Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DEFISIT

PERAWATAN DIRI

REKA NUR NUFIKA


18031

POLITEKNIK YAKPERMAS BANYUMAS


TAHUN AJARAN 2021/2021
A. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhan guna mempertahankan kehidupanya dan
kesejahteraanya sesuai dengan kondisi kesehatanya, klien dikatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
(Dermawan & Rusdi 2013). Defisit Perawatan diri merupakan suatu
kondisi pada seseorang yang mengalami atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygine), berpakaian atau
berhias, makan dan minum, BAB atau BAK (toileting) (Grabb, 2010).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang, memelihara kesehatan seseorang
untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Direja, 2011). Personal hygiene
adalah perawatan diri dengan cara melakukan beberapa fungsi seperti
mandi, toileting, hygiene tubuh umum dan berdandan (Konzier, 2009).
Menurut Dermawan & Rusdi (2013), Kurang perawatan diri adalah kondisi
dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya. Macam-macam kurang perawatan diri yaitu: kurang perawatan diri
pada mandi atau kebersihan, mengenakan pakaian atau berhias, makan dan
toileting.

B. Etiologi
Menurut (Nursalam, 2014), penyebab kurang perawatan diri adalah
sebagai berikut:
1. Faktor Predisposisi
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkunganya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri
2. Faktor Presipitasi
Menurut Dermawan & Rusdi(2013), faktor-faktor yang
mempengaruhi personal hygine adalah
a. Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik, seperti :
rambut kotor, gigi kotor, kuku panjang kotor, kulit berdaki dan bau
yang tidak enak, sehingga itu yang mempengaruhi body image
defisit perawatan diri yang menyebabkan individu tidak peduli
dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygine.
c. Status Sosial Ekonomi
Personal hygine memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta
gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan
uang untuk menyediakanya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygine sangat penting karenapengetahuan
yang baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien
penderita diabetes militus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya
Disebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
g. Kondisi Fisik atau Psikis
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk merawat diri
berkurang dan perlu bantuan untuk melakukanya.

C. Proses Terjadinya Masalah


Gejala awal menunjukkan kehilangan intelektual, seperti memori,
kemamapuan penilaian, kognisi, sehingga menyebabkan koping individu
tidak efektif. Kemudian terhadap perubahan kepribadaian, ditandai dengan
depresi, agitasi dan kebingungan. Hal inilah yang menyebabkan individu
harga diri rendah, kemudian selanjutnya terjadinya perubahan perilaku,
yang dimanifestasikan dengan hiperaktivitas, berkeluyuran, mondar-mandir
dan gangguan tidur. Kondisi ini semakin lama semakin memburuk dan
mengganggu fungsi pribadi, sosial, pekerjaan dan pemanfaatan waktu
luang pada akhirnya kemampuan melakukan aktifitas perawatan diri
menjadi berkurang atau bahkan hilang (Copel,2007).
Defisit perawatan diri sering kali disebabkan oleh intoleransi
aktifitas, hambatan mobilitas fisik, nyeri, ansietas, gangguan kognitif dan
persepsi (misalnya, defisit perawatan diri: makan yang berhubungan
dengan disorientasi). Sebagai suatu etiologi, defisit perawatan diri dapat
menyebabkan depresi, kekuatan akan ketergantungan, ketidakberdayaan
(Wilkinson& Ahern, 2012).
Gangguan fisik yang terjadi dapat mengakibatakan perubahan
konsep diri, sedangkan gangguan psikologis dapat terjadi karena kondisi
tersebut mungkin mengurangi keindahan penampilan dan reaksi emosional
(Doenges, 2007).

D. Manifestasi Klinik dan Pemeriksaan Penunjang


1. Manifestasi Klinis
Menurut Depkes (2000) dalam Dermawan (2013), tanda dan gejala
pasien dengan Defisit Perawatan Diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai bau mulut.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, buang air kecil (BAK) dan buang air
besar (BAB) disembarang tempat, gosok gigi dan mandi tidak
mampu berdiri.
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk memeriksa gangguan pada
struktur otak seseorang yang mengalami gangguan jiwa dapat
menggunakan, Electroencephalogram (EEG) adalah suatu
pemeriksaan yang bertujuan memberikan informasi penting tentang
kerja dan fungsi otak, Single Photon Emission Computed
Tomography(SPECT) untuk melihat wilayah otak dan tanda-tanda
abnormalitas pada otak dan menggambarkan perubahan-perubahan
aliran darah yang terjadi. Dan Magnetic Resonance Imaging (MRI)
adalah suatu teknik radiologi dengan menggunakan magnet,
gelombang radio dan komputer untuk mendapatkan gambaran struktur
tubuh atau otak dan dapat mendeteksi perubahan yang kecil sekalipun
dalam struktur tubuh atau otak (Direja, 2011).

E. Penatalaksanaan
Menurut Copel (2007), pasien dengan Defisit Perawatan Diri tidak
membutuhkan perawatan medis, pasien lebih membutuhkan terapi
kejiwaan melalui komunikasi terapeutik antara lain : meningkatkan
kesadaran dan kepercayaan diri, membimbing dan menolong pasien
merawat diri, dan menciptakan lingkungan yang mendukung.
Defisit Perawatan Diri termasuk dalam gangguan jiwa oleh karena
itu, pasien dengan Defisit Perawatan Diri juga membutuhkan terapi obat.
Terdapat macam-macam obat psikotropika yang sering digunakan dalam
pelayanan kesehatan untuk pasien gangguan jiwa antara lain :
a. Obat anti psikotik : Anatensol, Stelazin, Promactil,
Haloperidol
b. Obat anti depresan : Antiprestin, Ludiomil, Laroxyl,
Anafranil
c. Obat anti insomnia : Esilgan, Mogadon
d. Obat anti ansietas : Avitan, Buspar, Lexotan, Xanax
e. Obat anti manik : Lithium Karbonat.

F. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Menurut Dermawan dan Rusdi (2013:134), Kurang perawatan
diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat adanya
perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan
aktivitas perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari
ketidakmampuan merawat kebersihan diri, makan secara mandiri,
berhias secara mandiri, dan toileting: Buang Air Besar (BAB), Buang
Air Kecil (BAK) secara mandiri. Untuk mengetahui apakah pasien
mengalami masalah perawatan diri maka tanda dan gejala dapat
diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu gangguan kebersihan
diri ditandai dengan (rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau,
kuku panjang dan kotor), ketidakmampuan berhias/berdandan ditandai
dengan (rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian
tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita
tidak berdandan), ketidakmampuan makan secara mandiri ditandai
dengan (ketidakmampuan mengambil makan sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya), ketidakmampuan BAB
atau BAK secara mandiri ditandai dengan (BAB atau BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB atau
BAK).
Menurut Keliat,et al (2011), setiap melakukan pengkajian, tulis tempat
klien dirawat dan tanggal dirawat. Untuk lebih lengkapnya sebagai
berikut :
a. Identitas
Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak
dengan klien tentang: nama perawat, nama klien, panggilan
perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat, pertemuan dan
topik yang akan dibicarakan. Usia dan nomor rekam medik perawat
menuliskan data yang didapat.
b. Alasan Masuk
Pada klien atau keluarga klien tentang apa yang menyebabkan klien
dibawa ke rumah sakit (alasan masuk ditulis singkat tapi jelas,
dipilih yang menurut keluarga paling menyebabkan klien dibawa ke
rumah sakit, misalnya karena mengamuk, banyak diam dan mudah
tersinggung).
c. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis
dan jumlah sumber yang didapat dibangkitkan oleh individu untuk
mengatasi stres. Dalam pengkajian faktor predisposisi peran
perawatan terhadap pasien atau keluarganya yaitu pengkajian
kepada klien/keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan
jiwa dimasa lalu. klien pernah, mengalami atau menyaksikan
penganiayaan fisik, seksual dan penolakan dari lingkungan,
kekerasan dalam keluarga, dan tindakan kriminal, apabila ada
anggota keluarga lain yang mengalami gangguan jiwa, hubungan
klien dengan anggota keluarga tersebut. Apa gejala yang dialami
serta riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan
kepada anggota keluarga tersebut. Kepada pasien atau keluarga
tentang pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan,
kehilangan/ perpisahan/kematian, trauma selama tumbuh kembang)
yang pernah dialami klien pada masa lalu.
d. Pemeriksaan Fisik
Adalah pemeriksaan yang termasuk alat utama dalam melakukan
pemeriksaan kegawatan psikiatrik, yakni pemeriksaan tanda-tanda
vital yang meliputi: tekanan darah, temperature, pencatatan denyut
jantungdan pemerikasaan head to toe (Kusuma, 2007).
e. Psikososial
1) Genogram
Genogram adalah suatu gambaran susunan keluarga yang dapat
menggambarkan hubungan pasien pada keluarga dan masalah
yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan pola
asuh. Genogram minimal dapat menggambarkan hubungan
pasien dan keluarga masalah yang terkait dengan komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri
Menurut Sunaryo (2013), Konsep diri adalah cara individu
memandang dirinya secara utuh, menyangkut, fisik, emosi,
intelektual, sosial, dan spiritual. Adapun berbagai komponen
dalam konsep diri meliputi:
a) Gambaran Diri atau Body Image
Gambaran diri adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik
secara sadar maupun tidak sadar, meliputi penampilan,
potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi, dan perasaan
tentang ukuran dan bentuk tubuh. Dalam melaksanakan
pengkajian psikososial mengenai konsep diri dalam
komponen gambaran diri peran peran perawat terhadap pasien
adalah menanyakan presepsi klien terhadap tubuhnya, bagian
tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b) Ideal Diri
Ideal diri adalah presepsi individu tentang perilakunya,
disesuaikan dengan standar pribadi yang terkait dengan cita-
cita, harapan, tipe orang yang diidam-idamkan, dan nilai yang
ingin dicapai. Peran perawat terhadap pasien dalam
melakukan pengkajian psikososial mengenai konsep diri
dalam komponen adalah menanyakan tentang harapan
terhadap tubuh, posisi, status, tugas atau peran dan harapan
klien.
c) Harga Diri
Harga diri adalah penilaian individu terhadap hasil yang
dicapai, dengan cara menganalisis seberapa jauh perilaku
individu tersebut sesuai dengan ideal diri. Dalam
melaksanakan pengkajian psikososial mengenai konsep diri
dalam komponen harga diri peran perawat terhadap pasien
adalah menanyakan tentang hubungan pasien dengan orang
lain terkait dengan citra tubuh, identitas diri dan peran,
penilaian atau penghargaan orang lain terhadap diri dan
kehidupannya.
d) Peran Diri
Peran diri adalah pola perilaku, sikap, nilai, dan aspirasi yang
diharapkan individu berdasarkan posisinya dimasyarakat.
Dalam melaksanakan pengkajian psikososial mengenai
konsep diri dalam komponen peran diri peran perawat
terhadap pasien adalah menanyakan tentang tugas atau peran
yang diemban dalam keluarga/kelompok/masyarakat,
kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut
terhadap lingkungan (keluarga, sekelompok, tempat kerja,
masyarakat), harapan klien terhadap penyakitnya.
e) Identitas Diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri pribadi yang
bersumber dari pengamatan dan penilaian, sebagai sintetis
dari semua aspek konsep diri dan menjadi kesatuan yang
utuh.Dalam melaksanakan pengkajian psikososial mengenani
konsep diri dalam komponen identitas diri peran perawat
terhadap pasien adalah menanyakan tentang status dan posisi
klien sebelum dirawat, kepuasan klien terhadap status dan
posisinya (sekolah, tempat kerja, kelompok), kepuasan klien
sebagai laki-laki atau perempuan.
3) Hubungan Sosial
Hubungan sosial adalah hubungan dinamis yang menyangkut
hubungan antara individu dengan individu, individu dengan
kelompokdan kelompok dengan kelompok dalam bentuk kerja
sama, persaingan ataupun pertikaian (Sunaryo, 2013).
Dalam melaksanakan pengkajian psikososial mengenai
hubungan sosial peran perawat terhadap pasien adalah kepada
klien siapa orang terdekat dalam kehidupanya, tempat mengadu,
tempat berbicara, minta bantuan atau sokongan, kelompok apa
saja yang diikuti pasien dalam masyarakat.
4) Spiritual
Tanyakan nilai dan keyakinan kepada klien tentang pandangan
dan keyakinan terhadap defisit perawatan diri sesuai dengan
norma budaya dan agama yang dianut.
f. Status Mental
Status mental adalah keadaan yang menggambarkan alam pikiran,
sikap, perilaku, ucapan, proses pemikiran, presepsi dan kognisi
pasien.
1) Penampilan
Didapatkan melalui observasi perawat tentang penampilan fisik
(kondisi rambut, kuku, kulit, gigi dan cara berpakaian).
2) Pembicaraan
Dari pengkajian pembicaraan pasien cepat, keras, gagap,
membisu, apatis atau lambat pembicaraan pasien inkoheren
(berpindah pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tidak
ada kaitannya dan sulit dipahami atau bicaranya kacau). Tidak
dapat memulai pembicaraan.
3) Aktivitas motorik
Lesu (hipomotorik) segala aktivitas sehari-hari dengan bantuan
perawat atau orang lain atau sebaliknya hipermotorik. Tik
(gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol), agitasi
(gerakan motorik yang menunjukan kegelisahan).Grimasen
(gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
dikontrol klien). Tremor (jari-jari yang tampak gemetar).
Kompulsi (kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang).
4) Alam perasaan
Dapat didapatkan data adanya perasaan yaitu sedih, putus asa,
gembira, khawatir dan takut.
5) Afek
Afek adalah perasaan yang menguasai segenap hidup jiwa,
tidak dapat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran. Dalam
melaksanakan pengkajian perawat terhadap pasien yaitu
didapatkan data dari respon pasien saat wawancara antara lain
apporpiate (tepat), inapropiate (tidak tepat) (Sunaryo, 2013).
Dalam inapropiate terdapat jenis afek yang lain diantaranya
adalah datar (pasien tidak menunjukkan
perubahanromanmuka), tumpul (pasien hanya akan memberi
respon jikadiberikan stimulus yang kuat, misalnya ditepuk,
labil (emosi pasien cepat berubah) yang terakhir adalah afek
tidak sesuai.
6) Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi pasien bermusuhan, tidak koperatifatau
mudah tersinggung. Kemudian bagaimanakah kontak pasien
selama wawancara (tidak ada kontak mata, mudah beralih atau
dapat mempertahankan kontak mata), defensive (selalu
berusaha mempertahankan pendapat atau kebenaran dirinya)
atau apakah pasien curiga.
7) Persepsi
Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan suatu objek
yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimanya
rangsang oleh alat indra, kemudian individu memiliki
perhatian, selanjutnya diteruskan ke otak, lalu individu
menyadari tentang sesuatu yang diamati (Sunaryo, 2013).
Dalam melakukan pengkajian perawat terhadap pasien yaitu
mengkaji pengalaman pasien tentang halusinasi dan ilusi. jenis
halusinasi, isi, waktu terjadinya halusinasi, frekuensinya,
respon selama halusinasi muncul, tindakan yang sudah
dilakukan untuk mengontrol atau menghilangkan halusinasi
serta keberhasilannya.
8) Proses Pikir
Pasien sirkumtansial (pembicaraan yang berbelit-belit tetapi
sampai pada tujuan pembicaraan), tangensial (pembicaraan
yang berbelit-belit tetapi tidak sampai pada tujuan
pembicaraan). Kehilangan asosiasi (pembicaraan yang tidak
ada hubungannya antara satu kalimat dengan kalimat yang lain
dan pasein tidak menyadarinya). Flight Of Ideas (pembicaraan
yang meloncat dari satu topik ke topik yang lain tetapi masih
ada hubungan yang tidak logis, tidak sampai kepada tujuan,
akan tetapi perawat dapat memahami kalimat yang diucapkan
pasien). Blocking (pembicaraan yang terhenti secara tiba-tiba
kemudian melanjutkan pembicaraan lagi). Reeming
(pembicaraan yang secara perlahan intonasinya menurun dan
kemudian berhenti dan pasien tidak dapat melanjutkan
pembicaraan lagi). Perseverasi (pembicaraan yang diulang
berkali-kali).
9) Isi Pikir
Isi pikir pasien obsesi (pikiran yang selalu muncul walaupun
pasien berusaha menghilangkannya). Phobia (ketakutan yang
patologis). Ide terkait (keyakinan pasien terhadap kejadian
yang terjadi di lingkungannya yang bermakna dan terkait
dengan dirinya). Depersonalisasi (perasaan pasien yang asing
terhadap dirinya sendiri, orang laindan lingkungannya). Siar
pikir (pasien yakin oranglain mengetahui apa yang sedang dia
pikirkan), kontrol pikir (pasien yakin pikirannya dikontrol oleh
kekuatan dari luar).
10) Tingkat Kesadaran atau Orientasi
Yaitu mengkaji kesadaran pasien (tampak bingung dankacau),
sedasi (mengatakan bahwa pasien melayang-layang), stupor
(gangguan motorik seperti ketakutan, gerakan yang di ulang-
ulang), orientasi pasien terhadap waktu dan tempat.
11) Memori
Pasien mengalami gangguan daya ingat jangka panjang
(kejadian lebih dari 1 Bulan), gangguan daya ingat jangka
pendek (yaitu kejadian yang terjadi dalam satu minggu
terakhir). Gangguan daya ingat ini adalah kejadian yang baru
terjadi. Konfabulasi (pembicaraan tidak sesuai dengan
kenyataan dengan memasukkan cerita yang tidak benar
untuk menutupi gangguan daya ingatnya).
12) Tingkat konsentrasi dan berhitung kemampuan penilaian
Dalam berinteraksi pasien mudah di alihkan (perhatian pasien
mudah berganti dari satu obyek ke obyek lain). Tidak mampu
bekomunikasi (pasien selalu minta agar pertanyaan dapat
menjelaskan kembali pembicaraan), apakah pasien tidak
mampu berhitung.
13) Kemampuan penilaian
Kaji tentang gangguan kamampuan penilaian ringan.
14) Daya tilik diri
Daya tilik diri merupakan suatu kemampuan untuk menilai diri
sendiri.Pasien menyadari keberadaan dirinya di Rumah Sakit,
menyadari penyakitnya dan tujuan berada dirumah sakit.
g. Kebutuhan Persiapan Pulang
Meliputi: makan, BAK atau BAB, mandi, berpakaian, istirahat dan
tidur, penggunaan obat, pemeliharaan kesehatan, aktivitas didalam
rumah dan aktivitas diluar rumah (Apakah paien dapat
melakukannya secara mandiri, dengan bantuan minimal atau
dengan bantuan total).
h. Mekanisme Koping
1) Meliputi koping adaptif dan maladaptive
2) Ketika menghadapi masalah, tekanan dan peristiwa traumatik
yang hebat, apa yang dilakukan pasien dalam mengatasi masalah
tersebut.
3) Cerita dengan orang lain (asertif), diam (represi/supresi),
menyalahkan orang lain (sublimasi), mengamuk atau merusak
alat-alat rumah tangga (displacement), mengalihkan kegiatan
yang bermanfaat (konversi), memberi alasan yang logis
(rasionalisasi), mundur ke tahap perkembangan sebelumnya
(regresi), dialihkan keobjek lain (proyeksi).
2. Diagnosa keperawatan
a. Pohon masalah
- - - - - - - - - Isolasi sosial : menarik diri
Effect

Core problem - - - - - - - - - Defisit perawatan diri

e. - - - - - - - - - Harga diri rendah Resiko perilaku


Causa
kekerasan
Sumber : Dermawan & Rusdi, 2013
b. Rumusan diagnose (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017):
1) Defisit perawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Isolasi sosial : Menarik diri

3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Rencana tindakan Paraf


Defisit Setelah dilakukan tidakan Dukungan perawatan
perawatan keperawatan selam 3 x 24 jam di diri (Tim Pokja SIKI
diri harapkan perawat diri meningkat DPP PPNI, 2018):
dengan kriteria hasil (Tim Pokja Observasi
SLKI DPP PPNI, 2019):  Identifikasi asal
awa akhi kebiasaan
l r aktivitas

Kemampuan 1 3 perawatan diri

mandi  Monitor tingkat


Kemampuan 1 3 kemandirian
mengenakan  Identifikasi
pakaian kebutuhan alat
Kemampuan 1 3 bantu kebersihan
makan diri berpakaian,
Kemampuan ke 1 3 berhias, dan
toilet makan

Verbalisasi 1 3 Terapeutik

ingin  Sediakan

melakukan lingkungan yang

perawatan diri terapeutik

Minat 1 3 ( suasana rileks)

melakukan  Siapkan

perawatan diri keperluan

Mempertahank 1 3 pribadi

an kebersihan  Dampingi dalam

diri melakukan
perawatan diri
sampai mandiri
 Fasilitasi untuk
menerima
keadaan
ketergantungan
 Jadwalkan
rutinitas
perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan.
Harga diri Setelah dilakukan tidakan Manajemen perilaku
rendah keperawatan selam 3 x 24 jam di Observasi
harapkan harga diri meningkat  Identifikasi
dengan kriteria hasil sebagai harapan untuk
berikut (Tim Pokja SLKI DPP mengendalikan
PPNI, 2019): perilaku.
awal akhir Terapeutik
Penilaian diri 1 3  Diskusikan
positif tanggung jawab
Berjalan 1 3 terhadap
menampilkan perilaku.
wajah  Jadwalkan
Postur tubuh 1 3 kegiatan
menampilkan terstruktur
wajah  Ciptakan
Kontak mata 1 3 pertahankan
lingkungan dan
Percaya diri 1 3 kegiatan
berbicara perawatan
Perasaan malu 1 3 konsisten
Perasaan 1 3  Tingkatkan
bersalah kemampuan
Gairah aktivitas 1 3 fisik sesuai
Kemampuan 1 2 kemampuan
membuat  \batasi jumlah
keputusan pengunjung
 Bicaea dengan
nada rendah dan
tenang
 Lakukan
kegiatan
pengalihan
terhadap
agritasi
 Cegah perilaku
pasif dan
agresif
 Lakukan
pengekangan
fisik sesuai
idikasi
 Hidari bersikap,
menyudutkan,
mengancam dan
berdebat
Edukasi
 Inforasokan
keluarga
sebagai dasar
pembentukan
kognitif
Isolasi Setelah dilakukan tidakan Promosi sosialisi
sosial : keperawatan selam 3 x 24 jam di Observasi
Menarik harapkan keterlibatan sosial  Identifikasi
diri
meningkat: kemampuan
awal Akhir melakukan
Minat 1 3 interaksi dengan
interaksi orang
Verbalisa 1 3  Identifikasi
tujuan yang hambatan
jelas melakukaninter
Verbalisasi `1 3 aksi dengan
isolasi orang lain
Verbalisasi 1 3 Terapeutik
ketidakamanan  Motivasi
di tempat meningkatkan
umum keterlibatan
Perilaku 1 3 dalam suatu
menarik diri hubungan
 Motivasi
berpartisipasi
Afek murung/ 1 3 dalam aktivitas
sedih baru dari
Kontak mata 1 3 kegiatan
kelompok
 Motivasi
berinteraksi di
luar lingkungan
 Diskusikan
kekuatan dan
keterbatasan
 Diskusikan
perencanaan
masa depan
 Berikan umpan
balik positif
perawatan diri
Edukasi
 Anjurkan
berinteraksi
dengan orang
lain
 Anjurkan ikut
serta kegiatan
sosial
 Anjurkan
berbagi
pengalaman
dengan orang
lain
 Anjurkan
meningkatkan
kejujuran diri
dan
menghormati
hak orang lain
 Latih bermain
peran untuk
meningkatkan
keterampilan
komunikasi
 Latih
mengekspresika
n marah dengan
tepat.

DAFTAR PUSTAKA
Direja, A. H. S. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika.

Grabb, H. K. & B. S. & J. (2010). Psikiatri Ilmu PengetahuanPerilaku Psikiatri


Klinis. Bina Rupa Kampus.

Nursalam. (2014). Manajemen Keperawatan Aplikasi Dalam Praktik


Keperawatan Profesional (4th ed.). Salemba Medika.

PPNI, Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan


Indonesia (Definisi Dan Indikator Diagnosis) (1st ed.). Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

PPNI, Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar intervensi Keperawatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

PPNI, Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(definisi Dan Kriteria Hasil (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat PPNI.

Anda mungkin juga menyukai