Anda di halaman 1dari 27

DIFERENSIASI MATERI

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Disusun Oleh :

Ahmad Supranoto 06151281823015

Cici Anggun Dianita 06151181823002

Melly Afriliani 06151381823035

Meri Andhani 06151381823036

Dosen Pengampu :

1. Dr. Azizah Husin, M.Pd

2. Ardi Saputra S.Pd., M.Sc

Program Studi Pendidikan Masyarakat


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sriwijaya
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini sebagai
salah satu tugas dari mata kuliah Kesehatan Masyarakat. Salawat dan salam tak lupa
pula penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW.
Penulis ucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula penulis ucapkan terima
kasih kepada para dosen pengampu atas pemberian tugas mengenai Diferesnsiasi
Materi Ilmu Kesehatan Masyarakat ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun demi perbaikan penyusunan makalah-malakah kedepannya. Besar
harapan kami kiranya makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya. Sekian terima kasih.

Indralaya, 5 Februari 2021

Kelompok 3

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................i

Daftar Isi.........................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................iii

A. Latar Belakang .................................................................................iii

B. Rumusan Masalah............................................................................iii

C. Tujuan................................................................................................iv

BAB II PEMBAHASAN...............................................................................1

2.1 Perkembangan Materi Ilmu Kesehatan Masyarakat...........................1

2.2 Epidemiologi.......................................................................................2

2.3 Kesehatan Lingkungan.......................................................................5

2.4 Promosi Kesehatan.............................................................................7

2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja...................................................12

2.6 Kesehatan Reproduksi......................................................................16

2.7 Gizi Masyarakat................................................................................17

BAB III PENUTUP ....................................................................................19

3.1 Kesimpulan.......................................................................................19

Daftar Pustaka............................................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan ksehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam
pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.
Kesehatan masyarakat mencakup semua kegiatan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Perkembangan materi ilmu kesehatan masyarakat pada awal abad ke-19,
kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, ilmu kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkang ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara
ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu kesehatan
masyarakat diartikan sebagai penerapan aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam pencegahan penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut berkembanglah ilmu kesehatan masyarakat yang
mencakup lingkup epidemiologi, kesehatan lingkungan, promosi kesehatan,
kesehatan dan keselamatan kerja, kesehatan reproduksi hingga gizi masyarakat.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1. Bagaimana perkembangan materi IKM?
1.2.2. Apa yang dimaksud dengan Epidemiologi?
1.2.3. Apa yang dimaksud dengan kesehatan lingkungan?
1.2.4. Apa yang dimaksud dengan promosi kesehatan?
1.2.5. Apa yang dimaksud dengan kesehatan dan keselamatan kerja?
1.2.6. Apa yang dimaksud dengan kesehatan reproduksi?
1.2.7. Apa yang dimaksud dengan gizi masyarakat?

iii
1.3. Tujuan
1.3.1 Untuk mengetahui perkembangan materi IKM

1.3.2 Untuk mengetahui Epidemiologi

1.3.3 Untuk mengetahui kesehatan lingkungan

1.3.4 Untuk mengetahui promosi kesehatan

1.3.5 Untuk mengetahui kesehatan dan keselamatan kerja

1.3.6 Untuk mengetahui kesehatan reproduksi

1.3.7 Untuk mengetahui gizi masyarakat

iv
iv
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Materi Ilmu Kesehatan Mayarakat


Perkembangan materi ilmu kesehatan masyarakat pada awal abad ke-19,
kesehatan masyarakat sudah berkembang dengan baik, ilmu kesehatan
masyarakat diartikan suatu upaya integrasi antara ilmu sanitasi dengan ilmu
kedokteran. Sedangkang ilmu kedokteran itu sendiri merupakan integrasi antara
ilmu biologi dan ilmu sosial. Dalam perkembangan selanjutnya, ilmu kesehatan
masyarakat diartikan sebagai penerapan aplikasi dan kegiatan terpadu antara
sanitasi dan pengobatan (kedokteran) dalam pencegahan penyakit yang melanda
penduduk atau masyarakat. Oleh karena masyarakat sebagai objek penerapan
ilmu kedokteran dan sanitasi mempunyai aspek sosial ekonomi dan budaya yang
sangat kompleks. Akhirnya kesehatan masyarakat diartikan sebagai aplikasi
keterpaduan antara ilmu kedokteran, sanitasi, dan ilmu sosial dalam mencegah
penyakit yang terjadi dimasyarakat.
Dari pengalaman-pengalaman praktek ilmu kesehatan masyarakat yang
telah berjalan sampai pada awal abad ke-20, Winslow (1920) akhirnya membuat
batasan ilmu kesehatan masyarakat yang disempurnakan oleh WHO, sebagai
berikut. Ilmu kesehatan masyarakat adalah suatu ilmu dan seni yang bertujuan
untuk ;
1. Mencegah timbulnya penyakit
2. Memperpanjang umur
3. Meningkatkan nilai kesehatan fisik dan mental melalui usaha-usaha kesehatan
masyarakat yang terorganisasi untuk :
a. Memperbaiki kesehatan lingkungan
b. Pemberantasan penyakit-penyakit infeksi pada masyarakat
c. Mendidik masyarakat dalam prinsip-prinsip kesehatan perorangan

1
d. Mengkordinasi tenaga-tenaga kesehatan agar mereka dapat melakukan
perawatan dan pengobatan dengan sebaik-baiknya
e. Mengembangkan usaha-usaha masyarakat agar dapat mencapai tingkat
hidup setinggi-tingginya sehingga dapat memperbaiki dan memelihara
kesehatannya.
2.2 Epidemiologi
Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari kata epi yang
berarti pada atau tentang, demos yang berarti penduduk, serta logos yang berarti
ilmu. Jadi, epidemiologi berarti adalah ilmu yang mempelajari tentang penduduk.
Definisi ini terlalu luas sehingga dapat diterapkan pada semua hal yang terjadi
pada penduduk (Sutrisna, 1994). Pada awalnya, epidemiologi didefinisikan
sebagai ilmu yang hanya mempelajari penyebaran atau perluasan suatu penyakit
menular pada suatu kelompok atau masyarakat. Namun seiring dengan adanya
perubahan kondisi serta masalah yang dihadapi oleh masyarakat, epidemiologi
tidak hanya digunakan untuk mempelajari penyakit menular saja, tetapi juga
digunakan untuk mempelajari penyakit tidak menular, kecelakaan lalu lintas,
bencana alam, dan sebagainya (Sutrisna, 1994). Dengan kata lain epidemiologi
dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang frekuensi dan penyebaran
masalah kesehatan pada sekelompok manusia serta faktor-faktor yang
mempengaruhinya (Azwar, 1988). Dari definisi epidemiologi tersebut, dapat
dipahami bahwa epidemiologi mempelajari gambaran penyebaran penyakit
berdasarkan orang (siapa yang terserang penyakit), tempat (dimana terjadinya
penyakit), dan waktu (kapan terserang penyakit) yang dipelajari dalam
epidemiologi deskriptif. Selain itu juga epidemiologi mempelajari faktor-faktor
yang mempengaruhi terjadinya penyakit yang dipelajari dalam epidemiologi
analitik (Sutrisna, 1994).
2.2.1 Tujuan Epidemiologi
Tujuan dari epidemiologi adalah memberikan gambaran mengenai
penyebaran, kecenderungan, dan riwayat alamiah penyakit; menjelaskan

2
penyebab dari suatu penyakit; meramalkan kejadian suatu penyakit; serta
mengendalikan penyebaran penyakit dan masalah kesehatan lainnya di
masyarakat (Murti, 2003).
2.2.2 Kegunaan Epidemiologi
Kegunaan epidemiologi adalah untuk memperoleh informasi
mengenai riwayat alamiah penyakit, proses terjadinya suatu penyakit,
serta informasi mengenai penyebaran penyakit pada berbagai kelompok
masyarakat. Selain itu juga epidemiologi dapat digunakan untuk
mengelompokkan penyakit, membuat program pemeliharaan kesehatan,
dan membuat cara-cara untuk mengevaluasi program pemeliharaan
kesehatan yang dilakukan (Sutrisna, 1994).

2.2.3 Istilah dalam Epidemiologi


Istilah-istilah dalam epidemiologi adalah sebagai berikut ;
a. Epidemiologis
Orang yang mempergunakan metode dan prinsip epidemiologis
untuk pencegahan dan pengendalian penyakit.
b. Etiologi
Ilmu atau teori tentang penyebab penyakit : kumpulan
pengetahuan tentang penyebab-penyebab penyakit.
c. Gejala
Tanda-tanda subjektif suatu penyakit
d. Infeksi
Masuk dan berkembangbiaknya agent infeksi pada jaringan
tubuh manusia atau binatang yang berakibat terjadinya kerusakan sel
atau jaringan yang patologis
e. Insiden
Jumlah kasus baru suatu penyakit yang terjadi dalam populasi
tertentu selama periode waktu tertentu.

3
f. Penyakit
Suatu penyimpanan dari suatu kesehatan normal, yang diikuti
dengan suatu rangkaian tanda-tanda dan gejala keras yang disebabkan
oleh suatu agent penyebab penyakit tertentu.
g. Masa Inkubasi
Waktu antara masuknya penyebab penyakit kedalam tubuh
manusia yang peka terhadap penyebab penyakit tersebut sampai
timbulnya gejala penyakit.
h. Sindrom
Kumpulan tanda-tanda dan gejala-gejala yang khas dari suatu
penyakit tertentu.

2.2.4 Variabel Epidemiologi


Variabel-variabel yang biasa digunakan dalam epidemiologi
deskriptif adalah sebagai berikut :
a. Variabel orang
Karakteristik yang selalu diperhatikan dalam suatu
penyelidikan epidemiologi untuk variabel orang adalah umur, jenis
kelamin, kelas sosial (pendidikan, pekerjaan, penghasilan), golongan
etnik, status perkawinan, besarnya keluarga, paritas (keturunan), dan
lain sebagainya yang berhubungan dengan variabel orang, seperti gaya
hidup dan kebiasaan makan (Sutrisna, 1994). Variabel orang dapat
digunakan untuk mengetahui populasi yang berisiko.
b. Variabel Tempat
Karakteristik dalam variabel tempat yang biasa digunakan
adalah daerah berdasarkan batas-batas pemerintahan (kelurahan,
kecamatan, kabupaten/ kotamadya, propinsi), daerah perkotaan dan
pedesaan, daerah berdasarkan batas-batas alam (pegunungan, pantai,
laut, sungai, padang pasir), daerah berdasarkan batas negara. Variabel

4
tempat dalam suatu penyelidikan epidemiologi dapat digunakan untuk
mengetahui distribusi geografis dari su atu penyakit sehingga dapat
dilakukan perencanaan pelayanan kesehatan dan dapat mengetahui
faktor penyebab dari suatu penyakit (Sutrisna , 1994).
c. Variable Waktu
Karakteristik dalam variabel waktu dilihat berdasarkan
panjangnya waktu terjadinya perubahan pada suatu penyakit dan
dibedakan menjadi fluktuasi jangka pendek atau epidemi (jam, hari,
minggu, dan bulan), perubahan secara siklis dimana terjadi perubahan
angka kesakitan yang berulang-ulang (beberapa hari, beberapa
bulan/musiman, tahunan, beberapa tahun), dan fluktuasi jangka
panjang atau disebut juga secular trends (bertahun-tahun, puluhan
tahun) (Sutrisna, 1994).

2.3 Kesehatan Lingkungan


Kesehatan lingkungan adalah suatu ilmu dan seni dalam mencapai
keseimbangan antara lingkungan dan manusia, ilmu dan juga seni dalam
pengelolaan lingkungan sehingga dapat tercapai kondisi yang bersih, sehat,
nyaman dan aman serta terhindar dari gangguan berbagai macam penyakit. Ilmu
Kesehatan Lingkungan mempelajari dinamika hubungan interaktif antara
kelompok penduduk dengan berbagai macam perubahan komponen lingkungan
hidup yang menimbulkan ancaman/berpotensi mengganggu kesehatan
masyarakat umum.
Menurut, H.J. Mukono – Ilmu Kesehatan Lingkungan merupakan ilmu
yang mempelajari hubungan timbal balik antara faktor kesehatan dan faktor
lingkungan. Sedangkan menurut, WHO (World Health Organization) –
Kesehatan lingkungan adalah suatu keseimbangan ekologi yang harus ada antara
manusia & lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia. Dan
menurut, Himpunan Ahli Kesehatan Lingkungan Indonesia (HAKLI) –

5
Kesehatan lingkungan adalah suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang
keseimbangan ekologi yang dinamis antara manusia & lingkungannya untuk
mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat & bahagia.
2.3.1 Tujuan Kesehatan Lingkungan
Yang pertama untuk melakukan Koreksi, memperkecil/memodifikasi
terjadinya bahaya dari lingkungan terhadap kesehatan serta kesejahteraan
hidup manusia. Lalu yang kedua untuk pencegahan, mengefisienkan
pengaturan berbagai sumber lingkungan untuk meningkatkan kesehatan
dan juga kesejahteraan hidup manusia serta untuk menghindarkan dari
bahaya penyakit.

2.3.2 Ruang Lingkup Kesehatan Lingkungan


Ruang lingkup kesehatan lingkungan menurut WHO, diantaranya ada
17 (tujuh belas):
1. Penyediaan Air Minum.
2. Pengelolaan air buangan & pengendalian pencemaran.
3. Pembuangan sampah padat
4. Pengendalian vektor. (Pengendalian vektor adalah semua usaha yang
dilakukan untuk mengurangi atau menurunkan populasi vektor dengan
maksud mencegah atau pemberantas penyakit yang ditularkan vektor
atau gangguan yang diakibatkan oleh vektor.)
5. Pencegahan atau pengendalian pencemaran tanah oleh ekskreta
manusia. (Ekskreta maksudnya semua zat yang tidak dipakai lagi oleh
tubuh dan yang harus dikeluarkan dari dalam tubuh.)
6. Higiene makanan, termasuk higiene susu.
7. Pengendalian pencemaran udara.
8. Pengendalian radiasi.
9. Kesehatan kerja
10. Pengendalian kebisingan.

6
11. Perumahan & pemukiman.
12. Aspek kesling & transportasi udara.
13. Perencanaan daerah & perkotaan.
14. Pencegahan kecelakaan.
15. Rekreasi umum & pariwisata.
16. Tindakan – tindakan sanitasi yang berhubungan dengan keadaan
epidemic atau wabah, bencana alam & perpindahan penduduk.
17. Tindakan pencegahan yang diperlukan untuk menjamin lingkungan.

2.4 Promosi Kesehatan


Menurut WHO (dalam Fitriani, 2011), promosi kesehatan sebagai “The
process of enabling individuals and communities to increases control over the
determinants of health and there by improve their health” (proses yang
mengupayakan individu dan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan
mereka mengendalikan faktor kesehatan sehingga dapat meningkatkan derajat
kesehatannya). Promosi kesehatan merupakan revitalisasi dari pendidikan
kesehatan pada masa yang lalu, di mana dalam konsep promosi kesehatan tidak
hanya merupakan proses penyadaran masyarakat dalam hal pemberian dan
peningkatan pengetahuan dalam bidang kesehatan saja, tetapi juga sebagai upaya
yang mampu menjembatani perubahan perilaku, baik di dalam masyarakat
maupun dalam organisasi dan lingkungannya. Perubahan lingkungan yang
diharapkan dalam kegiatan promosi kesehatan meliputi lingkungan fisik-
nonfisik, sosial-budaya, ekonomi, dan politik. Promosi kesehatan adalah
perpaduan dari berbagai macam dukungan baik pendidikan, organisasi,
kebijakan, dan peraturan perundang-undangan untuk perubahan lingkungan
(Mubarak dkk., 2007).
Promosi kesehatan merupakan istilah yang saat ini banyak digunakan
dalam kesehatan masyarakat dan telah mendapatkan dukungan kebijakan dari
pemerintah dalam melaksanakan kegiatannya. Definisi promosi kesehatan juga

7
tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
1148/MENKES/SK/VII/2005 tentang Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan
di Daerah, disebutkan bahwa promosi kesehatan adalah “upaya untuk
meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk
dan bersama masyarakat, agar merekan dapat menolong diri sendiri, serta
mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial
budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan”.
2.4.1 Tujuan Promosi Kesehatan
Tujuan promosi kesehatan adalah meningkatkan kemampuan baik
individu, keluarga, kelompok dan masyarakat agar mampu hidup sehat dan
mengembangkan upaya kesehatan yang bersumber masyarakat serta
terwujudnya lingkungan yang kondusif untuk mendorong terbentuknya
kemampuan tersebut (Notoatmodjo, 2012). Upaya untuk mewujudkan
promosi kesehatan dapat dilakukan melalui strategi yang baik. Strategi
adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam
promosi kesehatan sebagai penunjang dari program-program kesehatan
yang lainnya, seperti kesehatan lingkungan, peningkatan status gizi
masyarakat, pemberantasan penyakit menular, pencegahan penyakit tidak
menular, peningkatan kesehatan ibu dan anak, serta pelayanan kesehatan
(Notoatmodjo, 2012).
2.4.2 Strategi Promosi Kesehatan
Berdasarkan Piagam Ottawa (1984), misi promosi kesehatan dapat
dilakukan menggunakan 3 strategi yang dijelaskan sebagai berikut.
1. Advokasi (advocate)
Kondisi politik, ekonomi, sosial, budaya, lingkungan, perilaku
dan faktor biologis dapat memengaruhi kesehatan seseorang. Promosi
kesehatan berupaya untuk mengubah kondisi tersebut sehingga menjadi
kondusif untuk kesehatan masyarakat melalui advokasi. Kegiatan
advokasi ini tidak hanya dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, tetapi

8
juga dapat dilakukan oleh masyarakat sasaran kepada para pemangku
kebijakan dari berbagai tingkat atau sektor terkait dengan kesehatan.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk meyakinkan para pemangku kebijakan
bahwa program kesehatan yang akan dijalankan tersebut penting dan
membutuhkan dukungan kebijakan atau keputusan dari pejabat
tersebut.
2. Mediasi
Promosi kesehatan juga mempunyai misi sebagai mediator atau
menjembatani antara sektor kesehatan dengan sektor yang lain sebagai
mitra. Hal ini dikarenakan faktor yang memengaruhi kesehatan tidak
hanya menjadi tanggung jawab sektor kesehatan saja. Promosi
kesehatan membutuhkan upaya bersama dari semua pihak baik dari
pemerintah, sektor kesehatan, sektor ekonomi, lembaga nonprofit,
industri, dan media. Dengan kata lain promosi kesehatan merupakan
perekat kemitraan di bidang pelayanan kesehatan. Kemitraan sangat
penting sebab tanpa kemitraan sektor kesehatan tidak akan mampu
menangani masalah kesehatan yang begitu kompleks dan luas. Promosi
kesehatan di sini bertanggung jawab untuk memediasi berbagai
kepentingan berbagai sektor yang terlibat untuk meningkatkan status
kesehatan masyarakat. Sehingga, strategi dan program promosi
kesehatan harus mempertimbangkan kebutuhan lokal dan
memungkinkan berbagai sektor baik di lingkup regional, nasional
maupun international untuk dapat terlibat di dalamnya.
3. Memampukan
Promosi kesehatan berfokus pada keadilan dan pemerataan
sumber daya kesehatan untuk semua lapisan masyarakat. Hal ini
mencakup memastikan setiap orang di masyarakat memiliki lingkungan
yang kondusif untuk berperilaku sehat, memiliki akses pada informasi
yang dibutuhkan untuk kesehatannya, dan memiliki keterampilan dalam

9
membuat keputusan yang dapat meningkatkan status kesehatan mereka.
Prinsip promosi kesehatan di sini adalah masyarakat mampu untuk
memiliki control terhadap determinan yang dapat memengaruhi
kesehatan mereka. Sesuai dengan visi promosi kesehatan yaitu mau dan
mampu memelihara serta meningkatkan kesehatannya, promosi
kesehatan mempunyai misi utama untuk memampukan masyarakat. Hal
ini berarti, dalam kegiatan promosi kesehatan harus dapat memberikan
keterampilan-keterampilan kepada masyarakat agar mereka mampu
mandiri di bidang kesehatan baik secara langsung atau melalui tokoh-
tokoh masyarakat. Telah diketahui bersama bahwa kesehatan
dipengaruhi oleh banyak faktor dari luar kesehatan, seperti sosial,
pendidikan, ekonomi, dan sebagainya. Oleh sebab itu, keterampilan
masyarakat di bidang ekonomi (pertanian, peternakan, perkebunan),
pendidikan dan sosial lainnya juga perlu dikembangkan melalui
promosi kesehatan dalam rangka memberdayakan masyarakat di bidang
kesehatan.
Sedangkan strategi promosi kesehatan menurut WHO (1994)
secara global terdiri dari 3 hal sebagai berikut.
1. Advokasi (advocacy)
Advokasi merupakan kegiatan membuat keputusan sebagai
bentuk memberikan bantuan kepada masyarakat dari penentu
kebijakan dalam bidang kesehatan maupun sektor lain di luar
kesehatan yang mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
Advokasi adalah upaya untuk meyakinkan orang lain agar
membantu atau mendukung terhadap tujuan yang diinginkan.
Dalam konteks promosi kesehatan, advokasi adalah pendekatan
kepada para pembuat keputusan atau penentu kebijakan di berbagai
sektor dan tingkat sehingga para pejabat tersebut mau mendukung
program kesehatan yang kita inginkan.

10
Dukungan dari para pejabat pembuat keputusan dapat berupa
kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan dalam bentuk undang-
undang, peraturan pemerintah, surat keputusan, surat instruksi, dan
sebagainya. Kegiatan advokasi memiliki bermacam-macam bentuk,
baik formal maupun informal. Advokasi dalam bentuk formal
seperti penyajian atau presentasi dan seminar tentang usulan
program nyang diharapkan mendapat dukungan dari pejabat terkait.
Sedangkan kegiatan advokasi dalam bentuk informal seperti
mengunjungi pejabat yang relevan dengan program nyang
diusulkan, yang secara tidak langsung bermaksud untuk meminta
dukungan, baik dalam bentuk kebijakan, dan/atau fasilitas lain.
Berdasarkan uraian di atas, dapati disimpulkan bahwa advokasi
adalah kegiatan untuk mendapatkan dukungan dari para pejabat
baik eksekutif dan legislatif di berbagai tingkat dan sektor yang
terkait dengan masalah kesehatan.
2. Dukungan Sosial (Social Support)
Promosi kesehatan akan mudah dilakukan jika mendapat dukungan
dari berbagai lapisan yang ada di masyarakat. Dukungan dari
masyarakat dapat berasal dari unsur informal, seperti tokoh agama
dan tokoh adat yang mempunyai pengaruh di masyarakat serta
unsur formal, seperti petugas kesehatan dan pejabat pemerintah.
Tujuan utamanya agar para tokoh masyarakat sebagai perantara
antara sektor kesehatan sebagai pelaksana program kesehatan dan
masyarakat sebagai penerima program kesehatan. Dengan kegiatan
mencari dukungan sosial melalui tokoh masyarakat pada dasarnya
adalah untuk mensosialisasikan program-program kesehatan agar
masyarakat menerima dan mau berpartisipasi terhadap program
tersebut.
Oleh sebab itu, strategi ini juga dapat dikatakan sebagai upaya

11
membina suasana yang kondusif terhadap kesehatan. Bentuk
kegiatan dukungan sosial ini antara lain: pelatihan-pelatihan tokoh
masyarakat, seminar, lokakarya, bimbingan kepada tokoh
masyarakat dan sebagainya. Dengan demikian, sasaran utama
dukungan sosial atau bina suasana adalah para tokoh masyarakat di
berbagai tingkat.

3. Pemberdayaan Masyarakat (Empowerment)


Pemberdayaan adalah strategi promosi kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat secara langsung. Tujuan utama pemberdayaan
adalah mewujudkan kemampuan masyarakat dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan mereka sendiri (visi promosi kesehatan).
Kegiatan pemberdayaan di masyarakat sering disebut gerakan
masyarakat untuk kesehatan. Bentuk kegiatan pemberdayaan dapat
diwujudkan dengan berbagai kegiatan, antara lain penyuluhan
kesehatan, pengorganisasian dan pengembangan masyarakat dalam
bentuk koperasi atau pelatihan- pelatihan untuk kemampuan
peningkatan pendapatan keluarga (incomes generating skill).
Dengan meningkatkan kemampuan ekonomi keluarga, akan
berdampak terhadap kemampuan dalam pemeliharaan kesehatan,
sebagai contoh yaitu terbentuknya pos obat desa, terbentuknya dana
sehati, berdirinya polindes, dan sebagainya. Berdasarkan uraian
tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemberdayaan
masyarakat adalah masyarakat itu sendiri.
2.5 Kesehatan dan Keselamatan Kerja
2.5.1 Keselamatan Kerja
a. Pengertian Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan rangkaian usaha untuk
menciptakan suasana kerja yang aman dan tentram bagi para karyawan

12
yang bekerja di perusahaan yang bersangkutan. Sedangkan menurut
Mathis dan Jackson, menyatakan keselamatan adalah merujuk pada
perlindungan terhadap kesejahteraan fisik seseorang terhadap cidera
yang terrkait dengan pekerjaan. Kesehatan adalah merujuk pada
kondisi umum fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum.
Keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu usaha dan
upaya untuk menciptakan perlindungan dan keamanan dari risiko
kecelakaan dan bahaya baik fisik, mental maupun emosional terhadap
pekerja, perusahaan, masyarakat dan lingkungan. Dapat disimpulkan,
keselamatan dan kesehatan kerja adalah rangkaian usaha dan upaya
menciptakan suasana kerja yang aman dari risiko kecelakaan
kecelakaan baik fisik, mental maupun emosional sehingga
memberikan perlindungan kepada tenaga kerja, yang menyangkut
aspek keselamatan, kesehatan, pemeliharaan moral kerja, perlakuan
sesuai martabat manusia dan moral agama.
Dengan demikian, tenaga kerja secara aman dapat melakukan
pekerjaannya guna meningkatkan hasil kerja dan produktivitas kerja
sehingga para tenaga kerja harus memperoleh jaminan perlindungan
keselamatan dan kesehatannya di dalam setiap pelaksanaan
pekerjaannya sehari-hari.
b. Fungsi Keselamatan Kerja
Adapun fungsi dari keselamatan kerja adalah sebagai berikut ;
1. Identifikasi dan melakukan penilaian terhadap risiko dari bahaya
kesehatan di tempat kerja.
2. Memberikan saran terhadap perencanaan, pengorganisasian dan
praktek kerja termasuk desain tempat kerja
3. Memberi saran, informasi, pelatihan dan edukasi tentang kesehatan
kerja dan APD
4. Melaksanakan surveilans terhadap kesehatan kerja

13
5. Terlibat dalam proses rehabilitasi
6. Mengelola tindakan P3K dan tindakan darurat
7. Antisipasi, identifikasi dan evaluasi kondisi praktek yang berbahaya
8. Membuat desain pengendalian bahaya, metode, prosedur dan
program
9. Menerapkan pengendalian bahaya dan program pengendalian
bahaya
10. Mengukur dan memeriksa kembali keefektifan pengendalian
bahaya dan program pengendalian bahaya.
2.5.2 Kecelakaan Kerja
a. Pengertian Kecelakaan Kerja
Kecelakaan adalah suatu kejadian tak terduga dan tidak
dikehendaki yang mengganggu aktivitas pekerja pada saat bekerja
sehingga menimbulkan kerugian bagi pekerja maupun perusahaan.
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian yang tidak diinginkan dan tak
terduga dapat membahayakan orang serta menyebabkan kerusakan
properti atau kerugian pada proses produksi. Kecelakaan kerja
menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 03/Men/1998 adalah
suatu kejadian yang tidak dikehendaki atau tidak diduga semua yang
dapat menimbulkan korban manusia dan atau harta benda. Sementara
menurut OHSAS 18001:2007 “Kecelakaan kerja didefinisikan sebagai
kerjadian yang berhubungan dengan pekerjaan yang dapat
menyebabkan cidera atau kesakitan (tergantung dari keparahannya),
kejadian kematian atau kejadian yang dapat menyebabkan kematian.”
Pengertian ini juga digunakan untuk kejadian yang dapat
menyebabkan kerusakan lingkungan atau yang berpotensi
menyebabkan merusak lingkungan. Dapat disimpulkan bahwa
kecelakaan kerja adalah kejadian yang tidak dikehendaki yang
berhubungan dengan pekerjaan yang menimbulkan korban manusia

14
dan atau harta benda, hal ini dapat mengakibatkan kerugian jiwa serta
kerusakan harta benda.
Dengan demikian menurut definisi tersebut ada 3 hal pokok
yang perlu diperhatikan yaitu kecelakaan merupakan suatu peristiwa
yang tidak dikehendaki, kecelakaan mengakibatkan kerugian jiwa dan
kerusakan harta benda dan kecelakaan biasanya terjadi akibat adanya
kontak dengan sumber energi yang melebihi ambang batas tubuh atau
struktur. Sedangkan menurut Undang – Undang No. 3 Tahun 1992
tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja maka “kecelakaan kerja adalah
kecelakaan yang terjadi dalam pekerjaan sejak berangkat dari rumah
menuju tempat kerja dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa
atau atau wajar dilalui.”
b. Klasifikasi Kecelakaan Kerja
Menurut International Labour Organization (ILO), kecelakaan
akibat kerja ini diklasifikasikan berdasarkan 4 macam penggolongan,
yakni :
1. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut tipe kecelakaan (orang jatuh,
tertimpa, terbentur, terjepit, terkena radiasi, tersengat arus listrik,
dan lain-lain)
2. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut benda (mesin, alat angkat
dan sarana angkutan, perancah dan lain-lain.
3. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut jenis luka-luka (retak,
dislokasi, terkilir, gegar otak, luka dalam, sesak nafas, dan lain-
lain)
4. Klasifikasi kecelakaan kerja menurut lokasi luka (kepala, leher,
badan tangan, tungkai, dan lain-lain).
c. Pencegahan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang berhubungan
dengan peralatan, tempat kerja, lingkungan kerja serta tata cara dalam

15
melakukan pekerjaan yang bertujuan untuk menjamin keadaan,
keutuhan dan kesempurnaan, baik jasmaniah maupun rohaniah
manusia tertuju pada pekerjanya. Pencegahan kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan:
1. Diterapkan sistem manajemen kesehatan kerja
2. Identifikasi potensi bahaya dan pengukuran risiko bahaya
kecelakaan kerja
3. Pengujian dan pemantauan lingkungan kerja
4. Pengujian kesehatan tenaga kerja secara berkala
5. Penerapan teknologi pengendalian dari faktor lingkungan kerja.
d. K

2.6 Kesehatan Reproduksi


2.6.1 Pengertian Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera
fisik,mental,dan sosial secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam suatu yang berkaitan dengan system reproduksi,
fungsi dan prosesnya (WHO). Kesehatan Reproduksi adalah suatu
keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan sosial secara utuh pada
semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses
reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu
memenuhi kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi,
selaras dan seimbang antara anggota keluarga dan antara keluarga dengan
masyarakat dan lingkungan (BKKBN,1996). Kesehatan reproduksi
adalah kemampuan seseorang untuk dapat memanfaatkan alat reproduksi
dengan mengukur kesuburannya dapat menjalani kehamilannya dan

16
persalinan serta aman mendapatkan bayi tanpa resikoapapun
(WellHealthMother Baby) dan selanjutnya mengembalikan kesehatan
dalam batas normal (IBG. Manuaba, 1998). Kesehatan Reproduksi adalah
suatu keadaan sehat secara menyeluruh mencakup fisik, mental dan
kehidupan sosial yang berkaitan dengan alat, fungsi serta proses
reproduksi yang pemikiran kesehatan reproduksi bukannya kondisi yang
bebas dari penyakit melainkan bagaimana seseorang dapat memiliki
kehidupan seksual yang aman dan memuaskan sebelum dan sesudah
menikah (Depkes RI, 2000).
2.6.2 Tujuan Kesehatan Reproduksi
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2014 Kesehatan
Reproduksi yang menjamin setiap orang berhak memperoleh pelayanan
kesehatan reproduksi yang bermutu, aman dan dapat dipertanggung
jawabkan, dimana peraturan ini juga menjamin kesehatan perempuan
dalam usia reproduksi sehingga mampu melahirkan generasi yang sehat,
berkualitas yang nantinya berdampak pada penurunan Angka Kematian
Ibu. Didalam memberikan pelayanan Kesehatan Reproduksi ada dua
tujuan yang akan dicapai, yaitu tujuan utama dan tujuan khusus.
2.7 Gizi Masyarakat
Gizi merupakan salah satu faktor penting yang menentukan tingkat
kesehatan dan keserasian antara perkembangan fisik dan perkembangan mental.
Tingkat keadaan gizi normal tercapai bila kebutuhan zat gizi optimal terpenuhi.
Tingkat gizi seseorang dalam suatu masa bukan saja ditentukan oleh konsumsi
zat gizi pada masa lampau, bahkan jauh sebelum masa itu (Budiyanto, 2002).
Faktor yang secara langsung mempengaruhi status gizi adalah asupan makan dan
penyakit infeksi. Berbagai faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut
misalnya faktor ekonomi, keluarga, produktivitas dan pengetahuan tentang gizi
anak tersebut (Suhardjo, 2003). Usia remaja (10-19 tahun) biasanya sangat
rentan terhadap masalah gizi, karena pada usia remaja banyak mengalami

17
perubahan secara hormonal dan berpengaruh pada perubahan fisiknya.
Pertumbuhan fisik menyebabkan remaja membutuhkan asupan nutrisi yang lebih
besar dari pada masa anak-anak. Ditambah lagi pada masa ini, remaja sangat
aktif dengan berbagai kegiatan, baik itu kegiatan sekolah maupun olahraga.
Khusus pada remaja putri, asupan nutrisi juga dibutuhkan untuk persiapan
reproduksi (Sundari, 2004) Anak remaja yang baru mengalami perubahan
hormon maupun fisik biasanya belum terlalu paham dengan perubahan tersebut
dan masih dalam tahap proses adaptasi.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kesehatan masyarakat adalah ilmu dan seni memelihara, melindungi dan
meningkatkan ksehatan masyarakat melalui usaha-usaha masyarakat dalam
pengadaan pelayanan kesehatan, pencegahan, dan pemberantasan penyakit.
Kesehatan masyarakat mencakup semua kegiatan, baik secara langsung maupun
tidak langsung.
Perkembangan materi ilmu kesehatan masyarakat mencakup pada ruang
lingkup epidemiologi yaitu ilmu yang mempelajari tentang penduduk., kesehatan
lingkungan yang berarti suatu ilmu dan seni dalam mencapai keseimbangan
antara lingkungan dan manusia, ilmu dan juga seni dalam pengelolaan
lingkungan sehingga dapat tercapai kondisi yang bersih, sehat, nyaman dan aman
serta terhindar dari gangguan berbagai macam penyakit. promosi kesehatan
yaitu sebagai upaya untuk mensosialisasikan akan kesehatan kepada masyarakat,
kesehatan dan keselamatan kerja sebagai upaya pencegahan dan penanganan
bagi para pekerja. dan kesehatan reproduksi hingga gizi masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Henny Juaria, 2016 Bahan Ajar Ilmu Kesehatan Masyarakat, Surabaya :


Akbid Griya Husada
Notoatmodjo, S. 2012. Promosi kesehatan dan perilaku kesehatan. Jakarta : Rineka
Cipta

Fitriani, S. 2011. Promosi kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu

GlasIer, Anna G, 2005. KB dan Kesehatan Reproduksi

Suhardjo, 2003 faktor yang mempengaruhi status gizi

http://www.pengertianku.net/2014/11/inilah-pengertian-kesehatan-lingkungan-dan-
menurut-para-ahli.html diakses pada 3 Februari 2021 pukul 20.36 WIB

14
15

Anda mungkin juga menyukai