TANGERANG SELATAN
2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan Rahmat dan Karunia-Nya sehingga kami dapat menyusun makalah
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Dalam makalah ini kami membahas
Kami menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada makalah ini.
Oleh karena itu kami mengundang pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat
membangun kami. Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk
penyempurnaan makalah selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita sekalian.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
2.2 Respon Kehilangan dan Berduka Pada Pasien Penyakit Kronik
2.3 Perilaku Pasien Penyakit Kronik dan Keluarga
2.4 Teknik Komunikasi Terapeutik Pada Pasien Penyakit Kronik
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
kesehatan kepada masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan
pada pencapaian kebutuhan dasar manusia. Dalam hal ini asuhan keperawatan
keluarga dan masyarakat, baik dalam kondisi sehat dan sakit yang mencakup
2. Apa saja respon kehilangan dan berduka yang timbul pada pasien penyakit
kronis?
3. Bagaimana cara berkomunikasi pada pasien dengan gangguan penyakit
kronik?
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
panjang yang pada umumnya berkembang secara lambat serta terjadi akibat
2008 mengakibatkan enam puluh tiga persen kematian. Delapan puluh persen
gabungan semua penyakit lainnya dan memberikan dampak lebih besar daripada
sebagai sistem kesehatan yang terdiri dari tenaga kerja kesehatan profesional,
asuransi kesehatan, analisa data terhadap penyakit dan layanan pribadi untuk
pengawasan ketat dan intervensi awal untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
b. Menetap
c. Kambuh
2009).
a. Kehilangan kesehatan
terbatas.
b. Kehilangan kemandirian
ketergantungan.
c. Kehilangan situasi
dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
lingkungan).
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit
kronis yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina,
2009), yaitu:
a. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya
penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak
untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya
b. Cemas
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung,
rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional
tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi
c. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan
Keluarga juga mengalami respons yang sama dengan pasien atas penyakit
yang diderita oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009),
yaitu
a. Penolakan (Denial)
Sama halnya dengan pasien atau individu, keluarga yang tidak siap atau
tidak menerima dengan kondisi yang ada pada pasien. Keluarga mengangap
penyakit yang diderita tidak terlalu berat dan menyakini bahwa penyakit
kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek.
b. Cemas
divonis oleh pihak medis. Pihak keluarga cemas akan tidak bisa sembuh
penyakit tersebut dan takut ditinggalkan dalam jangka waktu dekat oleh
pesien.
c. Depresi
Keluarga yang terkejut dan tidak bisa menerima keadaan terhadap situasi
Sehingga perawat juga memberikan respon yang berbeda pula. Dalam berkomonikasi
perwat juga harus memperhatikan pasien tersebut berada di fase mana, sehingga mudah
Reaksi pertama individu ketika mengalami kehilangan adalah syok. Tidak percaya
atau menolak kenyataan bahwa kehlangn itu terjadi dengan mengatakan “Tidak, saya
tidak percaya bahwa itu terjadi“. Bagi individu atau keluarga yang mengalami penyakit
kronis, akan terus menerus mencari informasi tambahan.Reaksi fisik yang terjadi pada
fase pengikraran adalah letih,lemah, pucat, mual, diare, gangguan pernafasan, detak
jantung cepat, menangis, gelisah dan tidak tau harus berbuat apa. Reaksi tersebut di atas
cepat berakhir dlam waktu beberapa menit sampai beberapa tahun.Teknik komonikasi
kontruktif dalam menghadapi kehilangan dan kematian, selalu berada di dekat klien,
Fase ini di mulai dari timbulnya kesadaran akan kenyataan yang terjadinya
kepada orang yang ada di sekitarnya, ornag ornag tertentu atau di tunjukkan pada dirinya
sendiri. Tidak jarang dia menunjukkan prilaku agresif, bicara kasar, menolak
pengobatan, dan menuduh perawat ataupun dokter tidak becus. Respon fisik yang sering
terjadi pada fase ini antara lain, muka merah, nadi cepat, gelisah, susah tidur, tangan
menggepai.
Teknik komonikasi yang di gunakan, yaitu memberikan kesempatan pada pasien
maka ia akan maju pada fase tawar menawar dengan memohon kemurahan tuhan.
Respon ini sering di nyataka dengan kata kata “kalau saja kejadian ini bisa di tunda,
maka saya akan selalu berdoa“. Apabila proses berduka ini di alami keluarga, maka
pernyataan seperti ini sering di jumpai “kalau saja yang sakit bukan anak saya“. Teknik
komonikasi yang di gunakan, yaitu memberi kesempatan kepada pasien untuk menawar,
4. Fase depression
Individu fase ini sering menunjukkan sikap antara lain menarik diri, tidak mau
berbicara, kadang kadang bersikap sebagai pasien yang sangat baik dan menurut atau
dengan ungkapan yang menyatakan keputus asaan, perasaan tidak berharga. Gejala fisik
yang sering di perlihatkan adalah menolak makan, susah tidur, letih, dorongan libugo
Fase ini berkaitan dengan reorganisasi perasaan kehilangan. Fase menerima ini
biasanya di nyatakan dengan kata kata ini “apa yang dapat saya lakukan agar saya cepat
sembuh?” Apabila individu dapat memulai fase fase tersebut dan masuk pada fase damai
atau penerimaan, maka dia akan dapat mengakhiri proses berduka dan mengatasi
perasaan kehilnagannya secara tuntas. Tapi apabila individu tetep berada pada salah satu
fase dan tidak sampai pada fase penerimaan. Jika mengalami kehilangan lagi sulit
baginya masuk pada fase penerimaan.Teknik komunikasi yang digunakan perawat adalah
meluangkan waktu untuk klien dan sediakan waktu untuk mendiskusikan perasaan
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hubungan perawat dan klien yang baik adalah perbaikan emosi klien. Dalam hal ini
teknik komunikasi agar perilaku klien berubah ke arah yang positif secara optimal. Agar
kesadaran diri, klarifikasi nilai, perasaan dan mampu menjadi model yang
bertanggungjawab. Seluruh perilaku dan pesan yang disampaikan perawat (verbal atau
non verbal) hendaknya bertujuan terapeutik untuk klien. Analisa hubungan intim yang
teknik dan keterampilan yang tepat dalam setiap tahap untuk mengatasi masalah klien
dengan prinsip di sini dan saat ini (here and now) rasa aman merupakan hal utama yang
harus diberikan pada klien agar klien bebas mengemukakan perasaannya tanpa kritik dan
hukuman.
3.2 Saran
Seorang perawat harus bisa mengekspresikan perasaan yang sebenarnya secara
spontan. Di samping itu perawat juga harus mampu menghargai klien dengan menerima
klien apa adanya. Menghargai dapat dikomunikasikan melalui duduk bersama klien yang
menangis,minta maaf atas hal yang tidak disukai klien,dan menerima permintaan klien
masalah. Tepat dipakai pada fase kerja dan tidak tepat pada fase awal hubungan dengan
klien,terutama pada pasien kronis yang klien itu sendiri sudah tidak merasa hidupnya
berguna lagi. Perawat perlu menganalisa teknik komunikasi yang tepat setiapkali ia
yang akurat tetapi aspek emosi dan perasaan tidak dapat diungkapkan seluruhnya secara
berkomunikasi, perawat dapat memakai dirinya secara utuh dalam berkomunikasi kepada
klien.
Daftar Pustaka
http://sitirochana.blogspot.com/2010/04/tehnik-komunikasi-pada-keadaan-khusus.html.
Depkes RI Pusdiknakes. 995. Asuhan Keperawatan Pasien dengan Gangguan dan Penyakit
http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalamkomunikasi.html.