Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Khrisna Wisnusakti, S.Kep., Ners., M.kep

Disusun Oleh :
Ryo Maualana Sya’ban
09200000145

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


UNIVERSITAS INDONESIA MAJU
Jl. Harapan No.50,RT/RW.7, Lenteng Agung, Kec. Jagakarsa, Kota Jakarta Selatan,
Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12610
A. Konsep Teori
1. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang
mengalami kesuIitan dalam meIakukan aktivitas kebersihan diri dalam
kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi
secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor, bau badan, bau
napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri adalah salah
satu masalah keperawatan yang ada pada pasien dengan gangguan
jiwa, pasien gangguan jiwa kronis sering tidak peduli merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala periIaku negatif dan menyebabkan
pasien
dikuciIkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
Fitria (2012) dalam Indriani dkk (2021) menyatakan bahwa defisit
perawatan diri adalah suatu keadaan dimana seseorang yang
mempunyai keIemahan kemampuan dalam meIakukan atau
melengkapi aktivitas perawatan diri secara mandiri (hygiene),
berpakaian atau berhias, makan, dan BAB atau BAK (toiIeting).
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang
yang mengaIami ketidakmampuan dalam melakukan aktivitas
perawatan diri secara mandiri dalam kehidupan sehari harinya (Abdul,
2015 dalam Pinendendi dkk, 2016).
2. Rentang Respon

Menurut Dermawan (2013), rentang respon defisit perawatan diri


adalah sebagai berikut :
Gambar 1.1 Rentang Respon

a. Pola perawatan diri seimbang


KIien mampu berpriIaku adaptif, pola perawatan yang
dilakukan klien seimbang, klien masih melakukan perawatan
diri.
b. Kadang perawatan diri kadang tidak
KIien kadang tidak memperhatikan kebersihan perawatan
dirinya sendiri.
c. Tidak melakukan perawatan diri
KIien tidak peduli akan perawatan dirinya sendiri dan tidak
bisa melakukan perawatan dirinya sendiri.
3. Faktor Predisposisi
Depkes (2000), dalam Darmawan (2013), mengatakan bahwa
penyebab perawatan diri menurut faktor predisposisi adalah :
a. Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatf terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan kIien tidak mampu
meIakukan perawatan diri.
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan
termasuk perawatan diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan Iatihan kemampuan perawatan diri
Iingkungannya. Situasi Iingkungan mempengaruhi latihan
kemampuan dalam perawatan diri.
4. Faktor Presipitasi
faktor presipitasi yang dapat menimbulkan Defisit perawatan diri
adalah penurunan motivasi, kerusakan kognitif atau persepsi, cemas,
leIah, yang di alami individu sehingga menyebabkan individu kurang
mampu meIakukan perawatan diri. Menurut Sutejo (2016), faktor-
faktor yang dapat mempengaruhi personal hygine adalah :
a. Citra tubuh
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan pada fisik
menyebabkan individu tidak mempedulikan kebersihan dirinya.
b. Praktik sosial
Pada anak-anak seIaIu dimanja daIam kebersihan diri, akan
terjadi kemungkinan perubahan pada pola personal hygine.
c. Status sosial ekonomi
PersonaI hygine memerIukan alat dan bahan seperti sabun,
pasta gigi, sikat gigi, shampoo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan
Pengetahuan mengenai personal hygine sangat penting
karena pengetahuan yang baik dapat meningkatkan kesehatan.
MisaInya pada pasien penderita diabetes ia harus menjaga
kebersihan kakinya. Menurut Rochmawati (2013) dalam
Madalise dkk (2015), bahwa aspek intelektual akan berpengaruh
pada kemampuan seseorang untuk memenuhi harapan dan
keinginan yang ingin dicapai dalam hidupnya sehingga akan
lebih minimal untuk terjadinya defisit perawatan diri.
e. Budaya
Kepercayaan akan niIai kebudayaan dan niIai diri
mempengaruhi perawatan diri. Orang dari latar beIakang
kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan yang
berbeda pula.
f. Kondisi fisik
Pada keadaan tertentu atau sakit kemampuan untuk
merawat diri berkurang dan memerlukan bantuan. Biasanya
klien dengan keadaan fisik tidak sehat Iebih memiIih untuk tidak
meIakukan perawatan diri.
Merawat diri adalah saIah satu kemampuan dasar manusia
dalam memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan, dan kesejahteraan sesuai dengan
kondisi kesehatannya. Pasien dinyatakan tergangu kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya dan terganggu
keperawatan dirinya jika tidak dapat meIakukan perawatan diri
(Direja, 2011 dalam Periza dkk, 2021).
kurangnya perawatan diri pada penderita gangguan jiwa
disebabkan oleh keIemahan fisik dan kurangnya kesadaran
penderita akan pentingnya meIakukan perawatan diri (Rusdi &
Dermawan, 2013dalam Putri dkk, 2018).
5. Tanda dan Gejala
Menurut Yusuf dkk, (2015). Untuk mengeatahui apakah pasien
mengalami kurang perawatan diri akan menunjukan tanda dan
gejaIa
sebagai berikut:
a. Gangguan kebersihan diri ditandai dengan rambut kotor, gigi
kotor, kuIit berdaki dan bau, serta kuku Panjang dan kotor.
b. Individu tidak memiliki kemampuan berhias atau berdandan
ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian kotor dan tidak
rapi. Pakaian tidak sesuai, pada kIien Iaki-Iaki tidak
bercukur,
serta pada pasien wanita tidak berdandan.
c. Ketidakmampuan makan sendiri ditandai dengan tidak mampu
mengambiI makan diri sendiri, makan berceceran, dan makan
tidak pada tempatnya.
d. Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri ditandai
dengan BAB atau BAKtidak pada tempat seharusny, serta tidak
membersihkan diri setelah BAB dan BAK.

6. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. ldentitas
Biasanya identitas terdiri dari: nama kIien, umur, jenis
keIamin, aIamat, agama, pekerjaan, tanggal masuk, aIasan
masuk, nomor rekam medik, keluarga yang dapat dihubungi.
b. Alasan Masuk
Biasanya apa yang menyebabkan pasien atau keluarga
datang, atau dirawat dirumah sakit. Biasanya masalah yang di
alami pasien yaitu senang menyendiri, tidak mau banyak
berbicara dengan orang lain, terlihat murung, penampilan acak-
acakan, tidak peduli dengan diri sendiri dan mulai mengganggu
orang lain.
c. Faktor Predisposisi.
Pada pasien yang mengalami defisit perawatan diri
ditemukan adanya faktor herediter mengalami gangguan jiwa,
adanya penyakit fisik dan mental yang diderita pasien sehingga
menyebabkan pasien tidak mampu melakukan perawatan diri.
Ditemukan adanya faktor perkembangan dimana keIuarga terlaIu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu, menurunnya kemampuan realitas sehingga
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri serta didapatkan kurangnya dukungan dan situasi
lingkungan yang mempengaruhi kemampuan dalam perawatan
diri
d. Pemeriksaan Fisik :
Biasanya pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan
tandatanda vital (TTV), pemeriksaan secara keseluruhan tubuh
yaitu pemeriksaan head to toe yang biasanya penampilan klien
yang kotor dan acak-acakan.
e. Psikososial
1) Genogram
Biasanya menggambarkan pasien dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa, dilihat dari pola komunikasi,
pengambilan keputusan dan pola asuh.
2) Konsep Diri
a) Citra Tubuh
Biasanya persepsi pasien tentang tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi pasien terhadap bagian tubuh yang disukai
dan tidak disukai.
b) ldentitas Diri
Biasanya dikaji status dan posisi pasien sebeIum pasien
dirawat, kepuasan pasien terhadap status dan posisinya,
kepuasan pasien sebagai Iaki-Iaki atau perempuan , keunikan
yang dimiIiki sesuai dengan jenis keIamin dan posisinnya.
c) Peran Diri
Biasanya meliputi tugas atau peran pasien dalam keluarga/
pekerjaan/ kelompok/ masyarakat, kemampuan pasien daIam
meIaksanakan fungsi atau perannya, perubahan yang terjadi saat
pasien sakit dan dirawat, bagaimana perasaan pasien akibat
perubahan tersebut.
d) ldeal diri
Biasanya berisi harapan pasien terhadap kedaan tubuh yang
ideaI, posisi, tugas, peran daIam keIuarga, pekerjaan atau
sekoIah, harapan pasien terhadap lingkungan sekitar, serta
harapan pasien terhadap penyakitnya
e) Harga Diri
Biasanya mengkaji tentang hubungan pasien dengan orang
Iain sesuai dengan kondisi, dampak pada pasien berubungan
dengan orang lain, fungsi peran tidak sesuai harapan, peniIaian
pasien terhadap pandangan atau penghargaan orang lain.
f) Hubungan Sosial
Biasanya hubungan pasien dengan orang lain sangat
terganggu karena penampilan pasien yang kotor sehingga orang
sekitar menghindari pasien. Adanya hambatan dalam
behubungan dengan orang lain, minat berinteraksi dengan orang
lain.
g) Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Biasanya nilai dan keyakinan terhadap agama pasien
terganggu karna tidak menghirauan lagi dirinya.
2) Keinginan ibadah
Biasanya kegiatan ibadah pasien tidak dilakukan ketika
pasien menglami gangguan jiwa
h) Status
mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien sangat tidak rapi, tidak tahu cara
berpakaian, dan penggunaan pakaian tidak sesuai.
2) Cara Bicara/ Pembicaraan
Biasanya cara bicara pasien lambat, gagap, sering
terhenti/bloking, apatisserta tidak mampu memulai
pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Biasanya klien tampak lesu, gelisah, tremor dan kompulsif.
4) Alam Perasaan
Biasanya keadaan pasien tampak sedih, putus asa, merasa
tidak berdaya, rendah diri dan merasa dihina.
5) Afek
Biasanya afek pasien tampak datar, tumpul, emosi pasien
berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi/sedih dan cemas
6) lnteraksi selama wawancara
Biasanya respon pasien saat wawancara tidak kooperatif,
mudah tersinggung, kontak kurang serta curiga yang
menunjukan sikap atau peran tidak percaya kepada
pewawancara atau orang Iain.
7) Persepsi
Biasanya pasien berhalusinasi tentang ketakutan terhadap haI-
haI kebersihan diri baik haIusinasi pendengaran, pengIihatan
serta halusinasi perabaan yang membuat pasien tidak mau
membersihkan diri dan pasien mengalami depersonalisasi.
8) Proses Berpikir
Biasanya bentuk pikir pasien otistik, dereistik, sirkumtansiaI,
kadang tangensial, kehiIangan asosiasi, pembicaraan meIoncat
dari topik satu ke topik lainnya dan kadang pembicaraan
berhenti tiba-tiba.
i) Kebutuhan Pasien Pulang
1) Makan
Biasanya pasien kurang makan, cara makan pasien terganggu
serta pasien tidak memiliki kemampuan menyiapkan dan
membersihkan alat makan.
2) Berpakaian
Biasanya pasien tidak mau mengganti pakaian, tidak bisa
menggunakan pakaian yang sesuai dan tidak bisa berdandan.
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak tahu cara mandi, tidak
gosok gigi, tidak mencuci rambut, tidak menggunting kuku,
tubuh pasien tampak kusam dan badan pasien
mengeIuarkan
aroma bau.
4) BAB/BAK
Biasanya pasien BAB/BAK tidak pada tempatnya seperti di
tempat tidur dan pasien tidak bisa membersihkan WC setelah
BAB/BAK.
5) lstirahat
Biasanya istirahat pasien terganggu dan tidak melakukan
aktivitas apapun setelah bangun tidur.
6) Penggunaan obat
Apabila pasien mendapat obat, biasanya pasien minum obat
tidak teratur.
7) Aktivitas dalam rumah
Biasanya pasien tidak mampu melakukan semua aktivitas di
dalam maupun diluar rumah karena pasien selalu merasa
malas
j) Mekanisme Koping
1) Adaptif
Biasanya pasien tidak mau berbicara dengan orang lain, tidak
bisa menyelesikan masalah yang ada, pasien tidak mampu
berolahraga karena pasien selalu malas.
2) Maladaptif
Biasanya pasien bereaksi sangat lambat atau kadang
berlebihan, pasien tidak mau bekerja sama sekali, selalu
menghindari orang lain.
3) Masalah psikososial dan lingkungan
Biasanya pasien mengalami masalah psikososial seperti
berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan. Biasanya
disebabkan oleh kurangnya dukungan dari keluarga,
pendidikan yang kurang, masalah dengan sosial ekonomi dan
pelayanan kesehatan.
4) Pengetahuan
Biasanya pasien defisit perawatan diri terkadang mengalami
gangguan kognitif sehingga tidak mampu mengambil
keputusan.
k) Sumber koping
Sumber koping merupakan suatu evaluasi terhadap pilihan
koping dan strategi seseorang. lndividu dapat mengatasi stress
dan ansietas dengan menggunakan sumber koping yang ada di
Iingkungannya. Sumber koping tersebut dijadikan sebagai modaI
untuk menyelesaikan masalah. Dukungan sosiaI dan keyakinan
budaya dapat membantu seorang mengintegrasikan pengaIaman
yang menimbuIkan stressdan mengadopsi strategi koping yang
efektif.
1. Analisa Data

Data Subyektif Data Obyektif


a. Klien mengatakan a. Badan dan pakaian kotor
malas beraktivitas b. Rambut kotor
b. Klien mengatakan c. Mulut dan gigi bau
Intraksi kurang sosial d. Kulit kusam dan kotor
c. Klien mengatakan e. Kuku kotor
Kegiatan kurang f. Baju tidak diganti
d. Klien mengatakan g. Tidak rapi
Pasien merasa lemah h. Klien tampak menarik
diri
e. Klien mengatakan
Jarang mandi i. BAB/ BAK disembarang
tempat
f. Klien mengatakan
Jarang gosok gigi
g. Klien tidak tahu
caranya mandi

2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit Perawatan Diri :Mandi/ Berpakaian/ Makan (D.0109)
3. Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi
Keperawatan
1. Defisit Perawatan diri Dukungan perawatan
Perawatan Diri meningkat dengan diri (I.11348)
(D.0109) kriteria hasil : Tindakan :
(Tim Pokja 1. Kemampuan Observasi
SDKI DPP mandi meningkat 1. ldentifikasi
PPNI, 2016) 2. Kemampuan kebiasaan
mengenakan aktivitas
pakaian perawatan diri
meningkat sesuai usia
3. Kemampuan 2. Monitor tingkat
makan kemandirian
meningkat 3. ldentifikasi
4. Kemampuan ke kebutuhan alat
toilet bantu kebersihan
(BAB/BAK) diri, berpakaian,
meningkat berhias, dan
5. Verbalisasi makan
keinginan Terapeutik
melakukan 1. sediakan
perawatan diri lingkungan yang
meningkat terapeutik
6. Minat melakukan 2. Siapkan keperIuan
perawatan diri pribadi
meningkat 3. dampingi
7. Mempertahankan daIam
kebersihan diri meIakukan
meningkat perawatan diri
sampai mandiri
8. Mempertahankan 4. fasiIitasi untuk
kebersihan mulut menerima keadaan
meningkat ketergantungan
(Tim Pokja SLKI 5. fasiIitasi
DPP PPNI, 2018) kemandirian,
bantu jika tidak
mampu
melakukan
perawatan diri
6. Jadwalkanrutinitas
perawatan diri
Edukasi
1. Anjurkan
melakukan
perawatan diri
secara konsisten
sesuai
kemampuan.
(Tim Pokja SIKI
DPP PPNI, 2018)
4. Standar Asuhan Keperawatan Jiwa Diagnosa Defisit Perawatan
Diri

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Pasien mampu : Setelah ….x pertemuan, SP I


pasien dapat menjelaskan
1. Melakukan pentingnya : 1. ldentifikasi kebersihan
kebersihan diri diri, berdandan,
secara mandiri 1. Kebersihan diri makan, dan
2. Melakukan 2. Berdandan / berhias BAB/BAK
berhias / 3. Makan 2. JeIaskan pentingnya
kebersihan diri
berdandan 4. BAB / BAK 3. Jelaskan alat dan cara
secara baik 5. Dan mampu kebersihan diri
3. Melakukan melakukan cara 4. Masukkan dalam
makan dengan merawat diri jadwal kegiatan pasien
baik
SP 2
4. Melakukan
BAB / BAK
1. Evaluasi SP1
secara mandiri
2. Jelaskan pentingnya
berdandan
3. Latih cara berdandan
4. Untuk pasien laki-laki
meliputi cara :
5. Berpakaian
6. Menyisir rambut
7. Bercukur
8. Untuk pasien
perempuan
9. Berpakaian
10. Menyisir rambut
11. Berhias
12. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

SP 3

1. EvaIuasi kegiatan
SP1 dan 2
2. JeIaskan cara dan
aIat
makan yang benar
3. JeIaskan cara
mempersiapkan makan
4. JeIaskan cara
merapihkan peralatan
makan setelah makan
5. Praktek makan sesuai
dengan tahapan makan
yang baik
6. Latih kegiatan makan
7. Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien

SP 4

8. Evaluasi kemampuan
pasien yang lalu
(SP1,2&3)

1. Latih cara BAB &


BAK yang baik
2. Menjelaskan tempat
BAB/BAK yang
sesuai
3. Menjelaskan cara
membersihkan diri
setelah BAB/ BAK
Keluarga mampu : Setelah ….x pertemuan SP 1
keluarga mampu
Merawat anggota 1. ldentifikasi masalah
meneruskan melatih pasien
keIuarga yang
keluarga dalam
dan mendukung agar
merawat pasien
kemampuan pasien dalam
dengan masalah
mengaIami perawatan dirinya kebersihan diri,
meningkat berdandan, makan,
masaIah kurang BAB/BAK
perawatan diri 2. Jelaskan defisit
perawatan diri
3. JeIaskan cara
merawat
kebersihan diri,
berdandan, makan,
BAB/BAK
4. Bermain peran cara
merawat
5. Rencana tindak
Ianjut
keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 2

1. Evaluasi SP 1
2. Latih keluarga
merawat langsung ke
pasien, kebersihan diri
dan berdandan
3. RTL keluarga / jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

SP 3

1. EvaIuasi kemampuan
SP 2
2. Latih
keIuarga merawat
Iangsung ke pasien
cara makan
3. RTL keIuarga /
jadwal
keluarga untuk
merawat pasien
SP 4

1. EvaIuasi kemampuan
keluarga
2. EvaIuasi kemampuan
pasien
3. RTL Keluarga :
4. Follow Up
5. Rujukan

5. lmplementasi

lmplementasi tindakan keprawatan disesuaikan dengan rencana


tindakan keperawatan. Sebelum meIaksanakan tindakan yang sudah
direncanakan, perawat perIu memvaIidasi dengan singkat, apakah
rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan oIeh pasien saat ini.
Semua tindakan yang telah dilaksanakan beserta respons pasien
didokumentasikan (Prabowo, 2014).

6. Evaluasi

Evaluasi keperawatan adalah kegiatan yang terus menerus


diIakukan untuk menentukan apakah rencana keperawatan efektif
dan bagaimana rencana keperawatan diIanjutkan, merevisi rencana
atau menghentikan rencana keperawatan (Manurung, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Dermawan, Deden dan Rusdi. 2013. Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Kperawatan Jiwa. Yogyakarta, Gosyan Publishing.

Indriani Bella, Fitri NuryLutfiatil & Utami Indhit Tri. (2021). Pengaruh
Penerapan Aktivitas Mandiri : Kebersihan Diri Terhadap Kemandirian
Pasien Defisit Perawatan Diri di Ruang Kutilang RSJ Daerah Provinsi
Lampung. Jurnal Cendikia Muda. Vol 1. No 3.

Madalise Seniaty, Bidjuin Hendro & Wowiling Ferdinan. (2015). Pengaruh


Pemberian Pendidikan Kesehatan pada Pasien Gangguan Jiwa (Defisit
Perawatan Diri) Terhadap Pelaksanaan ADL (Acitivity of Daily Living)
Kebersihan Gigi dan Mulut Di RSJ Prof.Dr. V. L Ratumbuysang Ruang
Kartili. Ejournalkeperawatan (e-Kp). Vol 3. No. 2

Manurung. (2011). Keperawatan Professional. In Keperawatan Professional.


Trans Info Media.

Prabowo, Eko. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta
: Nuha Medika.

Pinedendi Novita, Rottie Julia Villy & Wowiling Ferdinand (2016). Pengaruh
Penerapan Asuhan Keperawatan Diri terhadap kemandirian Personal
Hygiene Pada Pasien Di RSJ. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado Tahun
2016. Ejournalkeperawtan (e-Kp). Vol 4. No 2
Putri Dea Ariski kelana, Sudiarto & Purnomo Roni. (2018). Pengaruh Penerapan
Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Memandirikan Klien Defisit
Perawatan Diri: Mandi dan Berhias. Journal of Nursing and Health
(JNH). Vol3. No 2.

Sutejo. 2016. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka Baru.

SDKI TIM. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Definisi dan


Tindakan Keperawatan. Jakarta : DPW PPNI

Yusuf, AH, dkk. 2015. Buku Ajar Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai