Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

SECTIO CAESARIA

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Stage Keperawatan Medikal Bedah

Oleh:

Nissa Wildan, S.Kep

2014901110061

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN FAKULTAS

KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI

PROFESI NERS

TAHUN AJARAN 2020/2021


LAPORAN PENDAHULUAN SECTIO CAESARIA
I. Pengertian
Sectio caesarea adalah pembedahan untuk melahirkan janin dengan membuka dinding perut dan
dinding uterus atau vagina atau suatu histerotomi untuk melahirkan janin dari dalam rahim.

II. Jenis – Jenis Operasi Sectio Caesarea


 Abdomen (sectio caesarea abdominalis)
a. Sectio caesarea transperitonealis:
1) SC klasik atau corporal (dengan insisi memanjang pada corpus uteri). Dilakukan dengan
membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira 10 cm.
 Kelebihan:
 Mengeluarkan janin dengan cepat.
 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik.
 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal.
 Kekurangan:
 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada reperitonealis yang
baik.
 Untuk persalinan yang berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
2) SC ismika atau profundal (low servical dengan insisi pada segmen bawah rahim).
Dilakukan dengan melakukan sayatan melintang konkat pada segmen bawah rahim (low
servical transversal) kira-kira 10 cm.
 Kelebihan:
 Penjahitan luka lebih mudah.
 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik.
 umpang tindih dari peritoneal flap baik sekali untuk menahan penyebaran isi uterus
ke rongga peritoneum.
 Perdarahan tidak begitu banyak.
 Kemungkinan rupture uteri spontan berkurang atau lebih kecil.

 Kekurangan:
 Luka dapat melebar kekiri, kanan, dan bawah sehingga dapat menyebabkan uteri uterine
pecah sehingga mengakibatkan perdarahan banyak.
 Keluhan pada kandung kemih post operasi tinggi.
b. SC ekstra peritonealis yaitu tanpa membuka peritoneum parietalis dengan demikian tidak
membuka cavum abdominal.

 Vagina (section caesarea vaginalis)

Menurut sayatan pada rahim, sectio caesarea dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Sayatan memanjang (longitudinal).
2. Sayatan melintang (transversal).
3. Sayatan huruf T (T insicion).

III. Indikasi
Operasi sectio caesarea dilakukan jika kelahiran pervaginal mungkin akan menyebabkan resiko
pada ibu ataupun pada janin, dengan pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan SC proses persalinan
normal lama/ kegagalan proses persalinan normal (Dystosia):
- Fetal distress.
- His lemah/melemah.
- Janin dalam posisi sungsang atau melintang.
- Bayi besar (BBL > 4,2 kg).
- Plasenta previa.
- Kalainan letak.
- Disproporsi Cevalo-Pelvik (ketidakseimbangan antar ukuran kepala dan panggul).
- Rupture uteri mengancam.
- Hydrocephalus.
- Primi muda atau tua.
- Partus dengan komplikasi.
- Panggul sempit.
- Problema plasenta.
IV. Pohon Masalah
Faktor indikasi dilakukannya SC

Sectio Caesarea

Perdarahan Nyeri Abdomen Perlukaan

Shock Gangguan Rasa Nyaman GangguanIntegritas Kulit

Devisit Vol. Cairan Gangguan Aktivitas Resiko Tinggi Infeksi

Komplikasi Operasi Sectio Caesarea

Kemungkinan yang timbul setelah dilakukan operasi ini antara lain :

1. Infeksi puerperal ( Nifas )

- Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari

- Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan perut sedikit kembung

- Berat, peritonealis, sepsis dan usus paralitik

2. Perdarahan

- Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka

- Perdarahan pada plasenta bed

3. Luka kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila peritonealisasi terlalu tinggi
4. Kemungkinan rupture tinggi spontan pada kehamilan berikutnya

Pemeriksaan Diagnostik

1. Pemantauan janin terhadap kesehatan janin


2. Pemantauan EKG
3. JDL dengan diferensial
4. Elektrolit
5. Hemoglobin/Hematokrit
6. Golongan darah
7. Urinalisis
8. Amniosentesis terhadap maturitas paru janin sesuai indikasi
9. Pemeriksaan sinar x sesuai indikasi.
10. Ultrasound sesuai pesanan (Tucker, Susan Martin, 1998)

Asuhan Keperawatan Sektio Caesaria dengan Indikasi High Myopi dan Degenerasi Retina Perifer

1)      Pengkajian

a)      Sirkulasi

Perhatikan riwayat masalah jantung, udema pulmonal, penyakit vaskuler perifer atau stasis vaskuler
(peningkatan resiko pembentukan thrombus).

b)      Integritas ego

Perasaan cemas, takut, marah, apatis, serta adanya factor-faktor stress multiple seperti financial,
hubungan, gaya hidup. Dengan tanda-tanda tidak dapat beristirahat, peningkatan ketegangan, stimulasi
simpatis.

c)      Makanan/cairan

Malnutrisi, membrane mukosa yang kering pembatasan puasa pra operasi insufisiensi Pancreas/ DM,
predisposisi untuk hipoglikemia/ ketoasidosis.

d)     Pernafasan

Adanya infeksi, kondisi yang kronik/batuk, merokok.


e)      Keamanan

·         Adanya alergi atau sensitive terhadap obat, makanan, plester danlarutan.

·         Adanya defisiensi imun

·         Munculnya kanker/adanya terapi kanker

·         Riwayat keluarga, tentang hipertermia malignan/reaksi anestesi

·         Riwayat penyakit hepatic

·         Riwayat tranfusi darah

·         Tanda munculnya proses infeksi.

2)      Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul

a)      Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan

b)      Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

c)      Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi

d)     Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

e)      Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan.

f)       Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

3)      Rencana Asuhan Keperawatan

a)  DX 1 : Perubahan Perfusi Jaringan b.d perdarahan

Tujuan : diharapkan suplai/ kebutuhan darah ke jaringan terpenuhi

Kriteria Hasil :

· Conjunctiva tidak anemis


· Acral hangat
· Hb normal
· Muka tidak pucat
· Tidak lemas
· TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100
x/menit

Intervensi :

1. Jelaskan penyebab terjadi perdarahan


R/ Pasien paham tentang kondisi yang dialami
2. Monitor tanda-tanda vital
R/ Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu tubuh yang tinggi menunjukkan gangguan sirkulasi
darah
3. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – 30 menit
R/  Mengantisipasi terjadinya syok
4. Kolaborasi pemberian cairan infus isotonik
R/  Cairan infus isotonik dapat mengganti volume darah yang hilang akiba perdarahan.
5. Kolaborasi pemberian tranfusi darah bila Hb rendah
R/ Tranfusi darah mengganti komponen darah yang hilang akibat perdarahan.

b)  DX 2 : Devisit Volume Cairan b.d perdarahan

Tujuan: Tidak terjadi devisit volume cairan, seimbang antara intake dan output baik jumlah maupun
kualitas.

Kriteria Hasil :

- Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50  c, RR : < 40 x/mnt )
- Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak cekung.

Intervensi:

1. Kaji kondisi status hemodinamika.


R/ Pengeluaran cairan akibat operasi yang berlebih merupakan faktor utama masalah
2. Ukur pengeluaran harian
R/ Jumlah cairan ditentukan dari jumlah kebutuhan harian ditambah dengan jumlah cairan yang
hilang selama masa post operasi dan harian
3. Berikan sejumlah cairan pengganti harian
R/Tranfusi mungkin diperlukan pada kondisi perdarahan masif
4. Evaluasi status hemodinamika
R/ Penilaian dapat dilakukan secara harian melalui pemeriksaan fisik.
6. Pantau intake dan output
R/ dapat meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat  keluaran tak adekuat untuk
membersihkan sisa metabolisme.

c)  DX 3 :  Gangguan rasa nyaman: Nyeri b.d luka post operasi

Tujuan : Klien dapat beradaptasi dengan nyeri yang dialami

Kriteria Hasil :

·         Mengungkapkan nyeri dan tegang di perutnya berkurang

·         Skala nyeri 0-1 ( dari 0 – 10 )

·         Dapat melakukan tindakan untuk mengurangi nyeri

·         Kooperatif dengan tindakan yang dilakukan

·         TTV dalam batas normal ; Suhu : 36-37 0 C, TD : 120/80 mmHg, RR :18-20x/menit, Nadi : 80-100
x/menit

Intervensi :

1. Pertahankan tirah baring selama masa akut


R/  Meminimalkan stimulasi atau meningkatkan relaksasi
2. Terangkan nyeri yang diderita klien dan penyebabnya.
R/ Meningkatkan koping klien dalam melakukan guidance mengatasi nyeri
3. Ajarkan teknik distraksi
R/ Pengurangan persepsi nyeri
4. Kolaborasi pemberian analgetika
R/ Mengurangi onset terjadinya nyeri dapat dilakukan dengan pemberian analgetika oral maupun
sistemik dalam spectrum luas/spesifik
5. Kaji intensitas, karakteristik, dan derajat nyeri
R/ Pengkajian yang spesifik membantu memilih intervensi yang tepat

d)     DX 4 : Intoleransi Aktivitas b.d kelemahan, penurunan sirkulasi

Tujuan : Kllien dapat melakukan aktivitas tanpa adanya komplikasi


Kriteria Hasil : klien mampu melakukan aktivitasnya secara mandiri

Intervensi :

1)      Kaji tingkat kemampuan klien untuk beraktivitas

R/ Mungkin klien tidak mengalami perubahan berarti, tetapi perdarahan masif perlu diwaspadai untuk
menccegah kondisi klien lebih buruk

2)      Kaji pengaruh aktivitas terhadap kondisi luka dan kondisi tubuh umum

R/ Aktivitas merangsang peningkatan vaskularisasi dan pulsasi organ reproduksi, tetapi dapat
mempengaruhi kondisi luka post operasi dan berkurangnya energi

3)      Bantu klien untuk memenuhi kebutuhan aktivitas sehari-hari.

R/ Mengistiratkan klilen secara optimal.

4)      Bantu klien untuk melakukan tindakan sesuai dengan kemampuan /kondisi klien

R/ Mengoptimalkan kondisi klien, pada abortus imminens,    istirahat mutlak sangat diperlukan

5)      Evaluasi perkembangan kemampuan klien melakukan aktivitas

R/  Menilai kondisi umum klien.

e)      DX 5 : Gangguan Integritas Kulit b.d tindakan pembedahan

Tujuan : Memperbaiki integritas kulit dan proteksi jaringan

Kriteria Hasil :

·         Tidak terjadi kerusakan integritas kulit

Intervensi :

1)      Berikan perhatian dan perawatan pada kulit


R/ Jaringan kulit yang mengalami kerusakan dapat mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma.

2)      Lakukan latihan gerak secara pasif

R/ Meningkatkan mobilisasi

3)      Lindungi kulit yang sehat dari kemungkinan maserasi

R/ maserasi pada kulit yang sehat dapat menyebabkan pecahnya kulit

4)      jaga kelembaban kulit

R/ untuk tetap menjaga kulit yang sehat agar tetap lembab

f)       DX 6 : Resiko tinggi Infeksi s.d perdarahan, luka post operasi

Tujuan: Tidak terjadi infeksi selama perawatan perdarahan dan luka operasi.\

Kriteria Hasil :

·         Tidak ada tanda – tanda infeksi, seperti : merah, panas, bengkak, fungsio laesa

Intervensi :

1)      Kaji kondisi keluaran/dischart yang keluar ; jumlah, warna, dan bau dari luka operasi.

R/Perubahan yang terjadi pada dishart dikaji setiap saat dischart keluar. Adanya warna yang lebih gelap
disertai bau tidak enak mungkin merupakan tanda infeksi.

2)      Terangkan pada klien pentingnya perawatan luka selama masa post operasi.

R/ Infeksi dapat timbul akibat kurangnya kebersihan luka.

3)      Lakukan pemeriksaan biakan pada dischart.

R/ Berbagai kuman dapat teridentifikasi melalui dischart.

4)      Lakukan perawatan luka

R/ Inkubasi kuman pada area luka dapat menyebabkan infeksi.

5)      Terangkan pada klien cara mengidentifikasi tanda inveksi


R/ Berbagai manivestasi klinik dapat menjadi tanda nonspesifik infeksi; demam dan peningkatan rasa
nyeri mungkin merupakan gejala infeksi.

Daftar Pustaka

Allen, Carol Vestal, (1998) Memahami Proses Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta.

Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.

Carpenito L. J, 2001, Diagnosa keperawatan, Jakarta : EGC

Doengoes, M E, 2000, Rencana Askep pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan
pasien, Jakarta : EGC

Hamilton, Persis Mary,(1995) Dasar-Dasar Keperawatan Maternitas, Edisi 6, EGC. Jakarta.

Banjarmasin, 10 Maret 2021

Preseptor Klinik, Preseptor Akademik,

(Suharyadi, S.Kep.,Ns.,MM) (Zaqyah Huzaifah, Ns., M.Kep)

Anda mungkin juga menyukai