Anda di halaman 1dari 19

ANALISIS KEBUTUHAN PLS

ISU, KAJIAN, DAN PERMASALAHAN PLS

DosenPengampu :Drs. Imron A Hakim, M. Si.

Shomedran, M. Pd.

OLEH :

KELOMPOK 8

SRI MALISA ( 06151181823005 )

FITRI ANGGRAINI ( 06151181823006 )

AGIL WISNU TOMO ( 06151281823017 )

REGINA FINESKA BR SINUHAJI (06151281823024)

SELA MONIKA ( 06151281823054)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2019
KATA PENGANTAR
Assalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Segala puji syukur kepada Allah SWT, yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentu kami tidak sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.

Kami juga mengucap syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga mampu menyelesaikan pembuatan
makalah ini sebagai tugas dari mata kuliah Analisis Kebutuhan PLS dengan tema yaitu :
”Isu, Kajian, dan Permasalahan Pendidikan Luar Sekolah ”.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan. Oleh karena
itu, kami menerima segala kritik serta saran sehingga makalah ini bisa menjadi lebih baik.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Indralaya, 5 Oktober 2019

Kelompok 8
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………...… .ii

DAFTAR ISI….……………………………………………………………………..…iii

BAB I PENDAHULUAN……….…………………………...…………………………1

1.1 Latar Belakang…………………………….………………………………………....1

1.2 Rumusan Masalah…………………………………….………………………...…....2

1.3 Tujuan………………..……………………………………………………………....2

BAB II PEMBAHASAN…………………………………………...…………….…….3

2.1 Isu dan Kajian PLS………………………………………………………………….3

2.2Permasalahan – permasalahan PLS……………………….……………………….10

2.3Solusi Permasalahan PLS…………………………….…………………………....12

BAB IIIPENUTUP…………..……………………………………………………….15

3.1 Kesimpulan…………………………………………………………………...…….15

DAFTAR PUSTAKA ………………….…………………………………..………....17


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan nonformal adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar
sistem persekolahan yang mapan, dilakukan secara mandiri untuk melayani peserta didik
tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.
Pendidikan Luar Sekolah (pendidikan nonformal) adalah salah satu jalur
pendidikan yang bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan memberikan
kesempatan belajar seluas-luasnya bagi masyarakat. Pendidikan Luar Sekolah sebagai
bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki arti penting dalam mengentaskan
masyarakat dari berbagai macam permasalahan hidup dan kehidupan. Adanya Pendidikan
Luar Sekolah menunjukkan bahwa pendidikan ditingkat formal belum bisa memenuhi
kebutuhan masyarakat akan edukasi dan demi mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pada realita yang terjadi akan banyak masalah – masalah yang akan dihadapi oleh
Pendidikan Luar Sekolah. Setiap masalah ini bukan hanya fokus pada proses pelaksanaan
Pendidikan Luar Sekolah tetapi pada warga belajar yang juga memiliki masalah –
masalah yang membutuhkan penyelesaian. Pada pembahasan makalah ini akan dibahas
lebih jelas mengenai solusi untuk setiap permasalahan yang akan dihadapi oleh
Pendidikan Luar Sekolah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa isu dan kajian pendidikan luar sekolah ?
2. Apa tujuan pendidikan luar sekolah ?
3. Apa tantangan pembangunan pendidikan nonformal ?
4. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi pendidikan luar sekolah ?
5. Apa solusi terhadap permasalahan pendidikan luar sekolah ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui isu dan kajian Pendidikan Luar Sekolah.


2. Untuk memahami tujuan pendidikan luar sekolah.
3. Untuk mengetahui tantangan pembangunan pendidikan nonformal.
4. Untuk mengetahui masalah-masalah yang dihadapi Pendidikan Luar Sekolah.
5. Untuk memberikan solusi terhadap permasalahan Pendidikan Luar Sekolah.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Isu dan Kajian Pendidikan Luar Sekolah

Coombs (Sudjana, 2004 : 22) memberikan definisi bahwa pendidikan nonformal


adalah setiap kegiatan terorganisasi dan sistematis, di luar sistem persekolahan yang mapan,
dilakukan secara mandiri atau merupakan bagian penting dari kegiatan yang lebih luas, yang
sengaja dilakukan untuk melayani peserta didik tertentu di dalam mencapai tujuan belajarnya.

Pendidikan Luar Sekolah (pendidikan non formal) adalah salah satu jalur pendidikan
yang bertugas mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan memberikan kesempatan
belajar seluas-luasnya bagi masyarakat. Soedijanto dalam Umberto Sihombing (1999:111)
menyebutkan bahwa tujuan pendidikan luar sekolah adalah memberikan kesempatan belajar
yang seluas-luasnya bagi masyarakat yang karena berbagai faktor seperti kesulitan ekonomi,
sosial dan lingkungan yang kurang mendukung tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti
pendidikan melalui pendidikan sekolah.

Tujuan pendidikan nasional tersebut dituangkan dalam Garis-garis Besar Haluan


negara (GBHN) bidang pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional di atas
pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No 73 Tahun 1991 Bab II Pasal 2
tentang penyelenggaraan Pendidikan Luar Sekolah yang didalamnya membagi Sistem
Pendidikan Nasional menjadi dua pendidikan yaitu pendidikan sekolah dan pendidikan luar
sekolah. Selanjutnya dalam peraturan tersebut dijabarkan tujuan pendididikan luar sekolah,
yaitu :

(1) Melayani warga belajar agar dapat tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan
sepanjang hayat guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya.
(2) Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang
diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ke jenjang
pendidikan yang tinggi.
(3) Memenuhi kebutuhan belajar yang tidak dapat dipenuhi dalam jalur pendidikan sekolah.
Sebagai upaya membantu kehidupan masyarakat dalam bidang pendidikan pada
khususnya dan memperoleh pekerjaan, Sudjana (2004:74) mengemukakan bahwa pendidikan
nonformal berfungsi:
(1) Suplement (tambahan), pendidikan nonformal memberikan kesempatan pendidikan bagi
mereka yang telah menamatkan jenjang pendidikan formal tetapi dalam tempat dan
waktu berbeda.

(2) Komplement (pelengkap) pendidikan sekolah, pendidikan nonformal menyajikan


seperangkat kurikulum tetap yang dibutuhkan sesuai dengan situasi daerah dan
masyarakat.

(3) Substitusi (pengganti) pendidikan sekolah, pendidikan nonformal dapat mengganti fungsi
sekolah terutama pada daerah-daerah yang belum dijangkau oleh program pendidikan
sekolah.

Sasaran Pendidikan Luar Sekolah menurut Santoso S. Hamijoyo (1993:18) adalah sebagai
berikut:

1. Semua anggota masyarakat yang tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti program
sekolah.

2. Semua anggota masyarakat yang karena sesuatu hal tidak dapat menyelesaikan studi di
tingkat pendidikan tertentu secara bulat, golongan ini dikenal dengan namagagal sekolah
atau drop out.

3. Anggota masyarakat yang walaupun telah menyelesaikan studi pada tingkat tertentu
(formal) masih perlu untuk mendapatkan pendidikan melalui program pendidikan luar
sekolah.

Pendidikan Luar Sekolah sebagai bagian dari sistem pendidikan nasional memiliki arti
penting dalam mengentaskan masyarakat dari berbagai macam permasalahan hidup dan
kehidupan. PLS memiliki kepedulian terhadap masyarakat yang pada aspek tertentu tidak
memiliki akses terhadap pembangunan pendidikan. Ternyata pendidikan formal tidak selalu
berpihak kepada semua pihak tetapi masih ditemukan gejala keberpihakannya kepada
kelompok masyarakat yang memiliki kapital. Fasli Jalal (2005) dalam Peran Tenaga Pendidik
PNF dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan Melalui Jalur Pendidikan Nonformal menyajikan
data bahwa 46,92% penduduk pada tingkatan umur 0-24 tahun pada jenjang yang sesuai
sudah terlayani dalam proses pendidikan formal, sementara 55,04% belum terlayani di
jenjang yang sesuai. Presentase tersebut terdistribusi sebagai buta aksara dengan angka
pengangguran yang meningkat serta status drop out. Angka ini tentu saja menjadi tantangan
bagi Pendidikan Nonformal atau PLS untuk mencari solusinya. Banyak usaha sudah
dilakukan. Menteri Pendidikan silih berganti. Bermacam-macam tema atau jargon
diperkenalkan. Namun demikian, masalah pendidikan dari tahun ke tahun tetap menjadi isu
besar di negeri ini. Dari sudut pandang optimis, orang mengatakan bahwa usaha untuk
memperbaiki pendidikan memang makan waktu lama.

Alasan-alasan Timbulnya Sistem Pendidikan Luar adalah sebagai berikut :

1. Alasan dari Segi Faktual-Historis

a. Kesejarahan

Pada umumnya orang beranggapan bahwa bila memperbincangkan masalah pendidikan


maka orientasinya ke dunia sekolah dan menghubungkan guru dengan murid. Mereka kurang
menyadari bahwa sebelum seseorang anak menjadi murid, anak-anak telah memperoleh
pendidikan yang telah diberikan oleh keluarganya terutama ayah dan ibunya Anak-anak
bayak belajar di rumah dari ibunya atau orang tuanya di mana dan kapan saja serta
menyangkut berbagai hal yang mereka perlukan di dalam petumbuhannya ke arah sempurna
Hal ini seperti diungkapkan oleh Drs. SWARNO bahwa: “Di dalam keluargalah anak
pertama-tama menerima pendidikan, dan pendidikan yang diperoleh dalam keluarga ini
merupakan pendidikan yang terpenting atau utama terhadap perkembangan pribadi anak”.
Jadi jelas, anggapan sementara orang seperti tersebut di atas merupakan pengingkaran
terhadap kenyataan yang ada Di samping itu, sudah selayaknya orang tua mempunyai
tanggung jawab moral terhadap pendidikan anak-anaknya agar mereka kelak menjadi orang
desa yang tidak tercela

b. Kebutuhan pendidikan

Kesadaran akan kebutuhan pendidikan dari masyarakat semakin meluas seiring dengan
munculnya Negara-negara yang baru merdeka dengan segala kekurangannya akibat
penjajahan di masa lampau yang berlangsung berpuluh-puluh tahun atau bahkan beratusratus
tahun Sisi lain yang berpengaruh akan kesadaran kebutuhan pendidikan ini adalah kemajuan
ilmu dan teknologi, perkembangan ekonomi, perkembangan politik, yang melanda hampir di
semua belahan dunia. Realitas lain adalah makin dibutuhkannya berbagai macam keahlian
dalam menyongsong kehidupan yang semakin kompleks dan penuh tuntutan, maka wajar
masyarakat menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program
keahlian Hal ini berimplikasi pada system dan bentuk-bentuk pendidikan yang dilaksanakan
seterusnya dikenal adanya system pendidikan sekolah dan system pendidikan luar sekolah
serta ada bentuk pendidikan formal, pendidikan informal dan pendidikan non formal.

c. Keterbatasan Sistem Persekolahan

Di sisi lain system persekolahan, mengharuskan siswa berada dalam bentuk menyeluruh
dan kahlian yang sejenis sehingga mereka terasing dari pengetahuan dan keahlian lain
Kekurang / kelemahan sistem persekolahan inilah yang memungkinkan kegiatan pendidikan
luar sekolah menerobosnya sehingga terungkaplah pengetahuan dan keahlian yang selama ini
dirasakan sebagai kekurangan.

d. Potensi Sumber Belajar

Di masyarakat teryata tersebar berbagai sumber belajar yang tidak terbilang banyaknya
dan sumber belajar demikian dapat bersifat makhluk hidup maupun benda-benda mati Orang-
oang yang ahli, orang-orang yang pintar, orang-orang yang terampil penuh pengalaman
merupakan sumber belajar yang bersifat manusiawi sedangkan kepustakaan desa, Koran,
Majalah, Kaset, Film, dan bengkel kerja yang ada, merupakan sumber belajar yang bisa
memperoleh ilham untuk menemukan kebutuhan yang berguna bagi seseorang. Sumber-
sumber belajar tersebut, memberi lapangan bagi penyelenggaraan pendidikan luar sekolah
baik berupa kursus dan latihan yang selama ini belum mereka dapatkan dan alami

e. Keterlantaran Pendidikan Luar Sekolah

Pada mulanya orang telah menyelenggarakan berbagai kegiatan pendidikan yang pada
hakikatnya menggunakan system di luar dunia sekolah dan dilaksanakan bersamaan dengan
pendidikan sekolah biasa, namun kegiatan-kegiatan banyak yang telah ditinggalkan orang,
seperti

1. Masseducation

2. Adult Enducation

a. Pendidikan Lanjutan

b. Pendidikan Pembaruan

c. Pendidikan Kader Organisasi

d. Pendidikan Populer

3. Fundamental Education
 Kecakapan berfikir dan bergaul dan berumah tangga
 Kecakapan kerajinan dan kesenian
 Kecakapan kejujuran
 Pengetahuan tentang Lingkungan alam
 Pendidikan jiwa, akhlak dan kesehatan

4. Pendidikan Masyarakat Kursus dan Latihan

 Kumpulan Belajar
 Kelas Bebas
 Sekolah Keliling

5. Pendidikan kemasyarakatan dapat dicontohkan Balai Pengetahuan Rakyat

6. Extention Education

2 Alasan dari segi Analisa-Perspektif

a. Palestarian Indentitas Bangsa Perubahan-perubahan yang bermakna ditekankan pada


adanya isi perubahan yang berhubunhan dengan identitas bangsa yakni penerusan
kebudayaan nasional dari satu generasi ke generasi selanjutnya Tujuan perubahan ini
menyangkut keselarasan dan keseniam perkembangan bangsa yang bersangkutan di tengah-
tengah kemajuan zaman sekarang ini sehingga bangsa tersebut dapat hidup dan berperan aktif
di dunia Perubahan secara sistemtis dimaksudkan bahwa perubahan tersebut melalui
langkahlangkah dan saluran-saluran sehingga perubahan dapat diarahkan dan dipertanggung
jawabkan tercapainya tujuan yang diinginkan

b. Kecenderungan Belajar Individual-Madiri Kecenderungan belajar seseorang tidak bisa


dihalangi oleh siapapun dan keinginan untuk belajar ini dapat timbul kapan saja dengan tidak
memendang Jenis Kelamin, Usia, Latar belakang pendidikan, tempat tinggal dan
kecenderungan ini juga diperkuat oleh kemajuan ilmu dan teknologi seperti: Radio, Televisi,
Mass media cetak dan kemudahan komunikasi antar daerah. Tersebarnya ahli pengetahuan
yang lebih propesional semakin dapat memenuhi keinginan belajar mendiri.

3. Alasan dari Segi Formal-Kebijakan

a. Undang-undang Dasar 1945 1 Pembukaan UUD 1945 menyebutkan Melindungi segenap


bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. 2 Batang tubuh UUD 1945
menyebutkan pula: Pasal 31, ayat (1) : Tiap-tiap warga negara berhak mendapatkan
pengajaran”. Pasal 31, ayat (2) : Pemerintah mengusahakan dan menyelengarakan satu sistem
pengajaran nasional, yang diatur dengan undang-undang”.

b. Garis-garis Besar Haluan Negara

1. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah


tangga, sekolah, dan masyarakat.

2. Pendidikan juga menjangkau program-program luar sekolah yaitu pendidikan yang


bersifat kemasyarakatan, termasuk kepramukaan, latihan-latihan keterampilan dan
pemberantasan buta huruf dengan mendaya gunakan sarana dan prasarana yang ada

c. Pelita Ketiga PLS merupakan salah satu subsistem dari satu sistem pendidikan nasional,
yang turut membentuk manusia seutuhnya dan membina pelaksanaan konsep pendidikan
seumur hidup. Kedua subsistem pendidikan sekolah dan luar sekolah, yang saling menunjang
dan saling melengkapi

Hal-hal yang dilakukan sekarang, dampaknya baru akan terasa lima belas atau dua puluh
tahun kemudian (Gede Raka, 2005) Sudah menjadi komitmen Pendidikan Nonformal melalui
serangkaian program dan kegiatannya seperti program Kecakapan Hidup dari
penyelenggaraan pendidikan keaksaraan, pendidikan usia dini, penuntasan wajib belajar 9
tahun, pendidikan berkelanjutan melalui kursus, magang dan kejar paket A, B maupun C
hingga pemberdayaan kesetaraan gender bertujuan agar kualitas kehidupan masyarakat
menjadi kian membaik.

Keberpihakkan pemerintah terhadap masyarakat yang tak terlayani melalui pendidikan


formal ini mendasarkan pada pemahaman akan bangkitnya kesadaran kritis. Sebuah tesis
Paulo Freire (sebagaimana disitir Roem Topatimasang dkk, 2005 dalam buku Pendidikan
Populer) dengan tema pokoknya bahwa pendidikan adalah proses memanusiakan manusia
kembali. Gagasan ini berangkat dari suatu analisis bahwa sistem kehidupan sosial, politik,
ekonomi dan budaya saat ini membuat masyarakat mengalami proses dehumanisasi. Keadaan
ini sangat bertentangan dengan makna pendidikan yang berorientasi pada terjadinya proses
hominisasi dan humanisasi. Bahwa individu melalui proses pendidikan memiliki kesempatan
yang sama untuk memperoleh pengakuan atas kehidupan yang layak hingga pada kesempatan
untuk mengaktualisasi diri dengan segala potensi dan berdampak positif pada pengembangan
lingkungan sekitarnya.

Apabila merujuk pada pendekatan penyusunan program dan anggaran pendidikan


nasional tahun 2005- 2009, maka apa yang menjadi komitmen pemerintah melalui PNF
diselaraskan dengan visi dan misi yang telah ditetapkan. Sepanjang penerapan program dan
kegiatan ini dilaksanakan maka akan terbentuk individu dan masyarakat yang memiliki
muatan nilai, keterampilan, dan peningkatan kesadaran kritis. Pengembangan dan aktualisasi
nilai yang sering terabaikan dengan berbasis kearifan lokal akan terlaksana secara
berkelanjutan. Implikasi dari pernyataan di atas juga dapat dijelaskan bahwa Pendidikan
Nonformal (PLS) memiliki kepentingan akan pentingnya aktualisasi nilai bukan saja di
sistem pendidikan sekolah akan tetapi di satuan pendidikan lain yang diselenggarakan
masyarakat.

Tantangan pembangunan pendidikan nonformal untuk kurun waktu sepuluh tahun ke


depan adalah sebagai berikut:
Pertama, dalam kaitannya dengan meningkatkan perluasan dan pemerataan, adalah
bagaimana penyelenggaraan pendidikan nonformal yang terdiri dari pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pemberantasan buta aksara, pendidikan berkelanjutan, pendidikan
vokasi, pengembangan masyarakat, pendidikan perempuan (gender) dan dukungan terhadap
pengentasan kemiskinan dapat dilakukan secara lebih meluas dan merata sehingga lebih
mampu menampung dan menjangkau warga masyarakat lebih banyak dari yang selama ini
telah dijangkau.
 Kedua, dalam kaitannya dengan mutu dan relevansi, adalah bagaimana pendidikan
nonformal diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sehingga mampu
mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah, dan dapat memenuhi pendidikan selanjutnya
serta menciptakan dan memenuhi lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar. 
Ketiga, dalam kaitannya dengan penataan sistem manajemen pendidikan, baik yang
dikelola pemerintah maupun masyarakat adalah bagaimana meningkatkan peran serta
masyarakat dan pemerintah daerah dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan
nonformal, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, serta pembiayaannya sehingga
pelembagaan penyelenggaraan pendidikan nonformal yang dikelola oleh, dari, dan untuk
masyarakat mengakar pada mekanisme perkembangan lingkungan masyarakat.
2.2Masalah-masalah yang dihadapi Pendidikan Luar Sekolah

Beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan


nonformal dewasa ini adalah sebagai berikut: 

Pertama, Pendidikan nonformal belum mendapat pemahaman dan perhatian yang


proporsional dengan pendidikan sekolah, baik berkenaan dengan peraturan perundangan
maupun dukungan anggaran sehingga pemerataan pelayanan pendidikan nonformal bagi
masyarakat diberbagai lapisan dan diberbagai daerah belum dapat dilaksanakan secara
optimal. 

Kedua, masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada institusi
pendidikan nonformal di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola, mengembangkan dan
melembagakan pendidikan nonformal. 

Ketiga, masih terbatasnya sarana dan prasarana pendidikan nonformal baik yang
menunjang penyelenggaraan maupun proses pembelajaran pendidikan nonformal. 

Keempat, ketergantungannya penyelenggaraan kegiatan pendidikan nonformal di


lapangan pada tenaga sukarela sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan
program pendidikan nonformal. 

Kelima, masih relatif rendahnya partisipasi/peranserta masyarakat dalam


memprakarsai penyelenggaraan dan pelembagaan pendidikan nonformal.

Ternyata melaksanakan kegiatan program pendidikan nonformal tidaklah semudah


yang dikatakan orang. Banyak kesulitan yang di hadapi, yang seringkali melibatkan
terjadinya kegagalan ataupun kurang berhasilnya suatu program pendidikan luar sekolah, dan
akhirnya muncul pula masalah-masalah baru di hadapan kita.

Masalah-masalah pendidikan luar sekolah yang kita hadapi adalah:

1. Adanya kelemahan di dalam menentukan diagnosa perencanaan program. Ini bersumber


pada kurang pandainya si perencana dalam mengidentifikasi masalah dan kebutuhan
apa yang sebenarnya di kehendaki oleh masyarakat, serta kurang bisa menggali,
mengatur dan memanfatkan sumber potensial yang ada.

2. Adanya program yang tidak konsepsional, asal dibuat dan asal dilaksanakan karena
ada sumber dananya. Sudah barang tentu hal yang demikian ini akan merupakan
suatu pemborosan.
3. Adanya beberapa program kegiatan yang boleh di bilang sama, tetapi di laksanakan
oleh beberapa pihak. Program semacam ini tentu saja tidak efektif, tidak efesien
karen abanyak menghabiskan waktu, menghabiskan uang dan tenaga, dan akhirnya
justru merupakan kegiatan yang membosankan banyak orang.

4. Kurang atau tidak adanya pengertian, kesadaran serta tanggung jawab terhadap
program yang dilaksanakan, baik dari pihak pelaksana, para pejabat maupun
masyarakat.

5. Heterogenitas latar belakang pendidikan dan pengalaman para petugas di satu pihak
dan warga belajar di lain pihak dapat menimbulkan perbedaan yang tajam, dalam hal
ini nilai kecakapan dan ketrampilan yang dimilikinya.

6. Karena banyaknya kebutuhan yang hendak dilayani, maka kurikulum yang disusun
untuk memenuhi kebutuhan tersebut kerap kali tumbuh dan kurang terperinci.

7. Kelemahan pada metode atau cara-cara pendekatan yang formal sehingga jarak antara
sumber belajar dan warga belajar tetap jauh, hal ini akan mempengaruhi proses dan
hasil belajar.

8. Sikap warga belajar yang kurang serius , sesudah itu menjadi bosan, dan akhirnya
tidak pernah kelihatan lagi.

9. Tidak adanya kemampuan warga belajar untuk berwiraswasta (meskipun semangat


dan minatnya ada) sehingga apa yang diharapkan sesudah selesai mengikuti kegiatan
program, akhirnya tetap hanya sebagai harapan saja.

10. Keterbatasan dalam hal sarana dan prasarana seta faktor penunjangkegiatan lainnya,
boleh dibilang merupakan sandungan yang bisa memporakporandakan kegiatan suatu
program.

11. Kelemahan dalam hal koordinasi dan kerjasama dengan instansi atau lembaga terkait
kurang baik.

12. Cara-cara yang digunakan untuk mengadakan supervisi, monitoring dan evaluasi
nampak masih kurang tepat, dalam arti kurang sistemik dan kurang metodis, sehingga
sulit diketahui apakah suatu program itu berhasil ataukah tidak berhasil.

13. Pendidikan luar sekolah belum mendapat pemahaman dan perhatian yang proporsional
dengan pendidikan sekolah, baik berkenaan dengan peraturan perundangan maupun
dukungan anggaran sehingga pemerataan pelayanan pendidikan luar sekolah bagi
masyarakat diberbagai lapisan dan diberbagai daerah belum dapat dilaksanakan secara
optimal.

14. Masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada institusi pendidikan luar
sekolah di tingkat pusat dan daerah dalam mengelola, mengembangkan dan
melembagakan pendidikan luar sekolah.

2.3 Solusi Terhadap Permasalahan Pendidikan Luar Sekolah

Macam masalah pendidikan tersebut masing – masing dikatakan teratasi jika pendidikan :

1.Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: Semua warga negara yang
butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu satuan pendidikan.

2. Dapat rnencapai hasil yang bermutu, artinya: Perencanaan, pemrosesan pendidikan dapat
mencapai hasil sesuai dengan tujuan yang telah dirumuskan.

3. Dapat terlaksana secara efisien, artinya: Pemrosesan pendidikan sesuai dengan rancangan
dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.

4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: Hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.

Dari deskripsi di atas, maka dapat diidentifikasi permasalahan pendidikan luar


sekolah terutama dapat diatasi dengan cara sebagai berikut :

1. Tujuan program PLS pertama-tama harus difokuskan pada pembentukan karakter atau
kepribadian peserta didik. Pada tahap selanjutnya program pendidikan tertuju kepada
pengembangan bakat dan kebaikan sosial. Peserta didik digali potensinya untuk tampil
sebagai individu berbakat/ berkemampuan yang akan memiliki nilai guna bagi kepentingan
masyarakat.

2. Kurikulum pendidikan PLS dikembangkan dengan memadukan pendidikan umum dan


pendidikan praktis. Kurikulum diarahkan pada upaya pengembangan kemampuan berpikir
melalui pendidikan umum. Di samping itu kurikulum juga dikembangkan untuk
mempersiapkan keterampilan bekerja untuk keperluan memperoleh mata pencaharian melalui
pendidikan praktis.
3. Metode pendidikan dalam program PLS disusun menggunakan metode pendidikan
dialektis, sesuai dengan kebutuhan masyarakat setempat. Meskipun demikian, setiap metode
yang dianggap efektif dapat pula digunakan untuk mendorong belajar.

4. Peserta didik bebas mengembangkan bakat dan kepribadiannya. Pendidikan bekerjasama


dengan alam dengan proses pengembangan kemampuan ilmiah. Oleh karena itu tugas utama
tenaga pendidik adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik dapat
belajar dengan efisien dan efektif.

Sedangkan untuk program berkelanjutan adalah memfasilitasi segala sesuatu yang


berkaitan dengan sektor ketrampilan/kursus-kursus dan kewirausahaan lain yang
ditindaklanjuti dengan pengawasan dan pendampingan. Oleh sebab itu, program PLS mampu
meningkatkan pengetahuan, keterampilan, profesionalitas, produktivitas, dan daya saing
dalam merebut peluang pasar dan peluang usaha, maka yang perlu disusun rencana strategis,
diantaranya:

1. Meningkatkan mutu tenaga kependidikan pendidikan luar sekolah,

2. Meningkatkan mutu sarana dan prasarana dapat memperluas pelayanan pendidikan luar
sekolah, dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil,

3. Meningkatkan pelaksanaan program kendali mutu melalui penetapan standard kompetensi,


standard kurikulum untuk kursus,

4. Meningkatkan kemitraan dengan pihak berkepentingan (stakholder) seperti asosiasi


profesi, lembaga diklat, bank-bank konvensional, perusahaan-perusahaan, lembaga
pendidikan/kampus, dan lain-lain,

5. Melaksanakan penelitian kesesuain program PLS dengan kebutuhan masyarakat dan pasar.
Demikian pula kaitan dengan peningkatan kualitas manajemen pendidikan.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan luar sekolah adalah salah satu jalur pendidikan yang bertugas
mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan memberikan kesempatan belajar seluas-
luasnya bagi masyarakat.

Pendidikan luar sekolah Sebagai upaya membantu kehidupan masyarakat dalam bidang
pendidikan pada khususnya dan memperoleh pekerjaan, Sudjana (2004:74) mengemukakan
bahwa pendidikan nonformal berfungsi sebagai:

(1) Suplement (tambahan) (2) Komplement (pelengkap) (3) Substitusi (pengganti)

tujuan pendidikan luar sekolah adalah memberikan kesempatan belajar yang seluas-
luasnya bagi masyarakat yang karena berbagai faktor seperti kesulitan ekonomi, sosial dan
lingkungan yang kurang mendukung tidak mendapat kesempatan untuk mengikuti pendidikan
melalui pendidikan sekolah.

Tantangan pembangunan pendidikan nonformal untuk kurun waktu sepuluh tahun ke


depan adalah sebagai berikut:
Pertama, dalam kaitannya dengan meningkatkan perluasan dan pemerataan, adalah
bagaimana penyelenggaraan pendidikan nonformal yang terdiri dari pendidikan anak usia
dini, pendidikan dasar, pemberantasan buta aksara, dan pendidikan berkelanjutan. Kedua,
dalam kaitannya dengan mutu dan relevansi, adalah bagaimana pendidikan nonformal
diarahkan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas sehingga mampu mengembangkan
diri, bekerja mencari nafkah, dan dapat memenuhi pendidikan selanjutnya serta menciptakan
dan memenuhi lapangan kerja sesuai dengan kebutuhan pasar. Ketiga, dalam kaitannya
dengan penataan sistem manajemen pendidikan, baik yang dikelola pemerintah maupun
masyarakat adalah bagaimana meningkatkan peran serta masyarakat dan pemerintah daerah
dalam penyelenggaraan dan pengelolaan pendidikan nonformal, mulai dari perencanaan,
pelaksanaan, evaluasi, serta pembiayaannya sehingga pelembagaan penyelenggaraan
pendidikan nonformal yang dikelola oleh, dari, dan untuk masyarakat mengakar pada
mekanisme perkembangan lingkungan masyarakat.
Adapun beberapa permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah dewasa ini adalah: pertama, pendidikan luar sekolah belum
mendapatkan pemahaman dan perhatian yang proporsional dengan pendidikan sekolah.
Kedua masih terbatasnya jumlah dan mutu tenaga profesional pada instansi pendidikan luar
sekolah ditingkat pusat dan daerah dalam mengelolah,mengembangkan dan melembagakan
pendidikan nonformal. Ketiga masalah terbatasnya saran dan prasarana pendidikan nonformal
baik yang menunjang penyelenggaraan mau pun proses pembelajaran. Empat
ketergantungannya penyelenggaraan kegiatan pendidikan nonformal dilapangan pada tenaga
sukarela sehingga tidak ada jaminan kesinambungan pelaksanaan program pendidikan
nonformal. Kelima, masih relatif rendahnya partisipasi/peserta masyarakat dalam
memprakarsai penyenggaraan dan pelembagaan pendidikan nonformal. Melaksanakan
kegiatan program pendidikan nonformal tidaklah mudah,masih banyak kesulitan yang
dihadapi yang seringkali melibatkan terjadinya kegagalana ataupun kurang berhasilnya suatu
program pendidikan luar sekolah.

Solusi terhadap permasalahan pendidikan luar sekolah antara lain:

1. Dapat menyediakan kesempatan pemerataan belajar, artinya: semua warga negara


yang butuh pendidikan dapat ditampung dalam suatu suatuan pendidikan.
2. Dapat mencapai hasil yang bermutu, artinya: perencanaan,pemrosesan pendidikan
dapat mencapai hasil suatu dengan tujuan yang telah dirumuskan.
3. Dapat terlaksanakan secara efisien, artinya: pemrosesan pendidikan sesuai dengan
rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan.
4. Produknya yang bermutu tersebut relevan, artinya: hasil pendidikan sesuai dengan
kebutuhan masyarakat dan pembangunan.
Soal dan kunci jawaban
1. Sistem pendidikan dibagi menyadi dua yaitu, pendidikan sekolah dan luar sekolah.
Karena hal itu. Pemerintah mengeluarkan PP (Peraturan Pemerintah) tentang
penyelenggaraan pendidikan luar sekolah, pada…….
A. No. 73 Tahun 1991 Bab II Pasal 2
B. No. 73 Tahun 1992 Bab II Pasal 2
C. No. 72 Tahun 1991 Bab II Pasal 2
D. No. 72 Tahun 1992 Bab II Pasal 2
2. Apa permasalahan yang masih dihadapi dalam penyelenggaraan pendidikan luar
sekolah saat ini?
A. Pendidikan Luar Sekolah tidak memiliki banyak peminat
B. Pendidikan Luar Sekolah hanya untuk paket A,B,C
C. Masih terbatasnya mutu dan tenaga pengajayang profesional
D. Pendidikan Luar Sekolah tidak fleksibel
3. Masalah Pendidikan Luar Sekolah perlu diatasi dengan pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum baik di PLS dilakukan dengan cara……
A. Memadukan Pendidikan Usisa Dini dan Pendidikan Lansia
B. Memadukan Pendidikan Formal dan Pendidikan Orang Dewasa
C. Memadukan Pendidikan Umum dan Pendidikan Praktis
D. Memadukan Pendidikan Lansia dan Pendidikan Orang Dewasa
4. Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional pemerintah mengeluarkan peraturan
pemerintah (PP) No. 73 tahun 1991 Bab II Pasal 2 tentang penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah yang didalamnya membagi sistem pendidikan nasional
menjadi dua yaitu…….
A. Pendidikan Sekolah dan Pendidikan Luar Sekolah
B. Pendidikan Keaksaraan dan Pendidikan Luar Sekolah
C. Pendidikan Non Formal dan Informal
D. Pendidikan Luar Sekolah dan Pendidikan Lansia
DAFTAR PUSTAKA

Ilich Ivan. 2019. Filosifis untuk Memperkuat Pendidikan Luar Sekolah Di Indonesia.
[internet].Tersediadi:http://ejournal.ac.id/index.php/article/view.

Wisni,S. (2006). Aktualisasi Nilai Dalam Konteks Pendidikan Luar Sekolah Yang Berbasis
Pada Kearifan Lokal. Jurnal Ilmiah Visi Dik-PNF, 1(2), 57-58.

Anda mungkin juga menyukai