Anda di halaman 1dari 16

SISTEM INFORMASI SPASIAL

SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kesehatan merupakan salah satu faktor penting dalam kehidupan

masyarakat dan perlu mendapat perhatian khusus. Sehingga pembangunan

kesehatan menjadi bagian terpenting dari pembangunan sosial, yang bertujuan

untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi

setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Untuk

memperlancar pelaksanaan pokok-pokok program pembangunan jangka

panjang bidang kesehatan, unsur-unsur sumber daya yang mencakup sumber

daya manusia, fasilitas, dana, dan penggerakan pelaksanaan yang mencakup

organisasi, motivasi kerja sama intra dan intersektoral, bimbingan,

pengawasan, pengendalian dan penilaian, merupakan hal-hal yang sangat

penting diperhatikan.

Selain itu, hak atas kesehatan setiap warga negara Indonesia telah

dijamin oleh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu pasal 28H ayat 1 ,

menyatakan bahwa Setiap orang berhak untuk hidup sejahtera lahir batin,

bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat,

serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Selanjutnya pada pasal 34

ayat 3 dinyatakan bahwa Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas

pelayanan kesehatan dan pelayanan umum yang layak. Dalam

menyelenggarakan amanat undang-undang tersebut maka penyelenggaraan

urusan kesehatan tersebut dilakukan dengan sinergi antara pemerintah pusat

dan pemerintah daerah salah satunya yaitu pelayanan kesehatan dengan

menetapkan fasilitas kesehatan berupa rumah sakit dan puskesmas.

Laporan Akhir 1
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

Sejalan dengan tujuan pembangunan kesehatan yakni penyediaan

fasilitas kesehatan dalam percepatan pencapaian derajat kesehatan

masyarakat yang optimal, maka Pemerintah Daerahsenantisa berupaya

mendekatkan kesehatan kepada masyarakat melaluiberbagai pelayanan

berupa tenaga kesehatan dan fasilitas yang bermutu, merata dan terjangkau.

Salah satu bentuk penyediaan fasilitas. Pemantapan dan pengembangan

sistem informasi kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari

kebijaksanaan pelaksanaan kesehatan. Pemantapan dan pengembangan ini

diharapkan dapat menunjang sepenuhnya pelaksanaan, manajemen dan

pengembangan upaya kesehatan, melalui penggunaan teknologi yang

sederhana sampai yang mutakhir. Karenanya kemampuan untuk

mendapatkan, mengolah menganalisis dan memanfaatkan informasi kesehatan

sangat diperlukan. Seiring dengan berjalannya waktu banyak hal yang telah

diciptakan dan dikembangkan sehingga dapat mendayagunakan komputer

secara optimal di berbagai bidang yang salah satunya adalah dalam bidang

geografi. Pendayagunaan komputer yaitu dengan mengembangkan sebuah

sistem terpadu yang memiliki banyak fasilitas dan dapat membantu dalam

mengolah, memproses, menyimpan serta mengorganisasikan informasi

geografi.

Perkembangan teknologi informasi tersebut telah membawa perubahan

baru dalam perilaku masyarakat dalam segala aktivitas keseharian baik

aktivitas pribadi maupun aktivitas sebuah lembaga/instansi/perusahaan.

Kecenderungan masyarakat Indonesia saat ini sangat bergantung pada

sesuatu yang digital, paradigma ini muncul sebagai akibat kompleksitas segala

Laporan Akhir 2
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

aspek kehidupan yang menuntut segala proses terjadi secara cepat, tepat,

akurat, efektif dan efisien.

Pada kenyataannya kondisi sistem informasi tentang fasilitas kesehatan

khususnya di Kota Baubau yaitu informasi yang dapat diakses oleh masyarakat

umum secara cepat dan tepat serta akurat belum memadai, hal ini disebabkan

belum adanya sistem informasi data yang cepat dan up to date. Disamping itu

berbagai data informasi tentang fasilitas kesehatan yang ada belum

terinventarisasi dalam sebuah sistem informasi yang berbasis spasial, data-

data pemetaan fasilitas kesehatan tersebut masih berbentuk manual dan belum

terkomputerisasi. Data-data yang ada hanya disajikan dalam bentuk tabel, hal

ini susah untuk diinterpretasikan dan memakan waktu cukup lama untuk meng

up date atau melakukan perubahan data. Bentuk ini juga membuat masyarakat

umum tidak dapat mengetahui lokasi fasilitas kesehatan yang ada secara

menyeluruh dengan mudah.

Perkembangan teknologi tersebut kemudian lebih dikenal dengan

Geographics Information System atau SIG. SIG mengintegrasikan data atribut

dengan data spasial, tidak seperti peta analog yang hanya menyajikan data

spasial seperti data jalan, lokasi, Ibu kota dan batas wilayah Negara tetapi

kurang informatif terhadap data atributnya. Sistem informasi geografis tidak

hanya sebatas menggambar peta dan menyimpan peta sebagai sebuah

gambar atau tampilan pada suatu area geografi, tetapi juga menyimpan data

yang dapat digunakan untuk menggambar dan menampilkan suatu informasi

sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Jika ditinjau dari segi pemanfaatannya,

teknologi dan aplikasi SIG sebenarnya dapat dimanfaatkan secara luas

Laporan Akhir 3
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

diberbagai bidang termasuk diantaranya adalah sistem informasi spasial

fasilitas umum kesehatan.

Sistem informasi spasial fasilitas kesehatan tersebut disajikan dalam

sebuah sistem informasi yang komprehensif, komunikatif, user-friendly, dan

memiliki tingkat kedetilan data informasi yang detail sehingga lebih mudah dan

efektif dalam proses pengolahan dan pengelolaan data dan informasi yang

dibutuhkan bagi dinas terkait dalam hal ini adalah Dinas Kesehatan Kota

Baubau. Oleh karena itulah maka kegiatan Pembuatan Sistem Informasi

Spasial Fasilitas Kesehatan Kota Baubau merupakan salah satu kegiatan

prioritas yang harus dilaksanakan demi mendukung dan membantu

inventarisasi fasilitas kesehatan yang ada berbasis spasial.

1.2. Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan kegiatan Sistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan

Kota Baubau yaitu :

1. Tersedianya peta sebaran fasilitas kesehatan di Kota Baubau

2. Terakomodirnya data dan informasi yang berkaitan fasilitas kesehatan di

Kota Baubau

3. Dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pengolahan dan pengelolaan

data dan informasi fasilitas kesehatan di Kota Baubau

1.3. Sasaran Kegiatan

Tersedianya data dan peta sebaran fasilitas kesehatan dan tersedianya

sebuah Sistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan Kota Baubau yang

komprehensif, komunikatif, user-friendly, dan memiliki tingkat kedetilan data

informasi yang tinggi.

Laporan Akhir 4
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

1.4. Ruang Lingkup Kegiatan


1.4.1. Ruang Lingkup Kewilayahan

Secara yuridis administratif, Kota Bau-Bau terbentuk pada tanggal 21

Juni 2001 sesuai Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2001 tentang

Pembentukan Kota Baubau. Kota Bau-Bau saat ini telah mencapai usia yang

ke 471 ditinjau dari aspek sejarah Kerajaan Buton (Wolio) sekaligus hari

jadinya ke 11 sebagai Daerah Otonom kotamadya Kota Bau-Bau sejak

terbentuknya. Ditinjau secara geografis, Kota Bau-Bau merupakan salah satu

kotamadya yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang terletak di Pulau

Buton. Sedangkan secara astronomis Kota Bau-Bau terletak di bagian selatan

garis katulistiwa di antara 5021- 5030 Lintang Selatan dan di antara 122 030 -

122045 Bujur Timur. Secara administrasi wilayah Kota Bau-Bau berbatasan

dengan :

Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Kapontori Kabupaten Buton

Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton

Sebelah Selatan dengan Kecamatan Batauga Kabupaten Buton dan

Sebelah Barat dengan Selat Buton.

Daerah Kota Bau-Bau awalnya terdiri dari 4(empat) kecamatan, namun

semenjak tahun 2006 mekar menjadi 6 (enam) kecamatan dan menjadi 7

(tujuh) kecamatan di akhir tahun 2008 dan terakhir tahun 2011 mekar menjadi

8 kecamatan dengan luas wilayah 221,00 Km2.

Pada kegiatan Sistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan Kota Baubau

Tahun 2017 survei lapangan dilakukan pada semua informasi fasilitas

kesehatan di Kota Baubau.

Laporan Akhir 5
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

1.4.2. Ruang Lingkup Perencanaan

Lingkup perencanaan kegiatan ini yaitu:

a. Pekerjaan Persiapan:

Pada tahapan ini, dilakukan studi literatur dan pustaka serta dokumen yang

mendukung dan berkaitan dengan penyelenggaraan kegiatan. peta jaringan

jalan dan jembatan serta pada tahapan ini dilakukan inventarisasi alat dan

bahan yang akan dipergunakan dalam proses pelaksanaan kegiatan hususnya

pada tahapan pengumpulan data (survei lapangan). Disamping itu pula di

tahap persiapan ini dilakukan proses perencanaan baik secara administratif

maupun teknis dalam rangka pengumpulan data (survei lapangan) yang

berorientasi dan mengacu pada schedule pelaksanaan yang telah disepakati.

b. Pekerjaan Pengumpulan Data (Survei Lapangan)

Pada tahapan ini, dimaksudkan untuk mengumpulkan seluruh data dan

informasi yang sesuai dan relevan dengan tujuan dan maksud dari kegiatan

Sistem Informasi Spasial Kota Baubau. Proses pengumpulan data tersebut

dilakukan dengan melakukan survei lapangan di daerah atau kawasan yang

telah direncanakan sebelumnya.

c. Pekerjaan Pengolahan dan Analisa Data Hasil Survei

Pada tahapan ini, dilakukan proses pengolahan data yang diperoleh dari

pengumpulan data dilapangan melalui survei lapangan serta melakukan proses

analisis data dengan menggunakan pendekatan teknologi Penginderaan Jauh

dan Sistem Informasi Geografis.

Laporan Akhir 6
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

d. Pekerjaan Pembuatan Sistem Informasi

Pada Tahapan ini, dilakukan proses pembuatan sistem informasi berbasis SIG

berdasarkan data dan informasi jaringan jalan dan jembatan yang dihasilkan

dari proses/tahapan pengolahan dan analisa data yang telah dilakukan

e. Pekerjaan Penyajian Hasil

Hasil yang diharapkan pada tahapan ini adalah sebagai berikut:

1. Peta Sebaran Fasilitas Kesehatan Di Kota Baubau yang memuat informasi

Tipe fasilitas kesehatan, tenaga medis, alamat, dan informasi lainnya

dengan unit spasial tingkat kecamatan

2. Sistem Informasi Spasial Fasilitas kesehatan Kota Baubau.

f. Alih Pengetahuan (transfer of knowledge)

Pada Tahapan ini dilakukan proses alih pengetahuan dari peneliti kepada dinas

terkait dalam hal ini Dinas Kesehatan Kota Baubau sebagai penyedia anggaran

khususnya terkait masalah penggunaan Sistem Informasi Spasial Sebaran

Fasilitas Kesehatan.

g. Pekerjaan Pelaporan

Adapun tahapan ini, dilakukan kegiatan penyusunan laporan diantaranya:

1. Laporan Pendahuluan;

2. Laporan Antara;

3. Laporan Akhir (Final Report);

4. Buku Petunjuk penggunaan (Manual Book) Sistem Informasi Spasial

Sebaran Fasilitas Kesehatan.

Laporan Akhir 7
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

1.5. Dasar Pelaksanaan

1. Undang-Undang Dasar Negera Republik Indonesia Tahun 1945

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang

Kesehatan

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 2009 Tentang

Pelayanan Publik.

4. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan TAnsaksi

Elektronik

5. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi

Publik.

6. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2011 Tentang

Informasi Geospasial

7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi

Kesehatan

8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 Tentang

Sistem Kesehatan Nasional

9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2015

Tentang Peta Jalan Sistem Informasi Kesehatan Tahun 2015-2019.

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 92 Tahun 2014

Tentang Penyelenggaraan Komunikasi Data Dalam Sistem Informasi

Kesehatan Terintegrasi

11. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 Tentang Sistem Informasi

Kesehatan.

12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75 Tahun 2014

TentangPusat Kesehatan Masyarakat.

Laporan Akhir 8
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 837/Menkes/Sk/Vii/2007 Tentang

Pengembangan Jaringan Komputer Online Sistem Informasi Kesehatan

Nasional (Siknas Online);

1.6. Sistematika Pelaporan

Sistematika Laporan AkhirSistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan

Kota Baubau secara terperinci dapat dilihat dalam uraian, sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan

penyusunan Sistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan Kota Baubau,

sasaran kegiatan, keluaran pelaksanaan pekerjaan, landasan hukum, lingkup

kegiatan, dan sistematika penulisan laporan pendahuluan.

BAB II. KONDISI UMUM DAERAH

Kondisi umum daerah Kota Baubau yang mencakup tentang karakteristik fisik

dasar meliputi letak geografis, kondisi iklim, kemiringan lereng, morfologi/bentuk

lahan, geologi, hidrogeologi, penggunaan lahan, kondisi sarana dan prasarana,

kependudukan, kondisi sosial, ekonomi, dan budaya, Produk DomistikRegional

Bruto (PDRB), sarana kesehatan lingkungan, ruang dan lahan, serta kondisi

keuangan daerah, penerimaan daerah, pengeluaran daerah dan pembiayaan

daerah.

BAB III. METODE PENDEKATAN

Merupakan penjabaran mengenai metode dan pendekatan yang dilakukan

selama proses Penyusunan Sistem Informasi Spasial Fasilitas Kesehatan Kota

Baubau.

Laporan Akhir 9
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

BAB IV INFORMASI FASILITAS KESEHATAN DI KOTA BAUBAU

Berisi Informasi fasilitas kesehatan diKota Baubau dan sebarannya yang

ditampilkan secara spasial dalam bentuk peta. Dalam bab ini juga dijelaskan

mengenai kondisi fasilitas kesehatan yang ada di Kota Baubau Tahun 2017.

BAB V SISTEM INFORMASI SPASIALSEBARAN FASILITAS KESEHATAN DI

KOTA BAUBAU

Bab V ini merupakan penjelasan secara ringkas mengenai sistem informasi

spasialFasilitas Kesehatan di Kota Baubau. Pada bab ini juga secara ringkas

dijabarkan cara kerja sistem spasial fasilitas kesehatan beserta dengan tampilan

dari aplikasi sistem informasi spasial fasilitas kesehatan Kota Baubau Tahun

2017.

BAB VIPENUTUP

Merupakan penutup dari Laporan Akhir Penyusunan Sistem Informasi spasial

Fasilitas Kesehatan Kota Baubau Tahun 2017.

1.7. Tinjauan Pustaka Kegiatan

1.7.1 Fasilitas Kesehatan

MenurutPeraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no. 71 Tahun

2013tentang pelayanan kesehatan pada jaminan kesehatan nasional, fasilitas

kesehatan didefinisikan sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang digunakan

untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan perorangan, baikpromotif,

preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan olehPemerintah,

Pemerintah Daerah, dan/atau Masyarakat.

Laporan Akhir 10
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

1.7.2 Pelayanan Kesehatan

Pelayanan merupakan suatu aktivitas atau serangkaian alat yang

bersifattidak kasat mata (tidak dapat diraba), yang terjadi akibat interaksi

antarakonsumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh

perusahaanpemberi pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan

persoalan konsumen(Gronroos, 1990 dalam Ratminto dan Winarsih, 2005).

Pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah pengunaan fasilitas

pelayananyang disediakan baik dalam bentuk rawat jalan, rawat inap, kunjungan

rumah olehpetugas kesehatan ataupun bentuk kegiatan lain dari pemanfaatan

pelayanantersebut yang didasarkan pada ketersediaan dan kesinambungan

pelayanan,penerimaan masyarakat dan kewajaran, mudah dicapai oleh

masyarakat,terjangkau serta bermutu (Azwar, 1999).

1.7.3 Informasi Geospasial

Informasi Geospasial adalah Data Geospasial yang sudah diolah

sehingga dapat digunakan sebagai alat bantu dalam perumusan kebijakan,

pengambilan keputusan, dan/atau pelaksanaan kegiatan yang berhubungan

dengan ruang kebumian sedang Informasi Geospasial Dasar adalah Informasi

Geospasial yang berisi tentang objek yang dapat dilihat secara langsung atau

diukur dari kenampakan fisik di muka bumi dan yang tidak berubah dalam waktu

yang relatif lama (UU No. 4. Tahun 2011).

Pemerintah Daerah sendiri juga wajib menyediakan informasi geospasial

tematik yang mengacu pada informasi geospasial dasar yang dibuat oleh Badan

Informasi Geospasial (BIG) sebagai dasar pembuatan informasi geospasial

didaerah.

Laporan Akhir 11
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

1.7.4 Sistem Informasi Geografis (SIG)

Sistem Informasi Geografi untuk selanjutnya disingkat SIG dalam arti luas

adalah sistem manual dan atau komputer yang digunakan untuk mengumpulkan,

menyimpan, mengelola, dan menghasilkan informasi yang mempunyai rujukan

spasial atau geografis (Danoedoro, 1996). Aronoff (1989) dalam bahasa yang

lebih operasional membatasi pengertian SIG sebagai suatu sistem berbasis

komputer yang memberikan empat kemampuan untuk menangani data

bereferensi geografis, yaitu pemasukan, pengelolaan atau manajemen data

(penyimpanan, dan pengaktifan kembali), manipulasi dan analisis, serta

keluaaran.

Sistem informasi geografis memiliki empat komponen dasar yaitu

masukan data (input data), manajeman data (data management), manipulasi

dan analisis data (manipulation and data analysis) dan penyajian data (data

output) (Aronoff, 1989). Sedangkan menurut Malczweski (1999), SIG dapat

diuraikan menjadi beberapa subsistem berikut:

a. Input Data

Input data adalah proses mengidentifikasi dan mengumpulkan data-data

yang diperlukan bagi kepentingan aplikasi tertentu. Input data dapat dalam

berbagai bentuk, diantaranya adalah peta analog, grafik, tabel, data digital,

foto udara, citra satelit, hasil survei dan format data lainnya

b. Penyimpanan dan Pengelolaan Data

Pengelolaan data dalam SIG berorientasi pada basisdata (database).

Basisdata adalah kumpulan data yang memiliki relasi dan disimpan dalam

format serta struktur data tertentu dalam komputer yang tidak mengalami

pengulangan dan mudah untu diperluas, diperbaharui, dipanggil kembali, dan

Laporan Akhir 12
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

dipergunakan secara bersama-sama oleh banyak pengguna. Basisdata dalam

SIG terdiri dari data grafis dan data atribut yang saling memiliki hubungan

diantara keduanya. Tiap data grafis dan data atribut yang memiliki hubungan

tersebut merupakan penyajian dari parameter yang memiliki pengaruh

kharakteristik terhadap model dari sistem dunia nyata yang akan di bangun.

Penyajian data spasial dalam lingkungan SIG dapat berupa format raster

maupun format vektor.

c. Analisis Data

Analisa data dalam SIG merupakan kekuatan utama yang sangat

dipetlukan bagi penyelesaian masalah-masalah keruangan yang ada.

Berbagai macam analisa keruangan dapat dilakukan dalam lingkungan SIG,

mulai dari analisa yang sederhana hingga yang sangat rumit. Secara umum

kemampuan SIG dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :

1) Fungsi dasar

Fungsi dasar adalah fungsi yang dipertimbangkan banyak pengguna

untuk bernagai macam aplikasi dan dianggap sebagai fungsi yang

fundamental untuk analisis-analisis spasial lebih lanjut. Beberapa analisa

data spasial fundamental yang dikenal dalam lingkungan SIG antara lain

pengukuran, klasifikasi, tumpang susun, analisis nilai sekiar (Malczweski,

1999).

2) Fungsi lanjut

Fungsi lanjut dari SIG adalah kemampuan SIG yang telah menyediakan

analisis statistik dan matematis untuk basisdata pada model teoritis.

Untuk itu, secara umum fungsi lanjut dari SIG antara lain penentuan

Laporan Akhir 13
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

sampel, statistik deskriptif, analisis multiwaktu dan simulasi (Malcweski,

1999).

d. Output Data

Output data adalah hasil dari proses manipulasi dan analisis data dalam

lingkungan SIG. Hasil tersebut dapat dalam bentuk peta, tabel, diagram,

grafik dan sebagainya. Format hasil dapat dalam bentuk soft-copy, hard-copy,

maupun format elektronik. Sistematika Laporan AkhirSistem Informasi Spasial

Fasilitas Kesehatan Kota Baubau secara terperinci dapat dilihat dalam uraian,

sebagai berikut:

1.7.5Web GIS

Menurut Prahasta (2007), WebGIS adalah aplikasi GIS atau pemetaan

digital yang memanfaatkan jaringan internet sebagai media komunikasi yang

berfungsi mendistribusikan, mempublikasikan, mengintegrasikan,

mengkomunikasikan dan menyediakan informasi dalam bentuk teks, peta dijital

serta menjalankan fungsifungsi analisis dan query yang terkait dengan GIS

melalui jaringan internet. Sedangkan menurut Setiawan dan Rabbasa,

penggunaan data spasial dirasakan semakin diperlukan untuk berbagai

keperluan seperti penelitian, pengembangan dan perencanaan wilayah, serta

manajemen sumber daya alam. Pengguna data spasial merasakan minimnya

informasi mengenai keberadaan dan ketersediaan data spasial yang dibutuhkan.

Penyebaran (diseminasi) data spasial yang selama ini dilakukan dengan

menggunakan media yang telah ada yang meliputi media cetak (peta), cd-rom,

dan media penyimpanan lainnya dirasakan kurang mencukupi kebutuhan

pengguna. Pengguna diharuskan datang dan melihat langsung data tersebut

pada tempatnya (data provider). Hal ini mengurangi mobilitas dan kecepatan

Laporan Akhir 14
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

dalam memperoleh informasi mengenai data tersebut. Karena itu dirasakan

perlu adanya WebGIS.

Arsitektur dalam pengembangan web gis menggunakan arsitektur client-

server, dimanauntuk dapat melakukan komunikasi antar komponen yang

berbeda di lingkungan web gis maka dibutuhkan sebuah web server. Secara

sederhana bentuk arsitektur web gis dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 1.1. Arsitektur Web GIS

Gambar diatas menunjukan arsitektur minimum sebuah system Web GIS.

Applikasi berada disisi client yang berkomunikasi dengan Server sebagai

penyedia data melalui web Protokol seperti HTTP (Hyper Text Transfer

Protocol). Applikasi seperti ini bisa dikembangkan dengan web browser (Google

Chorome, Mozzila Firefox, Opera, Internet Explorer, dll). Untuk menampilkan

dan berinteraksi dengan data GIS, sebuah browser membutuhkan Pug-In atau

Java Applet atau bahkan keduanya. Web Server bertanggung jawab terhadap

proses permintaan dari client dan mengirimkan tanggapan terhadap respon

tersebut. Dalam arsitektur web, sebuah web server juga mengatur komunikasi

dengan server side GIS Komponen. Server side GIS Komponen bertanggung

jawab terhadap koneksi kepada database spasial seperti menterjemahkan query

kedalam SQL dan membuat representasi yang diteruskan ke server. Dalam

kenyataannya Side Server GIS Komponen berupa software libraries yang

menawarkan layanan khusus untuk analisis spasial pada data. Selain komponen

Laporan Akhir 15
SISTEM INFORMASI SPASIAL
SEBARAN FASILITAS KESEHATAN KOTA BAUBAU

hal lain yang juga sangat penting adalah aspek fungsional yang terletak di sisi

client atau di server.

Adapunpendekatan yang digunakan dalam arsitektur pemetaan di web dibagi

menjadi dua pendekatan sebagai berikut :

a) Pendekatan Thin Server.

Pendekatan ini memfokuskan diri pada sisi server. Hampir semua proses dan

analisis data dilakukan berdasarkan request di sisi server. Data hasil

pemrosesan kemudian dikirim ke client dalam format standar.

b) Pendekatan Thick Client

Pada pendekatan ini, pemrosesan data dilakukan di sisi client menggunakan

beberapa teknologi (Nuryadin, 2005)

Secara umum pengembangan dan implementasi WebGIS akan

menunjang penyebaran informasi data spatial. Sehingga orang awam pun akan

dapat memiliki akses terhadap data dan hasil analisis GIS.

Laporan Akhir 16

Anda mungkin juga menyukai