Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN GERONTIK DENGAN REMATIK

DI PONDOK TULUS KASIH BANDUNG

OLEH :

EGA RENA

NPM. 214118016

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI

2019
LAPORAN PENDAHULUAN

GERONTIK DENGAN REMATIK

A. KONSEP DASAR LANSIA


1. Pengertian Lansia
Lanjut usia (Lansia) merupakan kelompok orang yang sedang mengalami suatu
proses perubahan secara bertahap dalam jangka waktu tertentu (Fatmah, 2010)
Lanjut usia merupakan tahap lanjut dari suatu proses kehidupan yang di tandai
dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan stress lingkungan
(Muhith & Siyoto, 2016)
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak hanya dimulai dari suatu
waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).
Berdasarkan beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa Lansia adalah kelompok
orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan penurunan kemampuan tubuh
untuk beradaptasi dengan stress lingkungan secara bertahap dalam jangka waktu
tertentu.
2. Karaktersitik Lansia
Beberapa karakterisktik lansia yang perlu diketahui untuk mengetahui keberadaan
masalah kesehatan lansia yaitu:
a. Jenis Kelamin
Lansia lebih banyak wanita dari pada pria.
b. Status Perkawinan
Status pasangan masih lengkap dengan tidak lengkap akan mempengaruhi keadaan
kesehatan lansia baik fisik maupun psikologi.
c. Living Arrangement
Keadaan pasangan, tinggal sendiri, bersama istri atau suami, tinggal bersama anak
atau keluarga lainnya (Bustan, 2007).
3. Klasifikasi Lansia
World Health Organization (WHO) Mengelompokan usia lanjut sebagai berikut :
a. Middle Age (45-59 Tahun)
b. Ederly (60-74 Tahun)
c. Old (75-90 Tahun)
d. Very Old (>90 Tahun)
4. Tipe Lansia
Menurut Nugroho (2008) banyak ditemukan bermacam-macam tipe usia lanjut,
antara lain :
a. Tipe arif bijaksana, Lanjut usia ini kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai diri dengan perubahan zaman,
mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan dan
menjadi panutan.
b. Tipe mandiri, Lanjut usia ini senang menggantikan kegiatan yang hilang dengan
kegiatan baru, selektif dalam mencari pekerjaan dan teman pergaulan, serta
memenuhi undangan.
c. Tipe tidak puas, Lanjut usia yang selalu mengalami konflik lahir batin, menentang
proses penuaan, yang menyebabkan kehilangan daya tarik jasmani, kehilangan
kekuasaan, status, teman yang disayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung,
menuntut, sulit dilayani dan pengkritik.
d. Tipe pasrah, Lanjut usia yang selalu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti
kegiatan beribadah, ringan kaki, pekerjaan apa saja dilakukan.
e. Tipe bingung, Lansia yang kagetan, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri,
menyesal dan pasif.
5. Tugas Perkembangan Lansia
Kesiapan lansia untuk beradaptasi atau menyesuaikan diri terhadap tugas
perkembangan usia lanjut dipengaruhi oleh proses tumbuh kembang pada tahap
sebelumnya. Adapun tugas perkembangan lansia adalah sebagai berikut :
a. Mempersiapkan diri untuk kondisi yang menurun.
b. Mempersiapkan diri untuk pensiun.
c. Membentuk hubungan baik dengan orang seusianya.
d. Mempersiapkan kehidupan baru.
e. Melakukan penyesuaian terhadap kehidupan sosial/masyarakat secara santai.
f. Mempersiapkan diri untuk kematiannya dan kematian pasangan (Maryam, 2008).

6. Perubahan-perubahan yang terjadi pada Lansia


a. Perubahan Fisik
1) Kardiovaskuler
kemampuan memompa darah menurun, elastisitsas pembuluh darah menurun,
dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan darah
meningkat.
2) Respirasi
Elastisitas paru menurun, kapasitas residu meningkat sehingga menarik napas
lebih berat, dan terjadi penyempitan bronkus.
3) Muskuloskeletal
Cairan tulang menurun sehingga mudah rapuh (osteoporosis), bungkuk (kifosis),
persendian membesar dan menjadi kaku.
4) Gastrointestinal
Esophagus membesar, asam lambung menurun, lapar menurun dan peristaltik
menurun.
5) Persyarafan
Saraf panca indra mengecil sehingga fungsinya menurun serta lambat dalam
merespon.
6) Vesika urinaria
Otot-otot melemah, kapasitasnya menurun dan retensi urin.
7) Kulit
Keriput serta kulit kepala dan rambut menipis. Elastisitas menurun, vaskularisasi
menurun, rambut memutih dan kelenjar keringat menurun (Nugroho, 2008).
b. Perubahan Sosial
Perubahan fisik yang dialami lansia seperti berkurangnya fungsi indera
pendengaran, pengelihatan, gerak fisik dan sebagainya menyebabkan gangguan
fungsional, misalnya badannya membungkuk, pendengaran sangat berkurang,
pengelihatan kabur sehingga sering menimbulkan keterasingan.
Keterasingan ini akan menyebabkan lansia semakin depresi, lansia akan menolak
untuk berkomunikasi dengan orang lain (Darmajo, 2009).
c. Perubahan Mental dan Psikologis
Pada lansia pada umumnya juga akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Fungsi kognitif meliputi proses belajar, persepsi, pemahaman,
pengertian, perhatian dan lain-lain sehingga menyebabkan reaksi dan perilaku lansia
semakin lambat. Sementara fungsi kognitif meliputi hal-hal yang berhubungan
dengan dorongan kehendak seperti gerakan, tindakan, koordinasi menurun, yang
berakibat lansia menjadi kurang cekatan (Nugroho, 2008).
d. Perubahan Spritual
Agama atau kepercayaan makin terintergrasi dalam kehidupannya, hal ini terlihat dari
cara dalam berpikir dan betindak dalam sehari-hari.
B. KONSEP TEORI REMATIK
1. Pengertian
Rematik adalah penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang
rawan sendi yang berkembang lambat dan berhubungan dengan usia lanjut,
terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang menanggung beban,
biasanya gangguan berupa kekakuan, pembengkakan, nyeri dan kemerahan
pada daerah persendian dan jaringan sekitarnya (Adelia,2011)
Rematik adalah penyakit yang menimbulkan rasa sakit akibat otot atau
persendian yang mengalami peradangan dan pembengkakan. Rematik terdiri dari
berbagai jenis dan dapat terjadi dipersendian manapun diseluruh tubuh (Soumya,
2011)
Berdasarkan beberapa sumber dapat disimpulkan bahwa rematik adalah
penyakit sendi degeneratif dimana terjadi kerusakan tulang rawan sendi yang
berkembang lambat dan biasanya sering terjadi pada usia lanjut yang ditandai
dengan kekauan otot, nyeri, kemerahan serta pembengkakan.
2. Klasifikasi
a. Osteoartritis
Merupakan penyakit kerusakan tulang rawan sendi yang berkembang lambat
dan berhubungan dengan usia lanjut. Secara klinis ditandai dengan nyeri,
deformitas, pembesaran sendi dan hambatan gerak pada sendi.
b. Artritis Rematoid
Suatu penyakit inflamasi sistemik kronik dengan manifestasi utama poliatritis
progresif dan melibatkan seluruh organ tubuh. Terlibatnya sendi pada klien
Artritis Rematoid terjadi setelah penyakit ini berkembang lebih lanjut sesuai
dengan sifat Progresifnya. Klien juga dapat menunjukan gejala berupa
kelemahan umum merasa cepat lelah.
c. Polimilagia Reumatik
Penyakit ini merupakan suatu sindrom yang terdiri dari rasa nyeri dan kekakuan
terutama mengenai otot ekstremitas proksimal, leher, bahu dan panggul.
d. Atritis Gout
Penyakit ini berhubungan dengan tingginya asam urat darah (hiperurisemia) .
3. Etiologi
a. Faktor Usia
Usia lebih dari 40 tahun dari semua faktor resiko untuk timbulnya penurunan
fungsi persendian, faktor penuaan adalah yang terkuat.

b. Jenis kelamin
Wanita lebih sering terkena penurunan fungsi persendian pada lutut dan sendi.
Sedangkan laki-laki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan
tangan dan leher. Secara keseluruhan, dibawah 45 tahun, frekuensi penurunan
fungsi persendian kurang lebih sama antara pada laki-laki dan wanita, tetapi
diats usia 50 tahunh (setelah menopause) frekuensi osteoartritis lebih banyak
pada wanita dari pada pria. Hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada
patogenesis penurunan fungsi persendian.
c. Suku bangsa
Nampak perbedaan prevalensi penurunan fungsi persendian pada masing-
masing suku bangsa. Hal ini mungkin berkaitan dnegan perbedaan pola hidup
maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan pertumbuhan
tulang.
d. Genetik
Hal ini terbukti dari terdapatnya hubungan antara produk kompleks
histokompatibilitas utama kelas II, khususnya HLA-DR4 dengan AR seropositif.
e. Kegemukan dan penyakit metabolik
Berat badan yang berlebih berkaitan dengan meningkatnya resiko untuk
timbulnya penurunan fungsi persendian, baik pada wanita maupun pria.
Kegemukan ternyata tidak hanya berkaitan dengan penurunan fungsi
persendian pada sendi yang menanggung beban berlebihan, tapi juga dnegan
osteoartritis sendi lain (tangan atau sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olahraga
Pekerjaan berat maupun dengan pemakaian satu sendi yang terus menerus
berkaitan dengan peningkatan resiko penurunan fungsi persendian tertentu.
g. Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha telah dikaitkan dengan timbulnya
penurunan fungsi persendian pada paha pada usia muda.
h. Kepadatan tulang
Tingginya kepadatan tulang dikatakan dapat meningkatkan resiko timbulnya
penurunan fungsi persendian. Hal ini mungkin timbul karena tulang yang lebih
padat (keras) tidak membantu mengurangi benturan beban yang diterima oleh
tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi lebih mudah robek.

4. Pathway

Umur Jenis Kelamin Genetik Suku Kegemukan cedera sendi kelainan kepadatan
Pertumbuhan tulang

Kerusakan faktor tulang rawan pembentukan tulang baru pada


tulang rawan, sendi dan tepi sendi

Perubahan metabolisme tulang

Peningkatan aktivitas enzim yang merusak makro molekul matriks tulang rawan sendi

Penurunan kadar proteoglikan

Berkurangnya kadar proteoglikan

Berupa sifat-sifat kolagen

Berkurangnya kadar air tulang rawan sendi

Permukaan rawan sendi terbelah pecah dengan robekan

Timbul Laserisasi

Rematik

5. Manifestasi klinik
a. Nyeri sendi
Nyeri ini merupakan keluhan utama. Nyeri biasanya bertambah dengan
gerakan dan sedikit berkurang dengan istirahat. Beberapa gerakan tertentu
kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri yang lebih dibandingkan gerakan
yang lain.
b. Hambatan gerakan sendi
Gangguan ini biasanya semakin bertambah berat dengan sejalan dengan
bertambahnya rasa nyeri.
c. Kaku pagi
Pada beberapa klien nyeri sendi yang timbul setelah immobilisasi, seperti
duduk dari kursi, atau setelah bangun dari tidur.
d. Krepitasi
Rasa gemeretak (kadang-kadang dapat terdengar) pada sendi yang sakit.
e. Pembesaran sendi (deformitas)
Klien mungkin menunjukkan bahwa salah satu sendinya (lutut atau tangan
yang paling sering terjadi) secara perlahan-lahan membesar
f. Perubahan gaya berjalan
Gangguan berjalan dan gangguan fungsi sendi yang lain merupakan ancaman
yang besar untuk kemandirian pasien yang umumnya tua (lansia).
6. Pemeriksaan penunjang
a. Rontagen dari sendi yang sakit
Menunjukkan pembengkakan pada jaringan lunak, erosi sendi, dan
osteoporosis dari tulang yang berdekatan (perubahan awal).
b. Scan radionuklida
Mengidentifikasi peradangan sinovium
c. Artroskopi
Visualisasi dari area yang menunjukkan irregularitas/ degenerasi tulang pada
sendi
d. Aspirasi cairan sinovial
Menunjukkan volume yang lebih besar dari normal tampak buram, berkabut,
munculnya warna kuning (respon inflamasi, produk-produk pembuangan
degeneratif ), elevasi SDP dan lekosit, penurunan viskositas.
e. Biopsi membran sinovial
Menunjukkan perubahan inflamasi dan perkembangan panas.

f. Pemeriksaan cairan sendi melalui biopsy


FNA (Fine Needle Aspiration) atau atroskopi, cairan sendi terlihat keruh karena
mengandung banyak leukosit dan kurang kental dibanding cairan sendi yang
normal.
7. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat
simtomatik. Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai
analgesik dan mengurangi peradangan, tidak mampu menghentikan proses
patologis
b. Istirahatkan sendi yang sakit
Hindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
c. Mandi dengan air hangat
d. Lingkungan yang aman untuk melindungi dari cedera
e. Dukungan psikososial
f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang
tepat
g. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan
h. Kompres dengan es saat kaki bengkak dan kompres air hangat saat nyeri
i. Konsumsi makanan yang mengandung protein dan Vitamin
j. Diet rendah purin
k. Komplikasi
a. Perubahan pada jaringan lain
seperti adanya prosesgranulasi di bawah kulit yang disebut subcutan nodule.
b. Myosis
Proses granulasi jaringan otot.
c. Tromboemboli.
Tromboemboli adalah adanya sumbatan pada pembuluh darah yang
disebabkan oleh adanya darah yang membeku.
d. Splenomegali.
Splenomegali merupakan pembesaran limfa,jika limfa membesar
kemampuannya untuk menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah putih dan
trombosit dalam sirkulasi menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan
meningkat

C. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata
Nama, umur, jenis kelamin, status, alamat, pekerjaan, penanggung jawab.Data dasar
pengkajian klien tergantung pada keparahan dan keterlibatan organ-organ lainnya.
b. Riwayat Kesehatan
Adanya keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai. Perasaan tidak
nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan merasakan
adanya perubahan pada sendi.
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan palpasi persendian untuk masing-masing sisi (bilateral), amati warna
kulit, ukuran, lembut tidaknya kulit, dan pembengkakan.
b. Lakukan pengukuran passive range of mation pada sendi-sendi sinovial
1) Catat bila ada deviasi (keterbatasan gerak sendi)
2) Catat bila ada krepitasi
3) Catat bila terjadi nyeri saat sendi digerakkan
4) Lakukan inspeksi dan palpasi otot-otot skelet secara bilateral
5) Catat bia ada atrofi, tonus yang berkurang
6) Ukur kekuatan otot
7) Kaji tingkat nyeri, derajat dan mulainya
8) Kaji aktivitas/kegiatan sehari-hari
c. Aktivitas atau istirahat
1) Gejala
Nyeri sendi karena gerakan, nyeri tekan, memburuk dengan stres pada sendi,
kekakuan pada pagi hari, biasanya terjadi bilateral dan simetris.
Limitasi fungsional yang berpengaruh pada gaya hidup, waktu senggang,
pekerjaan, keletihan.
2) Tanda
Malaise, keterbatasan rentang gerak, atrofi otot, kulit, kontraktor atau kelaianan
pada sendi.
d. Kardiovaskuler
1) Gejala
jari tangan atau kaki (mis: pucat intermitten, sianosis, kemudian kemerahan pada
jari sebelum warna kembali normal).

e. Integritas ego
1) Gejala
Faktor-faktor stres akut atau kronis misalnya finansial, pekerjaan,
ketidakmampuan, faktor-faktor hubungan. Keputusan dan ketidakberdayaan
(situasi ketidakmampuan) Ancaman pada konsep diri, citra tubuh, identitas pribadi
(misalnya ketergantungan pada orang lain).
f. Makanan atau cairan
1) Gejala
Ketidakmampuan untuk menghasilkan/ mengkonsumsi makanan/ cairan adekuat:
mual, anoreksia, kesulitan untuk mengunyah
2) Tanda
Penurunan berat badan, kekeringan pada membran mukosa.
g. Hygiene
1) Gejala
Berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi.
Ketergantungan
h. Neurosensori
1) Gejala
Kebas, semutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan. Dan
pembengkakan sendi simetris
i. Nyeri atau kenyamanan
1) Gejala
Fase akut dari nyeri (mungkin tidak disertai oleh pembengkakan jaringan lunak
pada sendi). Kulit mengkilat, tegang, nodul subkutan, Lesi kulit, ulkus kaki.
Kesulitan dalam ringan dalam menangani tugas/ pemeliharaan rumah
tangga.Demam ringan menetap Kekeringan pada mata dan membran mukosa.
j. Interaksi social
1) Gejala Kerusakan interaksi sosial dengan keluarga/ orang lain; perubahan peran;
isolasi.
k. Riwayat Psiko Sosial
Merasakan adanya kecemasan yang cukup tinggi apalagi pada klien yang
mengalami deformitas pada sendi-sendi karena merasakan adanya kelemahan-
kelemahan pada dirinya dan merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah.
Perawat dapat melakukan pengkajian terhadap konsep diri klien khususnya aspek
body image dan harga diri klien.

3. Diagnosa keperawatan
a. Nyeri akut atau kronis berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan Deformitas skeletal. Nyeri,
ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
c. Gangguan citra tubuh atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan
perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas
d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan
kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
4. Intervensi Keperawatan
a. Nyeri aku atau kronis berhubungkan dengan agen pencedera distensi jaringan oleh
akumulasi cairan atau proses inflamasi, destruksi sendi.
Kriteria Hasil:
1) Menunjukkan nyeri hilang atau terkontrol,
2) Terlihat rileks, dapat tidur/beristirahat dan berpartisipasi dalam aktivitas sesuai
kemampuan
3) Mengikuti program farmakologis yang diresepkan,
4) Menggabungkan keterampilan relaksasi dan aktivitas hiburan ke dalam program
kontrol nyeri.
Intervensi Rasional
a. a. Kaji nyeri, catat lokasi dan a. a. Membantu dalam menentukan kebutuhan
intensitas (skala 0-10). Catat manajemen nyeri dan keefektifan program
faktor-faktor yangmempercepat
dan tanda-tanda rasa sakit non
verbal
b. b. Berikan matras/ kasur keras, b. b. Matras yang lembut/ empuk, bantal yang
bantal kecil,. Tinggikan linen besar akan mencegah pemeliharaan
tempat tidur sesuai kebutuhan kesejajaran tubuh yang tepat,
menempatkan stress pada sendi yang
sakit. Peninggian linen tempat tidur
menurunkan tekanan pada sendi yang
terinflamasi/nyeri. Mengistirahatkan
sendi-sendi yang sakit dan
mempertahankan posisi netral.
c. Tempatkan/ pantau penggunaan c.Penggunaan brace dapat menurunkan
bantal, karung pasir, gulungan nyeri dan dapat mengurangi kerusakan
trokhanter, bebat, brace. pada sendi
d. Dorong untuk sering mengubahd. d. Mencegah terjadinya kelelahan umum dan
posisi,. Bantu untuk bergerak di kekakuan sendi. Menstabilkan sendi,
tempat tidur, sokong sendi yang mengurangi gerakan/ rasa sakit pada
sakit di atas dan bawah, hindari sendi
gerakan yang menyentak
e. Anjurkan pasien untuk mandi aire. e. Panas meningkatkan relaksasi otot, dan
hangat atau mandi pancuran mobilitas, menurunkan rasa sakit dan
pada waktu bangun dan/atau melepaskan kekakuan di pagi hari.
pada waktu tidur. Sediakan Sensitivitas pada panas dapat dihilangkan
waslap hangat untuk dan luka dermal dapat disembuhkan
mengompres sendi-sendi yang
sakit beberapa kali sehari.
Pantau suhu air kompres, air
mandi, dan sebagainya.

b. Kerusakan Mobilitas Fisik berhubungan dengan deformitas skeletal nyeri,


ketidaknyamanan, Intoleransi aktivitas, penurunan kekuatan otot.
Kriteria Hasil :
1) Mempertahankan fungsi posisi dengan tidak hadirnya atau pembatasan
kontraktur.
2) Mempertahankan ataupun meningkatkan kekuatan dan fungsi dari dan atau
konpensasi bagian tubuh.
3) Mendemonstrasikan tehnik atau perilaku yang memungkinkan melakukan
aktivitas
Intervensi Rasional
a. a. Evaluasi atau lanjutkan a. Tingkat aktivitas atau latihan tergantung
pemantauan tingkat inflamasi dari perkembangan/ resolusi dari peoses
atau rasa sakit pada sendi inflamasi
b. Pertahankan istirahat tirah b. b. Istirahat sistemik dianjurkan selama
baring atau duduk jika eksaserbasi akut dan seluruh fase
diperlukan jadwal aktivitas penyakit yang penting untuk mencegah
untuk memberikan periode kelelahan mempertahankan kekuatan
istirahat yang terus menerus
dan tidur malam hari yang tidakc.
terganggu
c. Bantu dengan rentang gerak c. Mempertahankan/ meningkatkan fungsi
aktif atau pasif, demikiqan juga sendi, kekuatan otot dan stamina umum.
latihan resistif dan isometris jika Catatan : latihan tidak adekuat
memungkinkan menimbulkan kekakuan sendi, karenanya
aktivitas yang berlebihan dapat merusak
sendi
d. Ubah posisi dengan sering d. d. Menghilangkan tekanan pada jaringan
dengan jumlah personel cukup. dan meningkatkan sirkulasi.
Demonstrasikan/ bantu tehnik Memepermudah perawatan diri dan
pemindahan dan penggunaan kemandirian pasien. Tehnik pemindahan
bantuan mobilitas, yang tepat dapat mencegah robekan
abrasi kulit
e. e. Posisikan dengan bantal, e. e. Meningkatkan stabilitas (mengurangi
kantung pasir, gulungan resiko cidera) dan memerptahankan
trokanter, bebat, brace posisi sendi yang diperlukan dan
kesejajaran tubuh, mengurangi kontraktor

c. Gangguan citra tubuh.atau perubahan penampilan peran berhubungan dengan


perubahan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas umum, peningkatan
penggunaan energi, ketidakseimbangan mobilitas.
Kriteria Hasil :
1) Mengungkapkan peningkatan rasa percaya diri dalam kemampuan untuk
menghadapi penyakit, perubahan pada gaya hidup, dan kemungkinan
keterbatasan.
Intervensi Rasional
a. a. Dorong pengungkapan mengenai a.Berikan kesempatan untuk
masalah tentang proses penyakit, mengidentifikasi rasa takut atau
harapan masa depan kesalahan konsep dan
menghadapinya secara langsung
b. Diskusikan arti dari kehilangan b. b.Mengidentifikasi bagaimana penyakit
atau perubahan pada mempengaruhi persepsi diri dan
pasien/orang terdekat. interaksi dengan orang lain akan
Memastikan bagaimana menentukan kebutuhan terhadap
pandangaqn pribadi pasien dalam intervensi atau konseling lebih lanjut
memfungsikan gaya hidup sehari-c. Isyarat verbal atau non verbal orang
hari, termasuk aspek-aspek terdekat dapat mempunyai pengaruh
seksual. mayor pada bagaimana klien
c. memandang dirinya sendiri
d.

d. Kurang perawatan diri berhubungan dengan kerusakan muskuloskeletal; penurunan


kekuatan, daya tahan, nyeri pada waktu bergerak, depresi.
Kriteria Hasil :
1) Melaksanakan aktivitas perawatan diri pada tingkat yang konsisten dengan
kemampuan individual.
2) Mendemonstrasikan perubahan teknik/ gaya hidup untuk memenuhi kebutuhan
perawatan diri.
3) Mengidentifikasi sumber-sumber pribadi/ komunitas yang dapat memenuhi
kebutuhan perawatan diri.

Intervensi Rasional
a. a. Diskusikan tingkat fungsi umum a. a. Mungkin dapat melanjutkan aktivitas
(0-4) sebelum timbul awitan atau umum dengan melakukan adaptasi
eksaserbasi penyakit dan yang diperlukan pada keterbatasan
potensial perubahan yang saat ini mendukung kemandirian fisik
sekarang diantisipasi atau emosional
b. b. Pertahankan mobilitas, kontrol c. b. Menyiapkan untuk meningkatkan
terhadap nyeri dan program kemandirian, yang akan
latihan meningkatkan harga diri
d. c. Berguna untuk menentukan alat
c. c.Kaji hambatan terhadap partisipasi bantu untuk memenuhi kebutuhan
dalam perawatan diri. Identifikasi individual. Mis; memasang kancing,
atau rencana untuk modifikasi menggunakan alat bantu memakai
lingkungan sepatu, menggantungkan pegangan
untuk mandi pancuran
e. d. Mengidentifikasi masalah-masalah
yang mungkin dihadapi karena
d. d. Kolaborasi, Konsul dengan ahli tingkat kemampuan actual
terapi okupasi.
5. Implementasi
Implementasi adalah fase ketikan perawata menerapkan atau melaksanakan
rencana tindakan yang telah ditentukan dengan tujuan kebutuhan pasien terpenuhi
secara optimal (Nursalam, 2008).
6. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau
tidak. Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan
kemampuan dalam memahami respon terhadap intervensi keperawatan, kemampuan
menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam
menghubungkan tindakan keperawatan pada kriteria hasil. Pada tahap evaluasi ini
terdiri dari dua kegiatan yaitu kegiatan yang dilakukan dengan mengevaluasi selama
proses perawatan berlangsung atau menilai dari respon klien disebut evaluasi proses,
dan kegiatan melakukan evaluasi dengan target tujuan yang diharapkan disebut
sebagai evaluasi hasil (Hidayat, 2008).
DAFTAR PUSTAKA

Adelia. (2011). Libas Rematik dan Nyeri Otot dari Hidup Anda. Yogyakarta: Brilliant Books

Maryam, Siti. 2008. “Menengenal Usia Lanjut dan Perawatannya”. Jakarta: Salemba Medika

Muhith & Siyoto. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: ANDI.

Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai