Shomedran, M. Pd.
OLEH :
KELOMPOK 8
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentu kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Kami juga mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Analisis Kebutuhan PLS dengan tema yaitu :
”Isu, Kajian, dan Permasalahan Pendidikan Luar Sekolah ”.
Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kami menerima segala kritik serta saran sehingga makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Kelompok 8
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI….……………………………………………………………………..…iii
BAB I PENDAHULUAN……….…………………………...…………………………1
1.3 Tujuan………………..……………………………………………………………....2
BAB II PEMBAHASAN…………………………………………...…………….…….3
BAB IIIPENUTUP…………..……………………………………………………….15
3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...…….15
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
PEMBAHASAN
Pendidikan Luar Sekolah (pendidikan non formal) adalah salah satu jalur pendidikan
yang bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan memberikan kesempatan
belajar seluas-luasnya bagi masyarakat. Soedijanto dalam Umberto Sihombing (1999:111)
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah memberikan kesempatan belajar
yang seluas-luasnya bagi masyarakat yang karena berbagai faktor seperti kesulitan ekonomi,
sosial dan lingkungan yang kurang mendukung tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti
pendidikan melalui pendidikan sekolah.
(1) Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.
(2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang tinggi.
(3) Memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Sebagai upaya membantu kehidupan masyarakat dalam bidang pendidikan pada
khususnya dan memperoleh pekerjaan, Sudjana (2004:74) mengemukakan bahwa pendidikan
nonformal berfungsi:
(1) Suplement (tambahan), pendidikan nonformal memberikan kesempatan pendidikan bagi
mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan formal tetapi dalam tempat dan
waktu berbeda.
(3) Substitusi (pengganti) pendidikan sekolah, pendidikan nonformal dapat mengganti fungsi
sekolah terutama pada daerah-daerah yang belum dijangkau oleh program pendidikan
sekolah.
Sasaran Pendidikan Luar Sekolah menurut Santoso S. Hamijoyo (1993:18) adalah sebagai
berikut:
1. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti program
sekolah.
2. Semua anggota masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat menyelesaikan studi di
tingkat pendidikan tertentu secara bulat, golongan ini dikenal dengan namagagal sekolah
atau drop out.
3. Anggota masyarakat yang walaupun telah menyelesaikan studi pada tingkat tertentu
(formal) masih perlu untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan luar
sekolah.
Pendidikan Luar Sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki arti
penting dalam mengentaskan masyarakat dari berbagai macam permasalahan hidup dan
kehidupan. PLS memiliki kepedulian terhadap masyarakat yang pada aspek tertentu tidak
memiliki akses terhadap pembangunan pendidikan. Ternyata pendidikan formal tidak selalu
berpihak kepada semua pihak tetapi masih ditemukan gejala keberpihakannya kepada
kelompok masyarakat yang memiliki kapital. Fasli Jalal (2005) dalam Peran Tenaga Pendidik
PNF dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Jalur Pendidikan Nonformal menyajikan
data bahwa 46,92% penduduk pada tingkatan umur 0-24 tahun pada jenjang yang sesuai
sudah terlayani dalam proses pendidikan formal, sementara 55,04% belum terlayani di
jenjang yang sesuai. Presentase tersebut terdistribusi sebagai buta aksara dengan angka
pengangguran yang meningkat serta status drop out. Angka ini tentu saja menjadi tantangan
bagi Pendidikan Nonformal atau PLS untuk mencari solusinya. Banyak usaha sudah
dilakukan. Menteri Pendidikan silih berganti. Bermacam-macam tema atau jargon
diperkenalkan. Namun demikian, masalah pendidikan dari tahun ke tahun tetap menjadi isu
besar di negeri ini. Dari sudut pandang optimis, orang mengatakan bahwa usaha untuk
memperbaiki pendidikan memang makan waktu lama.
a. Kesejarahan
b. Kebutuhan pendidikan
Kesadaran akan kebutuhan pendidikan dari masyarakat semakin meluas seiring dengan
munculnya Negara-negara yang baru merdeka dengan segala kekurangannya akibat
penjajahan di masa lampau yang berlangsung berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratusratus
tahun Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan ini adalah kemajuan
ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, yang melanda hampir di
semua belahan dunia. Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahlian
dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar
masyarakat menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program
keahlian Hal ini berimplikasi pada system dan bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan
seterusnya dikenal adanya system pendidikan sekolah dan system pendidikan luar sekolah
serta ada bentuk pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal.
Di sisi lain system persekolahan, mengharuskan siswa berada dalam bentuk menyeluruh
dan kahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari pengetahuan dan keahlian lain
Kekurang / kelemahan sistem persekolahan inilah yang memungkinkan kegiatan pendidikan
luar sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah pengetahuan dan keahlian yang selama ini
dirasakan sebagai kekurangan.
Di masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak terbilang banyaknya
dan sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun benda-benda mati Orang-
oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman
merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi sedangkan kepustakaan desa, Koran,
Majalah, Kaset, Film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa
memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi seseorang. Sumber-
sumber belajar tersebut, memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
baik berupa kursus dan latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami
Pada mulanya orang telah menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan yang pada
hakikatnya menggunakan system di luar dunia sekolah dan dilaksanakan bersamaan dengan
pendidikan sekolah biasa, namun kegiatan-kegiatan banyak yang telah ditinggalkan orang,
seperti
1. Masseducation
2. Adult Enducation
a. Pendidikan Lanjutan
b. Pendidikan Pembaruan
d. Pendidikan Populer
3. Fundamental Education
Kecakapan berfikir dan bergaul dan berumah tangga
Kecakapan kerajinan dan kesenian
Kecakapan kejujuran
Pengetahuan tentang Lingkungan alam
Pendidikan jiwa, akhlak dan kesehatan
Kumpulan Belajar
Kelas Bebas
Sekolah Keliling
6. Extention Education
c. Pelita Ketiga PLS merupakan salah satu subsistem dari satu sistem pendidikan nasional,
yang turut membentuk manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan
seumur hidup. Kedua subsistem pendidikan sekolah dan luar sekolah, yang saling menunjang
dan saling melengkapi
Hal-hal yang dilakukan sekarang, dampaknya baru akan terasa lima belas atau dua puluh
tahun kemudian (Gede Raka, 2005) Sudah menjadi komitmen Pendidikan Nonformal melalui
serangkaian program dan kegiatannya seperti program Kecakapan Hidup dari
penyelenggaraan pendidikan keaksaraan, pendidikan usia dini, penuntasan wajib belajar 9
tahun, pendidikan berkelanjutan melalui kursus, magang dan kejar paket A, B maupun C
hingga pemberdayaan kesetaraan gender bertujuan agar kualitas kehidupan masyarakat
menjadi kian membaik.
Kedua, masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada institusi
pendidikan nonformal di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola, mengembangkan dan
melembagakan pendidikan nonformal.
Ketiga, masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan nonformal baik yang
menunjang penyelenggaraan maupun proses pembelajaran pendidikan nonformal.
2. Adanya program yang tidak konsepsional, asal dibuat dan asal dilaksanakan karena
ada sumber dananya. Sudah barang tentu hal yang demikian ini akan merupakan
suatu pemborosan.
3. Adanya beberapa program kegiatan yang boleh di bilang sama, tetapi di laksanakan
oleh beberapa pihak. Program semacam ini tentu saja tidak efektif, tidak efesien
karen abanyak menghabiskan waktu, menghabiskan uang dan tenaga, dan akhirnya
justru merupakan kegiatan yang membosankan banyak orang.
4. Kurang atau tidak adanya pengertian, kesadaran serta tanggung jawab terhadap
program yang dilaksanakan, baik dari pihak pelaksana, para pejabat maupun
masyarakat.
5. Heterogenitas latar belakang pendidikan dan pengalaman para petugas di satu pihak
dan warga belajar di lain pihak dapat menimbulkan perbedaan yang tajam, dalam hal
ini nilai kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya.
6. Karena banyaknya kebutuhan yang hendak dilayani, maka kurikulum yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan tersebut kerap kali tumbuh dan kurang terperinci.
7. Kelemahan pada metode atau cara-cara pendekatan yang formal sehingga jarak antara
sumber belajar dan warga belajar tetap jauh, hal ini akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar.
8. Sikap warga belajar yang kurang serius , sesudah itu menjadi bosan, dan akhirnya
tidak pernah kelihatan lagi.
10. Keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana seta faktor penunjangkegiatan lainnya,
boleh dibilang merupakan sandungan yang bisa memporakporandakan kegiatan suatu
program.
11. Kelemahan dalam hal koordinasi dan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait
kurang baik.
12. Cara-cara yang digunakan untuk mengadakan supervisi, monitoring dan evaluasi
nampak masih kurang tepat, dalam arti kurang sistemik dan kurang metodis, sehingga
sulit diketahui apakah suatu program itu berhasil ataukah tidak berhasil.
13. Pendidikan luar sekolah belum mendapat pemahaman dan perhatian yang proporsional
dengan pendidikan sekolah, baik berkenaan dengan peraturan perundangan maupun
dukungan anggaran sehingga pemerataan pelayanan pendidikan luar sekolah bagi
masyarakat diberbagai lapisan dan diberbagai daerah belum dapat dilaksanakan secara
optimal.
14. Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada institusi pendidikan luar
sekolah di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola, mengembangkan dan
melembagakan pendidikan luar sekolah.
Macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika pendidikan :
1.Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.
2. Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
1. Tujuan program PLS pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau
kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya program pendidikan tertuju kepada
pengembangan bakat dan kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil
sebagai individu berbakat/ berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan
masyarakat.
2. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan pendidikan luar
sekolah, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil,
5. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar.
Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan yang bertugas
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan memberikan kesempatan belajar seluas-
luasnya bagi masyarakat.
Pendidikan luar sekolah Sebagai upaya membantu kehidupan masyarakat dalam bidang
pendidikan pada khususnya dan memperoleh pekerjaan, Sudjana (2004:74) mengemukakan
bahwa pendidikan nonformal berfungsi sebagai:
tujuan pendidikan luar sekolah adalah memberikan kesempatan belajar yang seluas-
luasnya bagi masyarakat yang karena berbagai faktor seperti kesulitan ekonomi, sosial dan
lingkungan yang kurang mendukung tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan
melalui pendidikan sekolah.
Ilich Ivan. 2019. Filosifis untuk Memperkuat Pendidikan Luar Sekolah Di Indonesia.
[internet].Tersediadi:http://ejournal.ac.id/index.php/article/view.
Wisni,S. (2006). Aktualisasi Nilai Dalam Konteks Pendidikan Luar Sekolah Yang Berbasis
Pada Kearifan Lokal. Jurnal Ilmiah Visi Dik-PNF, 1(2), 57-58.