perawatan diri.
 Objektif :
 Tidak mampu mandi/mrnggenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias
secara mandiri.
 Minat melakukan perawatan diri kurang.

b. Isolasi social (D.0121)


Definisi : Ketidakmampuan untuk membina hubungan yang erat hangat,
terbuka, dan interdependen dengan orang lain.
Gejala dan tanda mayor
 Subjektif :
 Merasa ingin sendirian
 Merasa tidak aman di tempat umum.
 Objektif :
 Menarik diri
 Tidak berminat/menolak berinteraksi dengan orang lain atau
lingkungan.
Gejala dan tanda minor
 Subjektif
 Merasa berbeda dengan yang lain
 Merasa asyik dengan pikiran sendiri
 Merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas.
 Objektif :
 Afek datar
 Afek sedih
 Riwayat ditolak
 Menunjukan permusuhan
 Tidak mampu memenuhi harapan orang lain
 Kondisi difabel
 Tindakan tidak berarti.
 Tidak ada kontak mata
 Perkembangan terkambat
 Tidak bergairah/lesu
3. Rencana Asuhan Keperawatan
Rencana Asuhan Keperawatan menurut Standar Luaran Keperawatan
Indonesia (SLKI) dan Standar Intervensi Keperawatan Indonesia :
a) Defisit perawatan diri (D.0109)
Tujuan dan kriteria hasil :
Perawatan diri (L.11103)
1) Kemampuan mandi meningkat.
2) Kemampuan mengenakan pakaian meningkat.
3) Kemampuan makan meningkat.
4) Kemampuan ke toilet (BAB/BAK) meningkat.
5) Verbalisasi keinginan melalukan perawatan diri meningkat.
6) Minat melakukan perawatan diri meningkat.
Intervensi :
Dukungan perawatan diri (I.09268)
- Observasi :
Monitor tingkat kemandirian.
- Terapeutik :
Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri.
Dampingi dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri.
- Edukasi :
Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan.
b) Isolasi social (D.0121)
Tujuan dan kriteria hasil :
Keterlibatan sosial ( L.13115 ) :
1) Minat interaksi meningkat.
2) Verbalisasi isolasi meningkat.
3) Perilaku menarik diri meningkat.
4) Verbalisasi ketidakamanan ditempat umum meningkat.
Intervensi :
Promosi sosialisasi ( I.13498 ) :
- Observasi :
Identifikasi kemampuan untuk berinteraksi dengan orang lain.
- Terapeutik :
Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan.
- Edukasi :
Anjurkan berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes.(2013). Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta

Keliat.B.A. (2013).Proses Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC


Perry, Potter. (2015). Buku Ajar Fundamental Keperawatan.Jakarta : EGC

Rasmun S. (2014). Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan.Jakarta : CV Sagung Seto

Damayanti, (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

Tarwoto, (2015). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba
Medika.

Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia (SDKI), (2017).

Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI), (2018).

Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), (2019).

Anda mungkin juga menyukai