Anda di halaman 1dari 12

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS MASALAH KESEHATAN

POPULASI : PENYAKIT KRONIK

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Komunitas II

Pengampu Sutiyono, S.Kep.,M.Kes

Disusun oleh :

1. Herlina Mahardika (18021364)


2. Mina Kholawati D (18021369)
3. Resmawati Ayu R (18021378)
4. Siti Masruroh (18021387)
5. Choirul Bagas P (180213115)

PROGRAM STUDI S1 FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS AN NUR PURWODADI

TAHUN AJARAN 2020/2021


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat serta kasih
sayang dan karunia Nya yang telah diberikan kepada seluruh ciptaan Nya, shalawat serta
salam semoga dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW. Alhamdulillah berkat
kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Askep Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit Kronik”.
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas mata
kuliah Keperawatan Komunitas II. Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
saya pada khususnya, dan bagi pada pembaca pada umumnya, amin . Saya sebagai penyusun
sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini saya masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang
bertujuan untuk membangun.

Maret 2021

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................I
DAFTAR ISI..............................................................................................................II
Bab I Pendahuluan
A. LatarBelakang................................................................................................
B. RumusanMasalah...........................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................................
Bab II Pembahasan
A. Definisi...........................................................................................................
B. Etiologi...........................................................................................................
C. Klasifikasi......................................................................................................
D. Manifestasi Klinis..........................................................................................
E. Patofisiologi...................................................................................................
F. Asuhan Keperawatan ....................................................................................
Bab III Penutup
A. Kesimpulan....................................................................................................
B. Saran..............................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Penyakit kronis merupakan ancaman serius bagi kesehatan di negara-negara berkembang.


Pada negara-negara berkembang lainnya, kematian dan kecacatan dari penyakit kronis
sekarang persentasenya melebihi dari penyakit-penyakit menular yang terdiri dari 49%,
dibandingkan dengan sekitar 40% untuk penyakit menular dan 11% untuk cedera. Dominasi
penyakit kronis di Negara berkembang ini tidak juga diakui kalangan ahli kesehatan (Nugent,
2008). Asumsi lama adalah bahwa penyakit kronis ada terutama di negara-negara kaya dan
bahwa penyakit menular ada terutama di negara-negara berkembang. Pembagian sederhana
ini sudah tidak berlaku kembali. Menurut Nugent (2008) Finlandia, Taiwan, dan Korea
Selatan adalah contoh negara-negara yang relatif kaya dengan prevalensi rendah dari tingkat
kematian utama karena penyakit kronis. Sebaliknya, negara-negara yang sangat berkembang
sekalipun, seperti India dan Pakistan, dan negara-negara yang cukup berkembang, seperti
Rusia dan China, menunjukkan tingkat kematian yang lebih tinggi dari penyakit kronis
daripada penyakit menular. Kesimpulannya adalah bahwa kondisi telah berubah di negara
berkembang dalam beberapa tahun terakhir, diasumsikan karena negara-negara berkembang
semakin mengadopsi gaya hidup tidak sehat dari negara maju.

Penyakit tidak menular (non-communicable disease) atau yang sering kita sebut dengan
penyakit kronik ternyata telah menjadi penyumbang kematian terbesar di Asia Tenggara.
Penyakit jantung, stroke, serta penyakit paru obstruksi kronis (PPOK) adalah contoh penyakit
tidak menular yang menjadi tren gaya hidup saat ini. Berdasarkan data dari WHO di Asia
Tenggara pada tahun 2008, sebanyak 55% kematian disebabkan oleh penyakit tidak menular,
35% disebabkan oleh penyakit menular, dan sisanya 10,7% disebabkan luka (Tawilah, 2017).
Begitu juga di Indonesia, penyakit kronis menjadi penyebab kematian terbanyak.
Berdasarkan data Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2016), proporsi angka
kematian akibat penyakit tidak menular meningkat dari 41,7% pada tahun 1995 menjadi
49,9% pada tahun 2001 dan 59,5% pada tahun 2007. Penyebab kematian tertinggi dari
seluruh penyebab kematian adalah stroke (15,4%), disusul hipertensi, diabetes, kanker, dan
PPOK. Sakit kronis sifatnya lebih tahan lama, bisa berhari-hari, berbulan-bulan, bahkan
bertahun-tahun.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksut penyakit kronis ?
2. Apa penyebab dari penyakit kronis ?
3. Fase penyakit kronik
4. Kategori penyakit kronik ?
5. Manifestasi klinik dari penyakit kronik ?
6. Pencegahan penyakit kronik ?
7. Penatalaksanaan penyakit kronik ?
8. Sifat penyakit kronik ?
9. Dampak penyakit kronik terhadap klien ?
10. Respon klien terhadap penyakit kronik ?
11. Perilaku klien terhadap penyakit kronis ?
C. TUJUAN
Adapun penulis menyusun makalah ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan
tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah Kesehatan Populasi : Penyakit
Kronik
D. MANFAAT
Diharapkan mendatangkan manfaat kepada pembaca untuk dapat menambah
pengetahuan serta wawasan tentang Asuhan Keperawatan Komunitas Masalah
Populasi : Penyakit Kronik, dan dapat di gunakan sebagai penunjang proses belajar
mengajar khususnya untuk mahasiswa jurusan keperawatan.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi penyakit kronik


Penyakit kronik adalah gejala penyakit yang dirasakan dalam jangka waktu lebih
dari 6 bulan dan menyebabkan perubahan fungsi biologis, psikologis, dan
sosiokultural. Penyakit kronik gejala yang dirasakan begitu lama dan tidak terlalu
menjadi perhatian penderita hingga menimbulkan deficit mayor yang jelas.
Kesembuhan bukan tujuan utama dalam penanganan penyakit kronik, tujuan
penanganan adalah memberikan perawatan yang berguna untu kemgatasi gejala
penyakit kronik, artinya dalam merawat klien dengan penyakit kronik kita harus
berfokus pada bagaimana supaya klien dapat melakukan fungsi pada level yang
optimal secara fisik, sosial, spiritual, dan psikologis. Pencapaian tujuan perawatan
pada penyakitt kronik dilihat melalui peningkatan kualitas hidup klien dan penurunan
modibitas (ketidakmampuan). Tujuan lain dari keperawatan penyakit kronik adalah
untuk memungkinkan klien meninggal dalam damai, tujuan ini adalah tujuan realistic
yang harus disadari oleh perawat pemberi layanan.

B. Etiologi
Penyakit kronis dapat diderita oleh semua kelompok usia, tingkat sosial ekonomi,
dan budaya. Penyakit kronis cenderung menyebabkan kerusakan yang bersifat
permanen yang memperlihatkan adanya penurunan atau menghilangnya suatu
kemampuan untuk menjalankan berbagai fungsi, terutama muskuloskletal dan organ-
organ pengindraan. Ada banyak faktor yang menyebabkan penyakit kronis dapat
menjadi masalah kesehatan yang banyak ditemukan hampir di seluruh negara, di
antaranya kemajuan dalam bidang kedokteran modern yang telah mengarah pada
menurunnya angka kematian dari penyakit infeksi dan kondisi serius lainnya, nutrisi
yang membaik dan peraturan yang mengatur keselamatan di tempat kerja yang telah
memungkinkan orang hidup lebih lama, dan gaya hidup yang berkaitan dengan
masyarakat modern yang telah meningkatkan insiden penyakit kronis (Smeltzer &
Bare, 2010).
C. Fase penyakit kronik
Menurut Smeltzer & Bare (2010), ada sembilan fase dalam penyakit kronis, yaitu
sebagai berikut :

1. Fase pra-trajectory adalah risiko terhadap penyakit kronis karena faktor-faktor


genetik atau perilaku yang meningkatkan ketahanan seseorang terhadap
penyakit kronis.
2. Fase trajectory adalah adanya gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis.
Fase ini sering tidak jelas karena sedang dievaluasi dan sering dilakukan
pemeriksaan diagnostik.
3. Fase stabil adalah tahap yang terjadi ketika gejala-gejala dan perjalanan
penyakit terkontrol. Aktivitas kehidupan sehari-hari tertangani dalam
keterbatasan penyakit.
4. Fase tidak stabil adalah periode ketidakmampuan untuk menjaga gejala tetap
terkontrol atau reaktivasi penyakit. Terdapat gangguan dalam melakukan
aktivitas sehari-hari.
5. Fase akut adalah fase yang ditandai dengan gejala-gejala yang berat dan tidak
dapat pulih atau komplikasi yang membutuhkan perawatan di rumah sakit
untuk penanganannya.
6. Fase krisis merupakan fase yang ditandai dengan situasi kritis atau
mengancam jiwa yang membutuhkan pengobatan atau perawatan kedaruratan.
7. Fase pulih adalah keadaan pulih kembali pada cara hidup yang diterima dalam
batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.
8. Fase penurunan adalah kejadian yang terjadi ketika perjalanan penyakit
berkembang disertai dengan peningkatan ketidakmampuan dan kesulitan
dalam mengatasi gejala-gejala.
9. Fase kematian adalah tahap terakhir yang ditandai dengan penurunan bertahap
atau cepat fungsi tubuh dan penghentian hubungan individual
D. Kategori penyakit kronik
Menurut Christensen et al. (2006) ada beberapa kategori penyakit kronis, yaitu
seperti di bawah ini:

a. Lived with illnesses. Pada kategori ini individu diharuskan beradaptasi dan
mempelajari kondisi penyakitnya selama hidup dan biasanya tidak mengalami
kehidupan yang mengancam. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini
adalah diabetes, asma, arthritis, dan epilepsi.
b. Mortal illnesses. Pada kategori ini secara jelas kehidupan individu terancam
dan individu yang menderita penyakit ini hanya bisa merasakan gejala-gejala
penyakit dan ancaman kematian. Penyakit dalam kategori ini adalah kanker
dan penyakit kardiovaskuler.
c. At risk illnesses. Kategori penyakit ini sangat berbeda dari dua kategori
sebelumnya. Pada kategori ini tidak ditekankan pada penyakitnya, tetapi pada
risiko penyakitnya. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah
hipertensi dan penyakit yang berhubungan dengan hereditas
E. Manifestasi klinis
Karakteristik penyakit kronis adalah penyebabnya yang tidak pasti, memiliki
faktor risiko yang multiple, membutuhkan durasi yang lama, menyebabkan
kerusakan fungsi atau ketidakmampuan, dan tidak dapat disembuhkan secara
sempurna (Smeltzer & Bare, 2010). Tanda-tanda lain penyakit kronis adalah batuk
dan demam yang berlangsung lama, sakit pada bagian tubuh yang berbeda, diare
berkepanjangan, kesulitan dalam buang air kecil, dan warna kulit abnormal (Heru,
2007)
F. Pencegahan penyakit kronik
Sekarang ini pencegahan penyakit diartikan secara luas. Dalam pencegahan
penyakit dikenal pencegahan primer, sekunder, dan tersier (Djauzi, 2009).
Pencegahan primer merupakan upaya untuk mempertahankan orang yang sehat
agar tetap sehat atau 11 mencegah orang yang sehat menjadi sakit. Secara garis
besar, upaya pencegahan ini dapat berupa pencegahan umum (melalui pendidikan
kesehatan dan kebersihan lingkungan) dan pencegahan khusus (ditujukan kepada
orang-orang yang mempunyai risiko dengan melakukan imunisasi). Pencegahan
sekunder merupakan upaya untuk menghambat progresivitas penyakit,
menghindari komplikasi, dan mengurangi ketidakmampuan yang dapat dilakukan
melalui deteksi dini dan pengobatan secara cepat dan tepat. Pencegahan tersier
dimaksudkan untuk mengurangi ketidakmampuan dan mengadakan rehabilitasi.
Upaya pencegahan tingkat ketiga ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan
fungsi organ yang mengalami kecacatan (Budiarto & Anggreni, 2007).
G. Penatalaksanaan
Kondisi kronis mempunyai ciri khas dan masalah penatalaksanaan yang berbeda.
Sebagai contoh, banyak penyakit kronis berhubungan dengan gejala seperti nyeri
dan keletihan. Penyakit kronis yang parah dan lanjut dapat menyebabkan
kecacatan sampai tingkat tertentu, yang selanjutnya membatasi partisipasi
individu dalam beraktivitas. Banyak penyakit kronis yang harus mendapatkan
penatalaksanaan teratur untuk menjaganya tetap terkontrol, seperti penyakit gagal
ginjal kronis (Smeltzer & Bare, 2008)
H. Sifat penyakit kronik
Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai
beberapa sifat diantaranya adalah :
1. Progresi
Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit
jantung.
2. Menetap
Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada
individu. Contoh penyakit diabetes mellitus.
3. Kambuh
Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang
sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis
I. Dampak penyakit kronik terhadap klien
Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya
(Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah :
1. Dampak psikologis
Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu :
a. Klien menjadi pasif
b. Tergantung
c. Kekanak-kanakan
d. Merasa tidak nyaman
e. Bingung
f. Merasa menderita
2. Dampak somatic

Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan
penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya.

3. Dampak terhadap gangguan seksual

Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan
perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual)

4. Dampak gangguan aktivitas

Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social


dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

J. Respon klien
Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-Psiko-
Sosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina,
2009)
1. Kehilangan kesehatan
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien
merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas.
2. Kehilangan kemandirian
Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan
melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan
3. Kehilangan situasi
Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga
4. Kehilangan rasa nyaman
Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti
panas, nyeri, dll
5. Kehilangan fungsi fisik
Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal
ginjal harus dibantu melalui hemodialisa
6. Kehilangan fungsi mental
Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien
mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir
efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional
7. Kehilangan konsep diri
Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan
fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran
serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga
diri rendah
8. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga
K. Perilaku klien
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis
yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu:

a) Penolakan
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti
jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan
memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan
menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan
memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini
belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa
ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image).
b) Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan
sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan
perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan
terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri
yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri.
Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada
individu dengan penyakit kanker.
c) Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit
kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit
jantung mengalami depresi.

Anda mungkin juga menyukai