ARTRITIS RHEUMATOID
Disusun Oleh :
Nissa Wildan, S.Kep
NPM: 1914901110061
TAHUN 2020
A. KONSEP TEORI LANSIA
1. Definisi
Menurut Undang-Undang RI nomor 13 tahun 1998, Depkes (2001) yang
dimaksud dengan usia lanjut adalah seorang laki-laki atau perempuan
yang berusia 60 tahun atau lebih, baik yang secara fisik masih
berkemampuan (potensial) maupun karena sesuatu hal tidak lagi mampu
berperan aktif dalam pembangunan (tidak potensial).
3. Proses Menua
Proses menua merupakan proses terus menerus secara alamiah, yang
dimulai sejak lahir dan pada umumnya dialami pada semua makhluk
hidup. Proses menua setiap individu pada organ tubuh juga tidak sama
cepatnya. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses
berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam
maupun dari luar tubuh (Nugroho,2008).
2. Etiologi
Penyebab utama penyakit reumatik masih belum diketahui secara pasti.
Biasanya merupakan kombinasi dari faktor genetik, lingkungan, hormonal dan
faktor sistem reproduksi. Namun faktor pencetus terbesar adalah faktor infeksi
seperti bakteri, mikroplasma dan virus (Lemone & Burke, 2001). Ada
beberapa teori yang dikemukakan sebagai penyebab artritis reumatoid, yaitu :
a) Infeksi Streptokkus hemolitikus dan Streptococcus non-hemolitikus.
b) Endokrin
c) Autoimmun
d) Metabolik
e) Faktor genetik serta pemicu lingkungan
Pada saat ini artritis reumatoid diduga disebabkan oleh faktor autoimun dan
infeksi. Autoimun ini bereaksi terhadap kolagen tipe II, faktor infeksi
mungkin disebabkan karena virus dan organisme mikroplasma atau grup
difterioid yang menghasilkan antigen tipe II kolagen dari tulang rawan sendi
penderita.
4. Patofisiologi
Pemahaman mengenai anatomi normal dan fisiologis persendian diartrodial
atau sinovial merupakan kunci untuk memahami patofisiologi penyakit
rheumatik. Fungsi persendian sinovial adalah gerakan. Setiap sendi sinovial
memiliki kisaran gerak tertentu kendati masing-masing orang tidak
mempunyai kisaran gerak yang sama pada sendi-sendi yang dapat digerakkan.
Sendi merupakan bagian tubuh yang sering terkena inflamasi dan degenerasi
yang terlihat pada penyakit rheumatik. Meskipun memiliki keaneka ragaman
mulai dari kelainan yang terbatas pada satu sendi hingga kelainan multi sistem
yang sistemik, semua penyakit reumatik meliputi inflamasi dan degenerasi
dalam derajat tertentu yang biasa terjadi sekaligus. Inflamasi akan terlihat
pada persendian sebagai sinovitis. Pada penyakit reumatik inflamatori,
inflamasi merupakan proses primer dan degenerasi yang merupakan proses
sekunder yang timbul akibat pembentukan pannus (proliferasi jaringan
sinovial). Inflamasi merupakan akibat dari respon imun.
Artritis Reumatoid
Gangguan Neuropati
Hambatan mekanis dan Anemia perifer
mobilitas fisik fungsional Osteoporosis
Nyeri pada sendi generalisata
7. Pemeriksaan Penunjang
Tidak banyak berperan dalam diagnosis artritis reumatoid, namun dapat menyokong
bila terdapat keraguan atau untuk melihat prognosis pasien. Pada pemeriksaan
laboratorium terdapat:
a) Tes faktor reuma biasanya positif pada lebih dari 75% pasien artritis reumatoid
terutama bila masih aktif. Sisanya dapat dijumpai pada pasien lepra, tuberkulosis
paru, sirosis hepatis, hepatitis infeksiosa, lues, endokarditis bakterialis, penyakit
kolagen, dan sarkoidosis.
b) Protein C-reaktif biasanya positif
c) LED meningkat
d) Leukosit normal atau meningkat sedikit
e) Anemia normositik hipokrom akibat adanya inflamsi yang kronik
f) Trombosit meningkat
g) Kadar albumin serum turun dan globulin naik
Pada pemeriksaan rontgen, semua sendi dapat terkena, tapi yang tersering adalah
sendi metatarsofalang dan biasanya simetris. Sendi sakroiliaka juga sering terkena.
Pada awalnya terjadi pembengkakan jaringan lunak dan demineralisasi juksta
artikular. Kemudian terjadi penyempitan ruang sendi dan erosi.
8. Komplikasi
Kelainan sistem pencernaan yang sering dijumpai adalah gastritis dan ulkus peptik
yang merupakan komplikasi utama penggunaan obat antiinflamsi non steroid
(OAINS) atau obat pengubah perjalanan penyakit (disease modifying antirheumatoid
drugs, DMARD) yang menjadi faktor penyebab morbiditas dan mortalitas utama pada
artritis reumatoid.
Komplikasi saraf yang terjadi tidak memberikan gambaran jelas, sehingga sukar
dibedakan antara akibat lesi artikular dan lesi neuropatik. Umumnya berhubungan
dengan mielopati akibat ketidakstabilan vertebra servikal dan neuropati iskemik
akibat vaskulitis.
9. Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan artitis reumatoid,
adalah :
1) Nyeri akut/kronis berhubungan dengan desrtuksi sendi akibat akumulasi cairan
sinovial dan proses peradangan ditandai dengan: keluhan nyeri, kekakuan dalam
pergerakan, aktivitas terganggu.
Tujuan: Nyeri berkurang dan klien mampu mengontrol rasa nyerinya, dengan
kriteria hasil :
a) Klien mengatakan rasa nyeri berkurang
b) Klien mampu berrelaksasi dan melakukan aktivitas yang dapat ditolerir
c) Klien terlihat/dapat tenang dan mampu beristirahat dengan maksimal
Rencana tindakan:
a) Observasi sifat, intensitas, lokasi dan durasi tingkat nyeri
b) Beri obat non steroi anti inflamasi (analgeisk), antipiretik sesqui program
observasi catat adanya toksisitas dari obat, seperti mual muntah
c) Anjurkan klien istirahat dengan adekuat dan imobilisasikan persendian yang
sakit dengan alas yang khusus.
d) Beri kompres hangat untuk mengurangi kekakuan dan nyeri pada persendian
Ners Muda
Mengetahui,