Dosen Pengampu :
Wahyi Nur Sholeha S. Kep., Ns., M.Kep
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Klien dapat melakukan berdandan berpakaian rapi dan berhias diri secara mandiri
untuk mengatasi gangguan defisit perawatan diri pada pasien defisit keperawatan
diri (DPD)
1.4 Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan atau
ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari yang diperlukan untuk
menjaga kesehatan dan kemandirian. Aktivitas perawatan diri ini meliputi mandi, berpakaian,
makan, minum, bersih-bersih, menggunakan toilet, dan kebersihan diri secara umum. Defisit
perawatan diri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan jiwa, kondisi medis yang
parah, atau cedera fisik yang signifikan (Putri et al., 2022).
Defisit perawatan diri menurut Townsend (2009) adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri (mandi, berpakaian, makan dan
eliminasi). Menurut Fitria (2012), defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum, buang air besar
dan buang air kecil (toiletting).
Merawat diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Dermawan, 2013). Menurut
Fitria (2012) defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum serta buang air besar dan
buang air kecil.
Jenis – jenis defisit perawatan diri menurut Dermawan (2013) terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan Defisit perawatan diri mandi adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi, menggosok gigi dan aktifitas perawatan diri
untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri berpakaian dan berdandan Defisit perawatan diri berpakaian dan
berhias adalah gangguan kemampuan seseoarang dalam memakai pakaian dan aktivitas
berdandan atau berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri makan dan minum Defisit perawatan diri makan adalah gangguan
kemampuan pasien untuk menyelesaikan aktivitas makan dan minum sendiri.
d. Defisit perawatan diri toileting Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri
Gejala dan tanda-tanda defisit perawatan diri dapat meliputi
1. kesulitan dalam merawat diri sendiri,
2. kebersihan pribadi yang buruk,
3. penurunan berat badan atau nutrisi yang buruk,
4. berkurangnya integritas kulit
5. gangguan mukosa mulut
6. infeksi mata dan telinga
7. gangguan fisik kuku yang menyebabkan pasien menghindar atau menolak.
8. bau badan yang tidak sedap, dan
9. kurangnya perhatian terhadap penampilan diri.
Defisit perawatan diri yang parah dapat menyebabkan risiko kesehatan yang meningkat,
infeksi, penurunan kualitas hidup, dan ketergantungan pada orang lain untuk
kebutuhan dasar seharihari (PPNI, 2019)
1.5 Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurangnya perawatan diri adalah :
A. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan Keluarga
Terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
B. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri yakni diantaranya ; kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah
atau lemah yang dialami individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).
Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. Faktor – faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap
dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
5. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo, dan lain – lain.
6. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien dengan diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.
Isolasi Sosial
BAB 3
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SESI 5-6
Tujuan
1. Klien memahami manfaat berpakaian rapi
2. Klien mampu mengelola pakaian bekas pakai
3. Klien mampu memilih pakaian yang sesuai
4. Klien mampu menggunakan pakaian yang sesuai
Setting
Diskusikan praktik demonstrasi: ruang diskusi, duduk melingkar
Alat
1. Satu set dalam: celana dalam, kaos dalam,BH(wanita).
2. Satu set pakaian luar: kemeja, celana Panjang atau rok, jilbab (jika wanita
berjilbab)
3. Kaca cermin
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
Langkah Kegiatan
• Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini.
• Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap.
Cara berpakaian :
1. Siapkan pakaian bersih
2. Pakai pakaian dalam
3. Pakai pakaian luar
4. Bercermin, perhatikan sudah rapi
5. Simpan pakaian kotor di tempat yang disediakan
Menjelaskan manfaat
1. berpakaian yang baik.
Menyebutkan alat dan
2. bahan berpakaian yang
baik
Menjelaskan tahapan
3. berpakaian yang baik
Memperagakan
4. berpakaian yang
secara benar
Komitmen berpakaian
5. yang baik 2x/sehari
Catatan:
Setting
1. Diskusikan: ruang diskusi yang tenang dan nyaman
2. Demonstrasi: ruangan rias/ ruang ganti
Alat
1. Alat rias Perempuan: sisir,bedak, lipstick, ikat rambut
2. Alat rias pria: sisir, alat cukur kumis
3. Kaca cermin
Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi
Langkah Kegiatan
1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan
2. Persiapkan klien: pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah klien 5-10 klien
3. Persiapan tempat: siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan:
a. Orientasi:
• Ucapkan salam,perkenalkan diri jika dibutuhkan
• Evaluasi / validasi: tanyakan perasaan pasien hari ini
• Kontrak: jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu berhias diri,
waktunya 1 jam, dan tempat ruang diskusi.
b. Kerja:
• Diskusikan manfaat berhias diri. Tanyakan kepada semua klien secaraa
bergantian tentang manfaat berpakaian yang baik . Jika ada klien yang
tidak mau atau tidak mampu menjawab, stimulasi hingga mampu
menjawab
• Rangkuman jawaban klien tentang manfaat berhias diri. Bila ada
jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berhias diri:
1. Membuat rasa nyaman
2. Menjaga penampilan diri
• Diskusikan alat dan bahan berbias diri. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini.
• Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap.
Menjelaskan manfaat
1. berhias diri.
Menyebutkan alat dan
2. bahan berhias diri
Menjelaskan tahapan
3. berpakaian yang baik
Memperagakan
4. berhias diri
Komitmen berhias diri
5. 2x/sehari setelah
mandi
Catatan: