Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PENDIDIKAN INKLUSI
“REGULASI KEBIJAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI”

Oleh :
Kelompok 3
1. Nadilla Wahyu Apriliani (21010714032)
2. Aris Sugianto (21010714061)
3. Alissa Khotrunada (21010714068)

Manajemen Pendidikan 2021 B


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
PRODI S1 MANAJEMEN PENDIDIKAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala


rahmatNya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai.
Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak
yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik pikiran
maupun materinya.

Kami sebagai penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat


menambah pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami
berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam
kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan


dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan kami.
Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari
pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………….

Daftar isi……………………………………………………………………

Bab I Pendahuluan

1.1Latar Belakang …………………………………………………


1.2Rumusan Masalah………………………………………………
1.3Tujuan……………………………………………………………

Bab II Pembahasan

1. Teori dan konsep kebijakan pendidikan inklusi…………………


2. Landasan pendidikan inklusi……………………………………..
3. Komponen dan keberhasilan Pendidikan inklusi………………
4. Implementasi kebijakan Pendidikan inklusi……………………..
5. Daftar sekolah inklusi di beberapa daerah………………………

Bab III Penutup…………………………………………………………….

Daftar Pustaka……………………………………………………………...

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dan menjadi prioritas
dalam kehidupan manusia. Dengan pendidikan yang baik pastinya akan
melahirkan generasi penerus bangsa yang cerdas dan kompeten dalam
bidangnya. Setiap Negara memberikan kebijakan yang terbaik untuk
masyarakatnya mendapatkan pendidikan. Indonesia merupakan negara
yang mutu pendidikannya masih rendah jika dibandingkan dengan
negara-negara lain. Untuk memperbaiki pendidikan di Indonesia
diperlukan sistem pendidikan yang responsif terhadap perubahan dan
tuntutan zaman. Perbaikan itu dilakukan mulai dari pendidikan dasar,
pendidikan menengah dan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, bangsa
Indonesia harus menggunakan sistem pendidikan dan pola kebijakan
yang sesuai dengan keadaan Indonesia. Pengakuan atas hak pendidikan
bagi setiap warga negara, juga diperkuat dalam berbagai deklarasi
internasional. Pada tahun 1948, seperti Deklarasi Universal Hak Asasi
Manusia (1948), Deklarasi Dunia tentang Pendidikan untuk Semua
(1990),Peraturan Standar PBB tentang Persamaan Kesempatan bagi Para
Penyandang Cacat (1993), Pernyataan Salamanca dan Kerangka Aksi
UNESCO (1994), Undang-undang Penyandang Kecacatan (1997),
Kerangka Aksi Dakar (2000) dan Deklarasi Kongres Anak Internasional
(2004).

Pendidikan inklusif merupakan salah satu alternatif untuk


memperluas kesempatan akses pendidikan khususnya bagi anak
berkebutuhan khusus (penyandang kelainan dan kelompok anak kurang
beruntung lainnya). Anak penyandang kelainan sementara ini mendapat
pendidikan secara segregatif di satuan pendidikan khusus atau Sekolah
Luar Biasa (SLB). Dikarenakan jumlah SLB yang sangat terbatas
dibandingkan dengan populasi anak penyandang kelainan dan lokasi
SLB yang biasanya di perkotaan mengakibatkan anak penyandang
kelainan, terutama yang di daerah pinggiran dan pedesaan, belum
memperoleh layanan pendidikan formal secara memadai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana regulasi kebijakan tentang Pendidikan inklusi?
2. Bagaimana komponen dan keberhasilan Pendidikan inklusi?
3. Bagaimana implementasi kebijakan Pendidikan inklusi?

1.3 Tujuan
1. Mengetahui regulasi kebijakan tentang Pendidikan inklusi
2. Mengetahui komponen keberhasilan Pendidikan inklusi
3. Bagaimana implementasi kebijakan Pendidikan inklusi

BAB II
PEMBAHASAN

1. Teori dan konsep kebijakan pendidikan inklusi


Menurut Thomas R. Dye, seperti yang dikutib oleh Solichin
Abdul Wahab (2011: 4): Analisis kebijakan adalah untuk mengetahui
“What Goverments do, why they do it, and what difference it makes”.
Selanjutnya dikatakann, bahwa pandangan Dye tentang analisis
kebijakan ini pada akhirnya akan bermuara pada hal pendeskripsian
dan penjelasan mengenai sebab-sebab dan akibat-akibat dari
tindakan/perbuatan pemerintah. Pendapat lain mengatakan,
bahwa Kebijakan Publik adalah suatu keputusan yang dimaksudkan
untuk tujuan mengatasi permasalahan yang muncul dalam suatu
kegiatan tertentu yang dilakukan oleh instansi pemerintah dalam
rangka penyelenggaraan pemerintahan (Mustopadidjaja, 2002).
Hakim (2003) mengatakan, bahwa Studi Kebijakan Publik
mempelajari keputusan-keputusan pemerintah dalam mengatasi suatu
masalah yang menjadi perhatian publik. Berbagai masalah yang
dihadapi Pemerintah sebagian disebabkan karena kegagalan birokrasi
dalam memberikan pelayanan dan menyelesaikan persoalan publik.

William N. Dun (2003:98) yang mengutib pendapatnya E.S.


Quade mengatakan, bahwa analisis kebijakan adalah suatu bentuk
analisis yang menghasilkan dan menyajikan informasi sedemukian
rupa sehingga dapat memberi landasan dari para pembuat kebijakan
dalam membuat keputusan…Selanjutnya dalam halaman yang
berbeda, yang menyadur pendapat Thomas R Dye mengatakan
bahwa kebijakaan sebagai sebuah sistem, mencakup hubungan
timbal-balik di antara tiga unsur, yakni: kebijakan publik (public
Policy), pelaku kebijakan (Policy Stakeholders), dan lingkungan
kebijakan (policy environment) (2003: 109-110).

Proses formulasi kebijakan  dapat dilakukan melalui tujuh


tahapan sebagai berikut (Mustopadidjaja, 2002):
1. Pengkajian Persoalan.
Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami hakekat
persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya
dalam hubungan sebab akibat.

2. Penentuan tujuan
Penentuan tujuan adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang
hendak dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan
diformulasikan.
3. Perumusan Alternatif.
Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah yang
mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Penyusunan Model.
Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan yang
dihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal. Model dapat
dibangun dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model
matematika, model fisik, model simbolik, dan lain-lain.
5. Penentuan kriteria.
Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan
konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan. Kriteria
yang dapat dipergunakan antara lain kriteria ekonomi, hukum, politik,
teknis, administrasi, peranserta masyarakat, dan lain-lain.
6. Penilaian Alternatif.
Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan kriteria
dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai
tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam pencapaian
tujuan.
7. Perumusan Rekomendasi.
Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaian alternatif
kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara
optimal dan dengan kemungkinan dampak yang sekecil-kecilnya.

2. Landasan Pendidikan Inklusif

1. Landasan Filosofis
Secara filosofis, penyelenggaraan pendidikan inklusif dapat
dijelaskan sebagai berikut.
a. Bangsa Indonesia adalah bangsa yang berbudaya dengan lambang

negara Burung Garuda yang berarti ‘bhineka tunggal ika.’


Keragaman dalam etnik, adat istiadat, keyakinan, tradisi, dan
budaya merupakan kekayaan bangsa yang tetap menjungjung
tinggi persatuan dan kesatuan dalam Negara Kesatuan Republik
Indonesia.
b. Pandangan agama khususnya Islam antara lain ditegaskan bahwa:
(1) manusia dilahirkan dalam keadaan suci, (2) kemuliaan
seseorang di hadapan Tuhan bukan karena fisik tetapi taqwanya,
(3) Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu
sendiri, (4) manusia diciptakan berbeda-beda untuk saling
silaturahmi(‘inklusif’)
c. Pandangan universal hak azasi manusia, menyatakan bahwa setiap

manusia mempunyai hak untuk hidup layak, hak pendidikan, hak


kesehatan, hak pekerjaan.

2. Landasan Yuridis
a. UUD 1945 (Amandemen) Ps 31 : (1) berbunyi setiap warga negara

berhak mendapat pendidikan. Ayat (2) Setiap warga negara wajib


mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
b. UU no 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Ps 48

Pemerintah wajib menyelenggarakan pendidikan dasar minimal 9


tahun untuk semua anak. Ps 49 Negara, Pemerintah, Keluarga, dan
orang tua wajib memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada anak untuk memperoleh pendidikan.
c. UU no 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Ps 5

ayat (1) setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk
memperoleh pendidikan bermutu. Ayat (2) Warga negara yang
memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intelektual dan /atau
sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Ayat (3) Warga
negara di daerah terpencil atau terbelakang serta masyarakat adat
yang terpencil berhak memperoleh pendidikan layanan khusus.
Ayat (4) Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus. Pasal 11
ayat (1) dan (2) Pemerintah dan pemerintah daerah wajib
memberikan layanan dan kemudahan, serta menjamin
terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi setiap warga
negara tanpa diskriminasi. Pemerintah dan pemerintah daerah
wajib menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya
pendidikan bagi setiap warga negara yang berusia tujuh sampai
dengan lima belas tahun. Pasal 12 ayat (1) setiap peserta didik pada
setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan pelayanan
pendidikan sesuai dngan bakat, minat dan kemampuannya (1b)
Setiap peserta didik berhak pindah ke program pendidikan pada
jalur dan satuan pendidikan lain yang setara (1e) Pasal 32 ayat

Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang


memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran
karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan /atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Ayat (2) Pendidikan
layanan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik di daerah
teerpencil atau terbelakang, masyarakat adat terpencil, dan /atau
mengalami bencana alam, bencana sosial, dan tidak mampu dari
segi ekonomi. Dalam penjelasan pasal 15 alinea terakhir dijelaskan
bahwa pendidikan khusus merupakan penyelenggaraan pendidikan
untuk peserta didik yang berkelainan atau peserta didik yang
memiliki kecerdasan luar biasa yang diselenggarakan secara
inklusif atau berupa satuan pendidikan khusus pada tingkat
pendidikan dasar dan menengah. Pasal 45 ayat (1) Setiap satuan
pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan
prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecerdasan
intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik.
d. Peraturan pemerintah no 19 tahun 2005 tentang standar Nasional

pendidikan Pasal 2 ayat (1) Lingkungan Standar Nasional


Pendidikan meliputi standar isi, standar proses, standar kompetensi
lulusan, standar pendidik dan kependidikan, standar sarana
prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar
penilaian pendidikan. Dalam PP No 19/2005 tersebut juga
dijelaskan bahwa satuan pendidikan khusus terdiri atas SDLB,
SMPLB, SMA LB.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor
70 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa pendidikan inklusi
sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan yang memberikan
kesempatan kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan dan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat istimewa untuk
mengikuti pendidikan atau pembelajaran dalam lingkungan
pendidikan secara bersama-sama dengan peserta didik pada
umumnya. Hal ini tentunya merupakan terobosan bentuk pelayanan
pendidkan bagi anak-anak penyandang disabilitas dengan bentuk
penyelenggaraan pendidikan inklusif yang bertujuan untuk
memberikan kesempatan seluas-luasnya dan mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan yang menghargai keanekaragaman dan
tidak diskriminatif.
f. Kebijakan pemerintah sebagai komitmen untuk mewujudkan
penyelenggaraan pendidikan inklusif di Indonesia, dapat ditandai
dengan lahirnya Undang-undang sebagai berikut:
1.      UU No. 4 tahun 1997 pasal 5 tentang pernyandang anak
cacat
2.      UU No. 23 tahun 2002 pasal 48 dan 49 tentang
perlindungan anak
3.      UU No. 20 tahun 2003 pasal 5, ayat 1 sampai dengan 4
tentang sistem pendidikan Nasional tentang pendidikan bagi
peserta didik penyandang disabilitas.
4.      Surat Edaran Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah Kemendiknas Nomor 380/C.C6/MN/2003, tanggal
20 Januari 2003, Yakni: “Setiap kabupaten/kota diwajibkan
menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan inkluusif
di sekurang-kurangnya 4 (empat) sekolah yang terdiri dari SD,
SMP, SMA, SMK”.
5.      Permendiknas No. 70 tahun 2009 tentang Pendidikan
Inklusi
6.      PP No. 17 tahun 2010 pasal 127 sampai dengan 142,
tentang  Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan.

g. Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 72 tahun 1991 tentang


pendidikan Luar Biasa
h. Surat Edaran Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah
Kemendiknas Nomor 380/C.C6/MN/2003, tanggal 20 Januari 2003,
Yakni: “Setiap kabupaten/kota diwajibkan menyelenggarakan dan
mengembangkan pendidikan inkluusif di sekurang-kurangnya 4
(empat) sekolah yang terdiri dari SD, SMP, SMA, SMK”.
i. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6 tahun 2011 tentang
penyelenggaraan pendidikan inklusif provinsi Jawa Timur oleh
Gubernur Dr. H. SOEKARWO
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 6
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 70 Tahun
2009 tentang Pendidikan Inklusif bagi Peserta Didik
yang Memiliki Kelainan dan Memiliki Potensi
Kecerdasan dan / atau Bakat Istimewa, perlu mengatur
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa
Timur dengan Peraturan Gubernur Jawa Timur.
j. Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 30 tahun 2018 tentang
penyelenggaraan Pendidikan Inklusif provinsi Jawa Timur oleh
Gubernur Dr. H. SOEKARWO
Bahwa untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal 28
ayat (4) Peraturan Daerah Provinsi Jawa Timur Nomor
11 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Pendidikan,
perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Provinsi Jawa
Timur.
k. Peraturan Bupati Bojonegoro Nomor 38 tahun 2013 tentang
penyelenggaraan Pendidikan inklusif di Kabupaten Bojonegoro
l. Peraturan Bupati Tuban Nomor 51 tahun 2012 tentang
penyelenggaraan Pendidikan inklusif di Kabupaten Tuban
m. Peraturan Daerah Kota Kediri Nomor 11 tahun 2007 tentang
penyelenggaraan Pendidikan inklusif

3. Landasan Empiris
a. Deklarasi Hak Azasi Manusia, 1948
b. Konvensi Hak Anak, 1989
c. Konferensi dunia tentang Pendidikan untuk semua, 1990
d. Resolusi PBB nomor 48/49 tahun 1993 tentang persamaan

kesempatan bagi orang berkelainan.


e. Pernyataan Salamanca tentang pendidikan inklusi, 1994
f. Komitment Dakar mengenai Pendidikan untuk semua, 2000
g. Deklarasi Bandung (2004) dengan komitmen “Indonesia menuju

pendidikan inklusif,”
h. Rekomendasi Bukittinggi (2005), bahwa pendidikan yang inklusif

dan ramah terhadap anak seyogyanya dipandang sebagai :


1) sebuah pendekatan terhadap peningkatan kualitas sekolah

secara menyeluruh yang akan menjamin bahwa strategi nasional


untuk semua adalah benar-benar untuk semua
2) sebuah cara untuk menjamin bahwa semua anak memperoleh
pendidikan dan pemeliharaan yang berkualitas di dalam
komunitas tempat tinggalnya sebagai bagian dari program-
program untuk perkembanganusia dini anak, pra sekolah dasar
dan menengah, terutama mereka yang pada saat ini masih
belum diberi kesempatan untuk memperoleh pendidikan di
sekolah umum atau masih rentan terhadap marginalisasi dan
eksklusi
3) sebuah kontribusi terhadap pengembangan masyarakat yang

menghargai dan menghormati perbedaan individu semua warga


negara.
Disamping itu juga menyepakati rekomendasi berikut ini
untuk lebih meningkatkan kualitas sistem pendidikan di Asia dan
benua-benua lainnya :
1) inklusi seyogyanya dipandang sebagai sebuah prinsip
fundamental yang mendasari semua kebijakn nasional
2) konsep kualitas seyogyanya difokuskan pada perkembangan

nasional, emosional dan fisik, maupun pencapaian akademik


lainnya
3) sistem asesmen dan evaluasi nasional perlu direvisi agar sesuai

dengan prinsip-prinsip non diskriminasi dan inklusi serta


konsep kualitas sebagaimana telah disebutkan di atas
4) orang dewasa seyogyanya menghargai dan menghormati semua

anak, tanpa memandang perbedaan karakteristik maupun


keadaan individu, serta seharusnya pula memperhatikan
pandangan mereka
5) semua kementrian seyogyanya berkoordinasi untuk
mengembangkan strategi bersama menuju inklusi

6) Demi menjamin pendidikan untuk semua melalui kerangka

sekolah yang ramah terhadap anak, maka masalah non


diskriminasi dan inklusi harus diatasi dari semua dimensi,
dengan upaya bersama yang terkoordinasi antara lembaga-
lembaga pemerintah dan non pemerintah, donor, masyarakat,
berbagai kelompok local, orang tua, anak maupun sektor swasta
7) semua pemerintah dan organisasi internasional serta organisasi

non pemerintah, seyogyanya berkolaborasi dan berkoordinasi


dalam setiap upaya mencapai keberlangsungan pengembangan
masyarakat inklusif dan lingkungan yang ramah terhadap
pembelajaran bagi semua anak.
8) Pemerintah seyogyanya mempertimbangkan implikasi sosial

maupun ekonomi bila tidak mendidik semua anak, dan oleh


karena itu dalam manajemen sistem informasi sekolah harus
mencangkup semua anak usia sekolah

9) Program pendidikan pra- jabatan maupun pendidikan dalam

jabatan guru seyogyanya direvisi guna mendukung


pengembangan praktek inklusi sejak pada tingkat usia pra
sekolah hingga usia-usia di atasnya dengan menekankan pada
pemahaman secara holistik tentang perkembangan dan belajar
anak termasuk pada intervensi dini
10) Pemerintah (pusat, propinsi, dan local) dan sekolah seyogyanya

membangun dan memelihara dialog dengan masyarakat,


termasuk orang tua, tentang nilai- nilai sistem pendidikan yang
non – diskriminatifdan inklusi
3. Komponen dan keberhasilan Pendidikan inklusi
 Fleksibilitas Kurikulum (Bahan Ajar)
Kurikulum sebaiknya berorientasi pada kebutuhan anak supaya
anak tidak merasa mendapat tekanan secara psikologis. Kurikulum harus
memiliki tujuan/capaian, dan dalam perkembanganya harus dinamis dan
konstruktif. Dalam pendidikan inklusi, kurikulum menggunakan
kurikulum sekolah regular yang dimodifikasi. Ada 3 model kurikulum
yang mungkin perlu dipersiapkan untuk pendidikan inklusi yakni, untuk
anak dengan kemampuan akademik rata-rata dan di atas rata-rata
mengunakan kurikulum normal atau kurikulum modifikasi; anak
kemampuan akademik sedang (dibawah rata-rata) disiapkan kurikulum
funsional/vokasional; dan anak sangat rendah disiapkan kurikulum
pengembangan bina diri, juga disiapkan kurikulum komponsatoris.

 Tenaga Pendidik (guru)


Dalam hal ini diperlukan guru yang professional; memiliki
pengetahuan, ketrampilan dan sikap tentang materi yang akan
diajarkan/dilatihkan, memahami siswa. Seorang guru dituntut menguasai
sejumlah keterampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran,
antara lain menguasai bahan ajar, mengelola kelas, menggunakan
metode, media, dan sumber belajar, serta kemampuan untuk melakukan
penilaian, baik proses maupun hasil.

 Input Peserta Didik


Kemampuan awal dan karakter siswa menjadi acuhan utama dalam
mengembangkan kurikulum dan bahan ajar serta penyelenggaraan proses
belajar mengajar. Implikasinya antara lain perlu dipikirkan: siapa input
siswanya?, apakah semua peserta didik berkelainan dapat mengikuti
kelas regular?, bagaimana identifikasinya?, apa alat identifikasinya?
Siapa yang akan terlibat dalam indentifikasi?

 Lingkungan dan Penyelenggara Sekolah


Bila dicermati, maka lingkungan sangat berpengaruh sekali
terhadap penyelenggaraan pendidikan inklusi. Selain lingkungan sekitar,
peran orang tua, kepala sekolah, dan pemerintah juga sangat menetukan
kualitas pendidikan inklusi.

 Sarana dan Prasarana


Keberhasilan pendidikan inklusi. Sarana dan prasarana sebaiknya
disesuaikan dengan kurikulum (bahan ajar) yang telah dikembangakan.
Sarana dan prasarana  menurut Wahyuningrum seperti yang dikutib oleh
Mohammad takdir Ilahi (2013: 186) terdiri dari fasilitas fisik dan fasilitas
uang. Selanjutnya dikatakan bahwa sarana pendidikan dalam pendidikan
inklusif adalah seperangkat peralatan, bahan dan perabotan yang
langsung digunakan dalam proses pendidikan di sekolah. 

 Evaluasi Pembelajaran
Dalam evaluasi belajar, sebagaimana disebutkan dalan Permendiknas
No. 70 tahun 2009 pasal 7 sampai 9:
  Penilaian hasil belajar bagi peserta didik pendidikan inklusif

mengacu pada jenis kurikulum tingkat satuan pendidikan yang


bersangkutan.
1) Peserta didik yang mengikuti pembelajaran berdasarkan kurikulum
yang dikembangkan sesuai dengan standar nasional pendidikan
atau di atas nasional pendidikan wajib mengikuti unjian nasional.
2) Peserta didik yang memiliki kelainan dan mengikuti pembelajaran
berdasarkan kurikulum yang dikembangkan di bawah standar
pendidikan mengikuti ujian yang diselenggarakan oleh satuan
pendidikan yang bersangkutan.
3) Peserta didik yang menyelesaikan dan lulus sesuai dengan standar
nasional pendidikan mendapatkan ijazah yang blangkonya
dikeluarkan oleh pemerintah.
4) Peserta didik yang memiliki kelainan yang menyelasaikan
pendidikan berdasarkan kurikulumyang dikembangkan oleh satuan
pendidikan di bawah standar nasional pendidikan mendapatkan
Surat Tanda Tamat Belajar yang blangkonya dikeluarkan oleh
satuan pendidikan yang bersangkutan.
5) Peserta didik yang memperoleh Surat Tamat Belajar dapat
melanjutkan pendidikan pada tingkat atau jenjang yang lebih
tinggi pada satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan
inklusif atau satuan pendidikan khusus.

4. Implementasi kebijakan Pendidikan inklusi


Implementasi Keberadaan Permendiknas tentang Pendidikan
Inklusif tidak hanya memperkaya wacana baru, tapi sekaligus menjadi
petunjuk teknis operasional bagi pengelola sekolah dalam
mengimplementasikan pendidikan inklusif. Hal itu menunjukkan adanya
peran pemerintah dalam penyelenggaraannya sehingga tanggung jawab
tidak semata-mata dibebankan pada sekolah penyelenggara, karena
peraturan menteri tersebut mewajibkan pemerintah kabupaten/kota
menunjuk minimal satu SD dan SMP di tingkat kecamatan dan satu
SMA di tingkat kabupaten/kota. Pemerintah kabupaten/kota juga wajib
menjamin terselenggaranya pendidikan inklusif serta tersedia sumber
daya pendidikan inklusif pada satuan pendidikan yang ditunjuk, melalui
peningkatkan kompetensi di bidang pendidikan khusus bagi pendidik dan
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan penyelenggara pendidikan
inklusif. Meskipun demikian, secara makro implementasi pendidikan
inklusif di Indonesia dapat dikatakan belum optimal. Hal itu berkaitan
dengan berbagai permasalahan seperti banyaknya anak berkebutuhan
khusus yang belum mendapat hak pendidikan, sumber daya guru dan
persoalan kurikulum serta persepsi masyarakat.

5. Daftar sekolah inklusi di beberapa daerah

 Bojonegoro
1. SDN Campurejo 1
Alamat : Jl. Lisman No.1, Pohagung, Campurejo, Kabupaten
Bojonegoro
2. SD Muhammadiyah 2 Bojonegoro
Alamat : Jl. Untung Suropati No. 44, Sumbang, Kabupaten
Bojonegoro
3. SDN Kauman 2
Alamat : Jl. Mastrip No. 53, Kauman, Kabupaten
Bojonegoro
4. SD KITA/PKBM UT
Alamat : Jl. Mangga, Jantur, Mulyoagung, Kabupaten
Bojonegoro
5. SDN Pajunan II
Alamat : Jalan Surabaya-Cepu No. 247, Pajunan, Kalitidu,
Kabupaten Bojonegoro
6. SDN Duyungan I
Alamat : Jumput, Duyungan, Sukosewu, Kabupaten
Bojonegoro
7. SDIT Insan Permata
Alamat : Jl. Kolonel Sugiono No. 61, Ledok Kulon Dua,
Sumbang, Kabupaten Bojonegoro
8. SMPN 1 Bojonegoro
Alamat : Jl. MH. Thamrin No. 98, Kauman, Kabupaten
Bojonegoro
9. MTsN 1 Bojonegoro
Alamat : Jl. Monginsidi No. 156, Sukorejo Kidul, Kabupaten
Bojonegoro
10. SMAN 3 Bojonegoro
Alamat : Jl. Monginsidi No. 09, Sukorejo, Kabupaten
Bojonegoro
11.SMAN 4 Bojonegoro
Alamat : Jl. AKBP. M. Suroko No. 30, Kadipaten,
Kabupaten Bojonegoro
12.SMKN 1 Bojonegoro
Alamat : Jl. Panglima Polim No. 50, Sumbang, Kabupaten
Bojonegoro
13.SMKN 3 Bojonegoro
Alamat : Jl. Panglima Polim No. 49, Sumbang, Kabupaten
Bojonegoro
14.SMAN Model Terpadu Bojonegoro
Alamat : Tikusan, Kapas, Kabupaten Bojonegoro

 TUBAN
1. TK MUTIARA BUNDA
Alamat: XPFV+MC6, Tapen, Sidoharjo, Senori, Kabupaten
Tuban, Jawa Timur 62365
2. SDN bangunrejo 2
Alamat : Desa bangunrejo kec.soko Tuban
3. SD Bina Anak Sholeh
Alamat : Jl. DR. Wahidin Sudirohusodo No.45
4. Smart edu Sekolah
Alamat : Jl. Panglima Sudirman No.177

5. SMP Negeri 6 Tuban


Alamat: 433F+H3X, Baturetno, Kec. Tuban, Kabupaten
Tuban, Jawa Timur 62318
6. SMPN 1 Semanding
Alamat: Jl. Raya Penambangan No.10, Krajan,
Penambangan, Kec. Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa
Timur 62381
7. SMPN 1 RENGEL
Alamat : Jl. Sawahan No.46, Dusun Purboyo Mayang,
Rengel, Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62371
8. SMAN 5 TUBAN
Alamat: jalan bektiharjo semanding tuban, Semanding
Barat, Bektiharjo, Kec. Semanding, Kabupaten Tuban, Jawa
Timur 62381
9. SD Katolik Santo Petrus
Alamat: Jl. Panglima Sudirman No.159, Sidomulyo, Kec.
Tuban, Kabupaten Tuban, Jawa Timur 62312
 KEDIRI
1. TK INKLUSIF YBPK KEDIRI
Alamat : Jl. mayor bismi no 52 semampir kec. Kota kediri ,kota
kediri
2. SDN Betet 1
Alamat : Betet, kec.pesantren , kota kediri jawa timur 64134
3. SDN Burengan 2
Alamat : Burengan kec. Pesantren, kota kediri 64131
4. SDN Burengan 5
Alamat : Jl. Letjen Sutoyo IV No. 16c, Burengan, Kec.
Pesantren, Kota Kediri Prov. Jawa Timur
5. SDN banjaran 4
Alamat : Jl. P Kusuma Bangsa 132, Banjaran, Kec. Kota Kediri,
Kota Kediri Prov. Jawa Timur
6. SDN semampir 4
Alamat : Jl. Mayor Bismo No. 38 B, Semampir, Kec. Kota
Kediri, Kota Kediri Prov. Jawa Timur
7. SDN mrican 2
Alamat : Jl. Sersan Bahrun No. 117, Mrican, Kec. Mojoroto,
Kota Kediri Prov. Jawa Timur
8. SMPN 5 kediri
Alamat : Jl. RAYA KLECO KELURAHAN JAMSAREN.
KECAMATAN PESANTREN 64132
9. SMPN 1 kediri
Alamat : Jalan Diponegoro 26 baliwerti kec.kota kediri kota
Kediri
10. SMPN 8 kediri
Alamat : Jl.Penanggungan No. 2 Kediri, Bandar Lor, Kec.
Mojoroto, Kota Kediri Prov. Jawa Timur
11. SMKN 3 kediri
Alamat : Jl. Hasanudin No.10, Dandangan, Kec. Kota Kediri,
Kota Kediri, Jawa Timur 64121
12. SMAN 3 kediri
Alamat : Jl. Mauni No.88, Bangsal, Kec. Pesantren, Kota
Kediri, Jawa Timur 64131
BAB III
PENUTUP

 Kesimpulan
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kebijakan
penyelenggaraan pendidikan inklusif merupakan kebijakan strategis
dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan untuk semua.
Penyelenggaraan pendidikan inklusif juga memperkuat kebijakan
strategis pendidikan lainnya, yaitu kebijakan penuntasan program
wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun. Dalam kaitan ini
Pemerintah tampak mempunyai kepedulian besar terhadap
perkembangan pendidikan inklusif. Meski dalam implementasinya
belum menunjukkan hasil yang optimal. Hal ini disebabkan belum
sepenuhnya perangkat kebijakan di bidang pendidikan
menggambarkan pendidikan yang inklusif.
DAFTAR PUSTAKA

Mudjito. AK, Harizal, Elfindri. 2012. Pendidikan Inklusif: Tuntunan untuk Guru, Siswa dan
Orang Tua anak berkebutuhan Khusus dan layanan Khusus. Jakarta: Baduose Media.

Solichin Abdul Wahab. 2011. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Malang: UMM press.

Peraturan Gubernur tentang pendidikan inklusi. (2011). Surabaya: JDIH Biro Hukum Setda
Provinsi Jatim.
Peraturan Gubernur tentang Pendidikan inklusi. (2018). Surabaya: Berita daerah Jatim 2018
Nomor 30 seri E

………….. 2014. Analisis Kebijakan: Dari Formulasi ke Penyusunan Model-model


Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: Bumi Aksara.

Sue Stubbs. 2002. Pendidikan Inklusif: Ketika Hanya Ada Sedikit Sumber. Judul asli: Inclusif
Education: Where There Are Few Resources. Dialihbahsakan oleh: Susi Septaviana.
Bandung: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UPI.

Sunardi (2009). Issues and Problems on Implementation of  inclusive Education for Disable
Children in Indonesia. Tsukuba: CRICED – University of Tsukuba.

Suyanto & Mudjito. AK. 2012. Masa Depan Pendidikan Inklusif. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar.

Nenden Ineu Herawati. (2016). Pendidikan Inklusif. Bandung: Jurnal Pendidikan dasar
program Studi PGSD UPI Kampus Cibiru.

UNESCO. 2009. Policy Guideline on Inclusion in Education. France: the United Nations


Educational, Scientifi c and Cultural Organization

William N. Dunn. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik: Edisi Kedua. Judul asli:
Public Policy Analysis: An Introduction. Second Edition. Diterjemahkan: Samodra Wibawa,
dkk. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai