OLEH :
EGA RENA
NPM. 214118016
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena penurunan fungsi persendian pada lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi penurunan
fungsi persendian kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis penurunan fungsi persendian.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi penurunan fungsi persendian pada masing-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
tulang.
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya penurunan fungsi persendian, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan penurunan fungsi
persendian pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi persendian tertentu.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
penurunan fungsi persendian pada paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
penurunan fungsi persendian. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.
4. Pathway
Umur Jenis Kelamin Genetik Suku Kegemukan cedera sendi kelainan kepadatan
Pertumbuhan tulang
Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi
Timbul Laserisasi
Rematik
5. Manifestasi klinik
a. Nyeri sendi
Nyeri ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa klien nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering terjadi) secara perlahan-lahan membesar
f. Perubahan gaya berjalan
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontagen dari sendi yang sakit
Menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal).
b. Scan radionuklida
Mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi
Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada
sendi
d. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan volume yang lebih besar dari normal tampak buram, berkabut,
munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ), elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas.
e. Biopsi membran sinovial
Menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.
e. Integritas ego
1) Gejala
Faktor-faktor stres akut atau kronis misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
(misalnya ketergantungan pada orang lain).
f. Makanan atau cairan
1) Gejala
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:
mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah
2) Tanda
Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
g. Hygiene
1) Gejala
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
h. Neurosensori
1) Gejala
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Dan
pembengkakan sendi simetris
i. Nyeri atau kenyamanan
1) Gejala
Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi). Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
j. Interaksi social
1) Gejala Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
k. Riwayat Psiko Sosial
Merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada klien yang
mengalami deformitas pada sendi-sendi karena merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.
3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri aku atau kronis berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol,
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a. a. Kaji nyeri, catat lokasi dan a. a. Membantu dalam menentukan kebutuhan
intensitas (skala 0-10). Catat manajemen nyeri dan keefektifan program
faktor-faktor yangmempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
b. b. Berikan matras/ kasur keras, b. b. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
bantal kecil,. Tinggikan linen besar akan mencegah pemeliharaan
tempat tidur sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri. Mengistirahatkan
sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral.
c. Tempatkan/ pantau penggunaan c.Penggunaan brace dapat menurunkan
bantal, karung pasir, gulungan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
trokhanter, bebat, brace. pada sendi
d. Dorong untuk sering mengubahd. d. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
posisi,. Bantu untuk bergerak di kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tempat tidur, sokong sendi yang mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sakit di atas dan bawah, hindari sendi
gerakan yang menyentak
e. Anjurkan pasien untuk mandi aire. e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
hangat atau mandi pancuran mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
pada waktu bangun dan/atau melepaskan kekakuan di pagi hari.
pada waktu tidur. Sediakan Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
waslap hangat untuk dan luka dermal dapat disembuhkan
mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air
mandi, dan sebagainya.
Intervensi Rasional
a. a. Diskusikan tingkat fungsi umum a. a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
(0-4) sebelum timbul awitan atau umum dengan melakukan adaptasi
eksaserbasi penyakit dan yang diperlukan pada keterbatasan
potensial perubahan yang saat ini mendukung kemandirian fisik
sekarang diantisipasi atau emosional
b. b. Pertahankan mobilitas, kontrol c. b. Menyiapkan untuk meningkatkan
terhadap nyeri dan program kemandirian, yang akan
latihan meningkatkan harga diri
d. c. Berguna untuk menentukan alat
c. c.Kaji hambatan terhadap partisipasi bantu untuk memenuhi kebutuhan
dalam perawatan diri. Identifikasi individual. Mis; memasang kancing,
atau rencana untuk modifikasi menggunakan alat bantu memakai
lingkungan sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. d. Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena
d. d. Kolaborasi, Konsul dengan ahli tingkat kemampuan actual
terapi okupasi.
5. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan atau melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
sebagai evaluasi hasil (Hidayat, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Adelia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot dari Hidup Anda. Yogyakarta: Brilliant Books
Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika