BAB I
LATAR BELAKANG
Hal - 1
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 2
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 3
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 4
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 5
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 6
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Airtanah
Airtanah mencakup 96% air tawar yang terdapat di permukaan
bumi. Empat persen dari air tawar tersebut dapat ditemui dalam
waduk, danau, sunagi dan uap air di udara. Airtanah adalah air yang
berada pada di bawah permukaan tanah pada zona jenuh air, dengan
tekanan hidrostatis sama atau lebih besar daripada tekanan atmosfer.
Sumber utama airtanah adalah air hujan yang meresap ke dalam
tanah mengikuti suatu proses yang disebut siklus hidrologi (Purnama,
2010).
Airtanah dan air permukaan merupakan sumber air yang
mempunyai ketergantungan satu sama lain. Banyak sungai di
permukaan tanah yang sebagian besar alirannya berasal dari
airtanah, sebaliknya aliran airtanah merupakan sumber utama untuk
imbuhan airtanah. Pembentukannya mengikuti siklus peredaran air di
bumi yang disebut daur atau siklus hidrologi.
2.2 Akuifer
Airtanah dapat ditemukan dalam berbagai formasi geologi
terutama pada akuifer. Akuifer merupakan suatu lapisan atau formasi
geologi yang dapat menyimpan dan melalukan air. Material yang dapat
berfungsi sebagai akuifer antara lain pasir dan kerikil (Purnama,
2010).
Menurut Kodoatie (2012), akuifer adalah suatu lapisan, formasi
atau kelompok formasi satuan geologi yang permeable baik yang
terkonsolidasi seperti lempung maupun yang tidak terkonsolidasi
seperti pasir dengan kondisi jenuh air. Formasi tersebut memiliki
konduktivitas hidraulik (K) sehingga dapat membawa air dalam
jumlah yang ekonomis.
Hal - 7
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 8
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
B. Hidrostratigrafi akuifer
Hidrostratigrafi merupakan salah satu cara atau metode untuk
menggambarkan atau mengilustrasikan tentang susunan dan sistem
perlapisan batuan di bawah permukaan tanah sampai pada
kedalaman tertentu. Model hidrostratigrafi dapat menggambarkan
susunan geologis penyusun akuifer yang juga dapat memberikan
informasi mengenai karakteristik airtanah. Metode ini menekankan
pada upaya untuk menunjukkan sistem dan kedudukan akuifer
dalam perlapisan atau stratum tersebut. Di samping itu, metode ini
juga mampu mengilustrasikan kondisi atau keterdapatan airtanah
pada setiap stratum akuifer yang ada (Santosa 2010).
Dijelaskan oleh Todd (1980, dalam Santosa, 2000) penyusunan
model hidrostratigrafi tersebut didasarkan pada prinsip bahwa setiap
lapisan batuan mempunyai nilai tahanan jenis yang berbeda-beda
tergantung pada jenis material penyusunnya, kandungan air dalam
batuan, sifat kimia air yang ada pada batuan, juga porositas batuan.
Dari hasil pendugaan geolistrik, maka dapat dilakukan rekonstruksi
susunan perlapisan batuan secara vertikal sehingga nantinya dapat
diketahui karakteristik akuifernya.
Gambaran hidrostratigrafi didasarkan pada kondisi
hidrogeologi suatu daerah. Penyusunan penampang hidrostratigrafi
dilakukan dengan merekonstruksi perlapisan batuan berdasarkan
pada nilai resistivitas semu material sehingga nantinya dapat
menggambarkan sistem dan tipe akuifer.
Hal - 9
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 10
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 11
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 12
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
BAB III
METODE PENELITIAN
Hal - 12
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 13
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Q = …………………… (1)
Hal - 14
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
1. Hidrostratigrafi akuifer
Analisis ini didasarkan pada hasil analisis peta geologi dan data
bor lapisan material yang kemudian akan menghasilkan
penampang geologi berupa perlapisan batuan secara vertikal. Hasil
dari analisis ini akan menunjukkan jumlah perlapisan akuifer,
material penyusun setiap lapisan dan kedalaman setiap lapisan.
2. Karakteristik air tanah
Data karakteristik air tanah berupa ketinggian muka air tanah
dianalisis dengan menggunakan metode deskriptif kuantitatif.
Selain itu, karakteristik kadungan DHL pada air tanah dianalisis
menggunakan metode konduktometri. Konduktometri adalah salah
satu metode analisa kimia kuantitatif berdasarkan daya hantar
listrik suatu larutan. Daya hantar listrik adalah kemampuan air
untuk menghantarkan arus listrik yang dinyatakan dalam
micromhos/cm (µS/cm). Nilai Daya hantar listrik tinggi mencirikan
air banyak mengandung garam (Suharyadi, 1984). Nilai Daya
hantar listrik dimasukan ke dalam klasifikasi daya hantar listrik
untuk menentukan tingkat intrusi berdasarkan konduktivitasnya
(Davis dan Wiest, 1996).
Tabel 3.2. Klasifikasi Intrusi Air Laut Berdasarkan DHL
Batas Konduktivitas (µS/cm,
No Klasifikasi Intrusi
25oC)
1. ≤200,00 Tidak terintrusi
2. 200,01-229,24 Terintrusi sedikit
3. 229,25-387,43 Terintrusi sedang
4. 387,44-534,67 Terintrusi agak tinggi
5. ≥534,68 Terintrusi tinggi
Hal - 15
ANALISIS DAMPAK PENGGUNAAN SUMUR BOR
TERHADAP KUALITAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA LAPORAN AKHIR
KENDARI
Hal - 16