Anda di halaman 1dari 14

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


DEFISIT PERAWATAN DIRI (DPD) SESI 5-6

Disusun Oleh : Kelompok 3

Auliya Agustina (21102066)


Durrotun Nafisah (21102072)
Febri Yuliantika (21102078)
Intan Nawangsari R.D.L (21102085)
M. Waldy Rizal B.R (21102092)
Ninda Yusianti (21102097)
RA. Resita Putri R (21102103)
Rendi hari Maryanto (21102104)
Rizki Dwi Kharisma (21102108)
Salsa Bella (21102111)
yulisatul Jannah (21102118)

Dosen Pengampu :
Wahyi Nur Sholeha S. Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS dr. SOEBANDI
JEMBER 2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kendala jiwa ialah keadaan terhambat peranan emosi, mental, keinginan, sikap
psikomotorik serta verbal, yang selaku indikasi klinis yang diiringi oleh pengidap serta
memunculkan ganggunya peranan humanistic orang.
Hampir di seluruh dunia terdapat sekitar 450 juta (11%) orang yang mengalami
mekanisme koping maladaptif (ringan sampai berat) (WHO). Hasil survey Kesehatan
Mental Rumah Tangga di Indonesia menyatakan bahwa 185 orang per 1000 penduduk di
Indonesia mengalami mekanisme koping maladaptif (ringan sampai berat). Berdasarkan
survey di rumah sakit jiwa, masalah keperawatan yang paling banyak ditemukan adalah
menarik diri (17,91 %), halusinasi (26,37 %), perilaku kekerasan (17,41 %), dan harga diri
rendah (16,92 %) (Pikiran Rakyat Bandung). Hasil studi pendahuluan yang didapatkan dari
Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali hari Selasa, 14 Februari 2023, dari tahun 2020 jumlah
kasus defisit perawatan diri yaitu sebanyak 699 kasus, tahun 2021 sebanyak 1031 kasus dan
pada tahun 2022 yaitu 990 kasus.
Keterbatasan perawatan diri biasanya diakibatkan karena stresor yang cukup berat dan
sulit ditangani oleh klien (klien bisa mengalami harga diri rendah) sehingga dirinya tidak
mau mengurus atau merawat dirinya sendiri baik dalam hal mandi, berpakaian, berhias,
makan, maupun BAB dan BAK. Bila tidak dilakukan intervensi oleh perawat, maka
kemungkinan klien bisa mengalami masalah risiko tinggi isolasi sosial.
Tidak cuma perawat, keluarga pula mempunyai kedudukan berarti pada klien
skizofrenia dengan permasalahan perawatan diri. Tidak hanya bayaran perawatan yang
besar, klien pula memerlukan atensi serta sokongan dari warga paling utama keluarga,
sebaliknya penyembuhan kendala jiwa memerlukan waktu yang relatif lama, dengan efek
kekambuhan bila putus obat (Suhita, 2016). Bagi Friedman (2010), melaporkan kalau tugas
kesehatan keluarga meliputi, bisa memahami permasalahan kesehatan, sanggup membuat
keputusan kesehatan yang pas, berikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit,
memodifikasi area, serta menggunakan sarana kesehatan. Dengan ini keluarga di harapkan
bisa membagikan sokongan, rasa nyaman serta kehangatan untuk klien skizofrenia paling
utama klien dengan permasalahan defisit perawatan diri.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa definisi DPD?
b. Bagaimana rentang respon dari DPD?
c. Apa saja tanda dan gejala DPD?
d. Bagaimana strategi pelaksanaan terapi aktivitas kelompok pada klien yang mengalami
DPD?

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Klien dapat melakukan berdandan berpakaian rapi dan berhias diri secara mandiri
untuk mengatasi gangguan defisit perawatan diri pada pasien defisit keperawatan
diri (DPD)

1.3.2 Tjuan Khusus


a. Klien memahami manfaat berpakaian rapi
b. Klien mampu mengelola pakaian bekas pakai
c. Klien mampu memilih pakaian yang sesuai
d. Klien mampu menggunakan pakaian yang sesuai
BAB 2
PEMBAHASAN

1.4 Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu kondisi dimana seseorang mengalami kesulitan atau
ketidakmampuan melakukan aktivitas perawatan diri sehari-hari yang diperlukan untuk
menjaga kesehatan dan kemandirian. Aktivitas perawatan diri ini meliputi mandi, berpakaian,
makan, minum, bersih-bersih, menggunakan toilet, dan kebersihan diri secara umum. Defisit
perawatan diri sering terjadi pada individu yang mengalami gangguan jiwa, kondisi medis yang
parah, atau cedera fisik yang signifikan (Putri et al., 2022).
Defisit perawatan diri menurut Townsend (2009) adalah hambatan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri (mandi, berpakaian, makan dan
eliminasi). Menurut Fitria (2012), defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang
yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan
diri secara mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum, buang air besar
dan buang air kecil (toiletting).
Merawat diri adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis, kurang perawatan diri kondisi dimana seseorang
tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk dirinya (Dermawan, 2013). Menurut
Fitria (2012) defisit perawatan diri adalah suatu kondisi pada seseorang yang mengalami
kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas perawatan diri secara
mandiri seperti mandi, berpakaian atau berhias, makan dan minum serta buang air besar dan
buang air kecil.
Jenis – jenis defisit perawatan diri menurut Dermawan (2013) terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri mandi atau kebersihan Defisit perawatan diri mandi adalah gangguan
kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi, menggosok gigi dan aktifitas perawatan diri
untuk diri sendiri
b. Defisit perawatan diri berpakaian dan berdandan Defisit perawatan diri berpakaian dan
berhias adalah gangguan kemampuan seseoarang dalam memakai pakaian dan aktivitas
berdandan atau berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri makan dan minum Defisit perawatan diri makan adalah gangguan
kemampuan pasien untuk menyelesaikan aktivitas makan dan minum sendiri.
d. Defisit perawatan diri toileting Defisit perawatan diri toileting adalah gangguan kemampuan
seseorang untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas buang air besar dan buang air kecil
secara mandiri
Gejala dan tanda-tanda defisit perawatan diri dapat meliputi
1. kesulitan dalam merawat diri sendiri,
2. kebersihan pribadi yang buruk,
3. penurunan berat badan atau nutrisi yang buruk,
4. berkurangnya integritas kulit
5. gangguan mukosa mulut
6. infeksi mata dan telinga
7. gangguan fisik kuku yang menyebabkan pasien menghindar atau menolak.
8. bau badan yang tidak sedap, dan
9. kurangnya perhatian terhadap penampilan diri.
Defisit perawatan diri yang parah dapat menyebabkan risiko kesehatan yang meningkat,
infeksi, penurunan kualitas hidup, dan ketergantungan pada orang lain untuk
kebutuhan dasar seharihari (PPNI, 2019)

1.5 Etiologi
Menurut Depkes (2000), penyebab kurangnya perawatan diri adalah :
A. Faktor Predisposisi
1) Perkembangan Keluarga
Terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.

2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan Realitas Turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang menyebabkan
ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
B. Faktor Presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri yakni diantaranya ; kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, hambatan lingkungan, cemas, lelah
atau lemah yang dialami individu kurang mampu melakukan perawatan diri (Nanda, 2006).

Menurut Wartonah (2006) ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang kurang perawatan diri. Faktor – faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
1. Body Image
Gambaran individu terhadap
dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik
sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
2. Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan terjadi
perubahan pola personal hygiene.
3. Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, shampoo, alat mandi
yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4. Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
5. Kebiasaan Seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri seperti
penggunaan sabun, shampoo, dan lain – lain.
6. Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien dengan diabetes mellitus ia harus menjaga
kebersihan kakinya.
7. Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu bantuan
untuk melakukannya.

1.6 Rentang respon


Rentang Respon Defisit Perawatan Diri
Dermawan (2013) menyatakan bahwa rentang respon defisit perawatan diri sebagai
berikut :
Adaptif Maladaptif

Pola perawatan Kadang perawatan diri Tidak


melakukuan perawatan
diri seimbang kadang tidak diri pada saat stress
Sumber :Dermawan (2013).
Gambar 1 Rentang Respon
1. Pola perawatan diri seimbang : saat klien mendapatkan stressor dan mampu untuk
berperilaku adaptif, maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang, klien masih
melakukan perawatan diri.
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stressor kadang-kadang
klien tidak mamperhatikan perawatan dirinya.
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan tidak bisa
melakukan perawatan saat stressor.

1.7 Pohon Masalah


Pohon Masalah Defisit Perawatan Diri
Gangguan pemeliharaan kebutuhan (BAB/BAK, mandi, makan)
Efek

Defisit Perawatan Diri


Core Problem

Menurunnya motivasi dalam perawatan diri


Cause

Isolasi Sosial
BAB 3
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SESI 5-6

Tujuan
1. Klien memahami manfaat berpakaian rapi
2. Klien mampu mengelola pakaian bekas pakai
3. Klien mampu memilih pakaian yang sesuai
4. Klien mampu menggunakan pakaian yang sesuai

Setting
Diskusikan praktik demonstrasi: ruang diskusi, duduk melingkar

Alat
1. Satu set dalam: celana dalam, kaos dalam,BH(wanita).
2. Satu set pakaian luar: kemeja, celana Panjang atau rok, jilbab (jika wanita
berjilbab)
3. Kaca cermin

Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah Kegiatan

5. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan


6. Persiapkan klien: pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah klien 5-10 klien
7. Persiapan tempat: siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
1. Pelaksanaan:
a. Orientasi:
• Ucapkan salam,perkenalkan diri jika dibutuhkan
• Evaluasi / validasi: tanyakan perasaan pasien hari ini
• Kontrak: jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu berpakaian
yang baik, waktunya 1 jam, dan tempat ruang diskusi.
b. Kerja:
• Diskusikan manfaat berpakaian yang baik. Tanyakan kepada semua
klien secaraa bergantian tentang manfaat berpakaian yang baik . Jika ada
klien yang tidak mau atau tidak mampu menjawab, stimulasi hingga
mampu menjawab
• Rangkuman jawaban klien tentang manfaat berpakaian yang baik. Bila
ada jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berpakaian yang baik:
1. Mencegah infeksi
2.Menjaga penampilan diri

• Diskusikan alat dan bahan berpakaian yang baik. Tanyakan kepada klien
sesuai kebiasaan klien selama ini.
• Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap.

Alat dan bahan berpakaian yang baik:

1. Satu set pakaian dalam: celana dalam, kaos


dalam,BH(wanita)
2. Satu set pakaian luar kemeja, celana Panjang atau rok,
jilbab (jika wanita berjilbab).
3. Kaca cermin

• Diskusikan cara berpakaian yang baik yang benar


• Rangkuman jawaban klien tentang cara berpakaian yang baik yang benar.

Cara berpakaian :
1. Siapkan pakaian bersih
2. Pakai pakaian dalam
3. Pakai pakaian luar
4. Bercermin, perhatikan sudah rapi
5. Simpan pakaian kotor di tempat yang disediakan

• Peragakan cara berpakaian yang baik. Minta salah satu klien


mendemonstrasikan cara berpakaian yang baik.
• Berikan pujian kepada klien.
c. Terminasi :
• Evaluasi subjektif; tanyakan perasaan klien setelah belajar berpakaian
yang baik dan setelah mencoba berpakaian yang baik.
• Evaluasi onjektif: minta klien menjelaskan manfaat berpakian yang baik,
alat dan bahan untuk berpakaian baik, dan cara berpakaian yang baik.
• Tindak lanjut: klien untuk berpakaian baik minimal 2x sehari.
Evaluasi dan Dokumentasi

Kemampuan Nama pasien


No.

Menjelaskan manfaat
1. berpakaian yang baik.
Menyebutkan alat dan
2. bahan berpakaian yang
baik
Menjelaskan tahapan
3. berpakaian yang baik
Memperagakan
4. berpakaian yang
secara benar
Komitmen berpakaian
5. yang baik 2x/sehari

Catatan:

1. Beri tanda check (√ ) untuk kemampuan yang dapat dilakukan


2. Bila tidak mampu, stimulasi/Latihan samapai klien mampu
3. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai.
SESI IIB:
TAK SP:BERDANDAN: BERHIAS DIRI
Tujuan
1. Klien mampu memahami manfaat berhias diri
2. Klien memahami alat dan bahan berdandan diri
3. Klien mampu memahami cara berhias diri

Setting
1. Diskusikan: ruang diskusi yang tenang dan nyaman
2. Demonstrasi: ruangan rias/ ruang ganti

Alat
1. Alat rias Perempuan: sisir,bedak, lipstick, ikat rambut
2. Alat rias pria: sisir, alat cukur kumis
3. Kaca cermin

Metode
1. Diskusi
2. Demonstrasi

Langkah Kegiatan
1. Persiapan alat dan bahan : sesuai dengan kebutuhan
2. Persiapkan klien: pilih klien sesuai dengan indikasi. Jumlah klien 5-10 klien
3. Persiapan tempat: siapkan tempat diskusi dan tempat peragaan
4. Pelaksanaan:
a. Orientasi:
• Ucapkan salam,perkenalkan diri jika dibutuhkan
• Evaluasi / validasi: tanyakan perasaan pasien hari ini
• Kontrak: jelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu berhias diri,
waktunya 1 jam, dan tempat ruang diskusi.
b. Kerja:
• Diskusikan manfaat berhias diri. Tanyakan kepada semua klien secaraa
bergantian tentang manfaat berpakaian yang baik . Jika ada klien yang
tidak mau atau tidak mampu menjawab, stimulasi hingga mampu
menjawab
• Rangkuman jawaban klien tentang manfaat berhias diri. Bila ada
jawaban yang kurang, tambahkan informasi yang diperlukan
Manfaat berhias diri:
1. Membuat rasa nyaman
2. Menjaga penampilan diri
• Diskusikan alat dan bahan berbias diri. Tanyakan kepada klien sesuai
kebiasaan klien selama ini.
• Rangkum jawaban klien. Lengkapi yang belum lengkap.

Alat dan bahan berhias diri :

1. Alat rias wanita: sisir, bedak, lipstick, ikat rambut


2. Alat rias pria: sisir, alat cukur kumis
3. Kaca cermin

• Diskusikan cara berhias diri yang benar


• Rangkuman jawaban klien tentang cara berhias diri yang benar.

Cara berdandan wanita :


1. Pakai bedak
2. Pakai lipstick
3. Pakai sisir rambut dan ikat rambut

Cara berdandan pria:

1. Rapikan kumis/ cukur rapi


2. Bersih
3. Bercermin, pastikan rapi

• Peragakan cara berhias diri . Minta salah satu klien mendemonstrasikan


cara berhias diri.
• Berikan pujian kepada klien.
c. Terminasi :
• Evaluasi subjektif; tanyakan perasaan klien setelah belajar berhias diri
setelah mencoba berpakaian yang baik.
• Evaluasi onjektif: minta klien menjelaskan manfaat berhias diri , alat dan
bahan untuk berhias diri, dan cara berhias diri..
• Tindak lanjut: klien untuk berhias diri minimal 2x sehari setelah mandi.
Evaluasi dan Dokumentasi

Kemampuan Nama pasien


No.

Menjelaskan manfaat
1. berhias diri.
Menyebutkan alat dan
2. bahan berhias diri
Menjelaskan tahapan
3. berpakaian yang baik
Memperagakan
4. berhias diri
Komitmen berhias diri
5. 2x/sehari setelah
mandi

Catatan:

4. Beri tanda check (√ ) untuk kemampuan yang dapat dilakukan


5. Bila tidak mampu, stimulasi/Latihan samapai klien mampu
6. Klien dianggap mampu jika semua unsur kemampuan tercapai

Anda mungkin juga menyukai