Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI


RSKD DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Disusun dalam rangka memenuhi tugas


stase Keperawatan Jiwa

Di susun oleh :

DEVI AMIKA ANGRAENI


14420211037

CI KLINIK CI INSTITUSI

( ) ( )

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
2021
A. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengertian Defisit Perawatan Diri
Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang
mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas
perawatan diri secara mandiri seperti mandi (hygiene), berpakaian/berhias,
makan, dan BAB/BAK (toileting), (Pinedendi dkk, 2016).
Herdman (2012) mendefinisi defisit perawatan diri sebagai suatu
gangguan didalam melakukan aktifitas perawatan diri (kebersihan diri, berhias,
makan, toileting). Sedangkan perawatan diri merupakan salah satu kemampuan
dasar manusia untuk memenuhi kebutuhannya guna mempertahankan
kehidupan, kesehatan dan kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya
(Nurhalimah, 2016).

2. Etiologi
Menurut Azizah dkk (2016), dalam Depkes (2000), penyebab kurang
perawatan diri adalah:
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan
Eluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan
diri.

1
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri
b. Faktor presipitasi
1) Body Image
Gambarann individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak-anak selaluu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personel hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personel hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personel hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkantkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita
diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika indicidu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat dirii berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.

2
3. Tanda dan Gejala
Menurut Azizah dkk (2016), dalam Depkes (2000), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bauh, pakaian kotor
2) Rambut dan kulit kotor
3) Kuku panjang dan kotor
4) Gigi kotor disertai mulut bauh
5) Penampilan tidak rapih
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif
2) Menarik diri, isolasi diri
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina
c. Sosial
1) Interaksi kurang
2) Kegiatan kurang
3) Tidak mampu berperilaku sesuai normal
4) Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

4. Patofisiologi
Menurut Darmawan (2013), defisit perawatan diri terjadi diawali dengan
proses terjadinya gangguan jiwa yang dialami oleh klien sehingga
menyebabkan munculnya gangguan defisit perawatan diri pada klien. Pada
klien skizofrenia dapat mengalami defisit perawatan diri yang signifikan. Tidak
memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias biasa terjadi terutama selama
episode psikotik. Klien dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham
atau halusinasi sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari Faktor biologis terkait dengan adanya neuropatologi dan
ketidakseimbangan dari neurotransmiternya. Dampak yang dapat dinilai sebagai

3
manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien Secara
biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang
dipercaya dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis
dan hypothalamus. Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi
dipermukaan medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup
serebrum. Fungsinya adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi.
Menyimpan dan menyatukan informasi berhubungan dengan emosi, tempat
penyimpanan memori dan pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini
akan menghadirkan beberapa gejala klinik seperti hambatan emosi dan
perubahan kebribadian. Lobus Frontal berperan penting menjadi media yang
sangat berarti dalam perilaku dan berpikir rasional, yang saling berhubungan
dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat dalam dua fungsi serebral utama
yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk fungsi bicara, fungsi fikir dan
kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada daerah lobus frontal dapat
meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam bicara/disorganisasi
pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga berperilaku
maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias, makan,
toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri. Hypotalamus
adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum.Fungsi utamanya
adalah sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood
dan motivasi. Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi
seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana
klien butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya.
Ganguan defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan
dari beberapa neurotransmitter. misalnya: Dopamine fungsinya mencakup
regulasi gerak dan koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara
volunter. Transmisi dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi
tertentu. Pada klien skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif

4
(alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada
klien dengan defisit perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti
tidak berkeinginan untuk melakukan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi
kognitif (alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika
terjadi penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang
kearah maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang
maladaptif dapat terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan
perawatan diri seperti : mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine
akan dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien
cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau
berhias dan toileting.

5. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon
Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak

Penjelasan :
a. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih malakukan peawatan diri
b. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya

5
c. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor.
Asuhan yang dapat dilakukan keluarga bagi klien yang tidak dapat merawat diri
sendiri adalah :
1) Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri.
a) Bina hubungan saling percaya.
b) Bicarakan tentang pentingnya kebersihan.
c) Kuatkan kemampuan klien merawat diri.
2) Membimbing dan menolong klien merawat diri.
a) Bantu klien merawat diri
b) Ajarkan ketrampilan secara bertahap
c) Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
3) Ciptakan lingkungan yang mendukung
a) Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk mandi.
b) Dekatkan peralatan mandi biar mudah dijangkau oleh klien.
c) Sediakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi klien misalnya, kamar
mandi yang dekat dan tertutup.
(Yusuf Ah, 2015)

6. Fase/Tahapan
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari
lingkungan yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana,
tidak mungkin mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif
dengan orang lain yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus
berusaha mendapatkan rasa aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman
itu tidak tercapai. Hal ini menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan
mengaburkan realitas dari pada kenyataan. Keadaan dimana seorang individu
mengalami atau beresiko mengalami suatu ketidakmampuan dalam mengalami
stressor interval atau lingkungan dengan adekuatnya (Akemat & Keliat, 2019).

6
7. Jenis
Menurut Azizah dkk (2016), jenis defisit perawatan diri, yaitu :
a. Kurang perawatan diri: Mandi/kebersihan Kurang perawatan diri (mandi)
adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktivitas mandi/kebersihan
diri.
b. Kurang perawatan diri: Mengenakan pakaian/berhias. Kurang perawatan diri
(mengenakan pakaian) adalah gangguan kemampuan memakai pakaian dan
aktivitas berdandan sendiri.
c. Kurang perawatan diri: Makan Kurang perawatan diri (makan) adalah
gangguan kemampuan untuk menunjukkan aktivitas makan.
d. Kurang perawatan diri: Toileting Kurang perawatan diri (toileting) adalah
gangguan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
toileting sendiri.

8. Mekanisme Koping
Menurut Azizah dkk (2016), mekanisme koping defisit perawatan diri, yaitu :
a. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
b. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
c. Isolasi diri, menarik diri
Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan negatif
didalam diri sendiri.
d. Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari
pengalaman yang mengganggu.

7
9. Penatalaksanaan
Menurut Akemat & Keliat (2019), penatalaksanaan defisit perawatan diri yaitu :
a. Farmakoterapi
1) Obat anti psikosis        : Penozotin.
2) Obat anti depresi         : Amitripilin.
3) Obat anti ansietas        : Diasepam, bromozepam, clobozam.
4) Obat insomnia             : Phnebarbital.
b. Terapi
1. Terapi Keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah
klien dengan memberikan perhatian :
a. Jangan memancing emosi klien.
b. Libatkan klien dengan kegiatan yang berhubungan dengan keluarga.
c. Berikan kesempatan klien mengemukakan pendapat.
d. Dengarkan, bantu, dan anjurkan klien untuk mengemukakan masalah
yang dialaminya.
2. Terapi Aktivitas Kelompok
Befokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan sosial, atau
altivitas lainnya, dengan berdiskusi serta bermain untuk mengembalikan
keadaan klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan
tungkah laku pada orang lain. Ada 5 sesi yang harus dilakukan :
a. Manfaat perawatan diri.
b. Menjaga kebersihan diri.
c. Tata cara makan dan minum.
d. Tata cara eliminasi.
e. Tata cara berhias.
3. Terapi Musik
Dengan musik klien bisa terhibur rileks, dan bermain untuk
mengembalikan kesadaran klien.

8
B. PROSES KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian defisit perawatan diri Pengkajian dilakukan dengan cara
wawancara dan observasi kepada pasien daN keluarga. Tanda dan gejala defisit
perawatan diri yang dapat ditemukan dengan wawancara, melalui pertanyaan
sebagai berikut:
a. Coba ceritakan kebiasaan/ cara pasien dalam membersihkan diri?
b. Apa yang menyebabkan pasien malas mandi, mencuci rambut, menggosok
gigi dan,menggunting kuku?
c. Bagaimana pendapat pasisen tentang penampilan dirinya? Apakah pasien
puas dengan penampilan sehari-hari pasien?
d. Berapa kali sehari pasien menyisir rambut , berdAndan, bercukur (untuk
laki-laki) secara teratur?
e. Menurut pasien apakah pakaian yang digunakan sesuai dengan kegiatan
yang akan dilakukan
f. Coba ceritakan bagaimana kebiasaaan pasien mandi sehari-hari ? peeralatan
mandi apa saja yang digunakan pasien ?
g. Coba ceritakan bagaimana kebiasaan makan dan minum pasien ?
h. Menurut pasien apakah alat makan yang digunakan sesuai dengan
fungsinya ? Coba ceritakan apa yang pasien lakukan ketikan selesai BAB
atau BAK ? Apakah pasien membersihkan diri dan tempat BAB dan BAK
setelah BAB dan BAK?
i. Tanyakan mengenai pengetahuan pasien mengenai cara perawatan diri yang
benar, Tanda dan gejala defisit perawatan diri yang dapat ditemukan melalui
observasi adalahsebagai berikut :
1) Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor.
2) Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien
laki-laki tidak bercukur, pada pasien wanita tidak berdandan.

9
3) Ketidakmampuan makan dan minum secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makan dan minum sendiri, makan
berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
4) Ketidakmampuan BAB dan BAK secara mandiri, ditAndai dengan BAB
dan BAK tidak pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik
setelah BAB dan BAK.

Data hasil observasi dan wawancara didokumentasikan pada kartu status


pasien di Contoh pendokumentasian hasil pengkajian sebagai berikut:
Data : Pasien mengatakan belum mandi, rambut kotor, gigi kotor, kulit
berdaki dan bau, kuku panjang dan kotor. Rambut acak-acakan,tidak disisir,
pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, makan dan minum
diambilkan oleh keluarga, makan berceceran, dan tidak pada tempatnya.
Tidak menyiram dan membersihkan diri setelah BAB dan BAK .

2. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul :


Harga Diri Rendah

3. Analisa Data
a. Data subjektif
1) Klien mengatakan dirinya malas mandi karena airnya dingin, atau di RS
tidak tersedia alat mandi
2) Klien mengatakan dirinya malas berdandan
3) Klien mengatakan ingin disuapi makan
4) Klien mengatakan jarang membersihkan alat kelaminnya setelah BAK
maupun BAB.
b. Data objektif
a) Ketidakmampuan mandi/membersihkan diri ditandai dengan rambut
kotor, gigi kotor, kulit berdaki, dan berbau, serta kuku panjang dan kotor

10
b) Ketidakmampuan berapakaian/berhias ditandai dengan rambut acak-
acakan, pakaian kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, tidak bercukur
(laki-laki), atau tidak berdandan (wanita).
c) Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil makanan sendiri, makan berceceran dan
makan tidak pada tempatnya.
d) Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri ditandai BAB/BAK tidak
pada tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK.

4. Pohon Masalah
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

5. Diagnosis Keperawatan
Defisit perawatan diri : kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB

6. Intervensi Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya dengan cara:
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
2) Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
perawat sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
4) Buat kontrak asuhan: apa yang akan dilakukan bersama pasien, berapa
lama akan dikerjakan dan tempatnya di mana.
5) Jelaskan bahwa perawat akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi

11
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien • Penuhi kebutuhan
dasar pasien bila memungkinkan
b. Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri. Untuk melatih pasien
dalam menjaga kebersihan diri , perawat dapat melakukan tahapan tindakan
yang meliputi:
1) Menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri.
4) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri.
c. Melatih pasien berdandan/berhias. Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
Berpakaian, Menyisir rambut dan Bercukur Untuk pasien wanita, latihannya
meliputi :Berpakaian, Menyisir rambut dan Berhias
d. Melatih pasien makan dan minum secara mandiri. Untuk melatih makan dan
minum pasien, perawat dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
1) Menjelaskan kebutuhan (kebutuhan makan perhari dewasa 2000-2200
kalori (untuk perempuan) dan untuk laki-laki antara 2400-2800 kalori
setiap hari makan minum 8 gelas (2500 ml setiap hari) dan cara makan
dan minum
2) Menjelaskan cara makan dan minum yang tertib.
3) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan dan minum setelah makan
dan minum
4) Mempraktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
e. Mengajarkan pasien melakukan BAB dan BAK secara mandiri. Perawat
dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
1) Menjelaskan tempat BAB dan BAK yang sesuai
2) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
3) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
4) Mempraktikkan BAB dan BAK dengan baik

12
Contoh Rencana Keperawatan Defisit Perawatan Diri

Dalam Bentuk Strategi Pelaksanaan


Pasien Keluarga
SPIP SPIK
 Identifikasi masalah perawatan  Diskusi maslah yang dirasakan
diri: Kebersihan diri, dalam merawat pasien
berdandan, makan/minum,  Jelaskan pengertian, tanda &
BAK/BAB gejala, dan proses terjadinya
 Jelaskan pentingnya kebersihan defisit perawatan diri
 Jelaskan cara dan alat  Jelaskan cara merawat defisit
kebersihan diri perawatan diri
 Latih cara menjaga kebersihan  Latih dua cara merawat:
diri : Mandi dan ganti pakaian, kebersihan diri dan berdandan
sikat gigi, cuci rambut, potong  Anjurkan membantu pasien
kuku sesuai jadwal dan memberikan
 Masuk pada jadwal kegiatan pujian
untuk latihan mandi, sikat gigi
(2 kali perhari), cuci rambut (2
kali perminggu), ptong kuku
(satu kali perminggu)
SPIIP SPIIK
 Evalusi kegiatan kebersihan  Evaluasi kegiatan keluarga
diri, beri pujian dalam merawat/melatih pasien
 Jelaskan cara dan alat untuk kebersihan diri, beri pujian
berdandan  Latih dua (yang lain) cara
 Latih cara berdandan setelah merawat: makan & minum,
kebersihan diri BAB & BAK
 Masukan pada jadwal kegiatan  Anjurkan membantu pasien
untuk kebersihan diri dan sesui jadwal dan memberi
berdandan pujian
SPIIIP SPIIIK
 Evaluasi kegiatan kebersihan  Evaluasi kegiatan keluarga
dairi dan berdandan. Beri dalam merawat/melatih pasien

13
pujian kebersihan diri dan berdandan.
 Jelaskan cara dan alat makan Beri pujian
dan minum  Bimbing keluarga merawat
 Latih cara makan dan minum kebersihan diri dan berdandan
yang baik dan makan & minum pasien
 Masukan pada jadwal kegiatan  Anjurkan membantu pasien
untuk latihan kebersihan diri, sesui jadwal dan berikan
berdandan dan makan & pujian
minum yang baik
SPIVP SPIVK
 Evaluasi kegiatan kebersihan  Evaluasi keluarga dalam
diri dan berdandan, makan & merawat/melatih pasien
minum, beri pujian kebersihan diri dan berdandan.
 Jelaskan cara BAB & BAK Beri pujian
 Latih BAB & BAK yang baik  Bimbing keluarga merawat
 Masukan pada jadwal kegiatan kebersihan diri dan berdandan
untuk latihan kebersihan diri, dan makan & minum pasien
berdandan dan makan &  Anjurkan membantu pasien
minum yang baik, BAB & sesui jadwal dan berikan
BAK pujian
SPVP SPVK
 Evaluasi kegiatan latihan  Evaluasi kegiatan keluarga
perawatan diri: kebersihan diri, dalam merawat/melatih pasien
berdandan, makan & minum, dalam perawatan diri:
BAB & BAK. Beri pujian kebersihan diri, berdandan,
 Latih kegiatan harian makan & minum, BAB &
 Niali kemampuan mandiri BAK. Beri pujian
 Nilai kemampuan keluarga
 Niali apakah perawatan diri merawat pasien
telah baik  Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol RSJ/PKM

7. Implementasi

14
Implementasi keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan.Dengan memperhatikan mengutamakan masalah utama yang
aktual dan mengancam integritas klien dan lingkungan.

8. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelanjuatan uantuk emniali efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilakukan terus menerus pada
respon klien terhadap tindakan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan SOAP, sebagaipola piker
atauacuan.
S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yangdiberikan
O : Respono bjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah
diakukan
A : Defisit Perawatan Diri (+)
P : Latih Pasien dalam merawat kebersihan diri, berdandan, makan dan
minum, serta BAB/BAK secara mandiri

9. Hasil Yang Diharapkan Untuk Pasien


a. Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
b. Menyebutkan cara membersihkan diri
c. Mempraktekan cara membersihkan diri dan memasukkan dalam jadwal
d. Menyebutkan cara makan yang baik
e. Mempraktekkan cara makan yang baik dan memasukkan dalam jadwal
f. Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
g. Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik dan memasukkan dalam
jadwal
h. Menyebutkan cara berdandan
i. Mempraktekkan cara berdandan dan memasukkan dalam jadwal

10. Hasil Yang Diharapkan Untuk Keluarga


1) Menyebutkan pengertian perawatan diri dan proses terjadinya msalah
kurang perawatan diri

15
2) Menyebutkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
3) Menpraktekkan cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
4) Membuat jadwal aktivitas dan minum obat klien dirumah.

11. Terapi Aktivitas Kelompok


Terapi aktivitas kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan
masalah perawatan diri adalah : TAK stimulasi persepsi: perawatan diri
Sesi I : Manfaat perawatan diri
Sesi II : Menjaga kebersihan diri
Sesi III: Tata cara makan dan minum
Sesi IV: Tata cara toiletting
Sesi V : Tata cara berdandan

DAFTAR PUSTAKA

Akemat & Keliat. (2019). Model Praktik Profesional Keperawatan Jiwa. EGC.
Azizah, M. lilik, Zainuri, I., & Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa Teori dan Aplikasi Praktik Klinik. Indomedia Pustaka, 291.

16
https://doi.org/ISBN 978-xxx-xxx-xx-x
Darmawan, R. D. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep Dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Gosyen Publishing.
Nurhalimah. (2016). Keperawatan Jiwa. Tim P2M2.
Pinedendi, N., Rottie, J., & Wowiling, F. (2016). No TitleAPengaruh Penerapan
Asuhan Keperawatan Defisit Perawatan Diri Terhadap Kemandirian
Personal Hygiene Pada Pasien Di Rsj. Prof. V. L. Ratumbuysang Manado
Tahun 2016. Jurnal Keperawatan UNSRAT, 4(2), 110204.
Yusuf Ah. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Salemba Medika.

17

Anda mungkin juga menyukai