Anda di halaman 1dari 22

PERMASALAHAN KESEHATAN MASYARAKAT

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh :

Ani Hairani 06151381823031

Andini Sarina 06151281823029

M. Hakim Al Akbar 06151381823030

Soni Anggara 06151181823007

Dosen Pengampu :

1. Dr. Azizah Husin, M.Pd

2. Ardi Saputra S.Pd., M.Sc

Program Studi Pendidikan Masyarakat


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
salah satu tugas dari mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Salawat dan salam tak lupa
pula penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih kepada para dosen pengampu atas pemberian tugas mengenai Permasalahan
Kesehatan Masyarakat.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penyusunan makalah-malakah kedepannya. Besar
harapan kami kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Sekian terima kasih.

Indralaya, 5 Februari 2021

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 2

C. Tujuan.................................................................................................. 2

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................3

2.1 Pola Penyakit dan Penyebab Kematian.............................................. 3

2.2 Masalah Kesehatan di Indonesia........................................................ 5

2.3 Determinan Kesehatan Masyarakat.................................................... 5

2.4 Indikator Kesehatan............................................................................ 7

2.5 Profil Kesehatan .................................................................................8

2.6 Trend Kesehatan................................................................................. 9

2.7 Metode Pengkajian masalah............................................................. 11

BAB III PENUTUP ....................................................................................18

Kesimpulan............................................................................................. 18

Saran....................................................................................................... 18

Daftar Pustaka............................................................................................ 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Pola penyakit memahami bentuk dari penyakit tersebut sehingga memberikan
penjelasan tentang penyebab dari kematian. Penyebab kematian tertinggi akan
menimbulkan permasalahan bagi Indonesia maka dari itu kita juga harus memahami
faktor penyebab dari penyakit tersebut apakah karena faktor lingkungan atau gaya
hidup. Tidak hanya faktor kita juga harus memahami indikator. Yang mana indikator
tersebut berpengaruh dengan permasalahan yang sudah ada.
Untuk mengetahui penyebab penyakit manusia perlu memahai profil
kesehatan yang terdiri bagaimana keadaan penduduk tersebut apakah keadaan
penduduk tersebut yang mempengaruhinya, bagaimana pusat pelayanan kesehatan
yang ada apakah hal tersebut mendukung untuk proses penyembuhan dan profil
kesehatan lainnya semua harus dipahami oleh pendidik masyarakat.
Setelah melihat profil kesehatan masyarakat setempat maka yang harsu
dilakukan melihat trend kesehatan apa saja yang mereka ikuti dan berpengaruh pada
sistem kekebalan tubuh atau kesehatan masyarakat. Pendidikan masyarakat atau
Pendidikan Luar Sekolah dituntut untuk memahami berbagai penyakit yang terjadi di
masyarakat, alumni PLS juga harus mampu melihat permasalahan, mengkaji
permasalah kesehatan masyarakat seperti HL, BLUM, TRIAS, EPID dan GREN
Oleh sebab itu makalah ini kami tulis dengan sebaik-baik nya agar mampu
menambah wawasan bagi alumni PLS dan tetap memberikan kebermanfaatan bagi
orang banyak.

1
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Apa yang dimaksud dengan pola penyakit dan penyebab kematian?
1.2.2. Apa saja permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh Indonesia?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan derteminan kesehatan masyarakat?
1.2.4. Apa yang dimaksud dengan indikator kesehatan masyarakat?
1.2.5. Bagaimana profil kesehatan masyarakat?
1.2.6. Apa saja trend kesehatan masyarakat?
1.2.7. Bagaimana metode pengkajian masalah: HL, BLUM, TRIAS, EPID dan
L GREN?

1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui pola penyakit dan penyebab kematian

1.3.2 Untuk mengetahui masalah kesehatan di indonesia

1.3.3 Untuk mengetahui determinan kesehatan masyarakat

1.3.4 Untuk mengetahui indikator kesehatan masyarakat

1.3.5 Untuk mengetahui profil kesehatan masyarakat

1.3.6 Untuk mengetahui trend kesehatan di masyarakat

1.3.7 Untuk mengetahui metode pengkajian masalah: HL, BLUM, TRIAS EPID

dan L Gren

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pola Penyakit dan Penyebab Kematian
21.1 Pola Penyakit
Menurut Wikipedia Bahasa Indonesia yang dimaksud dengan pola adalah
bentuk atau model yang memiliki keteraturan, baik dalam desain maupun gagasan
abstrak. Unsur pembentuk pola disusun secara berulang dalam aturan tertentu
sehingga dapat diprakirakan kelanjutannya.

Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi epidemiologi,
yaitu mengenai konsep perubahan pola kesehatan dan penyakit. Sedangkan yang
dimaksud dengan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang pola
penyebaran penyakit atau kejadian yang berhubungan dengan kesehatan, beserta
faktor-faktor yang dapat memengaruhi kejadian tersebut. Perubahan pola penyakit
sangat dipengaruhi oleh keadaan demografi (pendidikan, umur, dan jenis kelamin),
sosial ekonomi (pendapatan) dan sosial budaya (Rahajeng, 2012).

2.1.2 Penyebab Kematian


Definisi kematian menurut UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117,
kematian didefinisikan sebagai “Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem
jantung-sirkulasi dan sistem pernapasan terbukti telah berhenti secara permanen, atau
apabila kematian batang otak telah terbuktikan.” Berdasarkan hukum, seseorang
dianggap telah mati apabila tubuhnya tidak dapat lagi bekerja. Hal ini dibuktikan
secara medis dengan cara memeriksa fungsi sistem jantung-sirkulasi dan sistem
pernapasan telah sepenuhnya tidak bekerja dan kematian batang otak. Dalam Islam
kematian adalah berakhirnya kehidupan duniawi dan awal dari kehidupan setelah
kematian. Hal ini dijelaskan dalam ayat suci Al-Qur’an bahwa kehidupan duniawi
sebagai ujian serta persiapan untuk akhirat. “Sesungguhnya kematian itu akan
menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada Allah yang mengetahui
yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu
kerjakan.” (QS Haqqah: 27).

Setelah memahami tentang definisi kematian baik secara hukum dan agama
lalu pertanyaannya apa yang menjadi penyebab kematian itu sendiri nah menurut data
WHO pada tahun 2008 kematian terbesar di dunia disebabnkan oleh penyakit tidak

3
menular akibat gaya hidup yang tidak sehat. Secara umum Penyakit Tidak Menular
(PTM) merupakan penyakit yang bukan disebabkan oleh proses infeksi (tidak
infeksius) dan tidak dapat berpindah dari satu orang ke orang lain. Menurut Maryani
faktor risiko penyakit tidak menular dipengaruhi oleh kemajuan era globalisasi yang
telah mengubah cara pandang penduduk dunia dan melahirkan kebiasaan-kebiasaan
baru yang tidak sesuai dengan gaya hidup sehat. (Maryani dan Rizki, 2010). Tidak
hanya menurut Maryani, Kementrian Kesehatan RI juga mengungkapkan hal yang
sama tentang gaya hidup mempengaruhi penyebab PTM. Dari data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan bahwa 95,5% masyarakat Indonesia
kurang mengonsumsi sayur dan buah. Kemudian 33,5% masyarakat kurang aktivitas
fisik, 29,3% masyarakat usia produktif merokok setiap hari, 31% mengalami obesitas
sentral serta 21,8% terjadi obesitas pada dewasa. Menurut Cut Putri Ariane
Kementerian Kesehatan Indonesia pada tahun 2018 menyebutkan sebelum pandemi,
Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan penyakit katastropik dengan penyebab
kematian tertinggi di Indonesia. Hal ini mengakitbatkan hilangnya hari produktif bagi
penderita dan pendamping. “Kalau kita lihat, jantung koroner merupakan penyakit
penyebab kematian tertinggi, diikuti kanker, Diabetes militus dengan komplikasi, ada
tuberculosis, kemudian PPOK,'' kata Cut di Graha BNPB, Jakarta.

Selain disebabkan oleh penyakit tidak menular kematian juga disebabkan oleh
pemyakit menular seperti HIP/AIDS, TB, Malaria, Pneumonia dan hampir seluruh
dunia penyebab kematian juga disebabkan oleh Corona Virus (Covid-19) yaitu virus
jenis baru dari coronavirus (kelompok virus yang menginfeksi sistem pernapasan).
Infeksi virus Corona bisa menyebabkan infeksi pernapasan ringan sampai sedang,
seperti flu, atau infeksi sistem pernapasan dan paru-paru, seperti pneumonia. Total
kematian diseluruh dunia pada tanggal 07 bulan maret 2021 diakibatkan oleh Covid-
19 yakni berjumlah 2,59 juta jiwa. Sedangkan di Indonesia sendiri jumlah kematian
disebabkan oleh virus corona yakni 37.154 jiwa.

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa penyebab kematian terbesar


di Negara Republik Indonesia disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular dan juga
Penyakit Menular. Penyakit tidak menular seperti diabetes militus, kanker, asma
bronchia, kelompok penyakit jantung dan pembuluh darah. Penyakit menular seperti
TB, DBD, Malaria dan penyakit yang disebabkan oleh virus tertentu.

4
2.2 Masalah Kesehatan di Indonesia
Menurut Siswanto Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kemenkes RI yang disampaikan pada kuliah tamu di Fakultas Kesehatan Masyarakat,
UNAIR, 27 Februari 2020 menyebutkan masalah kesehatan masyarakat sampai saat
ini masih menjadi perhatian bagi pemerintah yakni sebagai berikut:

1. Angka kematian bayi masih tinggi

2. Penyakit tidak menular (PTM) seperti stoker, ginjal kronis, kanker, hipertensi,
diabates dan penyakit lainnya.

3. Penyakit menular (PM) seperti TB, HIV/AIDS dan penyakit COVID-19.

4. Stunting

5. Tembakau seperti merokok bagi remaja

6. Penyalagunaan obat

7. Kesehatan kerja belum terlalu di fokuskan

8. Akses Yankes beberapa Provinsi masih masih kategori sulit dan sangat sulit
(Indonesia Timur)

9. Akreditasi Puskesmas didominasi oleh Level Madya dan Dasar; Untuk Rumah
Sakit masih banyak yang pada level Perdana (47%)

10. Masalah dokter spesialis PTM

11. Masalah biaya atau dana kesehatan

2.3 Determinan Kesehatan Masyarakat


Secara umum determinan kesehatan adalah faktor yang mempengaruhi
kesehatan sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) determinan
adalah faktor yang menentukan. Jadi dapat disimpulkan bahwa determinan kesehatan
adalah faktor yang menentukan atau mempengaruhi kesehatan dan penyebab
kesehatan. Menurut teori klasik yang dikembangkan oleh Bloom (1974) mengatakan
bahwa adanya 4 determinan utama yang mempengaruhi derajat kesehatan individu,
kelompok atau masyarakat yakni sebagai berikut:

5
1. Gaya Hidup

Perilaku hidup sehat dapat mempengaruhi kesehatan individu menurut beberapa


ahli yang sudah dijelaskan bahwa gaya hidup yang tidak sehat dapat berdampak
buruk bagi kesahatan bahkan kematian. Apa lagi pada usia remaja maka
dampaknya akan sangat besar ketika sudah mulai masuk ke usia dewasa hal ini
selaras dengan penelitian Rosanti (2012) yang menjelaskan bahwa hadirnya gaya
hidup tidak sehat pada masa anak-anak dan remaja dapat berdampak buruk bagi
kesehatan mereka di masa yang akan datang, salah satunya adalah meningkatkan
risiko terjadinya penyakit tidak menular

2. Lingkungan

Lingkungan yang memiliki sanitasi buruk dapat menjadi sumber berkembangnya


penyakit. Hal ini sangat jelas membahayakan kesehatan masyarakat. Determinan
lingkungan ini lebih lanjut dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yakni
lingkungan fisik (cuaca, iklim, sarana dan parasarana, dan sebagainya), dan
lingkungan non fisik,seperti lingkungan sosial, budaya, ekonomi, politik, dan
sebagianya.

3. Pelayanan kesehatan

Kondisi pelayanan kesehatan yang baik dapat mempengaruhi teratasinya masalah


kesehatan yang ada seperti mencegahnya perkembangan penyakit DBD, Stunting
atau penyakit lainnya. Dalam hal ini dapat diartikan bahwa pelayanan kesehatan
juga menunjang derajat kesehatan masyarakt

4. Faktor Genetik

Faktor genetik/keturunan berpengaruh pada derajat keehatan. Hal ini dikarenkan


ada beberapa penyakit yang diturunkan lewat genetik atau faktor yang telah ada
pada diri manusia sejak lahir semisal penyakit keturunan diantaranya diabetes
melitus, asma, epilepsy, kelenjar getah bening dan penyakit lainnya oleh karena
itu menjaga kesehatan penting dilakukan dengan selalu menerapkan ke 3 faktor
penentu kesehatan yakni gaya hidup yang baik, lingkungan yang bersih dan
selalu mendapatkan pelayanan kesehatan yang cukup.

6
Faktor-faktor atau determinan-determinan yang menentukan atau
mempengaruhi kesehatan baik individu, kelompok atau masyarakat ini, dalam Piagam
Otawa (Ottawa Charter). Piagam Ottawa, 1986 mengidentifikasikanprasayarat untuk
kesehatan ini dalam 9 faktor, yakni:

1. Perdamaian atau keamanan

2. Tempat Tinggal

3. Pendidikan

4. Makanan

5. Pendapatan

6. Ekosistem yang seimbang dan stabil

7. Sumber daya yang berkesinambungan

8. Keadilan sosial

9. Pemerataan

2.4 Indikator Kesehatan

Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah Human Development


Index (HDI)/ Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari indeks ekonomi
(pendapatan riil per kapita), indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama sekolah),
dan indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir). Untuk menentukan peringkat
kabupaten/kota dalam pembangunan kesehatan disusunlah Indeks Pembangunan
Kesehatan Masyarakat (IPKM) yaitu indikator komposit yang menggambarkan
kemajuan pembangunan kesehatan, dirumuskan dari data kesehatan berbasis
komunitas yaitu Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), Survei Sosial Ekonomi Nasional
(Susenas), dan Survei Potensi Desa (Podes).

Ada 24 indikator kesehatan yang digunakan dalam IPKM dengan nilai korelasi
UHH yang tertinggi. Indikator kesehatan tersebut adalah prevalensi balita gizi buruk
dan kurang, prevalensi balita sangat pendek dan pendek, prevalensi balita sangat
kurus dan kurus, prevalensi balita gemuk, prevalensi diare, prevalensi pnemonia,

7
prevalensi hipertensi, prevalensi gangguan mental, prevalensi asma, prevalensi
penyakit gigi dan mulut, prevalensi disabilitas, prevalensi cedera, prevalensi penyakit
sendi, prevalensi ISPA, proporsi perilaku cuci tangan, proporsi merokok tiap hari,
akses air bersih, akses sanitasi, cakupan persalinan oleh nakes, cakupan pemeriksaan
neonatal-1, cakupan imunisasi lengkap, cakupan penimbangan balita, ratio
Dokter/Puskesmas, dan ratio bidan/desa. Demikian paparan Dr. dr. Trihono, M.Sc
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) saat temu media,
Jum’at, 26 November 2010, di Jakarta. Hadir dalam kesempatan tersebut Prof.
Purnawan Junadi dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM-
UI).

Kabupaten/kota mempunyai masalah kesehatan yang berbeda, bergantung


kepada keadaan 24 indikator kesehatan yang masuk dalam IPKM. Kesehatan
berhubungan erat dengan kemiskinan. Secara keseluruhan IPKM juga berhubungan
dengan proporsi penduduk miskin per kab/kota. Namun tidak semua kab/kota yang
miskin berada pada peringkat kesehatan yang buruk, begitu pula sebaliknya. IPKM
kota tidak berhubungan dengan kemiskinan dan tidak termasuk daerah tertinggal.

2.5 Profil Kesehatan


Dalam Profil Kesehatan Indonesia tahun 2018 oleh KEMENTERIAN
KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019. menyebutkan beberapa profil
kesehatan yakni terdiri dari:

1. Demografi yakni membahas tentang keadaan penduduk di Indonesia, jumlah


penduduk, bagaimana keadaan penduduk, keadaan ekonomi, keadaan pendidikan
dan indeks pembangunan manusia. Semua itu dijelaskan secara menyeluruh dan
mendalam agar dapat membantu mengetahui kesehatan masyarakat.
2. Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan UKBM yakni membahas tentang pusat
kesehatan masyarakat seperti puskesmas, klinik, praktik mandiri tenaga
kesehatan, rumah sakit, unit transfusi darah (UTD), saranan kefarmasian dan alat
kesehatan dan upaya kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM).
3. SDM Kesehatan yakni mencangkup pokok bahasan yang harus difahami oleh
alumni PLS yakni jumlah tenaga kesehatan di puskesmas, tenaga kesehatan di
rumah sakit, tenaga kesehatan di Daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).
tidak hanya itu SDM kesehatan harus juga memperhatikan registrasi tenaga

8
kesehatan, pendayagunaan tenaga kesehatan, dan institusi pendidikan tenaga
kesehatan politeknik kesehatan.
4. Pembiayaan Kesehatan mencangkup anggaran Kementerian Kesehatan, dana
dekonsentrasi dan dana alokasi khusus bidang kesehatan tahun anggran 2018,
belanja kesehatan dan jaminan kesehatan.
5. Kesehatan Keluarga.
Kesehatan keluarga mencangkup yakni kesehatan IBU hamil terdiri dari
pelayanan kesehatan Ibu hamil, pelayanan imunisasi tetanus toksoid difteri bagi
wanita usia sbur, pelayanan kesehatan ibu bersalin, pelayanan kesehatan ibu nifas,
puskesmas melaksanakan kelas Ibu hamil dan program perencanaan persalinan
dan pencegahan komplikasi (P4K). Kesehatan anak, kesehatan usia lanjut dan
GIZI.
6. Pengendalian Penyakit. Pengedalian penyakit mecangkup penyakit menular,
penyakit yang dapat dicegah dengan imuniasi (PD31), penyakit tular vektor dan
zoonosis, penyakit tidak menular, kesehatan jiwa dan nafza, dampak kesehatan
akibat bencana dan pelayanan kesehatan haji.
7. Kesehatan Lingkungan yakni mencangkup sanitasi total berbasis masyarkat,
tatanan kawasan sehat, air minum, akses sanitasi layak, tempat-tempat umum
(TTU) yang memenuhi syarat kesehatan, tempat pengelolaan makanan (TPM),
pemenuhan kualitas kesehatan lingkungan, pengelolaan limbah medis, kebijakan
perilaku hidup bersih dan sehat, gerakan masyarakat sehat dan perumahan.

2.6 Trend Kesehatan

2.6.1 Definisi Trend


Trend adalah hal yang sangat mendasar dalam berbagai pendekatan analisa, tren
juga dapat di definisikan salah satu gambaran ataupun informasi yang terjadi pada
saat ini yang biasanya sedang popular di kalangan masyarakat. Trend adalah sesuatu
yang sedang di bicarakan oleh banyak orang saat ini dan kejadiannya berdasarkan
fakta. Salah satu trend yang ada yakni trend di Keperawatan. Berikut penjelasanya
Perkembangan trend keperawatan medikal bedah di Indonesia terjadi dalam
berbagai bidang yang meliputi:
1. Telenursing (Pelayanan Asuhan Keperawatan Jarak Jauh)

9
Menurut Martono, telenursing (pelayanan asuhan keperawatan jarak jauh) adalah
upaya penggunaan tehnologi informasi dalam memberikan pelayanan
keperawatan dalam bagian pelayanan kesehatan dimana ada jarak secara fisik
yang jauh antara perawat dan pasien, atau antara beberapa perawat. Keuntungan
dari teknologi ini yaitu mengurangi biaya kesehatan, jangkauan tanpa batas akan
layanan kesehatan, mengurangi kunjungan dan masa hari rawat, meningkatkan
pelayanan pasien sakit kronis, mengembangkan model pendidikan keperawatan
berbasis multimedia (Britton, Keehner, Still & Walden 1999). Tetapi sistem ini
justru akan mengurangi intensitas interaksi antara perawat dan klien dalam
menjalin hubungan terapieutik sehingga konsep perawatan secara holistik akan
sedikit tersentuh oleh ners. Sistem ini baru diterapkan dibeberapa rumah sakit di
Indonesia, seperti di Rumah Sakit Internasional. Hal ini disebabkan karena
kurang meratanya penguasaan teknik informasi oleh tenaga keperawatan serta
sarana prasarana yang masih belum memadai.

2. Aplikasi telenursing

Aplikasi telenursing tersedia di rumah, rumah sakit, melalui telenursing centre


dan melalui unit mobile. Telepon triage dan home care saat ini merupakan
aplikasi yang tumbuh yang paling cepat. Perawat home care menggunakan
sistem yang memberikan ijin untuk melakukan monitoring parameter fisiologi di
rumah, seperti tekanan darah, glukosa darah, pernapasan, dan menimbang berat
badan, via internet. Melalui sistem video interaktif, pasien menghubungi perawat
bertugas dan menyusun suatu konsultasi melalui video untuk menunjukkan
permasalahan yang dihadapi; sebagai contoh, bagaimana cara mengganti balutan
luka, memberi suntikan hormon insulin atau mendiskusikan peningkatan nafas
pendek (sesak nafas). Hal ini sangat membantu orang dewasa dan anak-anak
dengan kondisi-kondisi kronis dan macam-macam penyakit yang melemahkan,
terutama sekali mereka yang mempunyai cardiopulmonary diseases.

Telenursing melalui telepon triage dan home care merupakan bentuk aplikasi
yang berkembang pesat saat ini. Dalam perawatan pasien di rumah, maka
perawat dapat memonitor tanda-tanda vital pasien seperti tekanan darah, gula
darah, berat badan, peak flow pernapasan pasien melalui internet. Dengan
melakukan video conference, pasien dapat berkonsultasi dalam perawatan luka,
10
injeksi insulin dan penatalaksanaan sesak napas. Pada akhirnya telenursing dapat
meningkatkan partisipasi aktif pasien dan keluarga, terutama dalam manajemen
pribadi penyakit kronik. Dapat memberikan pelayanan akurat, cepat dan
dukungan online, perawatan yang berkelanjutan dan kontak antara perawat dan
pasien yang tidak terbatas.

3. keuntungan telenursing

Keuntungan dari telenursing sebagai berikut:

1. Telenursing membantu pasien dan keluarganya untuk berpartisipasi aktif dalam


perawatan, terutama sekali untuk self management pada penyakit kronis. Hal itu
memungkinkan perawat untuk menyediakan informasi secara akurat dan tepat
waktu dan memberikan dukungan secara langsung (online).
2. Dapat menjadi jalan keluar kurangnya jumlah perawat (terutama di negara maju),
mengurangi jarak tempuh, menghemat waktu tempuh menuju pelayanan
kesehatan, mengurangi jumlah hari rawat dan jumlah pasien di RS.
3. Telenursing dapat mengurangi biaya perawatan, mengurangi hari rawat di RS,
peningkatan jumlah cakupan pelayanan keperawatan dalam jumlah yang lebih
luas dan merata, dan meningkatkan mutu pelayanan perawatan di rumah (home
care).
4. Aplikasi telenursing juga dapat diterapkan dalam model hotline/call centre yang
dikelola organisasi keperawatan, untuk melakukan triage pasien, dengan
memberikan informasi dan konseling dalam mengatur kunjungan RS dan
mengurangi kedatangan pasien di ruang gawat darurat. Telenursing juga dapat
digunakan dalam aktifitas penyuluhan kesehatan, telekonsultasi keperawatan,
pemeriksaan hasil lab dan uji diagnostik, dan membantu dokter dalam
mengimplementasikan protokol penanganan medis.

2.6 Metode Pengkajian Masalah


2.6.1 HL
Teori Health Belief Model (HBM). Menurut Becker, terdapat 4 komponen yang
terlibat dalam tindakan seseorang untuk berprilaku yang berhubungan dengan
kesehatan yakni:

11
1) Kerentanan yang dirasakan individu. Suatu tindakan pencegahan atau pengobatan
terhadap suatu penyakit akan timbul bila seseorang telah merasakan bahwa ia
atau keluarganya rentan terhadap penyakit tersebut.

2) Keseriusan yang dirasakan individu. Tindakan individu untuk mencari


pengobatan dan pencegahan penyakit akan didorong oleh keseriusan penyakit
tesebut yang dirasakan oleh individu.

3) Manfaat dan hambatan yang dirasakan individu. Apabila individu merasa dirinya
rentan terhadap penyakit yang dianggap gawat (serius), ia akan melakukan suatu
tindakan tertentu. Tindakan ini akan tergantung manfaat yang dirasakan dan
rintangan yang ditemukan dalam mengambil tindakan tersebut. Pada umumnya
manfaat tindakan lebih menentukan daripada rintangan yang mungkin ditemukan
didalam melakukan tindakan tersebut.

4) Isyarat atau informasi melalui pesan dari media informasi. Untuk mendapatkan
tingkat penerimaan yang bener tentang kerentanan, kegawatan, dan manfaat
tindakan, maka diperlukan isyarat-isyarat yang berupa faktor-faktor eksternal
misalnya pesan-pesan media massa.

2.6.2 Blum
Untuk menciptakan kondisi yang sehat diperlukan suatu keseimbangan dalam
menjaga kesehatan tubuh. Konsep H.L Blum menjelaskan ada empat faktor utama
yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat yang terdiri dari faktor gaya hidup
(life style), faktor lingkungan (fisik, biologik, sosial, ekonomi, budaya), faktor
pelayanan kesehatan (jenis cakupan dan kualitasnya) dan faktor genetik (keturunan).
Keempat faktor tersebut saling berinteraksi yang mempengaruhi kesehatan
perorangan dan derajat kesehatan masyarakat. Diantara faktor tersebut gaya hidup
manusia merupakan faktor determinan yang paling besar dan paling sukar
ditanggulangi, disusul dengan faktor lingkungan. Hal ini disebabkan karena faktor
gaya hidup yang lebih dominan dibandingkan dengan faktor lingkungan karena
lingkungan hidup manusia juga sangat dipengaruhi oleh gaya hidup masyarakat.12

Berikut ini gambar konsep H.L Blum yang menggambarkan status kesehatan
seseorang dipengaruhi oleh empat faktor

12
1. Perilaku
Perilaku merupakan faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan masyarakat
karena sehat atau tidak sehatnya individu, keluarga dan masyarakat sangat
tergantung pada perilaku manusia itu sendiri. Gaya hidup sehat adalah segala
upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang
sehat dan menghindari kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Gaya
hidup tidak sehat dapat menurunkan status kesehatan, begitu pula sebaliknya
2. Lingkungan
Faktor lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan masyarakat.
Lingkungan sangat bervariasi, umumnya digolongkan menjadi dua kategori,
yaitu yang berhubungan dengan aspek fisik dan sosial. Lingkungan yang
berhubungan dengan aspek fisik contohnya sampah, air, udara, tanah, iklim,
perumahan, sedangkan lingkungan sosial merupakan hasil interaksi antar
manusia seperti kebudayaan, pendidikan, ekonomi, dan sebagainya.
Berikut ini termasuk kedalam faktor lingkungan antara lain sebagai berikut:
a. Poverty, Affluaence and Race
Orang yang miskin akan lebih miskin dalam kesehatan. Secara umum
digambarkan bahwa orang yang miskin maka akan memiliki status kesehatan
yang negatif.
b. Economic Development and Fluktuation

Status kesehatan pada daerah yang belum berkembang lebih baik jika
dibandingkan dengan daerah yang sudah maju. Pola pekerjaan, perpindahan,
inflasi, perubahan budaya yang cepat, kehilangan pekerjaan, hubungan sosial,
kondisi stress, merupakan indikator pada proses dan kebijakan ekonomi dalam
penentuan status kesehatan. Kehilangan pekerjaan permanen dapat menurunkan
optimisme masa depan yang akan berpengaruh terhadap penurunan kesehatan
somatik, fisik maupun sosial.

c. Education

Terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan dan pendidikan dengan


angka kematian dan kesakitan

3. Pelayanan kesehatan

13
Pelayanan kesehatan merupakan faktor ketiga yang mempengaruhi derajat
kesehatan masyarakat karena keberadaan fasilitas kesehatan sangat menentukan
dalam pelayanan pemulihan kesehatan, pencegahan terhadap penyakit, dan
pengobatan. Ketersediaan fasilitas kesehatan dipengaruhi oleh lokasi, apakah dapat
dijangkau atau tidak, tenaga kesehatan pemberi pelayanan, informasi dan motivasi
masyarakat untuk mendatangi fasilitas kesehatan untuk memperoleh pelayanan serta
program pelayanan kesehatan itu sendiri apakah sesuai dengan kebutuhan masyarakat
yang memerlukan.

Akhir-akhir ini banyak orang termasuk peneliti melakukan peningkatan status


kesehatan dengan memanfaatkan pelayanan kesehaan yang ada. Disamping adanya
bukti klinis tentang manfaat yang semakin baik dari berbagai macam pengobatan
yang disediakan, masih banyak pertentangn atau kontroversi bagi dokter peneliti yang
dihubungkan dengan peningkatan status kesehatan dan peningkatan kemampuan
bertahan hidup. Mungkin lebih dari separo pelayanan kesehatan ditujukan untuk
perawatan atau pengobatan yang mungkin meningkatkan fungsi atau kemampuan dan
membebaskan pasien dari rasa tidak nyaman tetapi sebenarnya tidak menyembuhkan
penyakit atau memperbaiki kesehatannya.

2.6.3 Trias Epid


Pajanan lingkungan yang semakin meningkat diketahui dapat mengakibatkan
gangguan pada kulit, misalnya radiasi ultraviolet, cuaca dan iklim, bahan kimia serta
infeksi, sehingga penelitian pada bidang ini menjadi semakin berkembang. Temuan
mengenai interaksi antara kulit dan lingkungan menghadirkan suatu ide dan tantangan
baru untuk diteliti. Sebagai contohnya, proses penuaan dan karsinogenesis pada kulit
yang terjadi akibat faktor genetik dan lingkungan. Penyakit lain seperti infeksi kulit,
dermatitis kontak, pemfigus, psoriasis, dan penyakit virus juga dikaitkan dengan
interaksi antara genetik, imunologis, dan lingkungan. Pada beberapa tahun terakhir,
melalui kemajuan teknologi peneliti dapat melakukan investigasi lebih lanjut
mengenai respons kulit terhadap elemen genomik dan faktor lingkungan dari sisi
biologi selular, serta eksplorasi lebih dalam tentang proses biokimiawi yang terlibat
dan meneliti faktor imunologik yang mendasari berbagai variasi respons kulit
terhadap lingkungan.

14
Penyakit autoimun dapat terjadi secara sistemik atau spesifik terhadap jaringan
tertentu. Namun, seluruh bentuk autoimun terjadi akibat gangguan keseimbangan
sistem imun pada host. Sistem imun normal dirancang untuk mengenal dan bereaksi
terhadap berbagai patogen asing dan tidak berespons terhadap jaringan host (seperti
self-antigen). Kemampuan untuk mempertahankan hidup dengan sistem imun normal
ini dikenal sebagai toleransi. Meskipun limfosit spesifik terhadap self-antigen
beregenerasi secara reguler di timus, banyak sel ini dihancurkan sebelum
menyelesaikan proses maturasi. Individu sehat memiliki sel T yang berpotensi
memiliki respons imun patogen yang dapat menyerang antigennya sendiri, tetapi
umumnya tidak terjadi penyakit autoimun karena mekanisme regulasi yang bekerja
untuk menekan respons, sehingga mempertahankan toleransi imun terhadap sel host
itu sendiri. Temuan ini menghasilkan perubahan paradigma pada berbagai proses
autoimun. Penyakit autoimun tidak lagi diduga dicetuskan oleh gangguan sinyal
semata yang menghasilkan berbagai sel yang saling merusak, namun kemungkinan
diakibatkan oleh gangguan untuk mengontrol sel-sel tersebut. Seperti analogi
kendaraan, autoimun tidak diakibatkan karena menginjak pedal gas, namun terjadi
karena melepaskan pijakan rem. Rangkaian mekanisme untuk menekan proses
penyerangan terhadap sel host merupakan poin penting untuk memahami patogenesis
autoimunitas, dan dengan eksploitasi bidang terapeutik akan menghasilkan
keuntungan melalui pendekatan terapi target baru yang spesifik terkait penyakit
autoimun dan penyakit inflamasi lain.

Pengobatan bertujuan untuk ‘menenangkan’ sistem imun, dan prednison


umumnya menjadi lini pertama. Beberapa pasien mengalami efek simpang yang
ditimbulkan oleh steroid, misalnya tekanan darah tinggi, kenaikan berat badan,
penipisan kulit, osteoporosis, dan kenaikan kadar gula darah, sehingga dibutuhkan
terapi alternatif. Pada edisi MDVI ini, dipublikasikan berbagai temuan riset yang
mutakhir, mulai bidang biologi molekular hingga tatalaksana secara spesifik, yang
dibahas secara menyeluruh. Tentunya akan memberikan wawasan baru bagi para
dokter dermatologi dan venereologi Indonesia yang mencari pemahaman yang lebih
baik tentang patomekanisme penyakit dan strategi terapi alternatif yang tersedia,
dengan tujuan menyehatkan bangsa.

15
2.6.5 L Gren
Teori Lawrence Green merupakan salah satu teori perilaku yang dapat
digunakan dalam mendiagnosis masalah kesehatan ataupun sebagai alat untuk
merencanakan suatu kegiatan perencanaan kesehatan. Menurut Lawrence Green,
kegiatan perencanaan kesehatandengan diagnosa model pendekatan sebagai berikut:

1. Diagnosa sosial

Adalah proses penentuan persepsi seseorang terhadap kebutuhan dan kualitas


hidupnya. Partisipasi masyarakat adalah sebuah konsep pondasi dalam
diagnosis sosial.

2. Diagnosa kesehatan

Masalah kesehatan merupakan hal yang sangat berpengaruh terhadap kualitas


hidup seseorang, baik langsung maupun tidak langsung.

3. Diagnosa perilaku dan lingkungan

Pada fase ini terdiri dari 5 tahapan, antara lain: membedakan penyebab perilaku
dan non perilaku, menghilangkan penyebab non perilaku yang tidak bisa
diubah; melihat important faktor lingkungan, melihat changeability faktor
lingkungan dan memilih target lingkungan.

4. Diagnosa pendidikan dan organisasi

Mengidentifikasi kondisi-kondisi perilaku dan lingkungan yang status


kesehatan atau kualitas hidup.

Berdasarkan teori Lawrence Green faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku


disebabkan 3 faktor utama yaitu

1. Predisposing factors

Predisposing factors mencakup pengetahuan, sikap masyarakat terhadap


kesehatan, tradisi atau keyakinan masyarakat, kepercayaan masyarakat terhadap
hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut masyarakat
maupun faktor–faktor demografi (umur, tingkat pendidikan, pekerjaan dan
pendapatan).

2. Faktor-enabling factors

16
Enabling factors mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
kesehatan bagi masyarakat untuk berperilaku sehat masyarakat memerlukan
sarana dan prasarana pendukung, Fasilitas pelayanan kesehatan yang memadai
contohnya seperti Puskesmas, rumah sakit yang pada hakekatnya mendukung
untuk mewujudkan perilaku kesehatan, kemudahan dalam memanfaatkan dan
memperoleh sumber daya kesehatan seperti jarak rumah ke tempat pelayanan
kesehatan mudah dijangkau, adanya hukum yang mengatur tentang kesehatan,
peraturan pemerintah tentang kesehatan dan adanya pemajanan media informasi
yang memadai

3. Reinforcing factor

Reinforcing factors meliputi jumlah anak dalam rumah tangga, keluarga, teman
atau kerabat, kepala keluarga, guru atau pengajar, petugas kesehatan, kader
Posyandu, tokoh masyarakat, tokoh agama yang mempengaruhi sikap dan prilaku
terhadap kesehatan. Pada umumnya kita mengharapkan adanya urutan sebagai
berikut: Seseorang memiliki alasan, dorongan (impulse), atau motivasi awal
(predisposing factor) untuk melakukan suatu tindakan atau perilaku.

17
BAB III
3.1 Kesimpulan
Pola penyakit saat ini dapat dipahami dalam rangka transisi epidemiologi, yaitu
mengenai konsep perubahan pola kesehatan dan penyaki. Penyebab kematian
disebabkan oleh penyakit tidak menular dan juga penyakit menular. Hal ini
menimbulkan permasalahan kesehatan di Indonesia yakni angka kematian bayi masih
tinggi, penyakit tidak menular (PTM) seperti stoker, ginjal kronis, kanker, hipertensi,
diabates dan penyakit lainnya, penyakit menular (PM) seperti TB, HIV/AIDS dan
penyakit COVID-19, stunting, tembakau seperti merokok bagi remaja, penyalagunaan
obat, kesehatan kerja belum terlalu di fokuskan, akses Yankes beberapa Provinsi
masih masih kategori sulit dan sangat sulit (Indonesia Timur), akreditasi Puskesmas
didominasi oleh Level Madya dan Dasar; Untuk Rumah Sakit masih banyak yang
pada level Perdana (47%), masalah dokter spesialis PTM dan asalah biaya atau dana
kesehatan. Disebabkan oleh bebrapa faktor yakni lingkungan, gaya hidup, pelayanan
kesehatan dan faktor genetik. Salah satu indikator penting dalam pembangunan adalah
Human Development Index (HDI)/ Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang terdiri dari
indeks ekonomi (pendapatan riil per kapita), indeks pendidikan (angka melek huruf dan lama
sekolah), dan indeks kesehatan (umur harapan hidup waktu lahir).

Dengan selalu memperhatikan profil kesehatan dalam Profil Kesehatan Indonesia


tahun 2018 oleh KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA 2019
terdiri dari 7 pokok bahasan yang harus difahami oleh Alumni PLS nantinya. HL,
BLUM, TRIAS, EPID dan L GREN merupakan permasalahan yang ada di
masyarakat dan perluh pengkajian lebih lanjut agar dapat terpecahkan

3.2 Saran
Sebagai pendidik bagi masyarakat maka yang harus kita lakukan adalah terus belajar
tentang masyarakat itu sendiri baik kesehatanya, penyebab kematia dan profil
kesehatan intinya semua yang berkaitan dengan masyarakat harus kita kuasai. Maka
dari itu kami sebagai anggota kelompok ingin meminta saran yang membangun agar
apa yang kami berikan tidak sia-sia

18
Daftar Pustaka
Biro Komunikasi dan Pelayanan Masyarakat, Kementerian Kesehatan RI. 4 Juli
(2020). Hotline Virus Corona 119 ext 9. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.
https://www.kemkes.go.id/article/view/20070400003/penyakit-tidak-menular-
kini-ancam-usia-muda.html

UU no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 117

Ayat Suci Al-Qur’an Q.S Haqqah: 27

Siswanto.(2020). ISU TERKINI DAN AREA RISET BIDANG KESEHATAN


MASYARAKAT. Surabaya: Fakultas Kesehatan Masyarakat

Pusat Promkes Depkes RI & Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
(2009). Promosi Kesehatan Komitmen Global dari Ottawa Nairobi Menuju
Rakyat Sehat. Jakarata: FKM-UI.

Oscar Primadi. 2019. Profil Kesehatan Indonesia 2018. Jakarta : Kementerian


Kesehatan RI. 2019.

19

Anda mungkin juga menyukai