Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

DEFISIT PERAWATAN DIRI

Disusun oleh:
Nur Azizah Dwi Fitriani
SN.212033

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2021 / 2022
LAPORAN PENDAHULUAN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

A. MASALAH UTAMA
Defisit perawatan diri (D.0109).

B. PROSES TERJADINYA MASALAH


1. Definisi
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan manusia dalam memenuhi
kebutuhannya sehari-hari guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien bisa dinyatakan
terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan diri
sendiri (Yusuf, 2015).
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan
dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis (Yusuf, 2015).
Damayanti dan Iskandar (2014) menjelaskan kurang perawatan diri adalah
kondisi dimana seseorang tidak mampu melakukan perawatan kebersihan untuk
dirinya.
Menurut Dermawan (2013) defisit perawatan diri adalah gangguan
kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
berhias/berdandan, makan dan toileting. Defisit perawatan diri adalah suatu
keadaan seseorang mengalami kelainan dalam kemampuan untuk melakukan
atau menyelesaikan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Tidak ada
keinginan untuk mandi secara teratur, tidak menyisir rambut, pakaian kotor,
bau badan, bau napas dan penampilan tidak rapi. Defisit perawatan diri
merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien gangguan jiwa. Pasien
gangguan jiwa kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri.
Keadaan ini merupakan gejala perilaku negatif dan menyebabkan pasien
dikucilkan baik dalam keluarga maupun masyarakat (Yusuf, 2015).
Menurut SDKI (2017), defisit perawatan diri adalah ketidakmampuan
dalam melakukan atau menyelesaikan aktivitas perawatan diri seperti mandi,
berhias, makan, toileting dan berpakaian. Jenis perawatan diri terdiri dari :
a. Defisit perawatan diri : mandi
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan
mandi/beraktivitas perawatan diri untuk diri sendiri.
b. Defisit perawatan diri : berpakaian
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan berhias untuk diri sendiri
c. Defisit perawatan diri : makan
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
makan secara mandiri
d. Defisit perawatan diri : eliminasi / toileting
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
eliminasi sendiri.
2. Tanda dan Gejala
Menurut Dermawan (2013), tanda dan gejala klien dengan defisit perawatan
diri adalah :
a. Fisik
1) Badan bau, pakaian kotor.
2) Rambut dan kulit kotor.
3) Kuku panjang dan kotor.
4) Gigi kotor disertai mulut bau.
5) Penampilan tidak rapi.
b. Psikologis
1) Malas, tidak ada inisiatif.
2) Menarik diri, isolasi diri.
3) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa hina.
c. Sosial
1) Interaksi kurang.
2) Kegiatan kurang.
3) Tidak mampu berperilaku sesuai norma.
4) Cara makan tidak teratur, BAK dan BAB di sembarang tempat, gosok
gigi dan mandi tidak mampu mandiri.
Data yang biasa ditemukan dalam defisit perawatan diri adalah :
a. Subjektif (SDKI, 2016)
Menolak untuk melakukan perawatan diri
b. Objektif (SDKI, 2016)
1) Tidak mampu mandi/mengenakan pakaian/makan/ke toilet/berhias secara
mandiri
2) Minat melakukan perawatan diri kurang
3. Penyebab terjadinya masalah
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya defisit perawatan diri pada pasien yaitu
(Herman, 2012):
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga
perkembangan inisiatif terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk
perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya.
Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan
diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yang dialami individu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri (Muhith, 2015). Menurut Dermawan (2013),
faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah:
1) Body image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan
diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak
peduli dengan kebersihan dirinya.
2) Praktik sosial
Pada anak-anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka
kemungkinan akan terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status sosial ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi,
sikat gigi, sampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk
menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang
baik dapat meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien menderita
diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam
perawatan diri seperti penggunaan sabun, sampo dan lain-lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang
dan perlu bantuan untuk melakukannya.
4. Akibat terjadinya masalah
Menurut Dermawan (2013) dampak yang sering timbul pada masalah personal
hygiene ialah :
a. Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik yang
sering terjadi adalah gangguan integritas kulit, gangguan membran mukosa
mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan fisik pada kuku.
b. Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personal hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

C. POHON MASALAH
Effect
Isolasi sosial

Core Problem Defisit perawatan diri

Causa Harga diri rendah kronis


Sumber: Keliat (2015)
D. MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
Masalah yang ditemukan adalah :
Defisit Perawatan Diri (SP 1 Kebersihan Diri, SP 1 Makan, SP 1 Toileting (BAB /
BAK), SP 1 Berhias)
Contoh data yang biasa ditemukan dalam Defisit Perawatan Diri : Kebersihan Diri
adalah :
1. Data Subjektif : Pasien merasa lemah, malas untuk beraktivitas, dan merasa
tidak berdaya
2. Data Objektif : Rambut kotor acak-acakan, badan dan pakaian kotor serta bau,
mulut dan gigi bau, kulit kusam dan kotor, kuku panjang dan tidak terawat.

E. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
1. Harga diri rendah kronis (D.0086) b.d gangguan pskiatri d.d menilai diri
negatif; merasa malu/bersalah; merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif; melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri sendiri;
menolak penilaian positif tentang diri sendiri; merasa sulit konsentrasi; sulit
tidur; mengungkapkan keputusasaan; enggan mencoba hal baru; berjalan
menunduk; kontak mata kurang; lesu dan tidak bergairah.
2. Defisit perawatan diri (D.0109) b.d gangguan psikologis dan/atau psikotik d.d
klien menolak untuk melakukan perawatan diri; tidak mampu mandi/
mengenakan pakaian/ makan/ ke toilet/ berhias secara mandiri; minat
melakukan perawatan diri kurang
3. Isolasi sosial (D.0121) b.d perubahan penampilan fisik d.d merasa ingin
sendirian; merasa tidak aman di tempat umum; menarik diri; tidak
berminat/menolak berinteraksi; merasa berbeda dengan orang lain; merasa
asyik dengan pikiran sendiri; merasa tidak mempunyai tujuan yang jelas; tidak
ada kontak mata dan menunjukan permusuhan.

F. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
Harga diri rendah kronis Setelah dilakukan intervensi Promosi Harga Diri (I.09308)
(D.0086) b.d gangguan keperawatan selama ... , maka Observasi
pskiatri d.d menilai diri harga diri (L.09069) 1. Identifikasi budaya, agama, ras,
negatif; merasa meningkat, dengan kriteria jenis kelamin, dan usia terhadap
malu/bersalah; merasa hasil: harga diri
tidak memiliki kelebihan 1. Penilaian diri positif 2. Monitor verbalisasi yang
atau kemampuan positif;
melebih-lebihkan meningkat merendahkan diri sendiri
penilaian negatif tentang 2. Perasaan memiliki 3. Monitor tingkat harga diri setiap
diri sendiri; menolak kelebihan/ kemampuan waktu, sesuai kebutuhan
penilaian positif tentang positif meningkat Terapeutik
diri sendiri; merasa sulit 3. Penerimaan penilaian 1. Motivasi terlibat dalam
konsentrasi; sulit tidur; positif terhadap diri sendiri verbalisasi positif untuk diri
mengungkapkan meningkat sendiri
keputusasaan; enggan 4. Minat mencoba hal baru 2. Motivasi menerima tantangan
mencoba hal baru; meningkat atau hal baru
berjalan menunduk; 5. Berjalan menampakan 3. Diskusikan pernyataan tentang
kontak mata kurang; lesu wajah meningkat harga diri
dan tidak bergairah. 6. Postur tubuh menampakan 4. Diskusikan kepercayaan terhadap
wajah meningkat penilaian diri
7. Konsentrasi meningkat 5. Diskusikan pengalaman yang
8. Tidur meningkat meningkatkan harga diri
9. Konsentrasi meningkat 6. Diskusikan persepsi negatif diri
10. Kontak mata meningkat 7. Diskusikan alasan mengkritik
11. Gairah aktivitas meningkat diri atau rasa bersalah
12. Aktif meningkat 8. Berikan umpan balik positif atas
13. Percaya diri bicara peningkatan mencapai tujuan
meningkat 9. Fasilitasi lingkungan dan
14. Perasaan malu menurun aktivitas yang meningkatkan
15. Perasaan bersalah menurun harga diri
16. Perasaan tidak mampu Edukasi
melakukan apapun 1. Jelaskan kepada keluarga tentang
menurun pentingnya dukungan dalam
perkembangan konsep positif
dari pasien
2. Anjurkan mengidentifikasi
kekuatan yang dimiliki
3. Anjurkan mempertahankan
kontak mata saat berkomunikasi
dengan orang lain
4. Anjurkan membuka diri terhadap
kritik negatif
5. Anjurkan cara mengatasi
bullying
6. Latih peningkatan tanggung
jawab untuk diri sendiri
7. Latih pernyataan/ kemampuan
positif diri
8. Latih cara berpikir dan
berperilaku positif
9. Latih meningkatkan kepercayaan
pada kemampuan dalam
menangani situasi

Defisit perawatan diri Setelah dilakukan intervensi Dukungan perawatan diri


(D.0109) b.d gangguan keperawatan selama ..., maka (I.11348)
psikologis dan/atau perawatan diri (L.11103) Observasi
psikotik d.d klien meningkat, dengan kriteria 1. Identifikasi kebiasaan aktivitas
menolak untuk hasil : perawatan diri sesuai usia
melakukan perawatan 1. Kemampuan mandi : 2. Monitor tingkat kemandirian
diri; tidak mampu mandi/ meningkat 3. Identifikasi kebutuhan alat bantu
mengenakan pakaian/ 2. Kemampuan mengenakan kebersihan diri, berpakaian,
makan/ ke toilet/ berhias pakaian : meningkat berhias dan makan
secara mandiri; minat 3. Kemampuan makan : Terapeutik
melakukan perawatan meningkat 1. Sediakan lingkungan yang
diri kurang 4. Kemampuan ke toilet terapeutik (misal privasi)
(BAB/BAK) : meningkat 2. Sediakan keperluan pribadi
5. Verbalisasi keinginan (misal parfum, sikat gigi, sabun
melakukan perawatan diri : mandi)
meningkat 3. Dampingi dalam melakukan
6. Minat melakukan perawatan diri sampai mandiri
perawatan diri : meningkat 4. Fasilitasi kemandirian, bantu
7. Mempertahankan jika tidak mampu melakukan
kebersihan diri : meningkat perawatan diri
8. Mempertahankan 5. Jadwalkan rutinitas perawatan
kebersihan mulut : diri
meningkat Edukasi
Anjurkan melakukan perawatan diri
secara konsisten sesuai kemampuan

Isolasi sosial (D.0121) Setelah dilakukan intervensi Promosi Sosialisasi (I.13498)


b.d perubahan keperawatan selama ... maka
penampilan fisik d.d keterlibatan sosial (L.13116) Observasi
merasa ingin sendirian; meningkat, dengan kriteria 1. Identifikasi kemampuan
merasa tidak aman di hasil : melakukan interaksi dengan
tempat umum; menarik 1. Minat interaksi meningkat orang lain
diri; tidak 2. Verbalisasi tujuan yang 2. Identifikasi hambatan melakukan
berminat/menolak jelas meningkat interaksi dengan orang lain
berinteraksi; merasa 3. Minat terhadap aktivitas Terapeutik
berbeda dengan orang meningkat 1. Motivasi meningkatkan
lain; merasa asyik 4. Verbalisasi isolasi menurun keterlibatan dalam suatu
dengan pikiran sendiri; 5. Verbalisasi ketidakamanan hubungan
merasa tidak mempunyai ditempat umum menurun 2. Motivasi kesabaran dalam
tujuan yang jelas; tidak 6. Perilaku menarik diri mengembangkan suatu hubungan
ada kontak mata dan menurun 3. Motivasi partisipasi dalam
menunjukan 7. Verbalisasi perasaan aktivitas baru dan kegiatan
permusuhan. berbeda dengan orang lain kelompok
menurun 4. Motivasi berinteraksi di luar
8. Afek murung/ sedih lingkungan
menurun 5. Diskusikan perencanaan kegiatan
9. Perilaku bermusuhan dimasa depan
menurun 6. Berikan umpan balik positif
10. Perilaku sesuai dengan dalam perawatan diri
harapan orang lain 7. Berikan umpan balik positif pada
membaik setiap peningkatan kemampuan
11. Perilaku bertujuan Edukasi
membaik 1. Anjurkan berinteraksi dengan
12. Kontak mata membaik orang lain secara bertahap
2. Anjurkan ikut serta kegiatan
sosial dan kemasyarakatan
3. Anjurkan berbagi pengalaman
dengan orang lain
4. Anjurkan meningkatkan
kejujuran diri dan menghormati
hak orang lain
5. Anjurkan membuat perencanaan
kelompok kecil untuk kegiatan
khusus
6. Latih bermain peran untuk
meningkatkan keterampilan
komunikasi
7. Latih mengekspresikan marah
dengan tepat
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti dan Iskandar. (2014). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika


Aditama.

Dermawan, D dan Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa Konsep dan Kerangka


Kerja Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Herman, Ade. (2012). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:


Nuha Medika.

Keliat, B. A. (2015). Manajeman Kasus Gangguan Jiwa. EGC: Jakarta.

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa Teori Dan Aplikasi (I).


Yogyakarta: Andi Offset.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik, edisi I, cetakan III. Jakarta: Dewan Pengurus
PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
Definisi dan Tiindakan Keperawatan, edisi I, cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2019). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan, edisi I, cetakan II. Jakarta: Dewan
Pengurus PPNI

Yusuf, A. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta Selatan: Salemba
Medika.
STRATEGI PELAKSANAAN (1) PASIEN
DEFISIT PERAWATAN DIRI

Masalah Utama : Defisit Perawatan Diri


Tanggal :
Pertemuan : ke ... . (Sp 1p)

A. Kondisi pasien
Klien tampak kotor, rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan bau, kuku panjang
dan kotor.

B. Diagnosis keperawatan
Defisit Perawatan Diri

C. Tujuan
1. Klien dapat menjelaskan pentingnya menjaga kebersihan diri.
2. Klien dapat menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
3. Klien dapat menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
4. Klien dapat mempraktikkan cara menjaga kebersihan diri

D. Intervensi keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan klien.
2. Bantu klien mengetahui pentingnya menjaga kebersihan diri.
3. Bantu klien menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
4. Bantu klien menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
5. Melatih klien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

E. Strategi pelaksanaan
1. Fase orientasi
a. Salam terapeutik
1) “Selamat pagi Pak/Ibu, kenalkan nama saya ... . biasa dipanggil ... . Saya
mahasiswa dari Ilmu Keperawatan ... ., selama 1 minggu akan praktik di
sini.”
2) “Bapak/Ibu namanya siapa? Kalau boleh saya tahu Bapak/Ibu senang
dipanggil siapa? Asalnya darimana?”
b. Evaluasi/ validasi “Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini? Sudah mandi
apa belum Pak/Bu?
c. Kontrak
1) Topik : “Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang kebersihan
diri?.”
2) Tempat : “Bapak/Ibu mau bincang-bincang dimana?
3) Waktu : “Berapa lama? Bagaimana kalau 7 menit?”
2. Fase kerja
a. “Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini?
Menurut T apa kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa
merawat diri? Menurut T apa manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan
diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak merawat diri dengan baik
seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita tidak teratur
menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul
ada kudis, kutu...dsb.
b. “Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa
yang perlu kita persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti,
handuk, sikat gigi, shampo dan sabun serta sisir”.
c. ”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing
T melakukannya. Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu
ambil shampoo gosokkan pada kepala T sampai berbusa lalu bilas sampai
bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di seluruh tubuh
secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi
pakai odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh
gigi T mulai dari depan sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai
bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T sampai bersih lalu keringkan
dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T pakai baju dan
sisir rambutnya dengan baik.”
d. “Bagus”
3. Fase terminasi
a. Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti
pakaian?”
b. Evaluasi obyektif “Coba T sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik
yang sudah T lakukan tadi ? Bagaimana perasaan T setelah kita
mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang coba T
ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
c. Rencana tindak lanjut ”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat
gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita masukkan dalam jadual aktivitas
harian. Nah... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah dilakukan Spt M
(mandiri) kalau dilakukan tanpa disuruh, B (bantuan) kalau diingatkan baru
dilakukan dan T (tidak) tidak melakukan?
d. Kontrak
1) Topik : “Besok pagi kita latihan lagi kemampuan berdandan ya?”
2) Waktu : “Mau latihan jam berapa? Oya jam 06.00 setelah mandi?
3) Tempat : “Tempatnya mau dimana? Oya di ruang tidur ya. Sampai
bertemu besok ya”

Anda mungkin juga menyukai